BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi seseorang. Menyadari akan hal itu, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan system pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan juga salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang dapat meningkatkan pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu mengahadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Seperti kita ketahui, saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami perkembangan yang sangat komplek akibat pengaruh derasnya arus informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik. Dalam kondisi yang seperti itu, masyarakat Indonesia selalu berubah-ubah baik yang di perkotaan maupun yang di pedesaan. Melihat kondisi yang seperti ini, idealnya pendidikan tidak
1
2
hanya berorientasi pada masa lalu dan masa sekarang saja, tetapi sudah seharusnya bisa mengantisipasi dan membahas masa depan. Melalui pendidikan diharapkan bisa memecahkan permasalahan yang ada saat ini dan mencegah penyimpangan kepribadian dalam diri anak bangsa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Sekolah Dasar tempat peneliti melaksanakan Program Praktek Lapangan (PPL) pada bulan September 2014 sampai dengan Desember 2014 kenyataannya menunjukkan bahwa masih rendahnya siswa dalam melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di sekolah terlihat dari banyaknya siswa datang terlambat, tidak taat pada aturan yang berlaku di sekolah dan tidak menjalankan tugas sesuai dengan perintah guru. Untuk mengatasi kurangnya kedisiplinan siswa, maka proses pembelajaran lebih ditekankan pada pendidikan karakter. Fenomena yang sering terjadi pada saat ini terdapat berbagai masalah penyimpangan perilaku social pada diri anak bangsa seperti yang marak terjadi saat ini, sering terjadinya perilaku anarkis, tawuran antar siswa, tawuran antar kelompok, merusak lingkungan dan lain sebagainya, merupakan contoh karakter bangsa yang masih jauh dari tujuan pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang berkarakter dan berkepribadian mulia sebagaimana dicita-citakan dalam tujuan pendidikan nasional. Krisis tersebut bersumber dari krisis moral, karakter (kepribadian) yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pendidikan. Krisis karakter yang dialami bangsa saat ini disebabkan oleh kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara berkelompok sehingga menjadi budaya. Budaya buruk yang pada akhirnya akan berdampak pada anak-anak penerus bangsa.
3
Dikarnakan adanya berbagai macam permasalahan sehingga dibutuhkan suatu pendidikan dalam bentuk pendidikan karakter guna mendidik moral anak bangsa. Salah satu faktor penyebab rendahnya pendidikan karakter adalah system pendidikan yang kurang menekankan pada pembentukan karakter, tetapi lebih memusatkan pada pengembangan intelektual. Pendidikan nasional selalu terpusat pada intelektual siswa saja tanpa mengetahui bagaimana karakter siswa, dengan kata lain pendidikan karakter selalu dikesampingkan. Sehingga masih banyak siswa yang belum mengerti apa itu pendidikan karakter. Salah satu pendidikan karakter yang masih perlu diperhatikan adalah disiplin siswa. Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dengan kata lain, perbuatan siswa harus berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Bila demikian, akan tumbuh rasa kedisiplinan siswa untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku di sekolah. Mematuhi semua peraturan yang
berlaku di sekolah
merupakan suatu kewajiban bagi setiap siswa. Pendidikan karakter dalam pendidikan Sekolah Dasar dapat dibentuk melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler itu sendiri merupakan kegiatan sekolah diluar jam belajar yang bertujuan untuk menanamkan karakter dan membentuk kepribadian baik dalam diri siswa. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh siswa kelas tinggi adalah ekstrakurikuler pramuka. Sebenarnya ada banyak bentuk karakter yang diharapkan muncul setelah siswa mengikuti kegiatan ini, seperti karakter berani, pantang menyerah, pekerja keras, tangguh, tangkas, cinta damai, kreatif, mandiri dan disiplin.
4
Kesemua karakter tersebut terdapat dalam kode kehormatan pramuka yang biasa disebut Dasa Dharma Pramuka. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh tentang peran ekstrakurikuler pramuka terhadap pembetukan karakter disiplin siswa saat dilingkungan sekolah baik itu di luar kelas ataupun di dalam kelas. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri”.
1.2
Identifikasi Masalah 1. Banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah dan kurangnya disiplin dengan seringnya siswa terlambat ketika tiba di sekolah. 2. Rendahnya kesadaran siswa dalam melaksanakn tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
1.3
Fokus Penelitian Berdasarkan pada latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
masalah yang ada yaitu “Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri” .
1.4
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut : “Bagaimana Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri?”.
5
1.5
Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah “Untuk Mengetahui Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri”.
1.6
Manfaat Penelitian Sebagai tindak lanjut dari tujuan penelitian, maka diharapkan dapat
mendatangkan suatu manfaat bagi pembaca dan orang lain secara tidak langsung. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat mengetahui Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri. b. Dapat
menunjukkan
kepada masyarakat
bahwa Pelaksanaan
Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri. c. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pembina pramuka bahwa kegiatan kepramukaan sangat memberikan kontribusi terhadap pembentukan karakter disiplin pada siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan refrensi dalam mengadakan penelitian yang sejenis.
6
b. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan khususnya membentuk karakter disiplin peserta didik.
1.7
Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalah pahaman pembaca, dalam penelitian ini penulis
akan menguraikan beberapa definisi sebagai berikut : 1.
Karakter adalah kepribadian seseorang yang dapat di bentuk sedari dia kecil dan menjadi kebiasaan sehingga menjadi ciri khas seseorang.
2.
Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin dalam penelitian ini dapat dilihat dari ketaatan siswa pada peraturan sekolah dan kedisiplinan siswa saat datang kesekolah.
3.
Pramuka atau Praja Muda Karana adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan yang sasaran akhirnya adalah untuk pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1
Ekstrakurikuler Pramuka
2.1.1 Ekstrakurikuler Kegiatan siswa yang paling pokok adalah belajar. Dengan balajar siswa akan mendapatkan berbagai ilmu yang sangat bermanfaat. Belajar tidak hanya di dalam ruangan tertutup tetapi di alam terbuka siswa pun dapat belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:212) “Ekstrakurikuler adalah berada diluar program yang tertulis dalam kurikulum, seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Menurut Burhanuddin (2014:Online) menyatakan bahwa “Pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran yang dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya pengetahuan siswa, mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat”. Mamat (dalam Saidek, 2010:2) menjelaskan bahwa “Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
sekolah”.
Menurut
Hamalik
(dalam
Nurpiana,
ekstrakurikuler memiliki nilai dan kegunaan sebagai berikut :
7
2013:26)
Kegiatan
8
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Memenuhi kebutuhan kelompok Menyalurkan bakat dan minat Mengembangkan dan mendorong motivasi terhadap mata pelajaran Mengikat para siswa di sekolah Mengembangkan loyalitas terhadap sekolah Mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial Mengembangkan sifat-sifat tertentuan dan layanan secara formal Memberikan kesempatan pemberian bimbingan
Iberman (2014:Online) menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka mempunyai visi, misi dan tujuan. Visi, misi dan tujuan tersebut adalah : Visi kegiatan ekstrakurikuler pramuka adalah relijius, jujur, disiplin, cinta lingkungan, kretif dan mandiri. Misi kegiatan ekstrakurikuler pramuka, yaitu : (1) mananamkan karakter religius melalui pembiasaan dalam latihan; (2) mananamkan perilaku jujur, disiplin, kreatif dan anti korupsi; (3) mengoptimalkan pembiasaan memelihara dan melestarikan lingkungan hidup; (4) mengoptimalkan pelatihan melalui PAKEM; (5) meningkatkan profesionalisme pelatih melalui kursus kepelatihan; (6) menanamkan jiwa kewirausahaan dan ekonomi kreatif; (7) menjalin kerja sama yang harmonis antara sekolah, lingkungan masyarakat dan dunia usaha dalam menunjang kegiatan pramuka. Selanjutnya, tujuan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalah membentuk karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam janji dan ketentuan moral (satya dan darma) pramua.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran pokok, baik itu dilakukan di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa.
2.1.2 Kepramukaan Kegiatan Kepramukaan termasuk kedalam salah satu ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Kegiatan kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional termasuk kedalam pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka dalam pembentukan karakter yang
9
berakhlak mulia. Menurut Rahim Saidek dalam UU No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka disebutkan bahwa : Pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat; mengembangkan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Kepramukaan merupakan proses pendidikan diluar lingkungan sekolah dan diluar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan dialam terbuka yang sasaran akhirnya adalah untuk pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti yang luhur (Gunawan, 2014:265).
Sedangkan Menurut Munir (2010:Online) menyatakan
bahwa : Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan (PDK) dan Metode Kepramukaan (MK), yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Gerakan pramuka, merupakan salah satu pendidikan nonformal yang memiliki visi, misi, tujuan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap satuan sekolah mlai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang dalam prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan. Menurut Ilyas dan Qoni (2012:20) mengemukakan bahwa “Prinsip-prinsip dasar kepramukaan adalah : 1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya; 3) Peduli terhadap diri sendiri; dan 4) Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka”. Menurut
10
Saidek (2010:5-6) menyimpulkan bahwa unsur metode kepramukaan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Pengalaman kode kehormatan Belajar sambil melakukan Sistem berkelompok Kegiatan yang menantang dan meningkatkan serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani anggota muda dan anggota dewasa. Kegiatan di alam terbuka Sistem tanda kecakapan Sistem satuan terpisah antara putra dan putri Kiasan dasar
Pramuka memiliki tingkatan-tingkatan, yaitu : siaga, penggalang dan penegak. Usia pramuka siaga antara 7-10 tahun, pramuka penggalang berusia antara 10-15 tahun, sedangkan pramuka penegak anatara usia 16-20 tahun. Penulis mengambil siswa kelas V SDN No.17/I Rantaupuri, siswa kelas V Sekolah Dasar termasuk kedalam tingkatan pamuka penggalang. Sumardi (dalam nurpiana, 2013:4) mengemukakan bahwa “Gerakan pramuka adalah sebagai salah satu pendidikan nonformal yang memiliki tujuan untuk menanamkan karakter dan membentuk kepribadian yang baik dalam diri anak dengan cara keteladanan, arahan, dan bimbingan”. Dari beberapa pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa kepramukaan adalah salah satu kegiatan wajib sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran dan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik dan menyenangkan dan pada akhirnya adalah untuk membentuk karakter baik pada diri siswa. 2.1.3 Tujuan Kegiatan Pramuka Dalam Undang-Undang telah dijelaskan pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui
11
penghayatan dan pengalaman nilai-nilai kepramukaan. Menurut Saidek (2014:4) menyatakan bahwa : Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, tata hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila serta melestarikan lingkungan hidup.
Gunawan (2014:265) menjelaskan bahwa “Tujuan kegiatan pembinaan kesiswaan dibidang kepramukaan di sekolah adalah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa”. Sedangkan menurut Ilyas dan Qoni (2012:19) mengatakan bahwa “kegiatan kepramukaan bertujuan mengembangkan pengetahuan, minat serta bakat yang dimiliki peserta didik”. Dari beberapa definisi tentang tujuan kegiatan pramuka di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka bertujuan sebagai kegiatan untuk menyalurkan bakat dan kreativitas siswa sehingga mereka mampu mengembangkan/meningkatkan apa yang mereka minati.
2.2
Karakter
2.2.1 Karakter Kata karakter sudah sering sekali kita mendengarnya, apalagi belakangan ini hampir semua kalangan menilai
karakter bangsa kita mulai hancur. Apa itu
karakter sebenarnya. Kemendiknas (dalam Wibowo, 2013:10) “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil penghayatan berbagai kebajikan, yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, bersikap, dan bertindak”. Menurut Yaumi (dalam Darmiatun,
12
2013:9) “Karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran dan kesetiaan atau perilaku yang dan kebiasaan baik”. Barnawi dan Arifin (2012:20) pun berpendapat bahwa “Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2010:464) kata karakter diartikan sebagai “Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang”. Menurut Gunawan (2014:3) menyatakan bahwa “Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain”. Menurut Ardy Wiyani (2012:15) mengatakan bahwa “Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara”. Sementara itu, Hermawan Kartajaya (dalam Gunawan, 2014:2) berpendapat bahwa “Karakter menurut istilah adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli, dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar serta merespons sesuatu”. Menurut Mulyasa (2013:3) dikatakan bahwa “Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bartanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya”.
13
Dari beberapa pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa karakter adalah sifat kepribadian individu, kebiasaan, cara berfikir, dan tingkah laku seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Setelah kita mengetahui beberapa pengertian karakter dari beberapa ahli, maka untuk mewujudkan mimpi pendidikan yang berkarakter, akan lebih baiknya jika pendidikan karakter dimulai dari jenjang paling dasar yaitu Sekolah Dasar. Dikarenakan pada masa Sekolah Dasar diusia antara 6-12 tahun watak atau karakter anak masih sangat mudah dibentuk. Sehingga harapan pendidikan yang berkarakter akan terwujud dimasa depan. 2.2.2 Nilai-Nilai Karakter Karakter setiap individu berbeda-beda, meski mereka saudara atau bahkan kembar sekalipun. Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak
pernah
berakhir,
sehingga
menghasilkan
perbaikan
kualitas
yang
berkesinambungan, yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda. Menurut kemendiknas (dalam Wibowo, 2013:14) nilai-nilai luhur yang terdapat didalam adat dan budaya suku bangsa kita, telah dikaji dan dirangkum menjadi satu. Berikut adalah daftar niai-nilai yang di maksud : 1.
2.
3.
4.
Religius : Sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai, perbedaan agama, susku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lainyang berbeda dari dirinya. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
14
5.
6. 7. 8. 9.
10.
11.
12.
13. 14. 15. 16.
17. 18.
Kerja keras : Perilakau yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Mandiri : Sikap dan perilaku tyang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Demonstrasi : Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Rasa Ingin Tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. Semangat Kebangsaan : Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta Tanah Air : Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/Komunikatif : Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan berkerja sama dengan orang lain. Cinta Damai : Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar Membaca : Kebiasaan yang menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli Lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tanggung Jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan.
Sementara menurut Majid (dalam Gunawan, 2014:32) “ada 9 karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu : 1) cinta kepada Allah dan alam seisinya; 2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri; 3) Jujur; 4) Hormat dan Santu; 5) Kasih sayang, Peduli dan Kerja sama; 6)Percaya diri, Kreatif dan pantang menyerah; 7) Keadilan dan Kepemimpinan; 8) Baik dan Rendah hati; dan 9) Toleransi, Cinta damai dan Persatuan”. Sedangkan menurut Slamet P.H (dalam Maksudin, 2013:8) berpendapat bahwa :
15
Ada sejumlah nilai dasar yang membentuk karakter : Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, respek kepada diri sendiri dan kepada orang lain, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran dan keberhasilan, keadilan, perdamaian, kebebasan, rasa kasih sayang, solidaritas, hak asasi manusia, kebahagiaan demorasi, kesopanan, kebenaran, disiplin diri, kesehatan, kerajinan, keberanian moral, integritas, dan keharmonisan dengan lingkungan.
Megawasi (dalam Mulyasa, 2013:5) “pendidikan karakter di indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut : 1) Cinta Allah dan Kebenaran; 2) Tanggung jawab, Disiplin dan Mandiri; 3) Amanah; 4) Hormat dan Santun; 5) Kasih Sayang, Peduli dan Kerja Sama; 6) Percaya diri, Kreatif dan Pantang Menyerah; 7) Adil dan berjiwa kepemimpinan; 8) Baik dan Rendah hati; dan 9) Toleransi dan Cinta damai”. Begitupun menurut Aqib (2012:43-44) mendefinisikan nilai-nilai karakter, yaitu : 1) Jujur : perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. 2) Bertanggung Jawab : sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan YME. 3) Bergaya Hidup Sehat : segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. 4) Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5) Kerja Keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6) Percaya Diri : sikap yakin akan kemampuan diri sendiri untuk mencapai setiap keinginan dan harapan. 7) Berjiwa Wirausaha : sikap dan perilaku yang mandiri, pandai atau berbakat mengenali produk baru, memasarkannya, sarta mengatur pemodalan operasinya. 8) Berpikir Logis, Kritis, Kreatif dan Inovatif : berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 9) Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan permasalahan.
16
10) Ingin Tahu : sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat dan didengarnya. 11) Cinta Ilmu : cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. 12) Sadar Hak Dan Kewajiban Diri dan Orang Lain : sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi hak milik dan kewajiban diri sendir serta orang lain. 13) Patuh pada aturan-aturan sosial : sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 14) Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. 15) Santun : sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kesemua orang. 16) Demokratis :cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 17) Peduli sosial dan lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya. 18) Nasionalisme : cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsanya. 19) Menghargai keberagaman : sikap memberikan respek terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, maupun agama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa ada sejumlah nilai dasar yang membentuk karakter, yaitu : takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur pada diri sendiri dan orang lain, tanggung jawab, disiplin, mandiri, santun, percaya diri, kerja keras, toleransi, kreatif, cinta damai dan cinta tanah air. 2.2.3 Tujuan Pendidikan Karakter Sesungguhnya pendidikan karakter bukan hal baru. Perilaku berkarakter dapat diwujudkan melalui pembiasaan nilai-nilai yang dipraktekkan di rumah, lingkungan masyararakat dan sekolah. Sekolah sangat berperan penting dalam mendidik kebiasaan siswa, karena hampir 7 jam siswa berada di lingkungan sekolah dengan semua peraturan yang berlaku. Sehingga kebiasaan akan tumbuh pada diri seseorang menjadi sebuah karakter.
17
Menurut Mulyasa (2013:9) menjelaskan bahwa “Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan”. Ada juga pendapat dari Gunawan (2014:30) menjelaskan bahwa “Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitf, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan YME berdasarkan Pancasila”. Menurut Hamid dan Soebani (2013:39) menguraikan pendidikan karakter bertujuan : 1) Membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab; 2) Mengembangkan sikap mental yang terpuji; 3) Membina kepekaan sosial anak didik; 4) Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan; 5) Membentuk kecerdasan emosional; dan 6) Membetuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil dan mandiri. Menurut Darmiatun (2013:45) menuturkan bahwa “Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi kelulusan”. Menurut Darma Kesuma (dalam Fadillah dan Khorida, 2013:25) “Tujuan pendidikan karakter, khususnya dalam setting sekolah, diantarnya sebagai berikut.
18
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilaikehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. 2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. 3. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan secara bersama.
Menurut Aqib (2012:26) menjelaskan bahwa “Pendidikan karakter bertujuan untuk mengurangi perilaku destruktif pada anak, remaja dan orang dewasa”. Pendidikan karakter sendiri merupakan usaha mendidik anak agar mereka dapat berkelakuan baik. Selanjutnya Wiyani (2013:16) memaparkan bahwa “Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter anak didik secara utuh, terpadu dan seimbang”. Dari beberapa penjelelasan tentang tujuan pendidikan karakter di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga akan muncul generasi-generasi yang berkarakter baik.
2.3
Disiplin
2.3.1 Disiplin Mulyasa (2009:191) mengemukakan bahwa “Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturanperaturan yang ada dengan senang hati”. Selanjutnya Muhammad Mustari (2014:35) mengemukakan bahwa “Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan”. Manurut Stara Waji (dalam Sofwan Amri, 2013:161) menjelaskan bahwa
19
Disiplin berasal disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang, kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Menurut Darmiatun (2013:49) dalam perspektif umum “Disiplin adalah perilaku sosial yang bertanggungjawab dan fungsi kemandirian yang optimal dalam
suatu
relasi
sosial
yang
berkembang
atas
dasar
kemampuan
mengelola/mengendalikan, memotivasi dan independensi diri”. Menurut Komaruddin (dalam Wahyudi 2010:13) “Disiplin adalah suatu keadaan yang menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orangorang yang berada di bawah naungan organisasikarena peraturan-peraturan yang berlaku dihormati dan ditaati”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:191) mendefinisikan bahwa “disiplin adalah taat dan patuh terhadap peraturan yang dibuat bersama atau oleh diri sendiri”. Setiap siswa yang mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah mereka dan setiap siswa dituntut untuk dapat mentaati peraturan yang berlaku disekolahnya. Dari beberapa pendapat yang telah dijelaskan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa disiplin adalah usaha sadar seseorang untuk selalu mentaati tata tertib atau aturan-aturan yang berlaku pada suatu lingkungan dimana dia berada. 2.3.2 Pentingnya Kedisiplinan Untuk menanamkan kedisiplinan pada siswa Sekolah Dasar (SD), guru sebagai pendidik harus bertanggung jawab untuk mengarahkan apa yang baik dan jadi panutan bagi siswa. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik.
20
Untuk kepentingan tersebut, menurut Mulyasa (2009:192) menjelaskan bahwa “Guru harus mampu melakukan tiga hal sebagai berikut : a) membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, b) membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya, dan c) menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin”.
Menurut Rachman (dalam Amri,
2013:164-165) pentingnya disiplin bagi para sisiwa sebagai berikut : 1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang 2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan 3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya 4) Unsur mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya. 5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah 6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar 7) Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya 8) Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwa dan lingkungannya.
Selain itu, Rohani (dalam Nurpiana, 2013:134) “Dengan disiplin anak didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjadikan larangan tertentu”. Dari beberapa deskripsi di atas, dapat penulis ambil kesimpulan bahwa hanya dengan menghormati aturan-aturan sekolah anak bisa belajar menghormati aturan-aturan
umum
lainnya,
belajar
menumbuhkan
kebiasaan
untuk
mengendalikan dirinya. 2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Sikap disiplin atau kedisiplinan siswa selalu berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang mempunyai kedisiplinan rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Menurut Darmiatun
21
(2013:72) menjelaskan bahwa ada 4 prinsip-prinsip pembelajaran pendidikan karakter : 1) Nilai karakter adalah bagian terintegrasi dari semua mata pelajaran dan segala kegiatan di sekolah dan di rumah. 2) Nilai karakter adalah jujur, cerdas, kreatif, peduli, tangguh, displin, cinta tanah air, dan lain-lainmerupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. 3) Pengalaman belajar yang baik adalah dengan cara terpadu. Dalam hidup kita sehari-hari, kita tidak hanya memiliki nilai sepanjang hari. 4) Nilai karakter tidak dapat diajarkan, tapi harus dimunculkan dalam diri siswa. Adalah satu kesalahan mengajarkan moralitas, etika, nilainilai karakter sebagai mata pelajaran.
Menurut Amri (2013:167) membagi bahwa “Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan, antara lain yaitu : (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) lingkungan, dan (4) tujuan”. Sementara Tu’u (dalam Nurdinkhan, 2012:Online) ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu : a) Kesadaran Diri : kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibanding dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan. b) Pengikutan dan Ketaan : sebagai langkah penerapan dan praktek atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. c) Alat Pendidikan : untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d) Hukuman : seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadaran diri, kemudia yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Menurut Darmiatun (2013:50) menjelaskan “Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh : 1) pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa) terhadap perilaku, 2) pemahaman tentang diri dan motivasi, dan 3) hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu”.
Mulyasa (2013:173)
menjelaskan membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai
22
situasi dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, didasarkan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : a) Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu dan patuh/aturannya. b) Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatn kumulatif. c) Mempelajari nama-nama peserta didiksecara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas. d) Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik. e) Memberikan tugas-tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele. f) Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan. g) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik. h) Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik. i) Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksa peserta didik sesuai dengan pemahaman guru atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya. j) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya”.
Setelah melihat dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa, diantaranya : siswa itu sendiri, guru sebagai yang digugu, keluarga dan lingkungan bermain anak. 2.3.4 Indikator Kedisiplinan Agar kedisiplinan siswa lebih mudah dipantau dan dinilai, maka perlu adanya indikator. Menurut Darmiatun (2013:145) menjelaskan bahwa “Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, sedangankan indikator disiplin yaitu : a) menyelesaikan tugas pada waktunya; b) saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik; c) selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas; d) mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung; e) berpakaian sopan dan rapi; dan f) mematuhi aturan sekolah”.
23
Menurut Aqib (2012:5) mengemukakan bahwa “Indikator disiplin yaitu : tepat waktu dan tidak terlambat, taat pada peraturan yang berlaku dan menjalankan tugas sesuai jadwal yang ditentukan”.
2.4
Kerangka Berfikir Ekstrakurikuler pramuka adalah salah satu kegiatan diluar jam pelajaran,
kegiatan ini di yakini mampu membentuk karakter disiplin siswa. Tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang enggan mengikuti kegiatan yang satu ini. Disiplin adalah usaha sadar seseorang untuk selalu mentaati tata tertib atas aturan-aturan yang berlaku pada suatu lingkungan dimana dia berada. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dilaksanakan di sekolah diharapkan karakter disiplin siswa akan terbentuk. Menurut Aqib (2012:97) mengatakan “Melalui kegiatan kepramukaan inilah akan tertanam proses pembelajaran pendidikan, melalui kegiatan kerja kelompok, dalam regu, cinta tanah air, kebersamaan, kedisiplinan, kerja sama, saling menghargai, kerukunan, kekeluargaan, kepemimpinan, keberanian, kejujuran, bakti sosial, rasa tanggung jawab, dan lain-lain”. Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa ekstrakurikuler pramuka mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter disiplin belajar siswa secara nyata. Gambaran kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat seperti berikut.
Rendahnya karakter disiplin siswa Gambar 1. Kerangka berfikir
Ekstrakurikuler pramuka
Terbentuknya karakter disiplin siswa
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Menurut Suryabrata (2013:76) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk membuat deskripsi (pencandraan) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”. Ada juga pendapat menurut Sugiyono (2014:15) mengemukakan bahwa: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, tehnik pengumpulan dengan trialungasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang hanya akan mendeskripsikan /menceritakan apa yang terjadi dilapangan dan dilakukan pada objek alamiah. Objek
alamiah
adalah
objek
yang
berkembang
apa
adanya,
tidak
direkayasa/dimanipulasi oleh peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Teknik pengumpulan data pada penelitatif deskriptif bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai tehnik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Sedangkan analisis data yang digunakan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori (Sugiyono, 2014:15).
24
25
3.2
Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Muara Bulian tepatnya kelas V SDN
No. 17/I Rantaupuri untuk mengetahui kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan kedisiplinan siswa.
3.3
Subjek Penelitian Menurut Mukhtar (2013:89) “Subjek Penelitian adalah orang yang berada
dalam situasi sosial yang ditetapkan sebagai pemberi informasi dalam sebuah penelitian atau dikenal dengan informan”. Dalam penentuan informan penelitian ini adalah dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti yang diungkap oleh Mukhtar (2013:91) adalah sebagai berikut : (1) Mereka yang relatif paham tentang masalah dan penelitian yang akan dilaksanakan, (2) Mereka yang mengetahui situasi sosial yang menjadi lokasi penelitian, (3) Mereka yang tidak berada dalam konflik dengan teman sejawat, bawahan, dan atasan, (4) Mereka yang mau berbagi informasi, ilmu dan pengetahuan, (5) Mereka yang bertanggungjawab atas informasi yang diberikan, (6) Mereka orang yang dapat dipercaya.
Berdasarkan pendapat Mukhtar inilah peneliti menetapkan bahwa Subjek dalam penelitian ini yaitu guru kelas V, kakak pelatih pramuka dan seluruh siswa kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri. Yang
berjumlah 20 siswa, 13 siswa
perempuan dan 7 siswa laki-laki.
3.4
Data dan Sumber Data Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data. Bagaimana
peneliti akan dapat menghasilkan temuan, jika peneliti tidak memperoleh data. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2010:238) menjelaskan bahwa “Data adalah bahan nyata yang dijadikan sebagai dasar kajian (analisis dan kajian)”.
26
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dari berbagai cara. Menurut Sugiyono (2014:193) menjelaskan bahwa “bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada
pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Dengan melihat penjelasan di atas sumber data primer pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri sedangkan sumber data sekunder pada penelitian ini adalah kakak pelatih pramuka dan guru kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri.
3.5
Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelittian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2014:305). Peneliti disini berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas hasil penelitian. Adapun instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 3.5.1 Lembar observasi Lembar
observasi
digunakan
sebagai
alat
mengukur
pelaksanaan
ekstrakurikuer pramuka dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri.
27
3.5.2 Pedoman Wawancara Dalam melakukan wawancara terstruktur, pengumpul data/peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disediakan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada guru kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri. Pedoman wawancara 1) Aspek Manajemen
: Membentuk Karakter Disiplin Siswa
2) Fokus Wawancara
: Pelaksanaan Ekstrakurikuler Pramuka
3) Responden
: Guru
4) Waktu Wawancara
: Tanggal ..... Jam ....
5) Jalannya Wawancara
: Wawancara Tersruktur
Tabel 2. Pedoman wawancara Pertanyaan 1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka dalam membentuk karakter siswa? 2. Apakah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka karakter siswa akan terbentuk? 3. Setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Apakah siswa menjalankan tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan? 4. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana karakter disiplin siswa sebelum dan sesudah mengikuti esktrakurikuler pramuka?
28
3.6
Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2014:308) menjelaskan bahwa “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari berbagai segi cara atau tehnik pengumpulan data, tehnik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik observasi (pengamatan), interview (wawancara) dan dokumentasi. 3.6.1 Teknik Observasi (Pengamatan) Didalam setiap penelitian perlu dilakukan tehnik penelitian, agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diambil dalam penelitian ini. Tehnik yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini adalah tehnik observasi. Observasi merupakan tehnik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara teliti dan sistematis atas fenomena yang sedang berlangsung. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2014:203) “Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Hal ini dipertegas oleh Kartono (dalam Gunawan, 2013:143) “Observasi ialah study yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya menurut Bungin (dalam Satori dan Komariah, 2012:105) “Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan”.
29
Dengan demikian maka, observasi adalah kegiatan mengamati yang dilakukan oleh seorang peneliti secara langsung di lapangan secara sistematis. Peneliti memilih jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi pasif, yaitu “Dalam hal ini peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugoyono, 2014:312)”. Dimana dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi di SDN No. 17/I Rantaupuri khususnya dikelas V. Tabel 2. Kisi-kisi observasi kegiatan pelaksanaan ekstrakurikuer pramuka dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri ASPEK
INDIKATOR
Disiplin Tepat waktu, tidak
DESKRIPTOR •
terlambat
Siswa
datang
sebelum
kegiatan
ekstrakurikuler pramuka dimulai •
Memberikan keterangan saat tidak dapat hadir
•
Siswa
mengikuti
apel
pembuka
dan
penutup Taat pada peraturan •
Siswa tidak melanggar peraturan saat
yang berlaku
mengikuti ekstrakurikuler pramuka •
Siswa
memakai
kelengkapan
atribut
pramuka •
Membuang sampah pada tempatnya
Menjalankan tugas •
Melaksanakan
sesuai jadwal yang
pembina
ditentukan
•
perintah
dari
kakak
Mengerjakan tugas tepat waktu
Dari kisi-kisi di atas maka dikembangkan menjadi lembar observasi. Lembar observasi di atas dilaksanakan ketika kegiatan ekstrakurikuler pramuka berlangsung pada siswa kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri.
30
3.6.2 Teknik Wawancara (Interview) Teknik wawancara adalah teknik untuk mendukung tehnik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini. Menurut Setyadin (dalam Gunawan, 2013:160) “Wawancara adalah suatu pecakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”. Selanjutnya Esterberg (dalam Sugiono, 2014:317) “Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik tertentu”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik wawancara untuk mendapatkan data. Data itu berasal dari narasumber, narasumber yang dimaksud disini adalah siswa sebagai narasumber primer dan guru sebagai nara sumber sekunder. Peneliti menetapkan siswa kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri sebagai narasumber dari penelitian ini. Tabel 3. Kisi-kisi wawancara guru DESKRIP INFOR INDIKATOR TOR MAN Guru Tepat waktu, Membiasatidak terlambat
kan
hadir
tepat waktu
SOAL WAWANCARA 1. Apakah siswa hadir 15 menit sebelum bel berbunyi? 2. Apakah
siswa
sering
keluar
masuk kelas tanpa izin? 3. Apakah siswa mengumpulkan tugas tepat waktu? 4. Apakah siswa ada membolos? 5. Apakah siswa sering tidak masuk sekolah? Taat
pada
Membiasa-
1. Bagaimana
peraturan yang
kan mema-
siswa?
berlaku
tuhi aturan
cara
berpakaian
2. Apakah siswa memakai pakaian
31
muslim pada hari jum’at? 3. Apakah siswa sering melanggar peraturan sekolah? 4. Apakah ada siswa yang bolos sekolah? 5. Apakah siswa ribut
didalam
kelas? Menjalankan
Mengguna-
tugas
sesuai
kan pakaian
olahraga
jadwal
yang
sesuai
olah raga?
ditentukan
jadwal sekolah
1. Apakah siswa memakai pakaian pada jam pelajaran
2. Apakah siswa memakai pakaian muslim pada hari jum’at? 3. Apakah
siswa
melaksanakan
perintah dari guru? 4. Bagaimana
siswa
dalam
berpakaian saat disekolah? 5. Apakah pada saat upacara siswa berpakaian lengkap seperti topi, dasi dan kaos kaki putih?
3.6.3 Teknik Dokumentasi Dalam penelitian kualitatif teknik dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut Bungin (dalam Gunawan, 2013:177) “Teknik dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data historis”. Selanjutnya Gunawan sendiri (2013:178) menyimpulkan bahwa “Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian”.
32
3.7
Teknik Analisis Data Melakukan analisis data bukan pekerjaan yang mudah, memerlukan kerja
keras. Analisis menggunakan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiono, 2014:335). Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. a)
Pengumpulan data Keseluruhan hasil data dari tehnik pengumpulan data yang peneliti
gunakan, yaitu : observasi, wawancara dan dokumentasi. Data tersebut biasa disebut data sementara/data mentah. b)
Reduksi data Mereduksi data berarti merangkum memilih, memilih hal-hal pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam
33
melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. c)
Penyajian data (Displey data) Setelah data reduksi maka, langkah selanjutnya adalah penyajian
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukaan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014:341) “Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”. d)
Kesimpulan (Verification) Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Menurut Sugiyono (2014:345) berpendapat bahwa : Kesimpulan awal yang dikemukakan oleh peneliti masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah apakah peranan ekstrakurikuler pramuka akan mambentuk karakter disiplin siswa atau tidak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDN No.17/I Rantaupuri Kec. Muara Bulian, Kab. Batanghari adalah salah satu unit pendidikan yang bersifat umum dan mendasar untuk mendidik siswa kejenjang pendidikan tahap pertama. Didalam bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Didalamnya akan membahas data hasil penelitian, yaitu data tentang Pelaksanaan Ekstrakurikuler dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri. Peneliti melakukan penelitian di SDN No.17/I Rantaupuri, penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 September s.d 24 Oktober 2015. Alasan peneliti memilih tempat ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana Pelaksanaan Ekstrakurikuler dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri. Didalam kegiatan penelitian ini, pertama peneliti melaksanakan kegiatan observasi pada saat siswa melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka, yang kedua wawancara mengenai Pelaksanaan Ekstrakurikuler dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No. 17/I Rantaupuri, dalam hal ini guru kelas V dan pembina pramuka yang akan menjadi narasumber bagi peneliti dan terakhir peneliti akan mengambil beberapa foto sebagai dokumentasi.
34
35
4.1.2 Sejarah Singkat SDN No.17/I Rantaupuri SDN No.17/I Rantaupuri, berdiri pada tahun 1955, terletak di Jl. JambiMa.Bulian KM 46 Kec. Ma. Bulian Kab. Batanghari. Kini sekolah ini berusia ± 60 Tahun. Tabel 5. Data Kepala SDN No.17/I Rantaupuri
No 1 2 3 4 5 6
NAMA Jamaran Rasibah Ali Amri Sumardi A.Ganso, S.Pd Mardiah, S.Pd
Sumber Data : SDN No.17/I Rantaupuri
Tanpa sarana dan prasarana yang cukup, suatu sekolah tidak akan mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif. Untuk itu SDN No.17/I Rantaupuri berusaha keras untuk melengkapi kebutuhan ini, dengan bantuan Komite Sekolah SDN No.17/I Rantaupuri kini telah memiliki sarana dan prasarana yang representatif dan patut dibanggakan walaupun belum maksimal. 4.1.3 Visi, Misi dan Tujuan SDN No.17/I Rantaupuri Berdasarkan temuan dilapangan SDN No. 17/I Rantaupuri memiliki Visi, Misi dan tujuan, diantaranya : a) Visi “Unggul Dalam Prestasi Dalam Iman Dan Takwa” b) Misi 1. Mengembangkan sikap bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Menanamkan sikap disiplin terhadap sekolah dan masyarakat 3. Melatih kebiasaan membaca, menulis dna menghitung 4. Menanamkan sikap hidup mandiri 5. Menciptakan susasana saling menghormati
36
c) Tujuan 1. Siswa taat terhadap peraturan yang berlaku 2. Siswa mampu membaca menulis dan menghitung 3. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan spiritual, sosial, kemampuan, dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi Ditahun ajaran 2014/2015 SDN No.17/I Rantaupuri
Kecamatan Muara
Bulian, Kabupaten Batanghari memiliki jumlah siswa 147 siswa, dan memiliki jumlah tenaga pengajar 17 orang yang terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 6 guru mata pelajaran, 2 guru agama, 1 guru bahasa inggris, 1 tenaga administrasi (TU) dan 1 penjaga sekolah. Tabel 6.
Data jumlah dan robongan belajar tahun 2014/2015
Kelas I II III IV V VI
Jumlah Murid L P 12 8 12 9 4 11 14 14 17 13 17 16 Jumlah
Jumlah 20 21 15 28 30 33 147
Sumber Data : SD Negeri No.17/I Rantaupuri
Tabel 7. Kondisi Guru dan Pengajar STATUS KEPEGAWAIAN
IJAZAH TERTINGGI
JABATAN GURU KELAS
GURU MAPEL
GURU AGAMA
GURU B.ING
STAF TU
PENJAGA SEKOLAH
CLEANING SERVICE
JML SOPIR
SECURITY
SD Pegawai Negeri Sipil (PNS)
NON
SMP SMA/SMK DI/DII/DIII
S1 S2 SD SMP
4 2
3
4 7
2
1
1
37
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
SMA/SMK D1/DII/DIII
S1
1 2
1
1 4
1
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SD NEGERI NO. 17/I RANTAUPURI Wali Murid
Kepala Sekolah Mardiah, S.Pd
Komite Sekolah
Wa. Kepala Sekolah Dumaria. S, S.Pd.SD
Wali Kelas I Akromah, A. Ma
Wali Kelas II Permai, S.Pd
Wali Kelas III Asni Gultom, A, Ma
Wali Kelas IV Robiatul H. S.Pd.I
Wali Kelas V Antoni, S.Pd
Wali Kelas VI Dumaria. S, S.Pd.SD
Guru Mata Pelajaran
Guru Bahasa Inggris Daris, S.Pd.I
Guru Agama Islam Eva Diana, S.Pd.I
Guru PLH Rika. N, S.Pd.SD
Guru SBK Meliatawati, A. Ma. Pd
Guru Agama Islam Nilawati, S.PdI
Guru SBK Meliatawati, A. Ma. Pd
Guru Penjas Deni alpian
Operator Uswatun Hasanah, S.Pd.I
Guru Penjas Jafar, S.Pd
PENJAGA SEKOLAH Andri
SISWA-SISWI
38
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian Hasil penelitian dapat diuraikan berdasarkan data yang akan menjawab
rumusan masalah. Data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian data penelitian tersebut dianalisis sehingga memperoleh kesimpulan yang akan menjawab rumusan masalah penelitian. Kegiatan observasi ini dilakukan di SDN No17/I Rantaupuri. Kegiatan observasi pertama kali peneliti lakukan adalah melihat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Adapun hasil penelitian ini meliputi perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler pramuka, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka, membentuk karakter disiplin siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri. 4.2.1 Perencanaan Program Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam pelaksanaan program ekstrakurikuler dibutuhkan suatu perencanaan. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka, maka peneliti terlebih dahulu menanyakan mengenai perencanaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 September 2015 dengan ibu Melistawati, A. Ma, Pd selaku pembina pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri. Berdasarkan
hasil
wawancara
mengenai
perencanaan
kegiatan
ekstrakurikuler pramuka, beliau mengatakan bahwa : “yang ibu lakukan di dalam merencanakan kegiatan kepramukaan adalah menyusun program kerja tahunan, menyusun kegiatan, dan menyiapkan materi yang akan diberikan kepada anggota
39
pramuka”. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan observasi yang telah peneliti lakukan sebelumnya pada tanggal 23 September 2015. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan SDN No.17/I Rantaupuri terlebih dahulu membuat perencanaan kegiatan meliputi menyusun program kerja, menyusun kegiatan, dan menyiapkan materi yang akan diberikan kepada anggota pramuka. 4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran pokok, baik itu dilakukan di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri dibina oleh seseorang yang memiliki pengetahuan kepramukaan. Kemudian kakak pembina membuat perencanaan kegiatan dan menyiapkan materi kepramukaan yang nantinya akan dipelajari oleh siswa. Selanjutnya kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang nantinya akan mendeskripsikan pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka dalam membentuk karakter disiplin siswa. Pelaksanan kegiatan ekstrakurikuler di SDN No.17/I Rantaupuri diawali dengan apel pembukaan kegiatan ekstrakurikurikuler pramuka, lalu pemberian materi dan terakhir ditutup dengan apel penutupan kegiatan ekstrakurikuler. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil observasi yang peneliti lakukan yaitu kegiatan ekstrakurikuler di SDN No.17/I Rantaupuri dilaksanakan setiap hari Jum’at, dimulai pada pukul 14.00 s.d 16.00 WIB. Sebelum memulai kegiatan,
40
pembina pramuka dan anggota pramuka melakukan apel pembukaan kegiatan pramuka. Gambar 1. Pembina pramuka sedang melakukan apel pembukaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka
Dokumentasi observasi : Tanggal 2 Oktober 2015 Kegiatan selanjutnya, setelah apel pembukaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka adalah pemberian materi. Pemberian materi ini dikondisikan dengan materi yang akan diberikan, pemberian materi bisa dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Jika materi yang akan disampaikan hanya berupa materi maka kegiatannya dilakukan di dalam ruangan, dalam hal ini ruangan yang digunakan untuk melakukan kegiatan kepramukaan masih menggunakan ruang kelas pagi, sedangkan jika materi yang akan diberikan berupa praktek maka kegiatannya dilakukan di halaman sekolah. Dikarnakan pada saat peneliti melakukan observasi pembina pramuka sedang memberikan materi yang tidak membutuhkan praktek maka pemberian materi dilakukan di dalam ruangan.
41
Gambar 2. Pemberian materi Tri Satya dan Dasa Darma oleh pembina pramuka di dalam ruangan.
Dokumentasi obsevasi : 2 Oktober 2015 Gambar 3. Pembina pramuka sedang melakukan apel penutupan kegiatan ekstrakurikuler pramuka
Dokumentasi Observasi : 2 Oktober 2015 Kegiatan terakhir adalah kegiatan apel penutupan kegiatan ekstrakurikuler pramuka,
pada
kegiatan
ini
pembina
pramuka
mengevaluasi
kegiatan
kepramukaan dari awal hingga akhir pembelajaran. Pada saat kegiatan apel penutupan kegiatan ekstrakurikuler pramuka inilah pembina melakukan penilaian, seperti : apakah siswa datang sebelum kegiatan ekstrakurikuler pramuka dimulai, bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan apakah siswa melaksanakan perintah dari kakak pembina pramuka pada saat kegiatan ekstrakurikuler berlangsung.
42
Hal tersebut sesuai wawancara dengan pembina pramuka SDN 17/I Rantaupuri yang mengungkapkan bahwa : Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikulum di SDN No. 17/I Rantaupuri ini dilaksanakan pada hari jum’at, dimulai dari jam 14.00 s.d 16.00 WIB.
Pada proses pelaksanaannya, diawali dengan apel pembukaan latihan pramuka, setelah itu pemberian materi (pemberian materi ini bisa didalam ruangan atau dihalaman sekolah) disesuaikan dengan materi yang akan diberikan kepada siswa selajutnya kegiatan terakhir apel penutupan latihan pramuka.
4.2.3 Membentuk Karakter Disiplin Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki program-program yang bertujuan untuk melatih kedisiplinan siswa seperti pelaksanaan apel pembuka dan penutupan kegiatan ekstrakurikuler pramuka, materi-materi kepramukaan yang dapat meningkatkan kedisiplinan siswa seperti materi Latihan Baris-Berbaris (LBB), dan tata tertib yang dibuat dan disetujui oleh pembina pramuka. Lalu melalui bentuk pelatihan yang diterapkan oleh pelatih. Adapun tata tertib yang digunakan dalam menumbuhkan disiplin siswa menurut hasil wawancara dengan ibu Melitawati selaku pembina pramuka bahwa : Tata tertib yang ada pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka berjalan sesuai dengan proses kegiatan yang berlangsung. Salah satu tata tertib yang berlaku yaitu datang tepat waktu, latihan harus rutin, dan harus bersikap baik dan sopan. Anggota pramuka juga diharapkan dapat menerapkan peraturan sekolah yang berlaku.
Sedangkan sangsi yang diberikan apabila siswa melanggar tata tertib menurut ibu Melitawati yaitu : “Apabila siswa melanggar tata tertib maka siswa akan mendapatkan hukuman, maksud hukuman disini adalah hukuman yang mendidik. Contohnya siswa yang datang terlambat maka siswa tersebut akan mendapat hukuman harus menghapal Tri Satya atau Dasa Darma dan sebagainya”
43
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 2 Oktober 2015 yaitu ada beberapa siswa yang tidak datang pada latihan ekstrakurikuler pramuka minggu lalu, maka siswa tersebut mendapatkan hukuman berupa wajib menghapal salah satu kode kehormatan pramuka (Tri Satya atau Dasa Darma). Gambar 4. Siswa yang dihukum karena tidak hadir pada pertemuan minggu lalu
Dokumentasi Observasi : 2 Oktober 2015 Dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat digambarkan bahwa efektifitas ekstrakurikuler dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas V di SDN No.17/I Rantaupuri dapat melalui tata tertib dan pelaksanaan apel pembukaan dan pentupan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. 4.2.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam suatu program kegiatan pasti terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaannya. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang ada di SDN No.17/I Rantaupuri. Meskipun sebenarnya kegiatan ini sangat mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu sekolah nantinya. Dalam hal ini, dukungan dan hambatan yang ada menjadikan acuan agar lebih
44
baik lagi dalam melaksanakan program kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Sehubungan dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di SDN No.17/I Rantaupuri. Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri diantaranya : (1) siswa sangat anatusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka; (2) sarana dan prasaran yang tersedia di sekolah untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler pramuka seperti, stok, tenda, ruangan untuk menerima materi dan halaman sekolah memang cukup luas. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain : (1) ada beberapa siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka karena tidak mendapatkan izin dari orang tua mereka; dan (2) akhir-akhir ini kegiatan ekstrakurikuler diliburkan untuk sementara waktu karena kabut asap yang semakin tebal. Hasil observasi di atas, diperkuat dengan hasil wawancara yang telah yang telah peneliti lakukan dengan kakak pembina pramuka, bahwa : Sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD ini salah satunya SDM (sumber daya manusia), dimana siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pihak sekolah juga ikut memberi dukungan berupa penyediaan sarana dan prasarana sekolah seperti stok untuk latihan, ruang kelas dan halaman sekolah. Sedangkan faktor penghambat kegiatan ekstraurikuler pramuka yaitu orang tua murid yang kadang tidak mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan berbagai alasan dan cuaca yang akhir-akhir ini dengan banyaknya asap yang menyelimuti kota Jambi sehingga membuat kegiatan KBM diliburkan beberapa saat sehingga berimbas pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
Dari penjelasan pembina pramuka di atas dan observasi yang telah peneliti lakukan
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor
pendukung
kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri adalah dari segi sarana dan prasarana sekolah yang sangat medukung kegiatan ekstrakurikuler dan antusia
45
siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Sedangkan faktor hambatan dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka adalah izin dari orang tua murid dan kabut asap yang semakin tebal. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SD ini salah satunya SDM (sumber daya manusia), dimana siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pihak sekolah juga ikut memberi dukungan berupa penyediaan sarana dan prasarana sekolah seperti stok untuk latihan, ruang kelas dan halaman sekolah. Sedangkan faktor penghambat kegiatan ekstraurikuler pramuka yaitu orang tua murid yang kadang tidak mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan berbagai alasan dan cuaca yang akhir-akhir ini dengan banyaknya asap yang menyelimuti kota Jambi sehingga membuat kegiatan KBM diliburkan beberapa saat sehingga berimbas pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
4.3
Pembahasan Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mengenai
pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka dalam membentuk karakter disiplin siswa di SDN No.17/I Rantaupuri, dapat dijelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib bagi siswa kelas IV sampai kelas VI. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan kegiatan ekstrakurikuler pramuka akan dapat membentuk karakter disiplin siswa. Temuan peneliti yaitu : 1. Perencanaan program ekstrakurikuler dapat dilihat pada program kerja tahunan kegiatan ekstrakurikuler pramuka, penyusunan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan menyiapkan materi yang akan diberikan kepada anggota pramuka. 2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka diawali dengan kegiatan apel pembukaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka, pemberian materi kepada anggota pramuka dan terakhir kegiatan apel penutupan ekstrakurikuler pramuka.
46
3. Pembentukan karakter disiplin siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat diwujudkan melalui tata tertib yang ada pada pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka, materi yang mengandung unsur kedisiplinan dan pelaksanaan apel pembukaan dan pentupan kegiatan. 4. Adanya faktor pendukung dan penghambat pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Faktor kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN No.17/I Rantaupuri diantaranya : (1) siswa sangat anatusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka; (2) sarana dan prasaran yang
tersedia di sekolah untuk menunjang kegiatan
ekstrakurikuler pramuka seperti, stok, tenda, ruangan untuk menerima materi dan halaman sekolah memang cukup luas. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain : (1) ada beberapa siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka karena tidak mendapatkan izin dari orang tua mereka; dan (2) akhir-akhir ini kegiatan ekstrakurikuler diliburkan untuk sementara waktu karena kabut asap yang semakin tebal. Dari hasil kegiatan obaservasi yang peneliti lakukan, diperoleh bahwa siswa sangat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dilihat dari semangat siswa dan semakin banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, dengan begitu diharapkan karakter disiplin siswa akan terbentuk. Menurut Aqib (2012:97) mengatakan “Melalui kegiatan kepramukaan inilah akan tertanam proses pembelajaran pendidikan, melalui kegiatan kerja kelompok, dalam regu, cinta tanah air, kebersamaan, kedisiplinan, kerja sama, saling menghargai, kerukunan, kekeluargaan, kepemimpinan,
47
keberanian, kejujuran, bakti sosial, rasa tanggung jawab, dan lain-lain”. Dimana disetiap kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki unsur kedisiplinan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikurikuler pramuka mempunyai nilai disiplin lebih baik dan sopan santun yang baik. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka diyakini dapat membantu siswa dalam membentuk karakter disiplin.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dari
temuan
dan
pembahasan
penelitian
mengenai
Pelaksaan
Ekstrakurikuler Pramuka dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SDN No.17/I Rantaupuri Kecamatan Muara Bulian, diketahui bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka dapat membentuk karakter disiplin siswa kelas V SDN No.17/I Rantaupuri. Kegiatan kepramukaan ini didukung sepenuhnya oleh pihak sekolah.
5.2
Saran Berdasarkan dari temuan-temuan hasil penelitian, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut : 1. Hendaknya kepala sekolah agar selalu memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Memberikan sosialisasi bagi oarang tua wali murid yang tidak mengizinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Sehingga program sekolah dalam meningkatkan mutu di sekolah berjalan dengan baik. 2. Hendaknya,
kepada
pembina
pramuka
untuk
meningkatkan
kompetensinya dalam kepramukaan dan dapat terus menumbuhkan kedisiplinan
siswa
yang
akhirnya
peningkatan
belajar, kehidupan sehari-hari, bahkan akan tertanam
dimasa depan siswa.
48
akan
berpengaruh
terhadap
49
3. Kepada peneliti lain untuk bisa mengkaji dan meneliti ulang masalah ini, sebab hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jogjakarta : PT Prestasi Pustakaraya Aqib, Z. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Kepribadian Anak. Bandung : CV Yrama Widya Barnawi. Dan Arifin, M. 2012. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogyakarta : AR-RUZZ Media Burhanidin, Afid. Diakses tanggal 20 januari 2014. Pengelolaan ekstrakurikuler di sekolah. http://www.pengelolaanekstrakurikulerdisekolah.burhanudin.html Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Yogyakarta : Gava Media Gunawan, H. 2014. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta Gunawan, I. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif : Teori Praktik. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hamid, H. Dan Soebani, B, I. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia Ilyas. Dan Qoni. 2012. Buku Pintar Pramuka. Yogyakarta : Familia Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Bumi Aksara Fadillah, M. Dan Khorida, L, M. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep & Aplikasinya Dalam PAUD. Jogjakarta :AR-RUZZ Media Mustari, M. 2014. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Nuraini, I. 2010. Kamus bahasa indonesia. Bogor : CV Duta Grafika
50
51
Nurpiana, E. 2013. Penanman Karakter Disiplin Dan Tanggung Jawab Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan Di Sleman Jogjakarta, Skripsi. Universitas islam negeri sunan kalijaga, yogyakarta Pustaka Phoenix, 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta : PT Media Pustaka Phoenix Satori dan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D). Bandung : Alfabeta Suryabrata, S. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Tim Penyusun. 2009. Paduan Penulisan Proposal Dan Skripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jambi : Universitas Jambi Tim Penyusun. 2011. Pendekatan penulisan skripsi. Jambi : Universitas Jambi Wibowo, A. 2013. Menejemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Wiyani, N. A. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta : AR-RUZZ Media