BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era-globalisasi saat ini kita dituntut untuk siap dalam bersaing dalam segala hal khusunya dalam bidang pendidikan. Banyak sekali ilmu-ilmu yang sangat penting yang harus kita kuasai, salah satunya adalah ilmu mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai perananan yang sangat penting dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam jenjang pendidikan tingkat sekolah dasar mata pelajaran matematika melatih siswa untuk berpikir kritis, logis, deduktif dan sistematis serta memiliki sifat objektif dan jujur dalam memecahkan suatu masalah serta bermanfaat bagi siswa dijenjang pendidikan tingkat lanjutan. Mengingat pentingnya perananan matematika, khususnya tingkat sekolah dasar, maka siswa dituntut menguasai ilmu-ilmu matematika. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional juga menekankan dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika agar murid memiliki: 1) kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata, 2) kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, 3) kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, logis, sistematis, bersifat objektif, dan jujur (Abdurrahman, 2003:21). Berangkat dari permasalahan tersebut, diperlukan proses pembelajaran yang secara nyata dapat meningkatkan kualitas dari pembelajaran matematika tersebut. Karena matematika tidak bisa dilakukan secara instan, maka dalam proses perbaikan kualitas belajar matematika harus dilakukan secara bertahap dari yang paling dasar yakni pada peningkatan keterampilan matematika, pengembangan penyelesaian masalah matematika dan perbaikan cara belajar matematika. Harapan tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3,yakni:
1
2
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Lebih lanjut berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitung peserta didik, secara khusus merupakan keinginan pemerintah dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang dapat pula dilihat dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 4 ayat 5, yang menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”. Berangkat dari hal tersebut, pendidikan di Indonesia selalu mengupayakan proses pendidikan yang ideal dalam mencapai tujuan, namun kenyataanya dalam proses pendidikan di sekolah masih banyak terjadi kesenjangan, dimana sering ditemukan siswa kurang semangat dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, khususnya pada pelajaran berhitung
seperti
mata
pelajaran
matematika,
sehingga
berujung pada
ketidakefektifan proses pembelajaran. Hal inilah yang terjadi sehingga banyak siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Tenaga pengajar (guru) dalam pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi pembelajaran tersebut, sehingga ada perubahan dalam proses pembelajaran matematika yaitu dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Namun permasalahan yang sering kita jumpai dalam pembelajaran khususnya saat melakukan pembelajaran mata pelajaran matematika guru hanya melakukan ceramah dengan memberikan rumus-rumus secara langsung tanpa melakukan percobaan unuk menemukan rumus-rumus tersebut sehingga siswa hanya tahu dan harus mengingat tanpa memahami cara menemukan suatu rumus sehingga akan mudah lupa. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pelajaran yang siswa terima hanya bersifat konsep yang sulit dipahami, dalam proses pembelajaran di SD Negeri 3 dan 4 Jambangan guru kelas III menyampaikan materi pembelajaran tentang keliling persegi dan persegi panjang hanya
3
menggunakan metode ceramah dan penugasan, guru langsung memberikan rumus mencari keliling persegi dan persegi panjang tanpa mengajak siswa mencari dan menemukan sendiri rumus keliling persegi dan persegi panjang, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal itulah yang membuat siswa kesulitan dan kurang memahami dalam mengerjakan soal-soal matematika sehingga siswa mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran serta kurang menyukai pelajaran matematika. Di kelas III SDN 3 Jambangan dari 30 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 9 siswa saja yang lainnya masih di bawah KKM. Sedangankan di SDN 4 Jambangan dari 31 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 8 siswa. Berangkat dari permasalahan di atas maka perlu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan juga pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Salah satu model pembejaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), karena model ini selain dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran juga dapat melatih keterampilan siswa dalam bekerja dan juga membantu siswa dalam memahami sebuah materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Bruner (dalam Dahar, 1996:57) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, dapat menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dalam model pembelajaran penemuan terbimbing ini peran guru hanya memberikan persoalan dan memfasilitasi serta membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari suatu persoalan dengan cara yang sistematis sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Model lain yang dapat digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika adalah model Pemecahan Masalah (Problem Solving). Model Pemecahan Masalah merupakan model yang menghadapkan siswa pada masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari. Di sini siswa akan mencari solusi bagaimana memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara yang menurut
4
mereka tepat. Hudoyo dan Sutawidjaya (1996/1997: 189) berpendapat bahwa pemecahan masalah dapat diartikan sebagai penggunaan matematika baik untuk matematika itu sendiri maupunaplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan ilmu pengetahuan yang lain yang belum diketahui penyelesaiannya ataupun masalah-masalah yang belum dikenal. Serta Branca (1980: 3) (dalam Tatag Prayogo, 2013) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang diklasifikasikan sebagai pemecahan masalah dalam matematika diantaranya menyelesaikan soal cerita dalam buku teks, menyelesaikan soal-soal tidak rutin atauoun memecahkan masalah teka-teki, penerapan matematiak pada masalah yang diahadapi dalam kehidupan nyata. Kedua model diatas menurut penulis dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sehingga siswa dapat memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran dan siswa bisa mendapatkan nilai di atas nilai KKM. Berangkat dari hal tersebut maka peneliti terdorong untuk mengambil judul penelitian “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan Model Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas III SDN 3 Jambangan
dan SDN 4
Jambangan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Adakah Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan Model Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas III SDN 3 Jambangan
dan SDN 4 Jambangan Semester II Tahun Pelajaran
2015/2016?” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan Model Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas III SDN 3 Jambangan dan SDN 4 Jambangan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Memberi sumbangan kepada dunia pendidikan khususnya pada mata
pelajaran matematika dan memperluas hasil penelitian demi kemajuan pendidikan serta memberikan gambaran mengenai penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dan pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika. 1.4.2
Manfaat Praktis
1. Bagi Guru Memperluas pengetahuan guru-guru dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dan pemecahan masalah yang diterapkan menjadi lebih menarik dan menyenangkan untuk dikembangkan supaya pelajaran matematika tidak menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan sukar dipelajari bagi peserta didik. 2. Bagi Siswa Dengan penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dan mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dalam suasana yang menyenangkan. 3. Bagi Sekolah Dengan adanya penelitian ini, memberikan masukan bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dan pemecahan masalah kedalam pembelajaran matematika yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Sehingga pandangan peserta didik terhadap mata pelajaran matematika tidaklah menakutkan dan sukar dipelajari.