BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.
Struktur keluarga merupakan subsistem dari struktur sosial. Struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks dengan peradaban yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini, demikian juga pada masyarakat lokal seperti halnya pembagian kelas-kelas sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuankesatuan keluarga.
Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam masyarakat meliputi ayah, ibu dan anak. Fenomena yang marak terjadi akhirakhir ini adalah kondisi keluarga yang tidak memiliki struktur keluarga sebagaimana mestinya. Dalam artian sudah ada pergeseran dalam struktur keluarga, yaitu adanya keluarga yang hanya orangtua tunggal dan anak seperti ibu dan anak ataupun ayah dan anak yang pada umumnya disebut single parent.
1
Universitas Sumatera Utara
Single parent, ini merupakan fenomena yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Struktur keluarga yang baru memunculkan berbagai pandangan bagi beberapa masyarakat. Bentuk struktur keluarga yang memiliki perbedaan pada struktur keluarga pada umumnya. Ayah, ibu dan anak seperti itu lazimnya struktur sebuah keluarga.Saat ini sudah ada perubahan pada struktur keluarga, kelengkapan anggota keluarga sudah tidak menjadi permasalahan berarti dalam pembahasan struktur keluarga. Ketika sebuah keluarga hanya ada ibu dan anak ataupun ayah dan anak pun dikatakan sebuah keluarga walaupun jika diamati dari struktur keluarga itu memiliki perbedaan. Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal maka semakin banyak pula deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah atau ibu) seorang diri karena kehilangan atau terpisah dengan pasangannya.
Single parent disebabkan oleh dua hal yaitu diinginkan (sengaja) dan tidak diinginkan (tragedi). Dalam kondisi yang sengaja, biasanya dianut oleh kaum feminist yang menginginkan kebebasan dalam menentukan komposisi suatu keluarga, dalam kondisi seperti ini biasanya wanita sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Mereka lebih mandiri dalam segi finansial dan memiliki prinsip yang dipegang dalam menjalani kehidupannya sebagai single parent. Akan tetapi menjadi single parent juga terkadang menjadi suatu pilihan yang memang sebenarnya tidak diinginkan oleh seorang wanita atau pria itu sendiri. Single parent bisa jadi karena pasangan yang menikah tetapi tiba-tiba salah satunya meninggal dunia atau bercerai. Kondisi menjadi lebih sulit oleh pelakunya. Orangtua tunggal yang keberadaannya 2
Universitas Sumatera Utara
dalam keluarga memiliki peranan ganda, masalah pergolakan perasaan, kesiapan ekonomi, dan bagaimana menghadapi masalah dalam kehidupan sosial masyarakat. Di Indonesia, berdasarkan data dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah perempuan yang menjadi single parent jauh lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Tabel 1 Data Perempuan dan Laki-laki Single Parent di Indonesia Golongan Cerai Mati / Widowed Umur Age Group Perempuan Laki-laki 15-19 1,556 3,822 20-24 16,148 7,584 25-29 45,209 17,820 30-34 89,413 24,023 35-39 187,299 34,441 40-44 341,637 64,132 45-49 527.877 95,496 50-54 746,883 142,841 55-59 886,464 172,030 60-64 1,097,725 255.045 65-69 1,066,134 225,369 70-74 979,973 234,818 75 + 1,082,792 352,809 Total 6,541,761 1,375,440 sumber: badan pusat statistik 2015
Data di atas menunjukkan bahwa laki-laki yang menjadi duda karena kematian dan perceraian dengan istrinya di Indonesia berjumlah 1,375,440 orang. Sedangkan perempuan yang menjadi janda karena kematian dan perceraian dengan suaminya berjumlah 6,541,761 orang. Data di atas juga menunjukkan bahwa sekitar satu juta ayah di Indonesia yang istrinya telah meninggal dan yang telah bercerai dengan
3
Universitas Sumatera Utara
istrinya harus tetap menjalankan perannya sebagai single father. Itu artinya, banyak ayah di Indonesia akan menjadi single fighter dengan tetap menjalankan suatu keluarga dan bertahan hidup tanpa didampingi pasangannya. Akibat adanya single parent, struktur keluarga pun mengalami perubahan. Orangtua tunggal baik yang diemban oleh seorang ayah ataupun seorang ibu yang harus sendiri menjalankan kehidupan yang berbeda dari sebelumnya bersama anakanaknya. Apabila kita amati memang tidak banyak pria yang terus memilih untuk menjadi orangtua tunggal setelah istrinya meninggal. Diperkirakan lebih banyak istri yang bertahan untuk terus sendiri dan menjadi orangtua tunggal dibandingkan suami. Ini semua sangat dipengaruhi oleh stereotip peran gender yang sangat memisahkan peran ibu sebagai pengasuh anak yang utama dan peran ayah adalah pencari nafkah keluarga. Jadi, masyarakat sering memandang adanya ketidakpantasan dan tidak mampu bila ayah saja yang mengasuh anak-anak.
Secara historis, perempuan di bawah sistem patriarki, apa pun kelas dan ras mereka, wajib menjalankan tugas-tugas kodrati dan reproduksi sosial (melahirkan anak, mengasuh anak, menata rumah, menyiapkan makanan, merawat yang sakit dan anak-anak, pelayanan emosional dan seksual). (George Ritzer, 2010: 523).
Struktur keluarga yang hanya terdiri orangtua tunggal dan anak. Pasti memberikan perbedaan signifikan, hal ini tampak pada peranan yang dimiliki oleh orangtua. Ayah sebagai single parent harus mampu membagi waktu, untuk berperan
4
Universitas Sumatera Utara
sebagai ayah dan ibu sekaligus. Perannya sebagai ayah, sebagai pemimpin keluarga kecil yang dimilikinya. Kemandirian dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan secara mandiri, memberikan kasih sayang dan berperan dalam pekerjaan domestik
untuk
keluarga
kecilnya.Melakukan
pekerjaan
domestik
dan
membagidengan anak-anaknya, keluarganya pun menjadi tambahan tanggung jawab bagi laki-laki single parent. Meskipun proritas mencari nafkah, seorang laki-laki single parent harus tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang ayah yaitu mengasuh dan membesarkan anak.
Rasa kasih sayang yang penuh perlu diberikan untuk anak, tidak dipungkiri anak merasakan dampak psikologis yang dapat berpengaruh pada perilaku di rumah, sekolah maupun masyarakat dan lingkungan sosialnya. Adanya perbedaan struktur keluarga memberikan efek yang tidak dapat dihindari oleh si anak. Dengan kasih sayang maka seorang ayah dapat mempersiapkan mental si anak. Menumbuhkan rasa kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas utama. Sebagai laki-laki single parent tetap membutuhkan dukungan sosial baik berupa dukungan emosional maupun instrumental. Dukungan emosional, ditandai dengan perhatian yang simpatik terhadap orang lain yang mengalami stres. Tujuannya adalah mengurangi emosi negatif dan ketegangan yang dihasilkan. Dukungan instrumental, ditandai dengan bantuan yang lebih nyata dan terwujud. Misalnya, nasehat-nasehat membantu individu yang stres secara aktual mengubah lingkungan yang memicu stres. Misalnya, secara aktif menyelesaikan
masalah atau
mengubah
persepsi
terhadap sumber stres. 5
Universitas Sumatera Utara
Kondisi single parent
memang tidaklah mudah untuk dihadapi. Apalagi
adanya pandangan atau komentar miring sebagian masyarakat terhadap struktur keluarga yang tidak lazim ini. Pengakuan dan penerimaan struktur keluarga yang berpola single parent dari masyarakat juga merupakan faktor yang dapat membantu bagi pemeran single parent. Penghormatan dengan menghargai single parent sebagai seorang manusia atas segala perjuangan yang dihadapinya dan menerima struktur keluarga yang dianut oleh seorang laki-laki single parent (meliputi ayah dan anak). Belas kasihan yang berlebihan tidak perlu, karena hal ini akan melemahkan mental seorang single parent.
Adapun alasan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah ingin melihat dan mendalami bagaimana pembagian kerja secara seksual dalam bidang publik dan domestik yang harus dikerjakan oleh seorang ayah tunggal dan membaginya dengan anaknya. Pada umumnya kita mengetahui bahwa seorang suami yang ditinggal oleh seorang istri harus melakukan pekerjaan publik dan domestik yang menuntut kerja sama antara ayah tunggal tersebut dengan anaknya. Seorang laki-laki lebih cenderung enggan atau tidak mau untuk melakukan pekerjaan domestik, maka saya ingin melihat apakah seorang ayah tunggal akan melakukan semua pekerjaan domestik tersebut dalam kondisi tertekan atau keadaan terpaksa seorang diri, atau membagi tugas dengan anaknya, atau malah mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga (PRT).
6
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pembagian kerja secara seksual (publik dan domestik) pada ayah tunggal dan anaknya?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pembagian kerja secara seksual (publik dan domestik) pada ayah tunggal dan anaknya?
1.4 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan disiplin ilmu sosial terutama bagi studi Sosiologi Keluarga dan Sosiologi Gender. 2. Untuk menambah refrensi hasil penelitian dan juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa/i sosial khususnya Sosiologi yang selanjutnya, serta diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan cakrawala pengetahuan. 7
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis agar dapat meningkatkan kemampuan akademisi. Dan sebagai informasi tambahan bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan pembahagian kerja dan hubungan diantara ayah tunggal, keluarga dan anaknya. Dan berguna bagi perkembangan ilmu khususnya ilmu Sosiologi. 1.5 Defenisi Konsep Defenisi konsep merupakan batasan penelitian dan rangkuman peneliti dalam menjelaskan peristiwa yang akan diteliti. Adapun yang menjadi defenisi konsep pada penelitian ini yaitu : 1. Keluarga Keluarga adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal atau menetap di satu atap rumah dalam keadaan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Keluarga sebagai salah satu kelompok yang orang-orang di dalamnya disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, ikatan sedarah, dan adopsi. Beberapa dari hal tersebut merupakan susunan rumah tangga itu sendiri. Adanya interaksi, komunikasi satu dengan yang lainnya menimbulkan peran-peran sosial bagi suami, istri, ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki, dan saudara perempuan yang merupakan pemeliharaan kebudayaan yang sama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang terkait satu dengan yang lainnya
8
Universitas Sumatera Utara
dan masing-masing anggotanya memiliki peranan yang berlainan sesuai dengan fungsi masing-masing anggota keluarga.
2. Single Parent Single parent adalah seorang atau salah satu dari ayah atau ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus rumah tangga. Orang tua tunggal inilah yang biasa disebut dengan single parent yang hanya sendirian menghadapi masalah khusus dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anaknya. Bila di ukur dengan angka mungkin hanya sedikit keadaan positif yang terjadi pada keluarga yang memiliki orang tua tunggal tersebut dibandingkan dengan keluarga yang memiliki orang tua lengkap. Orang tua tunggal menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya karena di sisi lain orang tua tunggal tidak memiliki pasangan untuk membantu, mendampingi dan menjadi tempat berkeluh kesahnya. 3. Single Father Single father
adalah
orangtua
tunggal
laki-laki
yang mana
melaksanakan pekerjaan ganda baik di dalam sektor publik dan domestik. Dampak atau resiko yang sering kali dialami oleh orangtua tunggal tersebut, ia akan menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan pekerjaan sehariharinya ataupun hanya terfokus terhadap tuntutan pekerjaannya semata daripada harus berperan serta dalam mengontrol keseharian anak mereka.
9
Universitas Sumatera Utara
Sementara seorang ayah tunggal dituntut untuk lebih menyeimbangkan antara pekerjaan di luar rumah dan di dalam rumah. 4. Pembagian kerja secara domestik Pembagian kerja secara domestik adalah pekerjaan yang biasanya dilakukan di dalam rumah tangga seperti: memasak, mencuci, menyapu, menyetrika, dll. Pekerjaan domestik biasanya identik dengan seorang perempuan (ibu). Lalu bagaimana dengan single father yang hanya sendiri dan berperan ganda dalam merangkap sekaligus pekerjaan domestik dan juga publik. Dalam hal ini peran keluarga luas akan terlihat pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan domestik. 5. Pembagian kerja secara publik Pembagian kerja secara publik adalah pekerjaan yang biasanya dilakukan di luar rumah atau ruang umum seperti bekerja di kantor, buruh pabrik, karyawan swasta, wiraswasta dan lainnya, dan pekerjaan ini selalu dianggap masyarakat awam sebagai pekerjaan atau mata pencaharian untuk seorang ayah atau laki-laki.
10
Universitas Sumatera Utara