BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Terminal Bis Tirtonadi merupakan terminal pengganti yang sebelumnya yaitu Terminal Bis Harjodaksino yang berlokasi di Gemblegan. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan transportasi serta meningkatnya jumlah armada bis yang harus dilayani maka Terminal Harjodaksino tidak lagi mampu menampung jumlah bis yang ada karena lahan yang terbatas. Berdasarkan SK Walikota KDH TK II Surakarta 138/KRP/01/1975 tertanggal 26 Juni 1975, dibangun terminal bis baru berlokasi di Gilingan dengan nama Terminal Induk Bis Tirtonadi. Terminal Bis Tirtonadi resmi beroperasi pada tanggal 1 Juli 1976. Hingga sekarang terminal ini telah mengalami perluasan areal sebanyak 2 kali, yang pertama pembuatan jalur penurunan penumpang pada tahun 1988 dan perluasan kedua berupa pembangunan jalur pemberangkatan bis malam dan bis-bis jurusan barat pada tahun 1991.
Berkembangnya sektor industri, perdagangan, jasa, budaya dan pariwisata menjadikan Surakarta sebagai daerah berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian dan kependudukan di daerah sekitarnya, khususnya daerah yang termasuk SUBOSUKA ( Surakarta, Boyolali, Sukoharjo dan Karanganyar ). Hal ini berdampak dengan meningkatnya intensitas pergerakan transportasi di Surakarta khususnya jalur bis dan angkutan antar kota. Seiring dengan perkembangan perekonomian dan transportasi yang cepat di Kota Surakarta menyebabkan semakin banyaknya bis-bis yang keluar masuk di dalam terminal setiap harinya. Sistem sirkulasi bis di Terminal Tirtonadi yang menggunakan sistem bis berbalik arah sangat tidak menguntungkan karena menyebabkan banyak crossingcrossing antar bis maupun bis dengan penumpang, tidak adanya arah sirkulasi bis dan batasan area dalam terminal juga menjadi permasalahan. Hal ini menyebabkan suasana di dalam terminal menjadi semrawut dan secara tidak langsung mengurangi daya tampung bis dalam terminal. Hal ini terlihat dari adanya bis-bis yang parkir di pinggir jalan luar terminal. 1
Dengan semakin banyaknya intensitas bis di dalam terminal menimbulkan permasalahan polusi udara di dalam terminal dan lingkungan di sekitarnya, hal ini ditambah kondisi iklim di wilayah Surakarta sendiri yang cenderung panas dan mempunyai kelembapan udara yang tinggi semakin membuat suasana di sekitar terminal tidak nyaman. Polusi udara jika dirasakan terus menerus mempunyai banyak dampak yang merugikan seperti iritasi, penyakit kanker, gangguan pada alat pernapasan dan syaraf, gangguan pembuluh darah jantung dan berkurangnya fungsi panca indera. Debu / partikel dalam jumlah yang banyak juga dapat merusak tanaman. Dan secara umum polusi udara yang disebabkan asap kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab pemanasan global.
Penerapan konsep Arsitektur Hijau sebagai landasan / dasar untuk merancang suatu lingkungan binaan dengan mengolah dan menyusun elemen alami diatas lahan dengan memperhatikan sumber daya alam sebagai fungsi pencegahan dampak lingkungan. Arsitektur hijau bermanfaat mengurangi polusi udara dan air tanah yang sudah tercemar dan merupakan salah satu alternatif dalam perancangan suatu bangunan untuk ruang kota karena banyaknya polusi yang terjadi maka dari itu paru-paru kota merupakan suatu penyelesaian desain bangunan. Elemen-elemen dalam Arsitektur Hijau dapat meliputi pengaruh udara, vegetasi, air, bahan material alami dan pencahayaan alami.
2.
Rumusan Masalah Bagaimana menata ulang Terminal Bis Tirtonadi Surakarta sebagai terminal bis tipe A dengan Arsitektur Hijau sebagai dasar perancangan untuk mengurangi permasalahan polusi udara dalam terminal pada khususnya dan lingkungan sekitar pada umumnya.
2
3.
Tujuan Membuat perancangan penataan ulang Terminal Bis Tirtonadi Surakarta sebagai terminal bis tipe A dengan Arsitektur Hijau sebagai dasar perancangan untuk mengurangi permasalahan polusi udara dalam terminal pada khususnya dan lingkungan sekitar pada umumnya.
4.
Sasaran •
Melakukan studi Terminal Bis Tirtonadi Solo
•
Melakukan studi Terminal Bis tipe A
•
Melakukan studi tentang bis
•
Melakukan studi tentang Arsitektur Hijau
•
Melakukan studi tentang pola sirkulasi dalam terminal bis
5.
Lingkup •
Terminal Bis Tirtonadi dibatasi keadaan arsitektural terminal.
•
Terminal bis tipe A dibatasi pada kapasitas bis dan fasilitas-fasilitas yang ada.
•
Studi tentang bis dibatasi pada ukuran-ukuran standar bis, jenis-jenis bis antar propinsi, antar kota, dalam kota, pedesaan.
•
Studi tentang Arsitektur hijau dibatasi pada fungsi dan manfaat terhadap bangunannya dan lingkungannya.
•
Pola sirkulasi dalam terminal dibatasi pada sistem sirkulasi bis, sistem parkir.
3
6.
Metode
6.1 •
Metode mencari data Wawancara ditujukan kepada kantor Badan Perencanaan Daerah Surakarta, kantor DLLAJ Surakarta.
•
Observasi Pengamatan langsung ke Terminal Bis Tirtonadi.
•
Studi pustaka / literatur Mempelajari buku-buku tentang Arsitektur hijau, terminal bis tipe A, jenis-jenis standar bis, pola sirkulasi dalam terminal.
6.2
Metode menganalisis data -
Kuantitatif Mengolah data yang berkaitan dengan statistik dan data bis di Terminal Bis Tirtonadi Solo.
-
Kualitatif Mengolah data-data untuk menghasilkan suatu hipotesis secara naratif mengenai Terminal Bis Tirtonadi Solo.
6.3
Metode penataan Menerapkan penataan ulang Terminal Bis sebagai terminal bis tipe A dan mengaplikasikan
Arsitektur
Hijau
sebagai
dasar
perancangan
dengan
menggabungkan arsitektural bangunan dengan Arsitektur Hijau sehingga tercipta keharmonisan antara fungsi dengan lingkungannya.
4
7.
Sistematika Penulisan Bab I.
Pendahuluan Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode, dan sistematika penulisan.
Bab II.
Tinjauan Terminal Bis Tirtonadi Solo Mengungkapkan gambaran tentang Terminal Bis Tirtonadi Solo
Bab III. Tinjauan Teori Tinjauan teoritis dan requirement pada Terminal bis tipe A. Tinjauan teoritis dan elemen-elemen Arsiteltur Hijau. Bab IV. Analisis Konsep Penataan Terminal Bis Tirtonadi Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep penataan bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Bab V.
Konsep Penataan Terminal Bis Tirtonadi Mengungkapkan konsep-konsep perancangan Arsitektur Hijau yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural.
5