BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi dan karakter manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya manusia dalam ukuran normatif. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003). Salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan potensi tersebut diatas adalah mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan diajarkan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran paling awal dalam terbentuknya kepribadian seseorang serta karakter seseorang. Untuk membentuk kepribadian dan karakter itu diperlukan pengajaran pendidikan kewarganegaraan. Adapun tujuan pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006: 49) adalah membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang kewarganegaraan maupun kehidupan sehari-hari.
1
2
Berdasarkan tujuan pendidikan kewarganegaraan diatas maka diperlukan guru yang
dapat
membimbing
siswa untuk
mewujudkan tujuan pendidikan
kewarganegaraan tersebut. Guru yang diperlukan ialah guru memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi
profesional (Pasal 8 UU No.14 Tahun 2006). Menurut Wina Sanjaya (2011:18-20) Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik, mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, memiliki karakter,
guru harus karena siswa
sifat dan interest yang berbeda. Kompetensi kepribadian
terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi kepribadian misalnya, dewasa, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat dsb. Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya, kompetensi sosial yang harus dikuasai guru meliputi: bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali didik serta masyarakat sekitar kemudian menunjukkan pribadi dewasa dan teladan serta mempunyai etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. Sedangkan kompetensi profesional dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis.
3
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: konsep, struktur, metode/teknologi/seni yang menaungi atau koheren dengan materi ajar serta hubungan konsep antar pelajaran terkait dsb. Jadi guru sebagai seorang pendidik dapat melaksanakan perannya dengan baik jika guru tesebut memenuhi empat syarat kompetensi diatas. Menurut Adams &Dickey dalam Oemar Hamalik (2003:123) terdapat 13 peran guru dalam pembelajaran di kelas yang menuntut kompetensi mengajar, peran kompetensi dalam pembelajaran dikelas salah satunya yaitu guru sebagai evaluator dimaksudkan disini yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran,
penguasaan siswa terhadap pelajaran serta
ketepatan dan keefektifan metode mengajar. Guru sebelum mengelola interaksi proses pembelajaran dikelas, terlebih dahulu sudah menguasai bahan atau materi apa yang akan dibahas, menguasai tentang metode mengajar serta ketepatan antara materi dengan metode yang akan digunakan seperti apa yang akan diterapkan agar tujuan yang hendak dicapai dalam materi pembelajaran tersebut berhasil terwujud. Menurut
Yuwana
(2012:2)rendahnya
hasil
pembelajaran
ketidaktepatan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran,
karena
khususnya
kurang terlibat aktifnya siswa dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar yang dimaksud adalah keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka perlu diterapkan metode yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
4
Dewasa ini banyak sekali bermunculan metode pembelajaran yang membuat siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran akan tetapi sebagai seorang pendidik harus selektif dan berfikir kritis apabila akan menerapkan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran.Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah penggunaan metode pembelajaran inovatif. Metode yang memungkinkan berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa adalah metode Think-PairShare (TPS) dan metode pembelajaran Number Head Together (NHT). Kedua metode tersebut sama-sama mengharapkan siswa mampu bekerja sama dalam kelompok untuk menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab. Dimana kedua metode ini mempunyai persamaan yaitu agar siswa mampu bekerja sama didalam kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan atau menjawab pertanyaan. Menurut (Trianto 2011:81) Metode pembelajaran tipe TPS memungkinkan siswa untuk berfikir, bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode TPS merupakan suatu cara efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dalam metode TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, membantu,
untuk merespons dan saling
dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama,
saling
membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Sedangkan metode pembelajaran NHT menurut (Miftahul Huda 2012: 138) juga memberikan manfaat yaitu agar siswa mampu menerima pendapat yang diterima dan disampaikan oleh orang atau kelompok lain dan memberikan
5
kesempatan kepada siswa untuk sharing ide ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat dalam kelompok, dengan cara ini diharapkan siswa dapat bekerja sama. Kedua metode pembelajaran tersebut memiliki persamaan yaitu sama sama mengharapkan siswa mampu bekerja sama didalam kelompok. Oleh karena belum banyaknya penelitian tentang perbedaan pengaruh ketepatan kedua metode tersebut dengan materi yang diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan di jenjang SMP maka dilakukan penelitian untuk mengetahui adakah perbedaan pengaruh signifikan antara metode TPS dan NHT terhadap hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran PKn. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas 7 SMP N 2 Pabelan Salatiga, semester genap tahun ajaran 2013-2014. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu adakah perbedaan pengaruh yang signifikan antara Metode Pembelajaran TPS dan NHT terhadap hasil belajar PKn kelas 7 SMP N 2 Pabelan Salatiga semester genap tahun ajaran 2013/2014 ? 1.3 Tujuan penelitian Adapun tujuan yang diharapkan tercapai melalui penelitian ini adalah membuktikan sisgnifikansi perbedaan pengaruh antara Metode Pembelajaran TPS dan NHT terhadap hasil belajar PKn kelas 7 SMP N 2 Pabelan Salatiga semester genap tahun ajaran 2013/2014
6
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah menambah hasil kajian yang membuktikan perbedaan pengaruh metode pembelajaran TPS dan metode
pembelajaran
NHT
dalam
mata
pelajaran
pendidikan
kewarganegaraan. 1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Program Studi PKn Penelitian ini sebagai data ilmiah yang konkret tentang pengaruh metode pembelajaran TPS dan metode pembelajaran NHT terhadap Hasil Belajar PKn siswa untuk memperkaya informasi pada mata kuliah belajar pembelajaran dan metodologi pembelajaran PKn. 1.4.2.2 Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru-guru secara umum dan guru PKn secara khusus tentang pembelajaran kooperatif tipe TPSdan NHT yang dapat dipergunakan di dalam proses pembelajaran di kelas.