BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persaingan perusahaan satu dengan perusahaan lain semakin ketat di era globalisasi ini. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam merebutkan posisi yang strategis agar eksistensinya diakui. Banyak cara ditempuh perusahaan dalam menghadapi persaingan ini, mulai dari mengembangkan teknologi dan alat-alat produksi, meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan produktivitas perusahaan (Johnson, 2001). Peningkatan produktivitas perusahaan bisa diawali dengan menentukan strategi dan kebijakan manajemen, khususnya dalam bidang sumber daya manusia (Darmawati, Hidayati, Herlina, 2013). Salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas melalui sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan komitmen organisasi karyawan. Kelangsungan dan kesuksesan dari perusahaan tidak cukup hanya bergantung pada karyawan yang berpotensi saja, perusahaan juga memerlukan karyawan yang mau dan bersedia untuk bekerja semaksimal mungkin demi kepentingan perusahaan dan bersedia terlibat secara penuh dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Karyawan dengan komitmen organisasi yang tinggi cenderung mau melakukan usaha yang maksimal bagi kesuksesan dan kemajuan perusahaan (Utomo, 2002). Pengertian komitmen sendiri tidak hanya sekedar bentuk kesediaan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi dalam jangka waktu yang lama. Lebih dari itu, karyawan akan bersedia untuk mengerjakan tugas dan kewajibannya melampaui batas yang diwajibkan organisasi (Muchinsky, 2003). Peran komitmen terhadap organisasi dalam meningkatkan produktivitas kerja sumber daya manusia sangat besar. Karyawan yang memiliki komitmen
1
2
organisasi yang tinggi akan memandang suatu pekerjaan itu memiliki nilai yang tinggi, sehingga mereka akan dengan suka rela menyatukan dirinya dengan pekerjaannya. Terlebih lagi, mereka akan bersedia menginvestasikan waktu, kemampuan, dan energinya untuk pekerjaan. Selanjutnya perilaku tersebut akan terwujud pada produktivitas kerja yang tinggi (Chusmir, 1982). Menurut Sanders, Nauta, & Koster (2003) menyebutkan bahwa terdapat tiga alasan perusahaan perlu memperhatikan komitmen organisasi dalam rangka meningkatkan kualitas SDM agar produktivitas perusahaan turut meningkat, yaitu: 1.
Pegawai yang memiliki komitmen organisasi tinggi cenderung akan lebih termotivasi dan memiliki kemauan yang lebih untuk bekerja melebihi kewajibannya
2.
Pegawai yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar sehingga mengurangi kewajiban manajer untuk selalu melakukan pengawasan
3.
Pegawai yang memiliki komitmen organisasi tinggi memiliki kecenderungan rendah untuk meninggalkan organisasi. Berdasarkan survei yang dilakukan Wyatt (Tommy & Julia, 2004) pada 7.500
karyawan dari berbagai perusahaan yang ada di Amerika Serikat, ditemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki karyawan dengan komitmen organisasi yang tinggi memiliki total keuntungan sebesar 112% dibandingkan perusahaan yang memiliki komitmen organisasi rendah yaitu 76%. Survei mengenai tingkat komitmen organisasi jugadilakukan oleh Lembaga Konsultan Sumber Daya Manusia (LKSDM) dengan melibatkan 8.000 responden dari 46 perusahaan yang mewakili 14 bidang industri di Indonesia. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki komitmen organisasi yang rendah. Akibatnya, perusahaan banyak mengalami kerugian besar seperti
3
menurunnya jumlah produktivitas, meningkatnya turn over, pemogokan kerja, demo dan lain-lain (Republika dalam Suseno& Sugiyanto, 2010). Hakim (2010) mengatakan bahwa saat ini masih banyak permasalahan yang timbul akibat kurang baiknya perusahaan dalam mengelola karyawan. Permasalahan ini meliputi rendahnya motivasi kerja, rendahnya kinerja, tuntutan untuk kenaikan upah, serta rendahnya komitmen organisasi. Handaru & Muna (2012) menyebutkan bahwa permasalahan yang sering terjadi di perusahaanadalah semakin meningkatnya turn overpada perusahaan. Banyak karyawan yang memutuskan untuk pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Tingginya tingkatturn over ini merupakan manifestasi darirendahnya komitmen organisasi yang disebabkan karena ketidakpuasan karyawan terhadap sosok pemimpin yang ada di perusahaan, ketidak sesuaian antara gaji yang diterima dengan pekerjaan yang diberikan sehingga kurang memotivasi karyawan untuk bekerja lebih keras lagi. Berdasarkan hasil observasi pada PT.X menunjukkan bahwa masih ada beberapa karyawan yang berbincang-bincang, merokok, dan makan di kantin pada waktu jam istirahat berakhir. Selain itu masih ada beberapa karyawan yang berada di mushola pada waktu jam sholat sudah berakhir. Selanjutnya berdasarkan wawancara pada beberapa karyawan PT. X diketahui bahwa: 1.
Beberapa karyawan berkeinginan untuk pindah dari perusahaan. Hal ini disebabkan karena kesempatan promosi susah didapatkan, persaingan antar rekan kerja sangat ketat, dan tidak cocok dengan cara kerja atasan
2.
Beberapa karyawan memilih pindah jika ada tawaran pekerjaan yang lebih menarik dengan fasilitas yang bagus dan gaji yang sesuai dengan beban kerja mereka
3.
Beberapa karyawan tidak terlalu paham mengenai visi, misi dan tujuan dari organisasi
4
Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa terdapatbeberapa karyawan PT. X yang memiliki komitmen organisasi rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Choleha & Far (1980) yang mengatakan bahwa salah satu manifestasi dari rendahnya komitmen organisasi karyawan adalah perilaku malas masuk kerja atau mangkir dari kerja yang ditandai dengan sering keluar ruangan kerja, sering menunda penyelesaian tugas, dan sering absen. Bartol (1979) menyebutkan bahwa salah satu dampak dari komitmen organisasi yang rendah adalah keinginan karyawan untuk pindah dari perusahaan (hal inilah yang menjadi penyebab meningkatnya turn over di perusahaan. Semua masalah yang timbul akibat rendahnya komitmen organisasi dalam suatu perusahaan tidak terlepas dari kepuasan kerja yang dirasakan karyawan. Rivai (2004) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Ketidakpuasan sering menjadi alasan utama bagi pegawai untuk tidak menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam pencapaian tujuan dari organisasi yang ditunjukkan dengan berbagai perilaku negatif. Perilaku negatif yang dimaksud seperti tidak masuk kerja tanpa alasan, sering meninggalkan ruangan saat bekerja, menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan, bahkan berkeinginan untuk keluar dari perusahaan. Qureshi, Shaleem, Basheer, Salahuddin, Sheikh dan Saadat (2012) menyebutkan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh job perfomance, job satisfaction (kepuasan kerja)dan marital status. Faktor yang memiliki korelasi positif dengan skor tertinggi adalah job satisfaction atau yang biasa disebut dengan kepuasan kerja.Melina dan Ratnawati (2012) juga mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitiannya kepuasan kerja memiliki kaitan yang cukup erat dengan komitmen organisasi karyawan. Banyak hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk meningkatkan komitmen organisasi karyawan, salah satunya dengan
5
meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui pemenuhan terhadap kebutuhan dari karyawan perusahaan. Hodge & Anthony (1988) berpendapat bahwa untuk meningkatkan komitmen organisasi karyawan perusahaan perlu melakukan beberapa hal yaitu: 1.
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman sehingga karyawan merasa puas dengan lingkungan kerjanya;
2.
Melibatkan karyawan dalam setiap aktivitas perusahaan. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapatdisimpulkan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah kepuasan kerja, maka fokus dari penelitian ini adalah mencari tahu apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi pada karyawan perusahaan.
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.
C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmupengetahuan khususnya di bidang industri dan organisasi, terutama mengenai teori-teori mengenai komitmen organisasi dan kepuasan kerja. b. Membuktikan hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi.
6
2. Manfaat Praktis: a. Sebagai data tambahan bagi perusahaan mengenai tingkat komitmen organisasi dan kepuasan kerja karyawan. b. Sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk meningkatkankepuasan kerja dan komitmen organisasi.