BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan bersejarah terkesan tidak menarik dan membosankan. Namun setiap negara pasti memiliki sejarah berdiri dan berkembangnya hingga saat ini. Dengan adanya sejarah maka akan diketahui asal usul, identitas diri suatu bangsa dan juga dapat memberikan sebuah pelajaran yang berharga. Keberadaan bangunan kuno dan bersejarah sangat penting karena merupakan bukti warisan dari generasi sebelumnya dan saksi bisu tentang sejarah perjalanan sebuah kota yang dapat ditemui hampir di setiap kota-kota baik kecil maupun besar di seluruh Indonesia. Sebagian besar masih dalam keadaan yang baik dan masih digunakan dan dijaga dengan baik, namun ada beberapa juga yang rusak dan terlantar sehingga perlu mendapat tindakan konservasi. Istana Maimun merupakan salah satu bangunan bersejarah dan juga ikon serta kebanggaan kota dan warga Medan. Dibangun pada 26 Agustus 1888 namun baru diresmikan pada 18 Mei 1891. Bangunan yang berada di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun ini menjadi salah satu tempat tujuan utama wisata di kota Medan. Sebelum membahas tentang Istana Maimun, hendaknya mengetahui sosok pemilik bangunan bersejarah tersebut. Istana Maimun adalah sebuah bangunan
1
Universitas Sumatera Utara
2
peninggalan sejarah masa kerajaan Melayu Sultan Deli ke-IX yaitu Sultan Ma‟moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang sudah berusia ratusan tahun. Kerajaan Deli berdiri sejak paruh pertama abad ke-17 M, hingga pertengahan abad ke-20, ketika bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama rentang masa yang cukup panjang tersebut, kerajaan Deli mengalami masa pasang surut silih berganti. Sultan Ma'moen Al Rasyid (1873-1924) berusaha melakukan perubahan sistem pemerintahan dan perekonomian. Perubahan sistem ekonomi yang dilakukan adalah pengembangan pembangunan pertanian dan perkebunan dengan cara meningkatkan hubungan dengan pihak swasta yang yang menyewa tanah untuk dijadikan perkebunan internasional. Pada tahun 1861, Kesultanan Deli secara resmi diakui merdeka dari Siak maupun Aceh, Kesultanan Deli berkembang pesat. Perkembangannya dapat terlihat dari semakin kayanya pihak kesultanan berkat usaha perkebunan, terutamanya tembakau, dan lain-lain. Tembakau Deli merupakan komoditas unggul yang sangat bernilai jual di dunia internasional saat itu. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli juga menjadi bukti perkembangan daerah ini pada masa itu, misalnya Istana Maimun dan Masjid Raya Medan. Istana Maimun merupakan salah satu dari sekian istana yang paling indah di Indonesia. Bangunan yang didominasi dengan warna kuning keemasan yang identik dengan warna khas Melayu, didirikan diatas tanah seluas 2.772 m2 dan mempunyai 30 ruangan, terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Istana ini memiliki
Universitas Sumatera Utara
3
arsitektur yang unik dengan perpaduan beberapa unsur kebudayaan Melayu bergaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Perpaduan ini menyuguhkan keunikan inilah yang memberikan karakter khas bangunannya. Keunikan perpaduan tradisi Melayu dengan kebudayaan Eropa pada bangunan interiornya yang terlihat dari ornamen lampu, kursi, meja, lemari, jendela serta pintu dorong. Pengaruh Islam dapat dilihat dari bentuk lengkung di beberapa bagian atap istana yang bentuknya menyerupai perahu terbalik yang kerap dikenal dengan sebutan Persia Curve yang biasanya dijumpai pada bangunan-bangunan di kawasan Timur Tengah, India atau Turki. Kemewahan interior dan bangunan fisik istana ini dimungkinkan karena sejak 2 abad silam berada dibawah Kesultanan Deli yang mengelola hasil perkebunan, minyak, dan rempah-rempah yang melimpah. Hasil bumi yang luar biasa tersebut memberikan penghasilan sangat besar kepada Kesultanan Deli dengan bukti kehadiran Istana Maimun yang megah. Saat ini istana tersebut masih dihuni oleh keluarga Sultan. Ruangan pertemuan, foto–foto keluarga kerajaan Deli, perabot rumah tangga Belanda kuno dan berbagai senjata, terbuka bagi masyarakat yang ingin mengunjunginya. Istana Maimun merupakan bukti fisik peninggalan sejarah yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri maka penting bagi masyarakat untuk mengetahui keberadaannya dengan memiliki kesadaran sejarah guna ikut serta memelihara kelestariannya. Menurut Cowherd (1999), konservasi bukanlah merupakan ilmu pasti tetapi lebih mirip suatu seni. Maksud dari pernyataan ini adalah warisan budaya
Universitas Sumatera Utara
4
tidaklah mungkin ditentukan dengan kriteria ilmiah dan terukur saja, tetapi lebih pada cerminan dari tata nilai masyarakat yang lebih berupa cerminan dari tata nilai masyarakat yang senantiasa berubah. Secara sederhana konservasi merupakan penyelesaian restorasi atau rekonstruksi bangunan dalam upaya mencapai idealisme kontemporer akan langgam murni dari bayangan masa lampau dengan mencerminkan perhatian terus-menerus akan pengkajian kritis terhadap nilai-nilai sejarah dari warisan lingkungan binaan, serta pemeliharaan dari penghancuran dini dan perusakan oleh kekuatan alam maupun manusia. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka dilakukan studi penelitian ini dengan judul penelitian “Kajian Konservasi Bangunan Bersejarah Di Medan (Studi Kasus: Istana Maimun)”
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apakah Istana Maimun layak dikonservasi apabila ditinjau dari pandangan masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah Istana Maimun layak untuk dikonservasi. 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai Istana Maimun yang merupakan salah satu bangunan bersejarah di Medan.
Universitas Sumatera Utara
5
3. Untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan masyarakat awam untuk terlibat langsung dalam suatu proses pelestarian.
1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai konservasi bangunan bersejarah serta dapat dijadikan bahan acuan dalam melakukan kegiatan penelitian sejenis. 2. Manfaat praktis Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam melakukan tindakan konservasi bangunan bersejarah dan memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat mengenai peran konservasi bangunan bersejarah.
Universitas Sumatera Utara
6
1.5 Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan bersejarah di kota Medan. Pelestarian(konservasi) bangunan bersejarah.
TUJUAN PENELITIAN RUMUSAN MASALAH Apakah Istana Maimun layak dikonservasi apabila ditinjau dari pandangan masyarakat?
STUDI LITERATUR Konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara. (Sidharta & Budihardjo, 1989)
Untuk mengetahui apakah Istana Maimun layak untuk dikonservasi. Untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai Istana Maimun yang merupakan salah satu bangunan bersejarah di Medan. Untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan masyarakat awam untuk terlibat langsung dalam suatu proses pelestarian.
ANALISA DATA
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian: deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pemilihan sampel: Proportionate Stratified Random Sampling. Pengumpulan data: Data primer: kuesioner, observasi. Data sekunder: buku, jurnal.
HASIL PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Universitas Sumatera Utara