BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu,
keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Pemerintah Kota Makassar dalam
kebijakannya
mengamanatkan
Peningkatan
Taraf
Kesehatan
Masyarakat sebagai prioritas bagi pembangunan Kota Makassar, dengan menempatkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai Program Utama.
Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh kontribusi
dari semua sektor, berdasarkan fungsi dan peranannya masing-masing. Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap
pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Tujuan
Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan tahun 2009 ini adalah dalam
rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2009 dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2010.
Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat
berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas dan Morbiditas, serta
data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan,
dan lain-lain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, gafik dan data kualitatif. 3. Dasar Penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan
yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya
beberapa
Peraturan
perundangan Kesehatan antara lain :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
Perundangan,
serta
Peraturan 1
-
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
-
Antara Pusat dan Daerah.
-
-
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Undang-undang Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
Republik
Indonesia
Nomor
:
Republik
Indonesia
Nomor
:
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang -
Kesehatan di Kabupaten/Kota. Keputusan
Menteri
Kesehatan
574/Menkes/SK/VII/2003 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan -
Menuju Indonesia Sehat 2010. Keputusan
Menteri
Kesehatan
1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kab/Kota Sehat. -
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota.
4. Sistematika Penyusunan Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun
2009 disusun secara sistematis mengikuti pengertian dari Visi Indonesia Sehat 2010. Sistematika penyajiannya sebagai berikut : Bab I
Bab II
: Pendahuluan
Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
:
diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009. Gambaran Umum
Menyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari Kondisi
Geografis
Wilayah
Kota
Makassar,
keadaan
penduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk,
persebaran penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Makassar tahun 2009.
Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
2
dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), antara lain faktor-faktor kependudukan, kondisi ekonomi, serta tingkat Bab III
:
pendidikan di Kota Makassar.
Program Pembangunan Kesehatan Memaparkan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan, Strategi dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 serta Visi Baru
Pembangunan Kesehatan ”MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN” berikut Indikatornya.
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai Visi Indonesia Sehat 2010 bagi tiap indikator ditetapkan target yang
ingin dicapai pada tahun 2010. Hal tersebut juga terdapat di dalam Bab ini. Bab IV
: Program Kesehatan Kota Makassar
Bab ini berisi strategi Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk
mencapai Visi ”Makassar Sehat Menuju Kota Dunia”, dengan
menitikberatkan Program Pembangunan Kesehatan pada Enam Program Pokok yaitu : (1) Program Kebijakan dan Manajemen
Pembangunan Kesehatan, (2) Program dalam upaya Pelayanan Kesehatan, (3) Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat, (4) Program Pencegahan Pemberantasan Penyakit
dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, (5)
Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu dan Anak), serta (6) Program Lingkungan Sehat/Program Kota Bab V
:
Sehat.
Pencapaian Program Kesehatan Kota Makassar Menyajikan data-data yang menggambarkan sejauh mana pencapaian dari program-program kesehatan yang telah
dilaksanakan sepanjang tahun 2009, berdasarkan Indikatorindikator yang menjadi acuan dalam pencapaian Visi Indonesia Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
3
Sehat 2010 yang juga terdapat dalam Standar Pelayanan Minimal.
Bab ini juga memuat Indikator-indikator meliputi Angka Kematian (Mortality Rate), Angka Kesakitan (Morbidity Rate),
Pemberantasan Penyakit Menular, Perilaku Sehat (PHBS, Penyuluhan, Gizi, KIA, Imunisasi dan lain-lain), Lingkungan Sehat (Kota Sehat, Rumah Sehat, Akses Air Bersih, Tempat Umum Pengelolaan
Makanan
dan
lain-lain),
Sarana
Pelayanan
Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Apotik dan lain-lain) serta Sumber Daya Kesehatan yang meliputi aspek Ketenagaan dan Anggaran Kesehatan. Bab VI
: Penutup Bab
ini
menyajikan
kesimpulan
beberapa
hal
penting
sehubungan dengan penyusunan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya
serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota Makassar dalam mewujudkan Visi ”Indonesia Sehat 2010” serta ”Makassar Sehat Menuju Kota Dunia” . ۞۞۞
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
4
BAB II GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan
pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara
geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi
Selatan, pada titik koordinat 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan.
Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya
berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut.
Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam
14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota
Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian
dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulaupulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian
dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut
adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat).
A. KEADAAN PENDUDUK Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi
tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang
kurang
merata
serta
komposisi
penduduk
yang
kurang
menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
5
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah
penduduk Kota Makassar sampai dengan Tahun 2009
tercatat sebesar 1.272.349 jiwa (BPS Makassar). Tingginya tingkat
pertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan,
disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat pada Tabel II.1. Tabel II.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk Kota Makassar 1.193.434 1.223.540 1.235.239 1.253.656 1,272,349
Laju Pertumbuhan
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
1,67 1,65 000
Gambar II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2005-2009
PENDUDUK MAKASSAR 2005-2009
2009
1.272.349
TAHUN
2008
1.253.656
2007
1.235.239
2006 2005
1.223.540 1.193.434
1.150.000
1.200.000
1.250.000
1.300.000
JUMLAH PENDUDUK
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
6
2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk Penduduk Kota Makassar pada tahun 2009 sebesar 1.272.349 jiwa
yang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata,
hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan, serta kebijakan pemerintah tentang penetapan lokasi pembangunan
rumah
pemukiman
penduduk
dan
lokasi
untuk
pengembangan kawasan industri. Sebagai contoh Kecamatan Tallo yang mempunyai luas wilayah 5,83 km2 (3,32 %) memiliki jumlah penduduk 137.333 jiwa (10,79 %), sebaliknya Kecamatan Biringkanaya mempunyai
luas wilayah 48,22 km2 (27,43 %) dari luas wilayah Kota Makassar hanya mempunyai jumlah penduduk 130.651 jiwa (10,27 %).
Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatan
dapat dilihat pada tabel II.2 berikut :
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2006 s/d 2009 Kecamatan
Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea Jumlah
Tahun 2006 47.267 132.158 60.276 34.178 27.941 80.874 58.968 53.314 148.589 139.491 131.229 96.632 125.636 86.987 1.223.540
Jumlah Penduduk Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 47.723 48.382 49.103 133.426 135.315 137.333 60.850 61.809 62.731 34.504 35.011 35.533 28.206 28.637 29.064 81.645 82.907 84.143 59.533 60.394 61.294 53.825 54.616 55.431 150.014 152.197 154.464 140.822 142.958 145.090 132.479 134.548 136.555 97.556 99.008 100.484 126.839 128.731 130.651 87.817 89.143 90.473 1.235.239
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
1.253.656
1,272,349 7
Gambar II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2009 JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2009 90.473
TAMALANREA BIRINGKANAYA MANGGALA PANAKUKANG RAPPOCINI TAMALATE MARISO MAMAJANG MAKASSAR UJUNG PANDANG WAJO BONTOALA TALLO UJUNG TANAH
130.651 100.484 136.555 145.090 154.464 55.431 61.294 84.143
29.064 35.533
62.731 137.333 49.103
0
50.000
100.000
150.000
200.000
Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata.
Dengan jumlah penduduk sebesar 1,272,349
jiwa dan luas wilayah
175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar 7.239 jiwa/km2.
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2009
KECAMATAN
Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea
MAKASSAR
PERSENTASE PENDUDUK
JUMLAH KELURAHAN
100,00
143
3.86 10.79 4.93 2.79 2.28 6.61 4.82 4.36 12.14 11.40 10.73 7.90 10.27 7.11
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
12 15 12 8 10 14 13 9 10 10 11 6 7 6
LUAS WIL. (km²)
5.94 5.83 2.1 1.99 2.63 2.52 2.25 1.82 20.21 9.23 17.05 24.14 48.22 31.84
175.77
KEPADATAN PENDUDUK /km²
8.266 23.556 29.872 17.856 11.051 33.390 27.242 30.457 7.643 15.719 8.009 4.163 2.709 2.841 7.239
8
Gambar II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2009
35.000 30.000 25.000
29.872
33.390
10.000
30.457
23.556 17.856
20.000 15.000
Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea
8.266
27.242
11.051
15.719 7.643
5.000
8.009 4.163 2.709 2.841
0
Kepadatan Penduduk
3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi
penduduk
menurut
kelompok
umur
dapat
menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi
penduduk juga mencerminkan Rasio Beban Tanggungan (Dependency
Ratio) yaitu perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur 0 – 14 tahun + umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur
15 – 64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya.
Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2009
sebesar 48,1 %, dengan penduduk sebesar 1,272,349 jiwa yang terdiri
dari 858.933 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 370.799 jiwa penduduk anak-anak dan remaja (usia 0-14 tahun),
42.617 jiwa
penduduk lanjut usia (> 65 Tahun) Dependency Ratio 48,1 %. Hal ini memberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
9
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut
jenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan sebesar 92,2%. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Makassar tahun 2009.
Tabel II. 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009
NO
KELOMPOK UMUR (Tahun)
2
5-9
1
0-4
3
10-14
5
20-24
4 6 7 8 9
10 11 12 13 14
15-19 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >=65
JUMLAH
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
63,494
66,162
67,309 61,488 60,285
56,040
117,528
71,356
55,521
56,561
45,491
52,304
37,014
29,526
25,729
29,164
18,456
24,183
15,296 610.270
123,615
87,280
56,272
18,558 18,551
56,306 72,389
66,806
JUMLAH
19,563 17,179 24,066
129,656 132,674 154,086 127,628 112,082 97,795 66,540 54,893 42,639 34,859 35,737 42,617
662.079 1.272.349
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
10
Gambar II. 4 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2009 24.066 18.551 17.179 18.558 19.563 15.296 24.183 18.456 29.164 25.729 29.526 37.014
65 + 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
52.304 45.491 56.561 55.521 56.272
PEREMPUAN
66.806 72.389 60.285 56.040 61.488 66.162 63.494 56.306 67.309
0
20.000
40.000
60.000
LAKI-LAKI
71.356
80.000
87.280
100.000
B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto) Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi
dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan
untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telah dilakukan
oleh
Pemerintah
perekonomian daerah ini.
Kota
Makassar
untuk
meningkatkan
Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah
dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satu
dari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
11
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil
perhitungan PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, yakni sebesar Rp. 26.068.221,49 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 berikut :
Tabel II. 5 Perkembangan PDRB Kota Makassar & Sul-Sel Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2009
TAHUN
PDRB SUL-SEL ( Juta Rp )
PDRB MAKASSAR ( Juta Rp )
% PDRB MAKASSAR THDP PDRB SUL-SEL
60.902.828,80
18.165.876,32
29,83
2005
52.042.724,45
2007
69.271.924,56
2006 2008 2009
85.143.191,27
15.744.193,91 20.794.721,30 26.068.221,49
30,25 30,02 30,62
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Tahun
Tabel II.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2005 – 2009 PDRB adh Berlaku (Milyar Rp)
2005
15.744.193,91
2007
20.794.721,30
2006 2008 2009
18.165.876,32 26.068.221,49
PDRB adh Konstan (Juta Rp)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
11.341.848,21
8,09
Perkembangan (persen) 19,94 15,38 14,47 25,06
10.492.540,67 12.261.538,92 13.561.827,18
7,16
8,11
10,52
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
12
C. TINGKAT PENDIDIKAN Indikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk Kota
Makassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuh pendidikan setingkat sarjana (D-IV/S-1/S-2/S-3) sebesar 67.428 laki-laki dan
sebesar 63.019 perempuan atau sebesar 15,44 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia sekolah dengan range usia 5-24 tahun yang ada di Kota Makassar.
Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek
kependudukan, perekonomian
dan
pendidikan,
bersama-sama dengan
kesehatan menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan maupun Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990 adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68. Namun demikian keadaan krisis menyebabkan IPM Indonesia pada tahun 1999 turun menjadi 64.
Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109 diantara 180 negara di dunia. Hal ini berarti Indonesia berada di bawah peringkat
Malaysia dan Thailand apalagi Singapura. Sementara IPM untuk Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2001 sebesar 69,5 dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar dan terendah di Kabupaten Jeneponto.
Adapun gambaran penduduk Kota Makassar usia 10 Tahun keatas
berdasarkan jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan menurut jenis kelamin Tahun 2009 digambarkan sebagai berikut : Tabel II. 7 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin & Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Makassar Tahun 2009 PENDIDIKAN
Tidak/Belum Pernah Sekolah Belum/Tidak Tamat SD SD SLTP SMU/SMK AK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III) UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3)
Laki-laki Jml %
11.925 61.482 88.094 77.203 163.067 10.267 67.428
2,49 23.916 12,82 77.130 18,37 108.379 16,10 85.389 34,01 163.074 2,14 18.705 14,06 63.019
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar ۞۞۞
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
Perempuan Jml %
4,43 14,29 20,08 15,82 30,22 3,47 11,68
13
BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini secara
signifikan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri masih dijumpai berbagai tantangan dan
hambatan. Namun pada hakekatnya pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir atau bertindak
dalam pembangunan kesehatan. Dasar inilah yang digunakan dalam penyusunan visi, misi dan strategi sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan kesehatan. Visi Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Kesehatan diselenggarakan dalam upaya pencapaian Visi :
”Indonesia Sehat 2010 ”. Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, maka dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan Departemen Kesehatan
harus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, yaitu (1) Perikemanusiaan, (2) Pemberdayaan dan Kemandirian, (3) Adil dan Merata dan (4) Pengutamaan dan Manfaat.
Dengan memperhatikan dasar-dasar Pembangunan Kesehatan tersebut
dan untuk mencapai sasaran Pembangunan Kesehatan pada akhir tahun 2009
seperti telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2004-2009, dan juga dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta berbagai kecenderungan
pembangunan kesehatan kedepan maka ditetapkan VISI DEPARTEMEN KESEHATAN :
MASYARAKAT YANG MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat adalah suatu kondisi dimana
masyarakat Indonesia menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang ada sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
14
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan masyarakat adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku hidup sehat serta memiliki akses untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Visi pembangunan kesehatan yang ingin dicapai dinyatakan dalam motto Indonesia Sehat 2010.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan seperti perumahan dan
lingkungan yang layak dan sehat. Kawasan yang berwawasan kesehatan, serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu implementasi
dalam mewujudkan hak asasi manusia yang patut dihargai dan diperjuangkan
oleh semua pihak. Yang diharapkan dari masyarakat adalah tindakan proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Visi Indonesia Sehat 2010 juga diimplementasikan oleh Pemerintah Kota
Makassar dalam motto Kota Makassar Sehat 2010, melalui pemberdayaan dari segala aspek untuk mencapai tujuan dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata bagi setiap masyarakat. MISI PEMBANGUNAN KESEHATAN Dalam rangka mewujudkan Visi ” Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup
Sehat ” maka Misi Departemen Kesehatan adalah :
MEMBUAT RAKYAT SEHAT Departemen Kesehatan harus mampu sebagai penggerak dan fasilitator
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama
masyarakat termasuk swasta, untuk membuat rakyat sehat baik fisik, sosial maupun mental/jiwanya.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
15
NILAI - NILAI Guna mewujudkan Visi ” Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat ”
dan mengemban Misi ”Membuat Rakyat Sehat”, Departemen Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai : 1. Berpihak Pada Rakyat Dalam
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
Departemen
Kesehatan akan selalu berpihak pada rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak azasi manusia
tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Bertindak Cepat dan Tepat
Masalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah kompleks dan
berubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang tidak terduga, yang dapat
menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam mengatasi masalah
kesehatan, apalagi yang bersifat darurat harus dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat mengenai sasaran.
3. Kerjasama Tim
Departemen Kesehatan sebagai organisasi pemerintah memiliki SDM
yang banyak yang merupakan potensi bagi terbentuknya suatu tim yang
besar. Oleh karena itu dalam mengemban tugas-tugas kesehatan harus dibina kerjasama tim yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.
4. Integritas Yang Tinggi.
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, setiap anggota
(karyawan dan pimpinan) Departemen Kesehatan harus memiliki komitmen
yang tinggi dalam upaya mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua anggota Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
Departemen 16
Kesehatan harus memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian yang teguh dan bermoral tinggi.
5. Transparan dan Akuntabel Dalam era demokrasi dan perkembangan masyarakat yang lebih
cerdas dan tanggap, tuntutan atas pelaksanaan tugas yang transparan dan dapat dipertanggunggugatkan (akuntabel) terus meningkat. Oleh karenanya
semua kegiatan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan harus dilaksanakan secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan kepada publik. TUJUAN, STRATEGI DAN SASARAN UTAMA TUJUAN Sebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang
akan dicapai adalah Terselenggaranya Pembangunan Kesehatan secara Berhasilguna dan Berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Pembangunan
Kesehatan
diarahkan
untuk
mencapai
sasaran
sebagaimana tercantum dalam RPJMN (Perpres No. 07 Tahun 2005) yaitu :
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. 2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 35 menjadi 26/1.000 KH. 3. Menurunnya
Angka
226/100.000 KH.
Kematian
Ibu
Melahirkan
dari
307
menjadi
4. Menurunnya prevalensi Gizi Kurang pada anak Balita dari 25,8% menjadi 20 %.
STRATEGI Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat Dalam era reformasi, masyarakat harus dapat berperan aktif dalam
pembangunan kesehatan. Dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
17
mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan.
Dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM), dalam rangka mewujudkan ”Desa Siaga” menuju Desa Sehat. Pengembangan Desa Siaga harus melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) utamanya PKK, organisasi keagamaan dan sektor swasta. Keberhasilan
Desa Siaga ditandai oleh antara lain berkembangnya perilaku hidup bersih dan sehat, serta dikembangkan dan beroperasinya UKBM yang mampu memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, keluarga berencana, perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan, gizi dan penanganan kedaruratan kesehatan.
Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas Sesuai dengan paradigma sehat, Departemen Kesehatan harus
mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara
serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Departemen Kesehatan memfasilitasi revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan.
Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia
kesehatan yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan perlu ditunjang dengan
administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang memadai, serta penelitian dan pengembangan kesehatan.
Meningkatkan Sistem Surveilans, Monitoring dan Informasi Kesehatan Dilaksanakan dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pelaporan masalah kesehatan di wilayahnya. Dalam keadaan darurat kesehatan dilakukan pengerahan anggaran dan tenaga pelaksana pada saat investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan respons cepat. Disamping itu
dikembangkan dan ditingkatkan pula Sistem Peringatan Dini (Early Warning
System) dan penunjang kedaruratan kesehatan, serta dilaksanakan National-
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
18
Pandemic Preparedness Plan. Sistem Informasi Kesehatan pada semua tingkatan administrasi pemerintahan juga perlu diperbaiki dan dimantapkan.
Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan
Dalam penggalian dana guna menjamin ketersediaan sumberdaya
pembiayaan kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan advokasi dan sosialisasi kepada semua penyandang dana, baik pemerintah maupun
masyarakat termasuk swasta. Secara bertahap pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah dapat diupayakan sebesar 15 % dari APBN dan APBD.
Dalam upaya pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif dan
efisien,
khususnya
dalam
pemeliharaan
kesehatan
masyarakat,
dikembangkan sistem jaminan sosial, yang dimulai dengan asuransi kesehatan penduduk miskin (Askeskin). Fasilitas kesehatan pemerintah, diupayakan dapat mengelola hasil pendapatan dari pelayanan kesehatan, guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
INDONESIA SEHAT 2010
Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan Visi baru Pembangunan
Kesehatan yang secara singkat dinyatakan sebagai INDONESIA SEHAT 2010.
Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsa Indonesia sudah akan hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta dapat memilih, menjangkau dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan berkeadilan sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal.
Penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 berikut targetnya diawali
dengan perumusan yang dilakukan melalui suatu pertemuan pejabat-pejabat Departemen Kesehatan dan sejumlah pejabat kesehatan dari daerah-daerah terdekat di Jakarta. Pertemuan tersebut berlangsung pada tanggal 16 Juli 2003.
Sementara penyusunan rancangan Indikator Indonesia Sehat 2010 sedang berlangsung. Departemen Kesehatan diminta oleh Departemen Dalam Negeri untuk merevisi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747 Tahun 2000 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan untuk Daerah Kabupaten/Kota.
Maka, penetapan Indikator Indonesia Sehat 2010 dan penyusunan Standar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
19
Pelayanan Minimal itu pun kemudian disinergikan. Dengan demikian maka
indikator-indikator yang tercantum dalam Indikator Indonesia Sehat 2010, khususnya yang mengenai pelayanan kesehatan akan dapat ditemui juga sebagai
indikator Standar Pelayanan Minimal yang saat ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun 2004.
Sesuai dengan pengelompokan indikator yang telah diuraikan, Indikator
Indonesia Sehat 2010 dikelompokkan ke dalam :
Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri
atas unsur kualitas hidup disertai dengan indikator-indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas dan indikator-indikator status gizi.
Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat serta indikatorindikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator
pelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikatorindikator manajemen kesehatan dan indikator-indikator kontribusi sektorsektor terkait.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang Visi Indonesia
Sehat 2010 bagi setiap indikator telah ditetapkan target yang akan dicapai di Tahun 2010.
HASIL AKHIR = DERAJAT KESEHATAN YANG OPTIMAL
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup
serta unsur-unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya, yaitu morbiditas dan
status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (Lo), sedangkan untuk Mortalitas telah disepakati tiga (3) indikator yaitu Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka
Kematian Balita per 1.000 Anak Balita dan Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 Kelahiran Hidup. Untuk Morbiditas telah disepakati lima (5) indikator
yaitu Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, Angka Kesembuhan
Penderita TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (persentase kasus terhadap penduduk Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
20
beresiko), Angka [Acute Flaccid Paralysis (AFP)] pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000
penduduk. Sementara itu untuk Status Gizi telah disepakati dua (2) indikator yakni Persentase Balita dengan Gizi Buruk dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi.
Adapun target masing-masing indikator tersebut di atas untuk tahun
2010 adalah sebagai berikut : Kualitas Hidup
AHH (Angka Harapan hidup )
67,9
AKB per 1.000 KH AKABA per 1.000 AB AKI per 100.000 KH
40 58 150
Mortalitas
Morbiditas Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + Prevalensi HIV (% Kasus Terhadap Penduduk Beresiko) Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk
5 85 0,9 0,9 2
Status Gizi
Persentase Balita dengan Gizi Buruk Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi
15 80
HASIL ANTARA = KEADAAN LINGKUNGAN, PERILAKU HIDUP MASYARAKAT, AKSES & MUTU PELAYANAN KESEHATAN Lingkungan Sehat
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat telah dipilih dua (2) indikator yang diprogramkan
dalam sektor kesehatan yakni Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempattempat Umum Sehat.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
21
Adapun target yang diharapkan dari masing-masing indikator tersebut
untuk tahun 2010 adalah :
Persentase Rumah Sehat Persentase Tempat-tempat Umum Sehat
80 80
Perilaku Hidup Masyarakat
Perilaku hidup bersih dan sehat mencakup perilaku individu dan keluarga
dalam rangka meningkatkan kesehatannya serta perilaku kelompok dan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Untuk ini telah disepakati dua (2) indikator yakni Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.
Adapun target masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010
adalah :
Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih & Sehat Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri
65 40
Akses & Mutu Pelayanan Kesehatan Untuk melihat pemerataan, mutu, keterjangkauan dan keadilan pelayanan
telah disepakati lima (5) indikator yaitu :
1. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Puskesmas,
2. Persentase Penduduk yang Memanfaatkan Rumah Sakit,
3. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan,
4. Persentase Rumah Sakit yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar,
5. Persentase Obat Generik Berlogo dalam Persediaan Obat.
Adapun target dari masing-masing indikator tersebut untuk tahun 2010
adalah sebagai berikut :
Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas Persentase penduduk yang memanfaatkan RS Persentase Sarana Kesehatan dengan kemampuan Laboratorium Kesehatan Persentase RS yg melaksanakan 4 yankes spesialis dasar Persentase Obat Generik Berlogo dalam persediaan obat
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
15 1,5 100 100 100
22
PROSES & MASUKAN = PELAYANAN KESEHATAN, SUMBER DAYA KESEHATAN, MANAJEMEN KESEHATAN, KONTRIBUSI SEKTOR TERKAIT Hasil atau keluaran tersebut diatas dicapai melalui penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan yang membawa empat (4) Misi, yaitu (1) Pembangunan Kesehatan harus dapat menggerakkan Pembangunan Nasional yang berwawasan kesehatan, (2) Pembangunan Kesehatan harus dapat mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, (3) Pembangunan Kesehatan harus dapat memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, dan (4) Pembangunan Kesehatan harus dapat meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya. Kesemuanya itu dilaksanakan melalui strategi utama yang berupa :
(1) Desentralisasi Kesehatan, yang berisi strategi-strategi, (2) Pembangunan Berwawasan Kesehatan, (3) Profesionalisme dan
(4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Untuk
menggambarkan
kegiatan
Pembangunan
Kesehatan
telah
disepakati adanya 8 Indikator Pelayanan Kesehatan, 13 Indikator Sumber Daya
Kesehatan, 5 Indikator Manajemen Kesehatan dan 4 Indikator Kontribusi Sektor Terkait. yaitu :
Adapun target masing-masing indikator tersebut diatas untuk tahun 2010
Pelayanan Kesehatan Persentase Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Persentase desa yang mencapai UCI Persentase desa terkena KLB yg ditangani < 24 jam Persentase bumil yang mendapat tablet Fe Persentase Bayi yang mendapat ASI Eksklusif Persentase Murid SD/MI yang mendapatkan pemeriks. Gigi & Mulut Persentase pekerja yang mendapat Pelayan Kesehatan Kerja Persentase Gakin yang mendapatkan pelayanan kesehatan Sumber Daya Kesehatan Banyaknya Dokter per 100.000 penduduk Banyaknya Dokter Spesialis per 100.000 penduduk Banyaknya Dokter Keluarga per 1.000 keluarga Banyaknya Dokter Gigi per 100.000 penduduk Banyaknya Apoteker per 100.000 penduduk Banyaknya Bidan per 100.000 penduduk Banyaknya Perawat per 100.000 penduduk Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
90 100 100 80 100 90 80 40 6 2 11 10 100 117,5 22 23
Banyaknya Ahli Gizi per 100.000 penduduk Banyaknya Ahli Sanitasi per 100.000 penduduk Banyaknya Ahli KesMas per 100.000 penduduk Persentase penduduk yang menjadi peserta JPKM Rata-rata persentase anggaran kesehatan dlm APBD Kab./Kota Alokasi anggaran kes. pemerintah per kapita/tahun (ribuan rupiah)
Manajemen Kesehatan Persentase Kab./Kota yg punya dokumen Sistem Kesehatan Persentase Kab./Kota yg memiliki “Contingency Plan” untuk masalah kesehatan akibat bencana Persentase Kab./Kota yang membuat Profil Kesehatan Persentase Provinsi yang melaksanakan SURKESDA Persentase Provinsi yang mempunyai “Provincial Health Account” Kontribusi Sektor Terkait Persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih Persentase PUS yang menjadi Akseptor KB Angka kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk Persentase penduduk yang melek huruf
40 40 40 80 15 100 100 100 100 100 100 85 66 10 95
۞۞۞
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
24
BAB IV PROGRAM KESEHATAN KOTA MAKASSAR Titik berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan aspek kesehatan dalam setiap program pembangunan. Hal ini berarti pula
kesehatan merupakan bagian integral dari Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000.
Untuk Kota Makassar strategi yang digunakan dalam mencapai
“Makassar Sehat 2010” adalah :
1. Peningkatan kinerja dan profesionalisme petugas kesehatan
2. Peningkatan pembangunan dan pemeliharaan sarana kesehatan 3. Perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar
4. Peningkatan kesehatan lingkungan dengan pendekatan wilayah yaitu P2WKSS, Kelurahan Sehat, Kecamatan Sehat dan Kota Sehat.
NILAI – NILAI : 1) Berpihak pada rakyat
2) Bertindak cepat dan tepat 3) Kerjasama Tim
4) Integritas yang tinggi
5) Transparan dan Akuntabilitas. STRATEGI UTAMA
Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
berkualitas
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
25
STRONG POINT Program Kesehatan Kota Makassar Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Promosi Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Sumber Daya Kesehatan
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Penyehatan Lingkungan.
Peningkatan Kesehatan Ibu & Anak, Perbaikan Gizi Masyarakat
Program Pembangunan Kesehatan :
(1) Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan, (2) Program Upaya Dalam Pelayanan Kesehatan,
(3) Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat,
(4) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dalam Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian,
(5) Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu dan Anak) (6) Program Lingkungan Sehat.
Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan Bertujuan
untuk
menyediakan
kebijakan
dan
menjamin
manajemen sumber daya yang efektif dan efisien bagi pembangunan kesehatan dengan sasaran :
1. Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya sistem kesehatan yang efisien, efektif, berkualitas dan berkesinambungan.
2. Tersedianya sumber daya manusia di bidang kesehatan yang mampu melakukan berbagai kajian kebijakan kesehatan.
3. Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan sektoral lain dalam mendukung desentralisasi.
4. Terciptanya
organisasi
dan
tatalaksana
di
berbagai
tingkat
administrasi sesuai dengan azas desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
5. Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien, fleksibel diseluruh jajaran kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
26
6. Terciptanya mekanisme pengawasan dan pengendalian di seluruh jajaran kesehatan.
Program Upaya dalam Pelayanan Kesehatan Bertujuan memberikan pelayanan dasar kesehatan bagi seluruh
masyarakat dengan sasaran :
1. Memberikan pelayanan secara optimal bagi seluruh masyarakat,
2. Peningkatan sarana dan prasarana dalam pemberian pelayanan kesehatan,
3. Adanya kerjasama bagi puskesmas dan rumah sakit dalam hal rujukan kesehatan,
4. Ketersediaan obat-obatan bagi masyarakat yang membutuhkannya dalam hal keterjangkauan masyarakat,
5. Pemberian izin-izin bagi apotik-apotik sebagai pengadaan obat-obatan dalam hal pengawasan obat yang beredar,
6. Adanya kerjasama antara Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit dalam hal data dan informasi penyakit.
Program Perilaku Hidup Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat Bertujuan
untuk
memberdayakan
masyarakat dengan sasaran :
individu,
keluarga
dan
1. Meningkatnya perwujudan kepedulian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Menurunkan prevalensi perokok, Penyalahgunaan Napza serta meningkatkan lingkungan sehat bebas rokok dan Napza di sekolah tempat kerja dan tempat umum.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam menghidupkan adanya posyandu yang merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas.
4. Menghidupkan adanya kesadaran masyarakat untuk tanaman obat yang bermanfaat (TOGA) di setiap rumah.
5. Di setiap institusi diharapkan terdapat unit kesehatan dalam pencegahan dan pengobatan.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
27
6. Penyebarluasan setiap informasi dengan cara penyuluhan dan lokakarya kepada masyarakat.
Program
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Penyakit
dalam
Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Tujuannya melindungi masyarakat dari penyakit baik menular
maupun tidak menular. Adapun sasarannya adalah menemukan secara cepat kasus atau penderita serta memantau keadaan penyakit disuatu
wilayah baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, termasuk juga didalamnya pengamatan dan pemeriksaan kesehatan Calon Jemaah Haji,
(1) Pelaksanaan program imunisasi pada bayi, balita, WUS, Ibu Hamil serta pemeliharaan cold chain (rantai dingin) vaksin baik di Dinas maupun di Puskesmas dan Rumah Sakit,
(2) Pelaksanaan program pemberantasan penyakit yang bersumber dari
binatang seperti nyamuk, anjing dengan melaksanakan Fogging, Abatesasi untuk pencegahan penyakit Demam Berdarah (DBD) dan eliminasi hewan penyebar rabies.
(3) Seksi pengendalian P2M : Pelaksanaan pengendalian dan pengawasan meliputi program TB. Paru sasaran untuk menurunkan angka kesakitan dan mencegah penularan.
Pengendalian dan pengawasan meliputi (1) Program TB Paru,
untuk menemukan angka kesakitan dan mencegah penularan penyakit TB
di masyarakat, (2) Program ISPA untuk menemukan angka kematian dan kesakitan akibat pneumonia untuk balita, (3) Program Diare untuk menurunkan angka kesakitan akibat diare dan memantau pelaksanaan rehidrasi rumah tangga di masyarakat, (4) Pelacakan dan Pemberantasan Kasus Avian Influensa/Flu Burung, (5) Pencegahan dan penanggulangan Bahaya Narkoba/ HIV AIDS. Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Keluarga Tujuannya memperbaiki tujuan khusus mutu gizi dan melindungi
kesehatan ibu dan anak (1) Meningkatkan Kemandirian Keluarga dalam
upaya perbaikan status gizi, (2) Meningkatkan Pelayanan Gizi untuk Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
28
mencapai keadan gizi yang baik dengan Menurunkan Prevalensi Gizi
Kurang dan Lebih, (3) Meningkatkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga, (4) Meningkatkan Pelayanan Kesehatan bagi wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta pelayanan kesehatan
tentang KB, (5) Pembentukan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan memupuk adanya kebersamaan dalam menolong setiap orang setiap
anak sekolah, (6) Perbaikan Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan bagi orangorang yang usia lanjut.
Program Lingkungan Sehat dan Hygiene Kesehatan. Tujuannya mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat serta
melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan dengan sasaran : (1) meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab masyarakat untuk memelihara lingkungannya, melalui Program Kota Sehat; (2) meningkatkan cakupan keluarga yang mempunyai akses
terhadap air bersih yang memenuhi syarat kesehatan; (3) tercapainya pemukiman dan lingkungan perumahan
yang memenuhi syarat
kesehatan di perkotaan termasuk daerah kumuh; (4) terpenuhinya sarana
kesehatan ditempat umum termasuk sarana ibadah, pasar, sarana pendidikan, terminal dan hotel/penginapan; (5) peningkatan kualitas dalam hal persyaratan kesehatan bagi tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan; (6) memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin berusaha dalam bidang Jasa Boga, Rumah Makan dan Restoran guna
mendapatkan rekomendasi Laik Hygiene Sanitasi; (7) pengawasan kualitas air minum bagi Depot Air Minum Isi Ulang dengan memberikan
Rekomendasi Laik Hygiene Sanitasi serta Sticker khusus setelah
pemantauan; (8) pengawasan lingkungan dari produk keluaran pestisida dan insektisida guna mengontrol kadar yang diperkenankan sesuai aturan
yang berlaku; (9) Peningkatan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja sampai ke tingkat pelayanan kesehatan dasar (Pos UKK Puskesmas). ۞۞۞
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
29
BAB V PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN KOTA MAKASSAR A. DERAJAT KESEHATAN Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator -
indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu :
1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir.
2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup.
3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk, Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase
Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak.
4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi.
1. UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY
Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir, sekaligus
memberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya
adalah karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan
umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka
terhadap
perubahan
derajat
kesehatan
dan
kesejahteraan
masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada
penurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup pada waktu lahir.
Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Provinsi Sulawesi
Selatan terus meningkat dari 43 pada tahun 1971 meningkat menjadi
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
30
52 tahun 1980, kemudian 10 tahun kemudian meningkat lagi menjadi 60
tahun 1990 dan turun menjadi 63,64 dan 68 pada tahun 1996, 1998 dan
tahun 2001. Angka Harapan Hidup tahun 2003 relatif sama antar kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu berkisar antara 63 – 73 tahun.
Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar juga
terus meningkat dari 67,9 pada tahun 2006 meningkat menjadi 70,6 pada
tahun 2007. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2008 adalah 72,89, sedangkan tahun 2009 menjadi 73,43 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup memberikan gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
74 73 72 71 70 69 67,9 68 67 66 65
U H H
Gambar V. 1 Umur Harapan Hidup di Kota Makassar Tahun 2009
2006
73,43
72,89
70,6
72
69
Target UHH
71
70
Capaian UHH
2007
2008
2009
TAHUN
2. ANGKA KEMATIAN / MORTALITY RATE Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di
samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan
melakukan
berbagai
survei
dan
penelitian.
Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
31
a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR) Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat
diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data), sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi di
suatu wilayah (facilitate based data). Angka kematian di Indonesia berasal
dari
berbagai
sumber,
yaitu
Sensus
Penduduk,
Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence Based).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinkes Kota
Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadi
pada tahun 2009 sebanyak 3.246 kematian dari 1.272.349 jiwa, tahun 2008 jumlah kematian sebanyak 3.262 kematian dari 1.253.656 jiwa
penduduk, meningkat dari jumlah kematian yang terjadi sepanjang
tahun 2007 untuk semua golongan umur sebanyak 2.832 dari total
1.235.239 jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun 2009 dari 1.000 penduduk Kota Makassar terjadi 3 kematian (AKK = 2,5 per 1.000 penduduk). Angka Kematian Kasar di Kota Makassar tahun 2007 s/d 2009 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar V. 2 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar Di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009 4.000
3.262
2.832
3.246
2.000
2,3
2,6
0 2007
Jumlah Kematian
2008
2,5 2009
AKK (Angka Kematian Kasar)
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
32
Tahun 2006 terjadi 2 kematian (AKK = 1,6 per 1.000
penduduk). Terjadi penurunan dari tahun sebelumnya, dimana
tercatat 2.331 kematian sepanjang tahun 2005 dari total 1.193.434 jiwa penduduk Kota Makassar, yang berarti pada tahun 2005 terjadi 2
kematian per 1.000 penduduk. (AKK = 1,95 per 1.000 penduduk).
Penurunan angka kematian dapat juga berarti terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH), yang secara langsung ikut berperan dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Makassar.
Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian
di Kota Makassar tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel V. 1 10 Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian Di Kota Makassar Tahun 2009
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
JENIS PENYAKIT
JUMLAH
Hipertensi 704 Asthma 678 Jantung 488 Ginjal 268 Maag 187 Broncho Pneumonia 151 Diabetes Mellitus 151 Lahir Mati/Prematur 23 Lever 104 Kecelakaan 150 T O T A L 2.942 Sumber : Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Makassar
b. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia dari tahun 1995
sampai dengan tahun 1999 menunjukkan kecenderungan menurun
yakni 55 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1995
dan terus menurun hingga mencapai 46 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999.
Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia pada
Tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
33
SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi di Kota Makassar pada tahun 2009
sebesar 11,4 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi
sebanyak 321 kematian bayi dari 27.967 jumlah kelahiran hidup
(AKB = 11,4/1000 KH). Pada tahun 2008 sebesar terdapat 293 kasus kematian bayi (sumber : BPS Tahun 2008) dari jumlah
kelahiran hidup 24.853 (sumber : Bidang PSM Dinkes Makassar),
sehingga diperoleh AKB sebesar 11,8 per 1.000 kelahiran hidup (AKB=11,8 / 1000 KH). Pada tahun 2007 terdapat 254 kasus kematian bayi (sumber : BPS Makassar) dari jumlah kelahiran hidup
25.132 (sumber : Bidang PSM) sehingga diperoleh AKB sebesar 10,1 per 1.000 kelahiran hidup (AKB=10,1/1000 KH). Gambar V. 3 Angka Kematian Bayi Di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009 11,8
12
11,5
A K B
11 10,5
11,4 10,1
10 9,5 9
2007
2008
2009
TAHUN
Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakan
indikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.
Hal tersebut merupakan respon positif dari upaya pemerintah untuk mendekatkan masyarakat dengan sarana dan tenaga kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
34
c. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR) Angka Kematian Balita (1 - 4 tahun) adalah jumlah kematian
anak umur 1 - 4 tahun per 1.000 anak balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit
menular
dan
kecelakaan,
indikator
ini
menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk.
Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian Balita
yang disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran besarnya proporsi penyebab utama kematian Balita, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel V. 2 Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001
SKRT 1995 S u Jenis penyakit m b1. Gangguan sistem pernafasan e r : 2. Gangguan perinatal
%
SURKESNAS 2001
Jenis penyakit
30,8 % 1. Sistem Pernafasan (Pneumonia)
21,6 % 2. Diare
3. Diare 15,3 % 3. Saraf B 4. Infeksi dan parasit lain 6,3 % 4. Tifus S5. Saraf 5,5 % 5. Sistem pencernaan u 6. Tetanus 3,6 % 6. Infeksi lain S Sumber : Badan Litbangkes, Publikasi hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 dalam Profil Kesehatan Indonesia 2003
%
22,8 % 13,2 % 11,8 % 11,0 %
5,9 % 5,1 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab
kematian Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak
terlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001,
kematian Balita yang tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita), disusul oleh kematian akibat Diare (2,3 per 1.000 Balita).
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
35
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas
Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar pada tahun 2007 sebesar 2,46 per 1.000 kelahiran hidup dimana
tercatat 62 kematian balita dari 25.132 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 jumlah kematian balita sebanyak 83 balita dari 24.853 kelahiran
hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,34 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 jumlah kematian balita sebanyak 43 balita dari 27.967 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 3,71 per 1.000 kelahiran hidup. Gambar V. 4 Angka Kematian Balita Di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009
A K A B A
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
3,34
3,71
2,46
2007
2008
2009
TAHUN
d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa
nifas. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosanterobosan antara lain peningkatan kemitraan antara Bidan dan Dukun. Harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR).
Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2009 sebesar
16 per 100.000 kelahiran hidup (AKI : 16/100.000 KH). Angka ini
didapatkan dari hasil formulasi data yang dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
36
dilaporkan oleh Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Makassar dimana tercatat 4 kasus kematian Ibu Maternal dari 27.967 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan sepanjang tahun 2008 sebanyak 4 kasus kematian ibu dari 24.853 jumlah kelahiran hidup sehingga didapatkan Angka Kematian Ibu
(AKI)
sebesar
16,1
per
100.000
kelahiran
hidup,
(AKI = 16,1/100.000 KH) menurun dari tahun 2007 dimana tercatat
5 kasus kematian ibu dari 25.132 kelahiran hidup dengan AKI : 19,9/100.000 KH. Adapun kasus kematian maternal tersebut terjadi di wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel V. 3 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun 2009 PUSKESMAS
JUMLAH KEMATIAN IBU
Jumlah
4
Andalas Cendrawasih Antang
1 2 1
Sumber : Bidang Peran Serta Masyarakat
Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun ke tahun
menggambarkan semakin membaiknya tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, serta kondisi kesehatan lingkungan dan
tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
37
Gambar V. 5 Angka Kematian Ibu Di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009
25 20 A K I
15
19,9 16,1
16
10 5 0 2007
2008
2009
TAHUN
3. STATUS GIZI Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,
antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi
balita, status gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu dan
pekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khusus untuk GAKY di Kota Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukan
tetapi jumlahnya tidak berarti, terbukti dengan cakupan kelurahan dengan garam beryodium baik mencapai angka 100%.
Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan
status gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut : a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakan
salah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi (baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan
kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR
karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
38
Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat, tahun 2009 jumlah bayi BBLR sebanyak 255 dari 27.990 bayi yang lahir (termasuk 23 bayi yang lahir mati) atau sekitar 0,91 %, menurun dibandingkan
tahun 2008 jumlah bayi BBLR sebanyak 251 dari
24.902 bayi yang lahir (termasuk 49 bayi yang lahir mati) atau sekitar 1,01 %. Tahun 2007 persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di Kota
Makassar adalah 1,17 % dimana terdapat 295 bayi lahir dengan BBLR
dari 25.185 bayi yang lahir (termasuk 53 bayi yang lahir mati).
Sedang pada tahun 2006 dari 26.386 kelahiran, 355 bayi lahir dengan BBLR atau sebesar 1,35 %. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut :
Gambar V. 6 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009 B B L R
1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
1,17
2007
1,01
2008
0,91
2009
TAHUN
b. Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index
(BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu
teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(BB, TB)
atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang
diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
39
(z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < 3SD).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran Serta
Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2009
berjumlah 2.118 (3,2 % dari jumlah balita) sedangkan tahun 2008
dilaporkan jumlahnya 2.410 (3,3 % dari jumlah balita) dan pada tahun 2007 berjumlah 2.021 (3,4 % dari jumlah balita).
Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun
terakhir yakni pada tahun 2007 jumlah balita yang menderita gizi
kurang adalah 9.485 balita (16,15%), tahun 2008 berjumlah 11.511 balita (15,84 %) dan tahun 2009 berjumlah 10.0 34 (15,35%).
Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihat
pada gambar berikut :
Gambar V. 7 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009 20
10
16,15
15,85
3,4
3,3
15,35
3,2
0 Tahun 2007
Tahun 2008
GIZI BURUK
Tahun 2009
GIZI KURANG
Membaiknya status gizi pada bayi/balita tampak pada
meningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : 79,1 % (24.012 bayi ASI eksklusif dari 30.129 bayi), 76,59 % pada tahun 2008 (22.244 bayi ASI ekslusif dari 29.043 bayi)
dan 92,04 % pada tahun 2009 (24.796 bayi ASI ekslusif dari 26.940 bayi).
Adapun data mengenai Kecamatan bebas rawan gizi di Kota
Makassar pada tahun 2007 tercatat 14 Kecamatan di Kota Makassar
termasuk Kecamatan rawan gizi. Begitu pula pada tahun 2008 dan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
40
2009,
tercatat 14 kecamatan di Kota Makassar masih termasuk
Kecamatan rawan gizi.
Data mengenai jumlah Balita gizi buruk dan gizi kurang pada
tahun 2009 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel V. 4 Jumlah Balita Gizi Buruk, Gizi Kurang per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2009 Kecamatan
Mariso
Gizi Buruk Jumlah % 92 1,87
Gizi Kurang % Jumlah 590 11,98
15 0,50 314 Mamajang 686 7,66 2.300 Tamalate 91 0,03 423 Rappocini 48 0,95 381 Makassar 9 0,68 143 Ujung Pandang 33 1,88 193 Wajo 230 13,99 374 Bontoala 74 2,30 436 Ujung Tanah 351 3,04 1.136 Tallo 310 4,63 1.420 Panakukang 103 2,17 780 Manggala 55 0,99 1.283 Biringkanaya 21 0,51 261 Tamalanrea 2.118 3,24 10.034 TOTAL Sumber : Bidang PSM, Dinas Kesehatan Kota Makassar
10,52 25,67 14,68 7,53 10,75 10,99 22,76 13,55 9,84 21,19 16,42 23,24 6,37 15,35
Tabel V. 5 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita Di Kota Makassar Tahun 2007 – 2009
STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK
GIZI KURANG
TAHUN 2007
JUMLAH 2.021 9.485
TAHUN 2007
%
JUMLAH
16,15
11.511
3,44
2.410
TAHUN 2008
%
JUMLAH
15,9
10.034
3,3
2.118
Sumber: Bidang PSM, Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
%
3,24
15,35
41
c. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) Salah satu cara untuk mengetahui status gizi wanita usia subur
(WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan
sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar
seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Data yang bersumber dari Bidang Peran Serta Masyarakat
menunjukkan terjadinya penurunan KEK khususnya pada Ibu Hamil
(Bumil). Pada tahun 2006 tercatat 3,06 % Bumil KEK, jumlah tersebut
menurun pada tahun 2007 dimana KEK menjadi 2,5 %. Hal ini ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang baik, asupan gizi yang
membaik, serta peran aktif dari kader-kader gizi yang ada di Kota Makassar.
Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar
Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2003 diperoleh gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) menurut kelompok umur, seperti terlihat
persen
dalam gambar berikut.
50 40 30 20 10 0
Gambar V. 8 Persentase Wanita Usia Subur dengan LILA < 23,5 cm (berisiko KEK), Tahun 2000 – 2003
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
2000
38,04
26,59
19,01
15,11
14,04
13,16
13,16
2001
40,85
27,53
19,12
14,59
12,9
13,18
13,18
2002
35,7
23,7
18,7
18
10,4
11
11
2003
35,1
21,43
13,82
10,17
8,6
9,62
10,1
Sumber: BPS, Survei Konsumsi Garam Yodium RT, (Profil Kesehatan Indonesia 2003)
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
42
4. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang
berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui
studi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas
Kesehatan Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan
pelaporan tingkat Puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama
untuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2008 seperti yang tertera pada tabel berikut :
N O 1 2 3
Tabel V. 6 Pola 10 Penyakit Utama Di Kota Makassar Tahun 2009
NAMA PENYAKIT
Infeksi Akut pada Saluran Pernafasan Bagian Atas
Penyakit lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas
5
Batuk Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu Dermatitis dan Eksim
8 9
Infeksi kulit dan jaringan sub kutan (Ploderma) Artrotis lainnya
4 6 7 10
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Demam yang tidak diketahui penyebabnya Penyakit Pulpa & Jaringan Periapikal JUMLAH
Penyakit Lainnya
JUMLAH
%
114.253
16,13
36.766
5,19
72.572 43.448 35.855 35.813 26.467 26.221 25.619 22.706
10,24 6,13 5,06 5,05 3,74 3,70 3,62
439.720
3,20
268.576
-
100
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
43
B. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR 1. Penyakit Menular Potensial KLB/Wabah a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
ke
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas
seluruh wilayah
provinsi
di
negara
ini
dengan jumlah
kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2003 sebanyak 257 kabupaten/kota. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima
tahunan, namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir
mengalami perubahan dengan periode antara 2 – 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun. Pada tahun 2003 secara Nasional, jumlah penderita DBD dilaporkan sebanyak 51.516
kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,5 % dan angka insiden sebesar 23,87 kasus per 100.000 penduduk.
Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari Subdin P2PL Dinas
Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan , tahun 2007 kasus DBD kembali meningkat
dengan jumlah kasus sebanyak 5.333 kasus
dimana
jumlah kasus di Kota Makassar masuk dalam urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Bone yakni sebanyak 452 kasus .
Data yang bersumber dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota
Makassar menunjukkan terjadinya penurunan kasus DBD yang signifikan dari 262 kasus tahun 2008 menjadi 255 kasus pada tahun
2009, dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) meningkat dari tahun 2008 sebesar 79,3 % menjadi 80,5% pada tahun 2009. Demikian pula
halnya dengan jumlah kematian akibat DBD dari tahun ke tahun mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 tercatat kematian
akibat DBD sebanyak 3 orang menurun menjadi 2 orang pada tahun 2009. (Lihat Gambar V.11)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Makassar dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD), antara lain penanggulangan fokus,
pelaksananaan PSN/3M, survei jentik dan abatesasi, serta fogging massal/kasus.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
44
Hasilnya terjadi penurunan kasus penyakit DBD dan jumlah kematian akibat DBD dalam kurun waktu 2006 – 2009.
Jumlah kasus DBD dan
kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut :
Gambar V. 9 Jumlah Kasus DBD dan Kematian akibat DBD di Kota Makassar Tahun 2006 s/d 2009 1000
815
800
452
600 400
6
200
262 5
255 3
2
kasus kematian
0 2006
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Penanggulangan fokus Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata
rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukan
survey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerja
masing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristik khusus sebagai tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Hasil
survey ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan di tempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk
dilakukan Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokus yang ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka Bebas Jentik dan menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar.
Pelaksanaan PSN/3M
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan
tindak lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan oleh
petugas kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ; Menguras
tempat
penyimpanan
air,
Menutup
tempat
penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
45
mungkin
dapat
berkembangbiaknya
digenangi
nyamuk
air
DBD.
dan
menjadi
Pelaksanaan
tempat
PSN/3M
dilakukan di Tempat-Tempat Umum, Sekolah setiap Hari Jumat dan Sabtu.
Survei Jentik & Abatesasi Upaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamuk
Aedes Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanya
memberantas vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan masyarakat dengan
membentuk Kader Jumantik yang pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 948 kader. Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan abatesasi khususnya abatesasi selektif pada kelurahan yang endemis. Adapun
Angka
Bebas
Jentik
selama 4 tahun terakhir yaitu pada tahun 2006 : 77 % ;
tahun 2007:78 % ; tahun 2008 menjadi : 79% dan tahun 2009 sebesar 80 %.
Pelaksanaan Fogging Fokus Selain pemberantasan jentik, upaya lain yang dilakukan
adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (Fogging Focus) terutama di wilayah yang terdapat penderita DBD
yang mempunyai Sentral Opname (SO) dari Puskesmas maupun Rumah Sakit. b. DIARE Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana
pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan, namun
penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
46
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas
Kesehatan Kota Makassar tahun 2009, jumlah penderita diare sebanyak 45.014 orang dan 30.805 atau sebesar 68,4 % diantaranya
adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 8 penderita diare
meninggal dunia. Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkan menurut kecamatan di Kota Makassar selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
N O
Tabel V. 7 Jumlah penderita Diare menurut Kecamatan Di Kota Makassar tahun 2006-2009
KECAMATAN
2006
TAHUN
2007
2008
2009
1
MARISO
2.863
2.877
2.444
2.157
3
MAKASSAR
4.416
3.377
4.231
3.458
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14
MAMAJANG U.PANDANG WAJO
BONTOALA TALLO
UJUNG TANAH
PANAKUKANG MANGGALA RAPPOCINI
TAMALATE
TAMALANREA
BIRINGKANAYA JUMLAH
4.676 1.045 1.705 1.300 5.344 4.477 7.023 4.752 3.694 3.914 3.821 3.079
53.109
4.407 2.116 1.985 2.412 5.358 4.947 5.382 4.451 3.857 4.444 4.271 2.394
52.278
2.862 1.054 2.221 3.515 4.307 2.988 5.073 3.371 3.602 3.389 5.172 2.572
46.801
3.223 1.268 1.982 3.972 5.014 2.370 4.476 3.293 2.633 3.936 4.273 2.959
45.014
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan
dengan penyakit diare adalah perilaku/kebiasaan hidup bersih dan
sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya hygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
47
Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secara
kontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kesehatan Kota Makassar
bersama sama dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing terbukti berhasil dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di Kota Makassar khususnya selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yang secara kontinyu dilaksanakan antara lain :
1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga
2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojok oralit di sarana pelayanan kesehatan.
3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi pada sumber-sumber air bersih.
Data yang diperoleh dari Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota
Makassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibat Diare dapat terlihat pada grafik berikut :
Gambar V. 10 Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota Makassar Tahun 2006 s/d 2009 60.000
53.109
52.278
50.000
46.801
45.014
40.000 Penderita
30.000
Meninggal
20.000
13
10.000
10
9
8
0 2006
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
48
c. FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI) Data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota
Makassar, pada tahun 2009
Avian Influensa (AI) menyerang
5 Kecamatan dan 6 Kelurahan dengan jumlah penduduk terancam 800 penduduk. Adapun jumlah penderita sebanyak 14 orang dan 100% ditangani, serta tidak ada korban meninggal dunia (Attack Rate = 1,75% dan CFR= 0%).
Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yang
terus digalakkan antara lain : -
Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yang
-
suspect AI serta warga di sekitarnya
-
Makanan
Sosialisasi
AI
kepada
Pengelola
Tempat-tempat
Pengelola
Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positif
mengidap virus H5N1 dengan cara; membakar unggas yang mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki -
kasus-kasus yang mirip dengan AI. Pemberian
obat
Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderita
suspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (Ruang Pakis RS. Wahidin Sudirohusodo).
Gambar V. 11 Jumlah Kasus dan Kematian akibat Flu Burung di Kota Makassar Tahun 2006 s/d 2009 30 25
26
20 15 10
13
9 1
5
Kasus
14 0
0
Kematian 0
0
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
49
2. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I
membuahkan hasil antara lain : -
telah
Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit
tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas -
Imunisasi di 36 Puskesmas se-Kota Makassar
Meningkatnya akses penduduk pada fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah dan
-
swasta melakukan pelayanan imunisasi.
Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secara
mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun
data cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir; tahun
2006 sebesar 95 %, tahun 2007 sebesar 97 % dan pada tahun 2008 sebesar 98,6 %. Untuk cakupan kelurahan UCI dari 143 kelurahan
yang ada di wilayah Kota Makassar, 142 kelurahan diantaranya (99%)
merupakan kelurahan yang melaksanakan UCI. Pada tahun 2009 -
cakupan UCI menjadi 99,30 %.
Secara umum cakupan Imunisasi di Kota Makassar Tahun 2007 – 2008 dapat disajikan pada gambar berikut :
Gambar V. 12 Cakupan Imunisasi Kota Makassar Tahun 2007 s/d 2009
32.461 32.388 32.135 32.270 32.002 32.500 32.000 32.100 31.991 31.500 32.030 31.184 30.557 31.000 30.500 29.800 30.369 30.000 29.500 29.000 28.500 28.000
2007
2008
DPT I DPT III
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
50
a. Polio / AFP Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah
dilakukan
melalui
gerakan
imunisasi
Polio.
Upaya
ini
juga
ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif
terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur
< 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.
Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil
pelacakan pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) kecamatan dan
8 (delapan) kelurahan yang terserang dengan jumlah penderita
sebanyak 8 (delapan) penderita AFP dengan Attack rate sebesar 1,00
per 100.000 anak umur < 15 tahun. Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 6 (enam) kecamatan dan 6 (enam) kelurahan dengan jumlah penderita sebanyak 6 (enam) penderita AFP. Adapun hasil penemuan
kasus AFP di Kota Makassar pada tahun 2006 s/d 2009 disajikan pada gambar berikut :
Gambar V. 13 Kasus AFP di Kota Makassar Tahun 2006 – 2009 8
8 6
6 Kasus
4
4
Kematian
4
1
2
0
0
0
0
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
51
b. DPT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah
penderita Difteri pada tahun 2006 sebanyak 1.093 orang dan tidak
ditemukan adanya penderita meninggal akibat difteri. Pada tahun
2007 dilaporkan tidak ada penderita Difteri maupun korban meninggal dunia akibat Difteri. Sedangkan pada tahun 2008, jumlah penderita Difteri sebanyak 5 orang penderita yang tersebar di
Kecamatan Wajo (Puskesmas Andalas = 1 orang), Kecamatan Makassar (Puskesmas Bara-baraya = 1 orang) dan Kecamatan
Biringkanaya (Puskesmas Sudiang = 1 orang dan Puskesmas Sudiang Raya = 5 orang) dan tidak ditemukan adanya penderita meninggal akibat Difteri. Jumlah penderita Difteri pada tahun 2009 adalah
9 orang yang tersebar di tujuh Kecamatan dan tujuh Kelurahan dan tidak ditemukan adanya kematian akibat Difteri. c. CAMPAK 1). Data
dari
Bidang
P2P
Dinas
Kesehatan
Kota
Makassar
menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2008 terdapat 169 orang penderita panyakit campak, dan tidak ditemukan korban meninggal.
2). Adapun cakupan pemberian imunisasi campak selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan, tercatat sebesar 28.806 pada
tahun 2006, 30.557 pada tahun 2007, 32.002 pada tahun 2008 dan tahun 2009 sebesar 32.388
Adapun cakupan Imunisasi Campak selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
52
Gambar V. 14 Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar Tahun 2006 s/d 2009 34.000 32.000 30.000
32.002
32.388
30.557 28.806
28.000 26.000
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar 3. Penyakit Menular lainnya a. HIV / AIDS Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases,
dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir
ini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan,
meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antarwilayah,
semakin mudahnya komunikasi antarwilayah, semakin menyebarnya
sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan
NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS.
Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatan
dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 2003 dilaporkan
penderita HIV (+) baru sebesar 62 orang, sedangkan
penderita AIDS sebanyak 4 orang. Jumlah ini terus meningkat, hingga
pada tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS yang berhasil ditemukan
dan dilaporkan mencapai 334 penderita HIV dan 156 penderita AIDS,
tahun 2008 dilaporkan 363 penderita HIV dan 76 penderita AIDS, dan tahun 2009 dilaporkan 473 penderita HIV/AIDS. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
53
Dari jumlah tersebut, tercatat sampai dengan tahun 2006 yang
meninggal telah mencapai angka 43 orang. Jumlah ini mungkin hanya merupakan Fenomena Puncak Gunung Es yang tampak di permukaan, tetapi jumlah yang sesungguhnya jauh lebih besar, sehingga menjadi tantangan bagi semua pihak yang terkait untuk lebih menggiatkan pelacakan dan penanggulangan kasus HIV/AIDS.
Khusus di Kota Makassar tiga tahun terakhir sekitar 1200
Spesimen Urine yang telah diambil dari kelompok risti melalui kegiatan zero survey. Sebanyak 500 sampel telah diperiksa di Laboratorium yang terakreditasi dan bila dilihat dari kelompok
sasaran yang resti maka Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestyle masyarakat perkotaan telah bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana
budaya luar tersebar dengan cepat
seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA, kelompok resti seperti
waria, yang masih terselubung dalam masyarakat. Selain itu perilaku seks menyimpang juga merupakan salah satu sumber penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2009 antara lain : • •
Pelaksanaan Sosialisasi HIV/AIDS bagi masyarakat.
Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi KPA Kota Makassar.
•
Pelaksanaan Pertemuan Pokja HIV tingkat Kecamatan.
•
HIV/AIDS).
•
narkotika di Puskesmas
•
•
Dukungan Pemeriksaan Laboratorium Bagi ODHA (Orang Dengan Dukungan untuk layanan pengurangan dampak buruk penggunaan Dukungan sekretariat KPA
Pelaksanaan Hari AIDS Sedunia (HAS)
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
54
Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCT
rata-rata 500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkan
agar dukungan untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapat terus dilanjutkan karena memberi dampak terhadap peningkatan ODHA yang akan memulai pengobatan ARV.
Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS menimbulkan kesadaran segenap lapisan masyarakat untuk mengetahui dampak HIV/AIDS.
Komitmen Pemerintah Kota Makassar yang sangat tinggi
terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, menjadi stimulan terhadap sektor lain untuk bergerak bersama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
467
Gambar V. 15 Kasus HIV-AIDS Kota Makassar Tahun 2006-2009 473
363
334
HIV 156
AIDS
119
2006
76
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar b. TB. Paru Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh
dari Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas
Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2008 jumlah penderita TB Paru
Klinis sebanyak 10.458 penderita, dengan rincian 6.046 berdasarkan pencatatan dan pelaporan
Puskesmas se-Kota Makassar, sisanya
4.412 berdasarkan laporan dari 15 RS yang ada di Kota Makassar.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
55
Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penderita TB Paru Klinis
sebanyak 9.916 penderita, 6.348 penderita diperoleh berdasarkan
pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas, dan sisanya 3.568 penderita berdasarkan laporan dari RS. Jumlah penderita TB Paru Klinis, TB + dan penderita yang sembuh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V. 8 Penderita TB Paru Klinis dan yang sembuh Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2009 SARANA KESEHATAN
NO 1
Puskesmas
2
JUMLAH PENDERITA
KLINIS
Rumah sakit
Sumber : Bidang P2PL
SEMBUH
422
301
6.348
1.012
9.916
1.434
3.568
JUMLAH
+
816
1.117
c. MALARIA Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15 juta
penderita malaria dan 30.000 orang diantaranya meninggal dunia (Survei
Kesehatan
Rumah
Tangga/SKRT,
1995).
Terjadinya
peningkatan kasus diakibatkan antara lain adanya perubahan
lingkungan seperti penambangan pasir yang memperluas genangan
air sebagai tempat perindukan nyamuk penular malaria, penebangan hutan bakau, mobilitas penduduk dari P. Jawa ke luar Jawa yang
sebagian besar masih merupakan daerah endemis malaria dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas.
Di Kota Makassar, selama beberapa tahun terakhir belum
ditemukan adanya kasus malaria aktif. Berdasarkan laporan dari
Bidang P2P Dinkes Kota Makassar tidak ditemukan adanya kasus
Malaria klinis maupun malaria positif (+) sepanjang tahun 2009. Kegiatan
penemuan
penderita
umumnya
bersifat
pasif
dan
dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan (Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit).
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
56
d. TYPHOID Typhoid merupakan salah satu jenis penyakit menular melalui
vektor yang juga tergolong ke dalam penyakit berbasis lingkungan ternyata menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kasus selama kurun waktu 3 tahun terakhir.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan
dengan penyakit typhoid erat kaitannya dengan perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya
hygiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2P Dinas
Kesehatan Kota Makassar, pada tahun
2009
tercatat jumlah
penderita typhoid sebesar 2.655 penderita. Adapun kasus typhoid selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar V. 16 Kasus Thypoid di Kota Makassar Tahun 2006 – 2009
3.000
1.906
2.517
2.305
2.655
2.000 Kasus Thypoid
1.000 0
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar e. KUSTA Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi
penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000
penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada
tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi
0,95 dan pada tahun 2003 ini kembali menurun menjadi
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
57
0,8 per 10.000 penduduk. Secara Nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni 2000.
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada
pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia. Pada tahun
2003 jumlah penderita baru yang ditemukan sebanyak 15.549 dengan
76,9% di antaranya merupakan penderita tipe MB yang diketahui merupakan tipe yang menular. Selain itu dari penderita baru yang ditemukan tersebut 8 % sudah mengalami kecacatan tingkat 2 yaitu kecacatan yang dapat dilihat dengan mata dan 10,6% di antaranya
adalah anak-anak. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang P2P
Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta baik Tipe PB
maupun MB pada tahun 2009 berjumlah 331 penderita. Angka penemuan penderita kusta, Prevalence Rate dan Case Detection Rate penderita Kusta berturut-turut disajikan pada gambar berikut :
60
Gambar V. 17 Angka Penemuan Penderita Kusta per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2009 34 36
40 20
51
46
12
18
26 15 4
14 12
25 24 14
0
Sumber : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
58
4. Penyakit Tidak Menular Yang Diamati Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, telah
banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
termasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi
epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal, Gangguan Jiwa/Mental dan sebagainya.
Penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab kematian umum
nomor satu di Indonesia berdasarkan SKRT 1992, SKRT 1995, dan Surkesnas 2001. Stroke tanpa pendarahan merupakan penyebab kematian nomor 1 di RSU di Indonesia tahun 2002 dan penyakit jantung
menduduki peringkat ke-9. Sedangkan hipertensi menjadi penyakit
terbanyak nomor 7 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2003.
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyebab kematian
terbanyak di RSU di Indonesia tahun 2002. Penyakit ini merupakan penyakit nomor 3 terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit di Indonesia tahun 2003 dan nomor 5 terbanyak pada pasien rawat inap.
Neoplasma/tumor menunjukkan peningkatan peringkat pada pola
penyakit penyebab kematian umum di Indonesia. Pada SKRT 1992
neoplasma menempati urutan ke-10, pada SKRT 1995 menempati urutan ke 9, dan pada Surkesnas 2001 menduduki urutan ke-5.
C. PERILAKU SEHAT DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Komponen perilaku sehat dan lingkungan sehat merupakan garapan
utama promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk memampukan atau memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya (WHO). Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan, kemampuan, potensi dan faktor budaya pada umumnya. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
59
Keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan digambarkan melalui indikator-indikator persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, serta purnama dan mandiri.
persentase posyandu
1. Rumah Tangga ber-PHBS Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga
yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Bidang Peran Serta Masyarakat Tahun 2009 jumlah
rumah tangga yang ber-PHBS sebesar 30.167 (69,33 %) dari 43.511 RT yang dipantau pada 14 Kecamatan. Sebagaimana data yang diperoleh
dari BPS jumlah RT yang ada di Kota Makassar tahun 2009 sebanyak
296.374 RT (KK). Angka tersebut mencapai target dari Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 65% RT telah ber-PHBS. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Keberhasilan upaya promotif-preventif dari Instansi terkait di Kota Makassar
b. Tingginya kesadaran masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, hal ini sejalan dengan tingginya IPM Kota makassar
dibandingkan Kab/Kota lain Di Sulsel, bahkan secara nasional Makassar menempati urutan ke-8
c. Data yang diperoleh merupakan data sarana (Facilitated Based) yang hanya didapatkan dari Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada. Karenanya diperlukan upaya pengumpulan data yang lebih akurat dan bersumber langsung dari masyarakat (Community Based).
d. Data tersebut belum sepenuhnya dianggap dapat menggambarkan kenyataan yang ada mengingat jumlah RT yang dipantau masih jauh lebih kecil dari jumlah RT yang ada di Kota Makassar.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
60
2. UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) a. Posyandu Peran serta masyarakat dalam mewujudkan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat amatlah penting. Wujud nyata bentuk peran serta masyarakat antara lain muncul dan berkembangnya
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), misalnya Posyandu.
Sebagai
indikator
peran
aktif
masyarakat
melalui
pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki
Posyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan utama (KIA, KB,
Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.
Kesadaran dan peran aktif masyarakat Kota Makassar dalam
wahana Posyandu tidak terlepas dari dukungan Dinas Kesehatan Kota Makassar barsama Instansi terkait dari lintas sektor yang saling bersinergi
mendorong
meningkatnya
jumlah
Posyandu
yang
sebelumnya berada pada level Pratama dan Madya, meningkat
menjadi Purnama dan Mandiri. Kenyataan ini ikut mempercepat pencapaian Visi Makassar Sehat Sehat 2010 sejalan dengan Indonesia Sehat
2010
berdasarkan
Indikator
Indonesia
peningkatan jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri.
Sehat
melalui
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Bidang Peran Serta
Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah Posyandu yang ada di Kota Makassar pada tahun 2009 sebanyak 953 posyandu dengan rasio posyandu per kelurahan sebesar 6,3 dengan rincian sebagai berikut : -
Pratama
:
124 posyandu
Purnama
:
363 posyandu
Madya
Mandiri
: :
288 posyandu 178 posyandu
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
61
Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di Kota
Makassar Tahun 2009 mencapai 56,77 %. Bila dibandingkan dengan
target IIS 2010 (40%), sudah mencapai target, meskipun demikian
masih perlu peningkatan upaya pembinaan dan peran serta dari
seluruh komponen lintas sektor serta partisipasi aktif segenap lapisan masyarakat.
Gambar V. 18 Posyandu Menurut Strata Di Kota Makassar Tahun 2009 363
400
288
300
178
124
200 100 0
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
Sumber : Bidang PSM Dinkes Kota Makassar b. Pos UKK Salah satu indikator penting dalam pencapaian target
Indonesia Sehat 2010 adalah tersedianya pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tersedia sampai pada level pelayanan dasar.
Data yang diperoleh dari pengelola program Kesehatan Kerja Bidang
Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah Pos UKK yang telah terbentuk sebanyak 11 Pos dengan rincian : 10 Pos UKK di wilayah Kecamatan Biringkanaya dan 1 Pos UKK di wilayah
Kecamatan Wajo. Banyaknya Pos UKK yang terkonsentrasi di Wilayah
Kecamatan Biringkanaya disebabkan karena di wilayah ini terletak Kawasan Industri Makassar (KIMA) dengan jumlah tenaga kerja yang
cukup besar. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk semakin mendekatkan pelayanan dan prasarana kesehatan kepada masyarakat luas.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
62
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Seperti yang diamanatkan dalam Indonesia Sehat 2010 Visi Baru,
Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan yang menekankan
derajat kesehatan adalah meningkatnya secara bermakna, menurunnya angka kematian (termasuk Kematian Ibu dan Bayi), menurunnya angka kesakitan dan kecacatan serta meningkatnya status gizi masyarakat.
Upaya peningkatan Kesehatan bagi Ibu dan Anak terutama
dititikberatkan
pada
Pertolongan
persalinan
serta
pemeriksaan
Kehamilan. Hal tersebut sangat berperan penting dalam menurunkan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi yang secara langsung berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. a. Pertolongan Persalinan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Peran Serta
Masyarakat jumlah persalinan sepanjang tahun 2009
sebanyak
28.090 Ibu Bersalin, sedang jumlah yang ditolong oleh tenaga
kesehatan sebesar 88,54 % yaitu sebanyak 24.872 persalinan. Jika dilihat dari persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, belum mencapai target yang diharapkan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 yakni sebesar 90 %.
Rendahnya cakupan ini tidak berarti bahwa pertolongan
persalinan di Kota Makassar oleh tenaga kesehatan masih rendah, tetapi karena data yang ditampilkan hanya bersumber dari Puskesmas
sebagai Fasilitas Kesehatan Dasar, mengingat Kota Makassar dengan
17 RS dan 14 RSB serta beberapa Klinik Bersalin memungkinkan data
mengenai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tidak
menggambarkan keseluruhan pertolongan persalinan oleh Nakes di Kota Makassar.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
63
b. Pemeriksaan Kehamilan Peningkatan pelayanan kesehatan bagi Ibu Hamil juga
merupakan faktor penting yang berkaitan dengan keberhasilan
program kesehatan khususnya dalam hal menurunkan Angka Kematian Ibu. Dinas Kesehatan Kota Makassar beserta jajarannya
memberi perhatian lebih pada pelayanan kesehatan bagi ibu hamil terutama ibu hamil yang beresiko tinggi (Bumil Resti). Sasarannya
adalah agar ibu hamil secara rutin melakukan pemeriksaan pada fasilitas kesehatan yang ada, tahu akan kondisinya serta dapat dilakukan deteksi dini tentang resiko yang mungkin timbul dalam persalinan antara lain anemia, eklampsia, perdarahan, gangguan pada janin dan lain-lain.
Data terakhir yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan
Masyarakat, jumlah ibu hamil pada tahun 2009 ini sebanyak 29.534 orang bumil dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali (K4) sebanyak 25.464 orang atau sebesar 86,22 %. c. Pemberian Tablet Fe Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia gizi
pada Ibu Hamil adalah melalui pemberian tablet Fe (zat besi). Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat tahun
2009, dari 29.534 orang ibu hamil, sebesar 46,12 % atau 13.622 orang mendapatkan 90 tablet Fe dari Fasilitas Kesehatan Dasar yang
ada. Upaya ini diharapkan dapat menurunkan resiko yang mungkin timbul bagi Ibu Hamil di masa persalinannya akibat anemia gizi. D. LINGKUNGAN SEHAT
Salah satu misi dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Tugas utama kesehatan adalah memelihara dan
meningkatkan kesehatan segenap warga negaranya yaitu setiap individu, keluarga
dan
masyarakat
Indonesia
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
tanpa
meninggalkan
upaya 64
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungannya.
1. Program Kota Sehat Program Kota Sehat di Kota Makassar adalah bagian dari dinamika
dan semangat warga, bersama-sama dengan Pemerintah Kota Makassar dalam menjalankan suatu proses yang secara terus menerus menciptakan
dan meningkatkan kualitas lingkngan baik fisik, sosial, budaya serta
mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memberdayakan potensipotensi maksimal dari masyarakat di Kota Makassar.
Program Kota Sehat untuk Kota Makassar pada tahun 2009 untuk
persiapan penilaian kegiatan Kota Sehat , yang sebelumnya hanya 2 (dua) tatanan yaitu : Tatanan Kawasan kehidupan Masyarakat yang Sehat
Mandiri, dan Tatanan Kawasan Pariwisata Sehat bertambah 2 (dua) yaitu : Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat dan Kawasan Industri
Perkantoran Sehat. Berhasil mendapatkan penghargaan Swasti Saba Wiwerda (kategori 4 tatanan Kota Sehat) oleh Menteri Kesehatan RI. 2. Tempat-Tempat Umum Sehat Salah satu indikator utama dalam pencapaian Indonesia Sehat
2010 adalah tercapainya tempat-tempat umum (TTU) sehat sebesar 80 %. Untuk mencapainya maka Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam hal ini Bidang Kesehatan Lingkungan melakukan berbagai upaya antara lain :
a. Mengadakan Temu Karya Pemilik Tempat-tempat Umum yang melibatkan Instansi dan Institusi terkait seperti ; Dinas Kebersihan,
Dinas Pariwisata, PD. Pasar, PD. Kebersihan, PDAM Kota Makassar, Pihak Sekolah, Pengelola Bisnis Pariwisata, Pengelola Terminal, serta Pengelola tempet-tempat ibadah yang ada di Kota Makassar.
b. Melakukan Bintek ke Tempat-Tempat Umum terutama pada Kawasan
Wisata, Hotel, Restoran, Sarana peribadatan, maupun di sekolahsekolah, terminal, pasar dan sarana kesehatan yang ada di Kota Makassar.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
65
Hal ini berarti upaya maksimal yang telah dilakukan selama ini
oleh Pemerintah Kota Makassar beserta jajarannya optimis dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimal serta mencapai target Indonesia Sehat 2010. Untuk data yang lebih terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 50.
3. Rumah Sehat & Rumah Bebas Jentik Indikator Kesehatan Lingkungan kedua setelah Tempat Tempat
Umum Sehat, adalah pencapaian rumah sehat sebesar 80 %. (tabel 47 SPM). Untuk indikator rumah sehat tahun 2009 telah mencapai 87,32 %
sudah mencapai target rumah sehat untuk mencapai Indonesia Sehat 2010
Data yang diperoleh dari Bidang P2M Dinas kesehatan Kota
Makassar tahun 2009 dari
41.143 rumah yang diperiksa, sebanyak
33.108 rumah bebas jentik, dengan angka bebas jentik (ABJ) mencapai
80.47 %. Adapun Angka Bebas Jentik selama 4 tahun terakhir yaitu : tahun 2005 : 76 % ; tahun 2006 : 77% ; tahun 2007 : 78% ,tahun 2008
menjadi : 79% dan tahun 2009 : 80 % . Program-program penyehatan
lingkungan dan pemukiman perlu lebih ditingkatkan sehingga dapat mewujudkan Misi Kota Makassar Sehat 2010 dan Indonesia Sehat 2010.
4. Tempat Umum Pengelolaan Makanan & Minuman
Hal yang tak kalah pentingnya dalam mendukung perekonomian
khususnya sektor pariwisata serta peningkatan derajat kesehatan yang
optimal di Kota Makassar adalah tersedianya Tempat Pengelolaan Makanan yang memenuhi standar Laik Hygiene dan Sanitasi. Pesatnya
perkembangan Kota Makassar sebagai pusat perdagangan dan industri di
Kawasan Timur Indonesia mendorong perlunya peningkatan pengawasan mutu terkait dengan Laik Hygiene Sanitasi bagi Tempat pengelolaan makanan dan minuman terrmasuk Depot Air Minum Isi Ulang.
Sejalan dengan misi yang diemban oleh Pemerintah Kota
Makassar, yaitu pembangunan berwawasan kesehatan maka Dinas
Kesehatan Kota Makassar bekerjasama dengan Dinas Perijinan dan Perdagangan, memberlakukan persyaratan Rekomendasi Laik Hygiene
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
66
Sanitasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh SITU & SIUPP bagi Pengusaha Jasaboga, Rumah Makan/Restoran serta Depot Air Minum Isi Ulang.
5. Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman Program lain yang juga merupakan bagian dari Upaya Penyehatan Lingkungan antara lain : Penyemprotan lalat, Pemeriksaan bakteriologis
sampel air PDAM, Pembinaan POKMAIR, Pembinaan secara teknis program
sanitasi
dan
Sumber
Air
Bersih,
Kaporisasi
penyelenggaraan pelatihan bagi Tenaga Sanitasi Puskesmas.
serta
E. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Tujuan pokok upaya kesehatan adalah meningkatkan pemerataan dan
mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, baik oleh pemerintah maupun
swasta yang didukung oleh pesatnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.
Salah satu misi pembangunan kesehatan dalam mewujudkan visi
Indonesia sehat 2010 adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung arti bahwa
salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan yang terbaik, bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat, yang dievaluasi menurut lima (5) indikator yaitu : 1. Pemanfaatan Puskesmas oleh Penduduk
Keadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam jumlah dan
distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmas
dimana 1 puskesmas melayani 30.000 penduduk atau dengan jumlah
penduduk Makassar tahun 2009 dibutuhkan 41 Puskesmas/Pustu, dimana pada tahun 2008 jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 37 buah dan Pustu sebanyak 42 buah.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
67
Dengan demikian rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk
adalah 3, Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas mempunyai 1 puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah Kota Makassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata terjangkau bagi seluruh masyarakatnya.
dan
Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan, kunjungan
rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas disajikan dalam tabel berikut : NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Tabel V. 9 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Sarana Pelayanan di Kota Makassar tahun 2009 PUSKESMAS
PATTINGALLOANG TABARINGAN P. BARRANG LOMPO JUMPANDANG BARU RAPPOKALLING KALUKU BODOA LAYANG MALIMONGAN BARU TARAKAN ANDALAS MAKKASAU BARA-BARAYA MACCINI SAWAH MARADEKAYA MAMAJANG CENDRAWASIH DAHLIA PERTIWI PANAMBUNGAN TAMALATE JONGAYA BAROMBONG KASSI-KASSI MANGASA MINASA UPA BATUA PAMPANG TAMAMAUNG KARUWISI ANTANG ANTANG PERUMNAS TAMANGAPA SUDIANG SUDIANG RAYA TAMALANREA BIRA ANTARA JUMLAH
RAWAT JALAN 46,284 21,545 36,523 92,498 50,196 59,591 43,640 52,126 24,628 29,711 54,745 96,741 76,445 42,317 69,280 67,695 26,437 37,200 42,695 71,715 106,682 14,114 100,675 41,578 58,784 123,658 73,643 48,304 32,476 55,053 63,707 38,723 81,276 135,446 47,807 42,895 30,555 2,137,388
RAWAT INAP 180
173 1,546
1,076
731
842 413 1,174
6,135
JUMLAH 46,464 21,545 36,696 94,044 50,196 59,591 43,640 52,126 24,628 29,711 54,745 97,817 76,445 42,317 70,011 67,695 26,437 37,200 42,695 71,715 106,682 14,114 101,517 41,578 59,197 124,832 73,643 48,304 32,476 55,053 63,707 38,723 81,276 135,446 47,807 42,895 30,555 2,143,523
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
68
2. Pemanfaatan Rumah Sakit dan Tempat Tidur Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana
rumah sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas
perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.
Adapun jumlah RS di Kota Makassar Tahun 2009 adalah sebanyak
17 buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 3.534 TT. Ini berarti
bahwa rasio Rumah Sakit terhadap penduduk adalah 1,3 RS per 100.000
penduduk, sedangkan rasio tempat tidur (TT) terhadap penduduk adalah 278 TT per 100.000 penduduk. Pemanfaatan rumah sakit juga diukur dengan Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Turn Over
Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO), Net Death Rate (NDR) dan Gross
Death Rate (GDR). Secara nasional rata-rata BOR sebesar 55%, LOS adalah 5 hari, TOI 4 hari, BTO 40 kali, NDR 18 pasien per 1.000 pasien keluar dan
GDR 37 pasien per 1.000 pasien keluar. Indikator pelayanan RS pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : NO
Tabel V. 10 Indikator Pelayanan RS Kota Makassar Tahun 2009
NAMA RUMAH SAKIT
1
RS Dr. Wahidin Sudirohusodo
4
Rumah Sakit Bhayangkara
2 3 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
Rumah Sakit Ibnu Sina RSUD Labuang Baji
Rumah Sakit Pelamonia Rumah Sakit Akademis
Rumah Sakit Dadi (Umum) Rumah Sakit Dadi (Jiwa) Rumah Sakit Haji
Rumah Sakit Stella Maris Rumah Sakit Hikmah
Rumah Sakit Islam Faisal Rumah Sakit Grestelina RSU Luramay
Rumah Sakit Daya
JUMLAH TEMPAT TIDUR
659 155 340
256 403 202 110 450
127 236 100 122 113
RS Jala Ammari
RS Mitra Husada
55
63 44 34
Sumber: Rumah Sakit di Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
BOR
69.6 64.9 59.5 72.4 65.0 54.1 18.4
133.3
73.3 60.4 27.8 60.3 60.7 65.5 66.0 69.6 28.0
LOS
7.7 4.4 5.7 4.2 6.1 5.3 7.2
103.1 4.7 5.5 5.3 4.9 4.5 7.3 3.5 5.0 5.4
TOI
3.3 2.4 3.9 1.6 3.3 4.5
31.7
-25.7
1.7 3.6
13.7
3.2 2.9 3.9 1.8 2.2
13.8
GDR
81.6
NDR
43.0
17.7
13.5
45.4
22.4
21.1
8.8
35.1
20.7
41.7
21.9
68.8
36.8
18.4
16.0
17.0
7.9
42.9
18.1
18.2
12.5
47.6
31.6
32.4
12.5
6.1
6.1
7.8
2.7
10.8
4.5
15.4
9.3
69
Tabel V. 11 Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009 JENIS SARANA KESEHATAN
JUMLAH
Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Rumah Bersalin Bidan Praktek Swasta Balai Pengobatan Gigi Praktek Dokter Perorangan Praktek Dokter Bersama
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan
37 42 37 16 10 24 117 22 2.176 62
3. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Dasar Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Makassar, jumlah sarana kesehatan yang memiliki laboratorium kesehatan 16 buah RS (100%). Data terinci pada lampiran Tabel 43.
4. Persentase Rumah Sakit Yang menyelenggarakan 4 Pelayanan Kesehatan Spesialis Dasar. Data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Makassar, jumlah sarana kesehatan (Rumah Sakit) yang
mampu memberikan pelayanan 4 (empat) spesialis dasar sebanyak 14 buah RS dari 16 RS yang ada di Kota Makassar (87,5 %). Data terinci pada lampiran Tabel 43.
5. Obat Generik Berlogo Kegiatan
ini
dimaksudkan
agar
terjaminnya
ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yang
pelaksanaannya mencakup pengadaan obat generik esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan pemerintah maupun swasta.
Pada
esensial nasional sudah mencapai 90%.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
tahun 2004 ketersediaan obat
70
Jumlah ketersediaan obat dan jenis kebutuhan obat berdasarkan
data dari Gudang Farmasi Kota Makassar pada tahun 2009 secara terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 44. F. SUMBER DAYA KESEHATAN Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna
bila kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Sumber daya kesehatan mencakup sumber daya tenaga, sarana dan pembiayaan. 1. Pengelolaan Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis
ketenagaan kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,
pemeliharaan
kesehatan
dan
pencegahan
penyakit.
Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan
tenaga
kesehatan
pemerintah maupun masyarakat.
melalui pelatihan tenaga oleh
Ketenagaan Tahun 2009 a. Jumlah pegawai
:
1.193 orang terdiri dari :
Medis
:
168 orang
Non Medis
:
460 orang
b. Jenis Tenaga Para medis
:
565 orang
Pengelompokan tenaga kesehatan di Kota Makassar termasuk :
Rumah Sakit, Puskesmas/Pustu dan Dinkes Kota secara garis besar adalah
Medis
(Dokter umum, Gigi & spesialis termasuk PTT)
1.268 orang terdiri dari : o o o
Dokter Spesialis
: 849 orang
Dokter Gigi
: 132 orang
Dokter Umum
Kesmas 228 orang,
sebanyak
: 287 orang
Farmasi 249 orang, Gizi 166 orang,
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
71
Sanitasi 80 orang,
Teknisi medis 313 orang,
Perawat & Bidan 2.741 orang, o Perawat o Bidan
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
: 2.718 orang :
389 orang
Gambar V. 19 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya Di Kota Makassar Tahun 2009 3123
Medis Perawat & Bidan Farmasi
1268 296
195 170
411
Kesmas
79
Gizi Teknisi Medis
Jumlah Tenaga Kesehatan
Sanitasi
Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian 2. ANGGARAN SEKTOR KESEHATAN Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBN Departemen
Kesehatan digunakan untuk membiayai program-program kesehatan yaitu (a) anggaran pembangunan dan (b) anggaran rutin. Anggaran pembangunan digunakan untuk membiayai 18 program yang terdiri dari
7 program sektor kesehatan (program pokok) dan 11 program di luar sektor kesehatan (program penunjang). Sedangkan anggaran rutin
digunakan untuk membiayai 6 unit utama, 11 kegiatan meliputi belanja pegawai dan non belanja pegawai.
Pembiayaan kesehatan juga disediakan melalui pemerintah
daerah, walaupun jumlahnya tidak besar yaitu APBD tingkat I dan APBD
tingkat II. Dengan adanya pola otonomi daerah porsi pusat semakin dikurangi dalam pembiayaan dan porsi yang dikelola oleh daerah akan meningkat terutama ditujukan pada keluarga miskin. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
72
Adapun rincian Anggaran Kesehatan Kota Makassar tahun 2009
yang diperoleh dari Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar sebagai berikut :
APBD Kota
APBD Prop. (Dana DEKON) APBN
Dana Alokasi Khusus (DAK) ASKESKIN Lain-lain -
NICE
PAMSIMAS
Pinjaman/Hibah Luar Negeri Sumber lain
TOTAL Anggaran Kesehatan
Rp. 40.686.240.000,Rp.
-
Rp.
7.414.000.000,-
Rp.
880.120.000,-
Rp. Rp. Rp. Rp.
4.032.048.000,-
-
217.000.000,-
-
Rp. 53.229.408.000,-
Untuk alokasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2007 di Kota
Makassar baru berkisar 2,0 % dari total anggaran APBD Kota Makassar. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 5,17 %, sedangkan alokasi pembiayaan kesehatan pada tahun 2009 sebesar 3,1 %.
Adapun alokasi anggaran kesehatan per-kapita untuk tahun 2009
sebesar Rp. 41.836, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp. 52.133,meningkat dari tahun sebelumnya pada tahun 2007 yang baru berkisar
Rp. 20.086,- masih jauh dari target Rp. 100.000 per kapita per tahun. (Sumber : Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Makassar).
G. KONTRIBUSI LINTAS SEKTOR
1. Keluarga yang memiliki Air Bersih Berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan BPS memperlihatkan
bahwa pemenuhan kebutuhan rumah tangga terhadap air bersih dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 di Kota Makassar jumlah pelanggan untuk kategori Rumah Tangga yang telah
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
73
memiliki sambungan PDAM sebanyak 140.457 Rumah Tangga. (Sumber : Makassar Dalam Angka).
Berdasarkan laporan dari Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Makassar cakupan akses air bersih selama 3 tahun
terakhir adalah pada tahun 2005 tercatat 76,1% ; tahun 2006 : 83,41% ; dan pada tahun 2007 menjadi 79,1 %. Untuk tahun 2008 Cakupan air bersih sebesar 77,4%. Adapun pasokan Air Bersih ini sebagian besar dari
persen cakupan
sambungan rumah PDAM, sisanya sumur gali dan sumur pompa tangan.
86 84 82 80 78 76 74 72 70 68
Gambar V. 20 Cakupan Air Bersih Di Kota Makassar Tahun 2005– 2009 83,4
79,1
77,4 73,4
76,1
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Sumber : Bidang Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar
2. Pasangan Usia Subur yang menjadi Aksepto r KB
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPM-KB Kota Makassar,
tingkat pencapaian Peserta KB aktif dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah peserta KB Aktif 96.334 peserta (60,01 %), tahun 2006 sebesar 101.460 peserta (60,62 %), tahun 2007 menjadi 112.907 (66,01 %) dan Tahun 2008 meningkat menjadi 120.048 peserta untuk lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 20.
Perkembangan jumlah peserta KB Baru, selama 4 tahun terakhir
sebagai berikut : Tahun 2005 tercatat sebanyak 16.381 peserta, tahun 2006 naik menjadi 22.479 peserta, tahun 2007 menjadi 26.229 peserta,
dan tahun 2008 menjadi 24.123 peserta dan pada tahun 2009 menjadi 37.610 peserta.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
74
Tahun 2009 dilaporkan jumlah peserta KB aktif mengalami
peningkatan menjadi sebesar 122.365 dari 120.048 pada tahun 2008. Data dapat dilihat pada Lampiran Tabel 19 serta pada gambar berikut :
200000 171053 180000 160000 167357 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0
Gambar V. 21 Jumlah PUS, Peserta KB Baru & Aktif Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2006 s/d 2009
176095
199769
112907 120048 101460 122365 42663 37610 26229
KB BARU
2007 2008 2009
22479
PUS
2006
KB AKTIF
Sumber : BPM-KB Kota Makassar
3. Kecelakaan Lalu Lintas Sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang juga
menjadikan Makassar sebagai kawasan sentra perdagangan dan industri,
menjadikan tingkat perekonomian masyarakatnya juga meningkat.
Sejalan dengan hal tersebut lonjakan penduduk pun tak dapat dielakkan, yang pada akhirnya berimplikasi pada berbagai masalah kependudukan
diantaranya tingginya kepadatan penduduk serta tingginya jumlah pengguna jalan raya (pengendara). Padatnya arus transportasi darat sangat rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Beberapa kebijakan diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassar
dalam menangani masalah kemacetan dan kecelakaan lalu lintas , antara
lain : dari segi infrastruktur Pembangunan Proyek Jalan Lingkar,
Pembangunan Fly Over (jalan layang), serta PERDA mengenai pemakaian helm bagi pengendara bermotor.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
75
Data yang diperoleh dari Ditlantas POLDA Sulsel sepanjang tahun
2009 terjadi 553 kejadian kecelakaan, menurun dari tahun sebelumnya
yakni 676 kasus kecelakaan, dengan rincian korban jiwa yang meninggal
150 orang, luka berat sebanyak 76 orang dan luka ringan sebanyak 527
orang, dengan jumlah total korban sebanyak 753 orang. Data terinci pada Lampiran Tabel 8.
4. Penduduk yang Melek Huruf Tingkat kesejahteraan masyarakat amat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dalam hal ini kemampuan baca tulis karena
merupakan
keterampilan minimum yang dibutuhkan untuk dapat memperoleh
lapangan kerja. Disamping itu aspek-aspek kependudukan, perekonomian dan
pendidikan,
bersama-sama
dengan
kesehatan
menentukan
besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) .
Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf
penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf
latin dan huruf lainnya, misalnya huruf Arab, Bugis, Makassar dan sebagainya. Angka Melek Huruf yang tinggi berarti jumlah penduduk yang buta aksara semakin menurun. Untuk Kota Makassar pada tahun
2008, jumlah dan persentase penduduk yang buta huruf menurut Kecamatan disajikan pada tabel berikut : TABEL V. 12
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS YANG BUTA HURUF KOTA MAKASSAR TAHUN 2008 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
KECAMATAN
LAKI-LAKI
UJUNG TANAH TALLO BONTOALA WAJO UJUNG PANDANG MAKASSAR MAMAJANG MARISO TAMALATE RAPPOCINI PANAKKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMALANREA
176 105 75 3 36 26 48 50 199 296 58 65 188
PEREMPUAN
Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
288 349 211 92 214 108 157 230 255 700 257 302 297
JUMLAH
464 454 286 95 250 134 205 280 454 996 315 367 485
76
Khusus di Kota Makassar pada Komponen Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Indeks) untuk Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut
KODE WIL 010 020 030 031 040 050 060 070 080 090 100 101 110 111
Tabel V. 13 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Kecamatan di Kota Makassar 2007 Indeks Angka Harapan Hidup 78,24 78,25 78,17 78,50 78,32 78,23 78,37 78,18 78,24 78,17 78,39 78,46 78,41 78,44
Indeks Angka Melek Huruf 96,70 98,96 96,44 97,64 94,04 97,38 97,19 96,60 94,04 94,63 97,06 95,33 97,23 95,65
gambaran
yang
KECAMATAN
MARISO MAMAJANG TAMALATE RAPPOCINI MAKASSAR UJUNG PANDANG WAJO BONTOALA UJUNG TANAH TALLO PANAKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMALANREA
Sumber : BPS Kota Makassar
Demikianlah
Indeks Rata-rata Lama Sekolah 71,73 79,12 70,22 77,62 59,43 67,65 69,06 74,57 56,71 56,95 72,98 66,59 77,29 74,88
dapat
Indeks pengeluaran perkapita 63,28 63,29 63,29 63,29 63,26 63,29 63,28 63,27 63,26 63,25 63,29 63,29 63,29 63,29
IPM
76,63 77,96 76,38 77,59 74,70 76,33 76,49 76,90 74,37 74,50 76,90 75,83 77,43 76,82
ditampilkan
Peringkat IPM 7 1 9 2 12 10 8 5 14 13 4 11 3 6
mengenai
pencapaian Program Kesehatan Kota Makassar serta indikator lain yang berkaitan erat dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia sepanjang tahun 2007.
Keseluruhan
data yang dimuat diperoleh
langsung dari pengelola masing-masing program. Adapun gambaran yang disajikan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua pihak terkait dengan data dan informasi mengenai program kesehatan yang berjalan di Kota Makassar.
۞۞۞
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
77
BAB VI PENUTUP Profil Kesehatan Kota Makassar disusun berdasarkan hasil kegiatan
sepanjang tahun 2009 oleh unit-unit kesehatan serta Instansi terkait yang berada dalam wilayah Kota Makassar. Berbagai peningkatan telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kota Makassar.
Gambaran tersebut merupakan fakta yang layak dikomunikasikan baik
kepada para penentu kebijakan, kepada pengelola program kesehatan maupun
kepada instansi Lintas Sektor, serta kepada masyarakat umum yang disajikan dalam format buku Profil.
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis
dalam pelaksanaan manajemen program kesehatan dan Lintas Sektor maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai
bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam hal
perencanaan program kesehatan. Di bidang kesehatan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan mempunyai salah satu luaran utama yaitu penyajian data dan informasi dalam format buku Profil Kesehatan.
Namun disadari bahwa dalam penyajiannya sampai saat ini belum dapat
memenuhi segala kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Hal ini berimplikasi pada kualitas data yang disajikan dalam profil kesehatan ini belum dapat memenuhi harapan semua pihak namun tetap dapat memberikan
gambaran umum dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan
Kota Makassar, perlu terus dilakukan suatu terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat dan akurat untuk mengisi
ketidaktersediaan data khususnya yang bersumber dari masing – masing
pengelola program serta dari sektor lain yang terkait. Diharapkan Sistem Informasi Kesehatan telah dapat menerapkan Information and Communication Technology secara maksimal sampai ke tingkat Puskesmas. ۞۞۞ Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2009
78