BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu fenomena keagamaan yang terjadi di tengah masyarakat beragama adalah pindah agama. Pindah agama menurut Hendropuspito, diartikan sama dengan pengertian masuk agama. Dalam pengertian masuk agama ialah seseorang yang dulunya belum beragama kemudian menerima suatu agama, atau ada seseorang yang sudah memeluk agama tertentu kemudian pindah ke agama lain.1 Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa dalam pindah agama, bisa terjadi dari seseorang yang tidak beragama kemudian memutuskan untuk menganut agama tertentu, tetapi bisa juga seseorang yang sudah menganut agama tertentu pindah kepercayaan ke agama lain. Menurut A.M Hardjana, setidaknya ada enam faktor pendorong seseorang untuk menganut agama, yaitu: (1).untuk memperoleh rasa aman; (2) untuk mencari perlindungan; (3) untuk mencari penjelasan; (4) untuk memperoleh pembenaran yang memuaskan tentang praktek kehidupan yang semestinya; (5) untuk meneguhkan tata nilai yang ada dalam masyarakat; (6) untuk memuaskan kerinduan hidup.2 Pendapat Hardjana tersebut hendak mengungkapkan bahwa seseorang yang memutuskan untuk menganut agama tertentu, dilatar belakangi oleh adanya faktor faktor dari dalam diri pribadi seseorang, dan lingkungannya dengan maksud untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup, karena itu seseorang yang telah menganut agama tertentu telah melalui proses pertimbangan-pertimbangan yang matang, dengan lain kata sebelum memeluk agama tertentu ada proses yang mendahuluinya. Persoalan pindah agama, atau masuk agama banyak terjadi di terjadi di tengah masyarakat dunia, dalam suatu jurnal agama di Afrika, yang ditulis Stefen K. Thomson membahas tentang
konversi agama yang terjadi di Gambia, di mana
terdapat beberapa orang yang pindah dari agama tradisional (Awasena) pindah ke agama islam, dari penganut agama Islam pindah agama ke Kristen, dan sebaliknya
1 2
Hendropuspito, Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1983, hlm.78 .Hardjana ,AM, Penghayatan Agama Yang Otentik dan Yang tidak Otentik, Kanisius, Yogyakarta,1993, hlm.14-
1
dari Islam pindah agama Kristen, dan fenomena tersebut dianggap sebagai sebagai suatu gerakan keagamaan.3 Kasus pindah agama di Gambia tidak hanya terjadi perpindahan dari agama yang satu ke agama lain, tetapi
juga perpindahan dari agama seinduk dalam
denominasi tertentu ke denominasi yang lain, seperti dari Kristen Protestan ke aliran Pentakosta, hal yang serupa juga terjadi di Papua Nugini di mana sejumlah orang Kristen dari denominasi Kristen Anglikan pindah ke denominasi Kristen Pentakosta.4Persoalan pindah agama di Gambia dan di Papua Nugini tersebut menunjukkan bahwa kasus pindah agama adalah fakta yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian para ilmuwan. Dalam suatu jurnal yang membahas tentang pindah agama yang ditulis oleh Ellie Schainker memaparkan bahwa di Rusia pada abad 19 ada beberapa orang Yahudi melakukan konversi ke agama Kristen ortodok, ada juga penganut Kristen ortodok konversi agama ke Kristen protestan,5 adanya kasus tersebut membuktikan bahwa dalam sejarah masa lalu ada sejumlah orang yang pindah agama, dan kasus tersebut menjadi bahan kajian para pemerhati masalah keagamaan di berbagai Negara, termasuk di Rusia, Egdūnas Račius, dan Vaida Norvilaitė, juga menulis tentang agama dan masyarakat, menyampaikan bahwa beberapa orang Lituania penganut salafisme pindah agama ke Islam, mereka beralasan bahwa dengan pindah agama mereka memilih pandangan hidup baru.6 Dengan demikian
pindah agama yang
dilakukan beberapa orang Lituania menghasilkan perubahan cara pandang dan perilaku baru yang berbeda orientasinya dengan perilaku sebelumnya. Ada berbagai alasan yang menjadikan seseorang pindah agama, di antaranya karena menikah dengan orang yang beragama lain, seperti yang dialami oleh 14 gadis imigran yang memasuki Israel, mereka kawin dengan para pemuda yang beragama Yahudi ortodok, sehingga gadis-gadis tersebut pindah agama, atau konversi
3
.Thomson, Stefen K, 2012, Christianity, Islam, and ‘The Religion of Pouring: Non linier Conversion in a
Gambia/ Casamance Borderland. Journal Religion of Africa ,Vol. 47, pp.240-277 Deborah Van Heekeren, 2014, Why Alewai Village needed a church: some reflection on Christianity, conversion, and male leadership in south east Papua New Guinea, The Australian Journal of Anthropology, vol 25 pp. 91-111 5 . Schainker, Ellie, 2013, Jewish Conversion in Imperial Context : Conventional Choice in multiple Babtisms in nine teenth- century Russia, Jewish Social Studies, Vol.20, no.1 pp.1-31 6 Egdūnas Račius, and Vaida Norvilaitė,(2014), Features Of Salafism Among Lithuanians Convert to Islam , Nordic Journal of Religion and Society , 27 (1): pp. 39–57 4
2
agama karena menikah dengan pemuda Israel yang beragama Yahudi ortodok. 7 Kasus tersebut menjadi bukti bahwa bahwa salah satu faktor penyebab seseorang pindah agama adalah karena proses perkawinan dengan penganut agama lain. Pindah agama yang dikenal dengan konversi agama, yang terjadi diberbagai tempat di muka bumi ini, terjadi juga di GKJW Jemaat Ponorogo, di mana dalam kurun waktu tahun 2008 sampai tahun 2014 ada enam warga jemaat, pindah ke agama Islam, di sisi lain ada enam orang Islam yang masuk agama Kristen. Adapun yang menyebabkan mereka pindah agama karena perkawinan, dan pengaruh dari lingkungan sosial, yaitu diajak bahkan dipengaruhi untuk pindah agama. Kasus lainnya yaitu adanya beberapa warga yang sebelumnya bergama Kristen pindah ke agama Islam karena menikah, tetapi setelah beberapa tahun berumah tangga dan memeluk agama ke Islam, mereka kembali pindah agama ke Kristen. Kasus pindah agama yang terjadi di masyarakat tersebut sering menimbulkan persoalan sosial, ada seorang yang pindah agama dari Islam pindah ke Kristen, dikucilkan dari anggota keluarganya, demikian sebaliknya mereka yang pindah dari Kristen ke Islam, juga mengalami perlakukan yang serupa, bila dicermati pindah agama merupakan persoalan pribadi, yang secara psikologis dapat menyebabkan seseorang mengalami krisis kehidupan, dari perspektif konseling pastoral seseorang yang mengalami krisis memerlukan pendampingan pastoral. Sehubungan dengan adanya beberapa kasus pindah agama yang terjadi di GKJW Jemaat Ponorogo seperti yang tersebut di atas, maka menjadi alasan untuk menuangkannya dalam bentuk tesis dengan judul: Studi Kasus Pindah Agama di GKJWJemaat Ponorogo, dari Perspektif Konseling Pastoral. Judul tersebut dilandasi asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang pindah agama dilatarbelakangi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya yang menyebabkan seseorang mengalami krisis, sehingga memerlukan pendampingan konseling pastoral. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang adanya warga jemaat GKJW jemaat Ponorogo yang pindah agama maka pertanyaan penelitiannya adalah :
7
Hacker, Daphna, (2012), Inter-Religious Marriage in Israel Gender Implications for Conversion Chlidren and citizenship, Journal of Israel Studies, Vol.14, no.2, p.p 178 - 198
3
Bagaimana kasus pindah agama di GKJW Jemaat Ponorogo ditinjau dari perspektif konseling pastoral? 3. Tujuan Penelitian Berangkat dari pertanyaan penelitian yang tersebut di atas, tujuan penelitiannya adalah: Mendiskripsikan dan menganalisis kasus pindah agama warga GKJW Ponorogo dari perspektif
konseling pastoral, serta menemukan metode
pendampingan pastoral yang sesuai dengan konteks GKJW secara umum, dan secara khusus bagi Jemaat Ponorogo. 4. Manfaat Penelitian. Hasil penelitian memberikan manfaat bagi tersedianya data yang valid yang berhubungan dengan kasus pindah agama, selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pelayanan konseling pastoral sesuai dengan konteks di lingkup Majelis Jemaat, Majelis Daerah (Klasis), maupun Majelis Agung GKJW. 5. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kwalitatif, yaitu sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap sebuah fakta empiris secara obyektif ilmiah dengan berdasarkan pada logika keilmuan, prosedur dan didukung metodologi dan teoritis yang kuat,8 adapun modelnya yaitu studi kasus eksplanotaris, yaitu untuk melihat penjelasan-penjelasan suatu peristiwa yang sama atau berbeda. 9 Tehnik pengumpulan data melalui wawancara mendalam (in depth interview), informannya adalah majelis jemaat dari unsur ketua dan sekretaris serta empat orang pelaku pindah agama sebagai sample, dengan rincian dua orang dari antara mereka yang kembali pindah agama ke agama Kristen, seorang yang pindah agama dari Islam ke Kristen, serta seorang warga Kristen yang pindah agama ke agama Islam. Pelaksanaan wawancara, dengan melakukan wawancara kepada dua orang majelis jemaat GKJW Ponorogo, dari unsur ketua dan sekretaris, serta empat warga jemaat
sebagai
sampel
dari
antara
mereka
yang
melakukan
konversi
agama.Wawancara dilaksanakan dengan mendatangi kediaman mereka pada hari-hari yang disepakati, serta tidak menutup kemungkinan untuk mewawancarai kembali di hari lain, bila masih memerlukan data tambahan. Konsep pertanyaan-pertanyaan berkisar Kasus pindah agama, alasan-alasan pindah agama, faktor-faktor yang
8 9
Muktar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Referensi, Jakrta 2013, hal.29 Muktar, hal.36
4
menyebabkan pindah agama, dampak pindah agama dan selanjutnya mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain yang sesuai dengan keperluan dan kenyataan di lapangan. Analisa dilakukan melalui kegiatan klarifikasi data yang telah berhasil dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah diwawancarai, berkaitan dengan alasan alasan pindah agama, mengenai faktor-faktor penyebab pindah agama.Data yang diperoleh diklarifikasi dari teori pindah agama, dan meninjau dari perspektif konseling pastoral, kemudian direkontruksi dengan pendekatan kualitatif ke dalam sebuah deskripsi, selanjutnya dianalisis hingga menungkinkan untuk diambil kesimpulan. 6. Sistematika Penulisan Penulisan tesis dengan judul : Studi Kasus Pindah agama di GKJW Jemaat Ponorogo, dari perspektif
konseling pastoral, dibagi menjadi lima bab yang
rancangannya seperti berikut: Bab Satu tentang Pendahuluan, yang berisi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan, Bab dua tentang Pindah agama dalam perspektif konseling pastoral, yang membahas : Definisi pindah agama, Teori Konversi keagamaan, Faktor-faktor yang menyebabkan pindah agama, Proses pindah agama, Pindah agama dalam tinjauan Konseling Pastoral, dan Fungsi pendampingan pastoral. Bab tiga tentang GKJW Jemaat Ponorogo dan Kasus Pindah agama, yang membahas: Gambaran umum GKJW Jemaat Ponorogo, Fenomena kawin beda agama, Kasus pindah agama di GKJW Jemaat Ponorogo, Empat kasus pindah agama, dan penanganan
gereja
terhadap kasus pindah agama, Bab Empat tentang Kasus Pindah agama ditinjau dari Perspektif Konseling Pastoral, berisi tentang : Faktor-faktor pindah agama,
dan
Kasus pindah agama dari Perspektif Konseling Pastoral, Bab Lima, tentang Penutup, yang berisi kesimpulan, berupa temuan dari hasil penelitian, pembahasan dan analisis teori dengan kenyataan di lapangan, dalam bentuk refleksi,
serta saran berupa
masukan untuk GKJW Jemaat Ponorogo, serta Sinode GKJW, untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan pelayanan Konseling Pastoral bagi Jemaat.
5