BAB I PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG Tugas utama negara mulai dari lingkup nasional, propinsi dan kabupaten/kota adalah menyelenggarakan pembangunan. Salah satu indikator penting untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan adalah HDI
yaitu singkatan dari Human Development Index
atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks ini terdiri dari : Indeks ekonomi (pendapatan riil per kapita), Indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama sekolah) dan Indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Karena HDI ini sebagai Indikator berhasil tidaknya dalam penyelenggaraan pembangunan (nasional, propinsi ataupun kabupaten) maka HDI ini harus mengandung unsur-unsur intervensi. Intervensi diperlukan bila ternyata hasil yang dicapai tidak seperti yang diharapkan. Jenis intervensi berbeda sesuai masalah dihadapi. Intervensi untuk indeks
Ekonomi;
pendapatan
perkapita,
pertumbuhan
ekonomi
dan
pemerataaan melalui perluasan lapangan kerja, untuk indeks Pendidikan; melek huruf dan lama sekolah berupa wajib belajar 12 tahun, dan untuk indeks kesehatan: umur harapan hidup (UHH) waktu lahir, intervensinya perlu dijabarkan dalam program yang nyata. Perlu dibuat indikator untuk dapat mengukur pencapaian UHH, yaitu Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Indeks ini sebagai mana juga HDI merupakan indikator komposit yang khusus menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan. Sumber datanya dirumuskan dari data kesehatan berbasis komunitas yaitu: Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), Rifaskes (Riset Fasilitas Kesehatan), Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Survei Podes (Survei Potensi Desa). Terdapat 30 Indikator Pembangunan Kesehatan Masyarakat dengan bobot tertentu yang berkontribusi langsung dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI), yaitu : Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
1
Kesehatan Balita 1. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang 2. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek 3. Cakupan penimbangan balita 4. Cakupan pemeriksaan neonatal 5. Cakupan imunisasi lengkap 6. Prevalensi balita gemuk Kesehatan Reproduksi 1. Proporsi penggunaan ( MKJP ) 2. Cakupan K4 ( 1-1-2 ) 3. Prevalensi KEK ( Lila < 23,5 ) Pelayanan Kesehatan 1. Cakupan persalinan oleh nakes diFaskes 2. Kecukupan dokter per kecamatan 3. Kecukupan posyandu per desa/kel 4. Kecukupan bidan per desa 5. Cakupan kepemilikan jaminan kesehatan Perilaku 1. Proporsi merokok 2. Proporsi perilaku cuci tangan kurang baik 3. Proporsi perilaku BAB tidak di jamban 4. Proporsi Aktivitas fisik kurang 5. Proporsi gosok gigi yang kurang baik
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
2
Penyakit Tidak Menular 1. Prevalensi hipertensi 2. Prevalensi Cedera 3. Prevalensi Diabetes Mellitus 4. Prevalensi mengalami gangguan kesehatan jiwa 5. Prevalensi obesitas sentral dewasa 6. Prevalensi mengalami penyakit gigi mulut Penyakit Menular 1. Prevalensi pneumonia 2. Prevalensi diare pada balita 3. Prevalensi ISPA pada balita Kesehatan Lingkungan 1. Cakupan akses sanitasi 2. Cakupan sumber air bersih dan kecukupan air Tujuan
penentuan
IPKM
suatu
daerah
kabupaten/kota
untuk
menentukan peringkat kabupaten/kota berdasarkan kemajuan pembangunan kesehatan dan untuk mengetahui permasalahan kesehatan di masing-masing kabupaten/kota, sehingga dapat dirumuskan pogram intervensi yang lebih tepat. IPKM ini bermanfaat sebagai bahan advokasi ke para penentu kebijakan agar terpacu menaikkan peringkat IPKM daerah dan meningkatkan sumber daya dan program kesehatan. Bagi pemerintah pusat, IPKM dipakai sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan dari pusat ke daerah (provinsi maupun kabupaten/kota). Makin kecil nilai IPKM suatu daerah, makin berat masalah kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota dengan IPKM rendah merupakan daerah prioritas untuk pembangunan kesehatan, agar dapat mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Selain itu Jenis intervensi untuk masingmasing program bisa lebih tajam, sesuai dengan data hasil yang ada.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
3
Untuk penajaman program dapat dilihat indikator kesehatan yang dipilih (prevalensi penyakit, cakupan program, dll dari 30 indikator IPKM). Untuk mewujudkan semua upaya kesehatan yang berbasis IPKM tersebut maka dibuatlah visi dan misi sebagai pengarah. Pemerintah Kota Ambon melalui Rencana Strategi (Renstra) Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah telah membuat visi dan misi menuju Ambon Sehat. Visi dan Misi tersebut diantaranya bertujuan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup masyarakat yaitu ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain dengan menjaga lingkungan serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Pembangunan
kesehatan
yang
dilaksanakan
secara
berkesinambungan tersebut, dalam lima tahun terakhir ini memperlihatkan hasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Walaupun begitu, keberhasilan pembangunan kesehatan belum merata. Di sana-sini masih terdapat kekurangan yang masih harus terus dibenahi. Belum semua Standar Pelayanan Minimal Kesehatan dipenuhi sesuai yang ditargetkan. Belum meratanya distribusi tenaga kesehatan dan masih rendah kualitas tenaga kesehatan yang ada merupakan permasalahan yang masih dijumpai sampai akhir tahun 2013. Untuk itu, pembangunan kesehatan Kota Ambon selanjutnya akan lebih memperhatikan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan meningkatkan sarana
dan
prasarana,
sumber
daya
manusia
dan
pemberdayaan
masyarakat dengan tidak mengabaikan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui Kebijakan Otonomi Daerah yang turut mempengaruhi kebijakan pembangunan di bidang kesehatan, perumusan ulang terhadap Strategi dan Kebijakan
Pembangunan
dalam
Bidang Kesehatan
perlu
dilakukan.
Pemerintah Kota Ambon, melalui strategi dan kebijakan pembangunan saat ini, telah menyusun perencanaan pembangunan yang pelaksanaannya di seluruh sektor mengantisipasi setiap dampak yang timbul terhadap kesehatan, baik bagi individu, keluarga maupun masyarakat. Hal ini penting sebab pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan investasi terhadap sumber daya manusia bagi kepentingan bangsa di masa depan.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
4
Sehubungan dengan itu maka pelayanan kesehatan yang disediakan, hendaknya
mengutamakan
pelayanan
pencegahan
(preventif)
dan
penyuluhan (promotif), tanpa mengabaikan tindakan pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan harus terus menerus dipelihara dan ditingkatkan melalui kualitas tenaga kesehatan, ketersediaan obat, maupun sarana dan prasarana penunjang lainnya, dalam rangka peningkatan, pemerataan dan terjangkaunya pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kota Ambon Terwujudnya Ambon Sehat diharapkan tidak hanya merupakan harapan Dinas Kesehatan Kota Ambon beserta seluruh jajarannya, tetapi juga merupakan harapan dan dambaan seluruh warga Kota Ambon. 2.
TUJUAN 2.1.
Tujuan Umum Tujuan pembuatan Profil Kesehatan Kota Ambon adalah untuk menyediakan data dan informasi akurat tentang kesehatan di daerah ini, dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen dan sistem informasi kesehatan yang semakin baik.
2.2.
Tujuan Khusus Menjadikan Profil Kesehatan Kota Ambon sebagai bahan untuk mengukur Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, melihat Indikator IPKM serta penyusunan rencana pembangunan di bidang Kesehatan di kota Ambon.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
5
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA AMBON
1.
LETAK DAN BATAS WILAYAH Secara geografisnya, letak dan batas Kota Ambon berada antara 30 - 40 LS dan 1280 - 1290 BT,dengan luas wilayah 377 km2, dan sesuai hasil survey tata Guna Tanah tahun 1980, Luas Daratan 359,45 km2 Batas Utara : Kabupaten Maluku Tengah (Kec, Leihitu: Desa Hitu dan Kaitetu) Batas Selatan : Kabupaten Maluku Tengah (Kec, Salahutu, Desa Suli) Batas Barat : Kabupaten Maluku Tengah (Kec, Leihitu Desa Hattu) .
2.
LUAS DAN JARAK Kota Ambon terbagi atas lima (5) kecamatan, luas wilayah Kota Ambon seluruhnya 377 Km2 dan sesuai hasil survey tata Guna Tanah tahun 1980, luas daratan Kota Ambon tercatat 359,45 Km2.. 5 (lima) kecamatan, masing – masing dengan luas: Kecamatan Nusaniwe 88.34 km2, Kecamatan Sirimau 86.81 km2, Kecamatan Baguala 40.11 km2, Kecamatan Teluk Ambon 93.68 km2 dan Kecamatan Leitimur Selatan 50.50 km2 Jarak tempuh dari Kota Ambon ke Kecamatan adalah sebagai berikut: a. Kecamatan Nusaniwe
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
6
Yang terjauh adalah 10 Km dari Desa Latuhalat, sedangkan yang terdekat berjarak 3 km dari Kelurahan Mangga Dua b.
Kecamatan Sirimau
Yang terjauh 8 Km dari Desa galala, sedangkan yang terdekat 1 Km dari Kelurahan Honipopu c.
Kecamatan Teluk Ambon Baguala
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
7
Yang terjauh 17 Km dari Desa waiheru, sedangkan yang terdekat 4 Km dari Desa Halong d.
Kecamatan Teluk Ambon
Yang terjauh adalah 36 Km dari desa Laha dan yang terdekat adalah 19 Km dari desa Hunuth e.
Kecamatan Leitimur Selatan
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
8
Yang terjauh
adalah 17 Km dari desa Leahari dan yang terdekat
adalah 5 Km dari desa Hatalae
3.
TOPOGRAFI Sebagian besar wilayah kota Ambon terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal, seluas kurang lebih 186,90 Km² atau 73% dari luas seluruh datarannya. Wilayah daratan tersebar pada 5 (lima) Kecamatan dan dikelompokan dalam 7 (tujuh) lokasi yaitu : a.
Pusat Kota dan sekitarnya (sebagian petuanan Desa Amahusu sampai Latta dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 3,360 seluas 13,50 Km2 atau 5,44%.
b.
Rumah Tiga dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 3,180 seluas 4,50 Km2 atau 5,57%
c.
Passo dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 30 seluas 14,75 Km2 atau 4,74 %
d.
Laha dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 3,930 seluas 4,25 Km2 atau 1,18 %
e.
Hutumury dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 6,160 seluas 4,25 Km2 atau 9,70 %
f.
Kilang dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 5,660 seluas 3,50 Km2 atau 9,91 %
g.
Sedangkan untuk ketinggian 50 – 250 meter dengan kemiringan 6,560 seluas 3,2 Km2 atau 10,30 % Latuhalat dan sekitarnya dengan areal ketinggian 0 – 50 meter dan kemiringan 5,400 seluas 4 Km2 atau 8,57% Peta wilayah.
4.
IKLIM Kota Ambon dipengaruhi oleh dua macam iklim yaitu iklim laut tropis dan iklim musim. Kedua musim ini diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret sedangkan pada bulan April adalah musim transisi ke musim timur. Musim timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul oleh
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
9
masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim Barat. Namun oleh pengaruh pemanasan global akhir-akhir ini maka sering terjadi pergeseran waktu terjadinya musim atau iklim di atas, sehingga kota Ambon sudah hampir tidak mengalami dua musim dengan waktu yang sama.
5.
KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Kota Ambon tahun 2014 yang didapat dari hasil pendataan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon, sebanyak 397.602 jiwa, terdiri dari
laki-laki sebanyak 200,501 jiwa atau
50,4% dan perempuan sebanyak 199.131 jiwa atau 49,6 %, dengan rincian penduduk per kecamatan sebagai berikut : 1) Kecamatan Nusaniwe 114,190 jiwa ( 28,7 %) 2) Kecamatan Sirimau 163,527( 41,1 %) 3) Kecamatan Baguala 58,246 ( 14,6 %) 4) Kecamatan Teluk Ambon 50,997 ( 12,9 %) 5) Kecamatan Leitimur Selatan 10,642 ( 2,7 %). Tabel 1. Kepadatan Penduduk Per Km2 Kota Ambon Tahun 2014 Kecamatan
Luas Wilayah Km2
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah T
Rata2 Jiwa / RT
Kepadatan Penduduk
Nusaniwe
8.834.52
114,190
18.860
6,05
12.93
Sirimau
8.681.00
163,527
33.107
4,94
18.84
Baguala
4.011.00
58,246
14.805
3,93
14.52
Tel.Ambon
9.368.00
50,997
7.448
6,85
5,44
Leitimur Sel
5.050.00
10,642
2.292
4.64
2,11
Kota Ambon
35.944.5
397,602
76.512
5,20
11
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
10
Grafik 1. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2014
6.
PENDIDIKAN Pendidikan merupakan bagian yang vital dalam kehidupan suatu masyarakat, untuk itu pemerintah berusaha dengan sungguh-sungguh memperhatikan sektor ini, terlihat dari sarana-prasarana pendidikan sebagai berikut Jumlah SD sebanyak 205 buah, dengan jumlah murid 36.651 orang dan guru 3.145 orang. Jumlah SLTP 54 buah, dengan jumlah murid 17.718 orang dan guru 1.691 orang. Jumlah SMU 36 buah, dengan jumlah murid 16.680 orang dan guru 1.874 orang. Dan jumlah SMK 14 buah dengan jumlah murid 5.728 orang dan jumlah guru 727 orang. Jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) 5 buah, dengan jumlah murid 260 dan jumlah guru 118 dan jumlah Pesantren 1 buah. Jumlah Perguruan Tinggi dan Universitas yang ada di Kota Ambon: Akademi Keperawatan Politeknik kesehatan, Politeknik Negeri, Universitas Pattimura, Universitas Kristen Indonesia Maluku, Institut Agama Islam Negeri Ambon, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Trinitas dan Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
11
Perkembangan Derajat Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Sambungan : Kondisi Sosial Ekonomi DERAJAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KOTA AMBON TAHUN 2011 - 2013
PENDIDIKAN
2011
2012
2013
99,61
99,62
99,64
¾APK -SD -SMP -SMU/SMK
103,62 110,15 101,60
106,83 93,51 96,14
106,19 90,39 92,52
¾APM -SD -SMP -SMU/SMK
82,98 81,81 65,31
86,87 65,08 67,02
95,38 79,81 71,96
¾Melek Huruf
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2013
7.
EKONOMI Kondisi perekonomian Kota Ambon dapat terlihat dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan yang dapat dilihat pada tabael berikut ini: KONDISI SOSIAL EKONOMI KOTA AMBON 2012 – 2013 danEkonomi Perkiraan 2014 INDIKATOR
2012
2013*)
2014*)
¾PDRB (dalam jutaan) Harga Konstan Harga Berlaku
2.089.901,53 5.060.958,60
2.231.919,79 5.876.364,56
2.384.188,28 6.852.816,04
¾PENDAPATAN/KAPITA Harga Konstan Harga Berlaku
5.287.018 13.186.269
5.620.717 14.798.641
5.930.919 17.047.099
57.942.444.406,74
72.674.518.644
78.810.828.205
8,77
6,80
6,5 – 6,65
¾PAD (Rp.) ¾Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: BPS Tahun 2013 KUA Tahun 2014 LKPJ Pemerintah Kota Ambon Tahun 2013
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
12
8. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat selain faktor perilaku dan pelayanan kesehatan. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan akan disajikan indikator-indikator penentu antara lain : persentase rumah sehat, persentase keluarga memiliki akses air bersih, persentase rumah sehat menurut kecamatan, persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan: KK memiliki jamban, tempat sampah dan pengolahan air limbah, tempat umum dan pengolahan makanan, persentase rumah yang diperiksa jentik . a.
Rumah Sehat Menurut
data
hasil
kegiatan
dari
sub-bidang
Kesehatan
Lingkungan Dinkes Kota Ambon, di tahun 2014 jumlah rumah secara keseluruhan 57.165 jumlah rumah yang diperiksa / dibina sebanyak (95,7 %) 53.589 dan rumah sehat sebanyak 44.297 (85,6%). Tahun 2013 Jumlah rumah 55.751, diperiksa /dibina 82.383, rumah sehat 47.701 (80,8%), Terjadi peningkatan jumlah rumah baik kwantitas maupun kwalitas ( Rumah sehat. Hal ini dapat menggambarkan membaiknya tingkat pendapatan / ekonomi masyarakat maupun tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan (tabel 59).
b.
Akses Air Bersih
Untuk akses air bersih terdiri dari beberapa sumber : 1) Air bersih dari Perpipaan, 2) SPT, 3) SGL, 4) PMA; dan Penampungan Air Hujan (PAH), yang semua termasuk dalam sarana air bersih yang terlindung. untuk sarana air bersih tidak terlindung seperti sungai/kali tidak digunakan masyarakat kota Ambon sebagai sumber kebutuhannya. Data pada sub bidang kesehatan lingkungan menunjukan bahwa akses air bersih bagi masyarakat kjota ambon mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana tahun 2014 penduduk dengan akses Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
13
berkelanjutan terhadap air minum berkwalitas ( layak ) mencapai 375.647 jiwa ( 96 % ) dari jumlah penduduk kota ambon sebesar 397.602 jiwa. Diharapkan sisanya akan dipenuhi ditahun 2014 dan 2015 ( Tabel 64 dan 65 )
c.
Sarana Sanitasi Dasar Untuk sanitasi dasar seperti jamban 82,1 % atau 323.858 penduduk yang akses terhadap fasilitas sanitasi dasar yang layak ( jamban sehat ) 94 % atau 47 Desa/ Kelurahan Sanitasi Total berbasis Masyarakat
(STBM ) Tahun 2014 salah satu misi Pemerintah
Kota Ambon yang membuat masalah sampah sudah semakin membaik, karena sebagian besar telah tertangani oleh pemerintah, dan ini sangat diharapkan agar semua masyarakat berpartisipasi aktif mendukung program pemerintah, supaya dapat mengatasi penyakit yang diakibatkan oleh masalah tersebut.
d.
Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Untuk menjamin laik sehat tidaknya tempat umum dan tempat pengelolaan makanan maka selalu dilakukan pemeriksaan rutin pada Tempat – tempat umum (TTU ) dan Tempat Pengelolaan Makanan ( TPM ). TTU di Kota Ambon Tahun 2014 berjumlah 398
dan yang
memenuhi syarat Sanitasi sebesar 398 atau 98 %. TPM sebanyak 767 dan yang memenuhi syarat Sanitasi dan Higiene sebanyak 410 atau 54 %. Dari hasil pemeriksaan TUPM, ternyata yang sehat semakin menurun, terutama pada TPM jenis makanan jajanan yang disebabkan karena ketidak tersediaan sarana sanitasi dasar higiene ( Tabel...
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
14
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Namun seiring dengan implementasi dan proses intervensi dari IPM tersebut maka telah disepakati dan dibuat indikator baru yang dikenal dengan nama Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat atau IPKM. IPKM
dapat
digunakan
untuk
menentukan
peringkat
suatu
kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan, selain itu dipakai sebagai bahan advokasi ke pemerintah daerah, agar terpacu menaikkan peringkat kesehatannya, dan juga sebagai acuan pemerintah daerah untuk membuat program intervensi yang lebih tepat. Pemerintah pusat peringkat IPKM suatu daerah dipakai perumusan Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus (DBKBK) sekaligus sebagai dasar penentuan alokasi dana bantuan kesehatan ke daerah tersebut. Penentuan peringkat IPKM tahun 2010 ini didapat berdasarkan hasil Riskesdas 2007 - 2008 dari 440 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hasil IPKM dengan nilai terendah atau tingkat kesehatannya paling buruk didapati pada daerah Pegunungan Bintang, Papua (0,247059) dan tertinggi pada kota Magelang, Jateng (0,708959), sementara kota Ambon berada pada peringkat 43 (0,632536) dari 440 kabupaten/kota yang dinilai. Untuk kabupaten kota di Maluku yang paling tinggi adalah kota Ambon peringkat 43, kabupaten Maluku Tengah 199, Kabupaten Maluku Tenggara 233, sedangkan posisi bawah ada Kabupaten Buru 415, Seram Bagian Timur 433, dan Kepulauan Aru 394 sehingga ketiga kabupaten ini dimasukan ke dalam kategori Daerah Bermasalah Kesehatan Berat/Khusus (DBKBK). Walaupun kota Ambon berada pada peringkat yang ‘lebih baik’ bukan berarti tidak ada masalah kesehatan, masih cukup banyak masalah
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
15
kesehatan di kota Ambon, yang membutuhkan penanganan terpadu dari semua sektor
terkait, karena tanpa kerjasama yang baik tidak mungkin
masalah kesehatan dapat teratasi. Untuk itu, dalam penanganannya butuh perhatian pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, khusus untuk bantuan alokasi dana maupun sarana dan prasarana penunjang, termasuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Selain IPKM yang menjadi sorotan pemerintah sekarang ini, hal penting lain yang tidak dapat dilepas : upaya pencapaia MDGs 2015. Kesepakatan negara-negara dunia yang tertuang dalam 8 (delapan ) indikator MDGs 2015 yang diantaranya terdapat 5 (lima) indikator
yang berhubungan dengan
kesehatan yaitu upaya penurunan angka kemiskinan melalui penurunan angka balita gizi buruk, upaya mengurangi tingkat kematian anak, upaya meningkatkan kesehatan ibu; sekaligus menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan upaya pencegahan terhadap HIV/AIDs, malaria dan penyakit menular lainnya, serta lingkungan hidup. Lima (5) indikator MDGs 2015 ini dan IPKM merupakan perhatian utama bidang kesehatan. 1.
ANGKA KEMATIAN BAYI Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sering digunakan untuk menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Dengan AKB dapat diketahui berapa jumlah bayi yang meninggal sejak dilahirkan sampai dengan bayi berumur 1 tahun di antara 1.000 kelahiran hidup. AKB menggambarkan besaran masalah kesehatan di tengahtengah masyarakat. Besaran AKB dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan
dan
sarana
prasarana
pendukung
serta
tingkat
pendapatan/ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan mempengaruhi kuantitas dan kualitas asupan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan kematian. . AKB kota Ambon pada tahun 2014 adalah 18 orang atau 2,2 per 1000 kelahiran hidup.atau 15 jiwa dibandingkan dengan tahun 2013 adalah 6,6 per 1000 kelahiran hidup atau 46 orang bayi, mengalami penurunan karena adanya kerjasama dengan lintas sektor dalam kasus
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
16
pelacakan kasus kematian. dan peningkatan pertolongan persalinan oleh Nakes (bidan). Dengan menurunnya kasus kematian, Diharapkan agar masyarakat lebih memaksimalkan fungsi sarana
kesehatan di
kota Ambon disertai membaiknya kualitas dan kuantitas SDM kesehatan.
maka sangat diharapkan lebih meningkatnya kinerja
petugas kesehatan, dan kerja jejaring lebih ditingkatkan, agar di tahun depan bisa ditekan angka kematiannya. (lampiran tabel 7) 2.
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 0-5 tahun per 1000 Kelahiran Hidup. AKABA menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit, pelayanan kesehatan, infeksi dan kecelakaan. Jumlah kematian balita di tahun 2013 sebesar 11 atau 9,3 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2014 kematian anak balita 17 atau 1,6 per 1000 kelahiran hidup. Peningkatan AKABA ini tidak terlepas dari peranan petugas kesehatan yang kurang aktif memberikan pelayanan di luar gedung dan tingkat pemahaman masyarakat yang lebih baik terhadap kesehatan. (lampiran tabel 5)
3.
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) Selain AKB, maka Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan pembangunan kesehatan suatu daerah. Angka Kematian Ibu juga menjadi sangat penting dan menjadi sorotan hampir di semua belahan dunia, sesuai komitmen bersama bangsa-bangsa di dunia melalui MDGs, dimana salah satu indikator penting adalah upaya menurunkan 2/3 AKI pada tahun 2015. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas atau 42 hari sesudah melahirkan. Secara Nasional, AKI berangsur menurun sejak tahun 1992 sampai 2007 yaitu dari angka 425 – 228 per 100.000 kelahiran hidup. AKI kota
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
17
Ambon, tahun 2010, 49 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 6 kematian atau 84,3 per 100.000 kelahiran hidup, dan ditahun 2013 terjadi 4 kematian ibu atau 28,6 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2014 sebesar 2 ibu atau 59,9 per 100 000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian adalah terlambat penanganan oleh tenaga kesehatan dan perdarahan serta partus yang lama. (lampiran tabel 6 )
B.
ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS) Angka Kesakitan adalah banyaknya penduduk yang sakit dan mendapat pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di kota Ambon: puskesmas, klinik, balai pengobatan maupun rumah sakit. Angka kesakitan merupakan data yang menunjukan jumlah masyarakat yang sakit, yang perlu mendapat pelayanan yang konfrehensif, supaya apabila sudah sembuh dan sehat tidak jatuh sakit lagi, dengan demikian maka visi Indonesia sehat itu bisa terwujud. Tingkat kesakitan penduduk suatu negara mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat di dalamnya. Dari data 10 penyakit terbanyak yang didapat dari puskesmas se Kota Ambon, sepanjang tahun 2014, penyakit Infeksi Akut lain pada saluran napas bagian atas masih menempati urutan teratas atau sebesar .....31,75% diikuti dengan penyakit lain pada saluran pernapasan, sama seperti tahun- tahun sebelumnya. Untuk penyakit lain dengan melihat ke tahun sebelumnya,
ada perubahan pola penyakit. Penyakit -penyakit
menonjol di tahun 2014 dapat dinyatakan sebagai penyakit infeksi menular yang masih tinggi. Bagi kelompok usia produktif, kesakitan sangat mempengaruhi
produktivitas
dan
pendapatan keluarga, untuk perlu
upaya bersama pemerintah dan masyarakat untuk lebih meningkatkan upaya preventif dan promotif
.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
18
Tabel 3. Penyakit Utama di Kota Ambon Tahun 2014 No.
Nama Penyakit
1
Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernafasan Bag.atas
38.236
19,1
2
Penyakit pada sistim otot & jaringan pengikat
14.211
7,1
3
Penyakit lain pada saluran pernapasan bag.atas
10.481
5,2
4
Gastirtis
9.838
4,9
5
Penyakit Pulva dan Jaringan Periapikal
6.552
3,2
6
Tekanan Darah Tinggi
6.332
3,1
7
Ginggivitis dan Peny.Periodental
5.301
2,6
8
Penyakit Kulit Infeksi
4.604
2,3
9
Penyakit Kulit Alergi
4.176
2,0
3.052
1,5
10
Jumlah
Karies Gigi
%
Total angka kesakitan : 200.128
1.
PENYAKIT MENULAR Penyakit menular adalah jenis penyakit yang telah ada sejak jaman dulu yang seharusnya sudah dapat dieliminasi atau eradikasi seperti pada banyak negara di Eropa dan Amerika. Dibanyak negara Asia termasuk Indonesia, masalah penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang dominan dalam menyumbangkan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Perkembangan dalam beberapa tahun terakhir ini merebak jenis penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus maupun bakteri yang hampir tidak dapat dibendung. Hal ini membuat jajaran kesehatan harus berupaya untuk kerja
lebih keras, dalam
menangani masalah-penyakit infeksi tersebut, yang juga harus bargaining
dengan sektor terkait, swasta maupun partisipasi
masyarakat untuk mengatasi ataupun menekan angka terularnya penyakit. Seiring dengan itu, muncul juga permasalahan kesehatan lain yaitu meningkatnya angka kesakitan peyakit tidak menular atau penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, DM, darah tinggi dan Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
19
penyakit jantung, termasuk gangguan gizi, yang sangat popular di masyarakat, akibat pola hidup konsumtif dan gaya hidup yang tidak berolah raga.
a.
Penyakit Malaria Penyakit malaria merupakan bagian dari penyakit infeksi yang cukup banyak diderita oleh masyarakat. Sampai saat ini kota Ambon masih termasuk wilayah yang masuk dalam kategori endemis malaria.
Untuk itu penyakit
Malaria terus menerus
menjadi perhatian institusi kesehatan di kota Ambon dan dibantu oleh LSM asing Global Fund. Ini terlihat dari upaya-upaya yang dilakukan semakin gencar untuk menuntaskan permasalahan penyakit malaria ini. Seiring juga dengan komitmen global yang tertuang di dalam MDGs 2015 yaitu gerakan untuk menyelesaikan masalah malaria di tahun 2015, malaria menjadi suatu perhatian khusus dari jajaran dinas kesehatan kota ambon, bersama pemerintah daerah dalam penanganan maupun pencegahannya. Jumlah Kasus malaria di kota Ambon sepanjang tahun 2014 sebanyak 108.06 kasus positif , dengan angka kesakitan (API) 4,1 per 1000 penduduk. Berarti untuk tahun 2014 terjadi penurunan jumlah kasus malaria , walaupun tidak menunjukan angka penurunan yang tajam.Jumlah kasus malaria di kota Ambon sepanjang
tahun
2013 sebanyak 109.22 kasus
positif,dengan angka kesakitan 4,1 tahun 2012 sebanyak 1.660 kasus positif dengan angka kesakitan 4,7. Berarti untuk tahun 2012 terjadi penurunan jumlah kasus malaria, walaupun tidak menunjukan angka penurunan yang tajam. Angka kesakitan penyakit malaria terjadi penurunan dalam 3 (tiga) tahun berturutturut, ini menunjukan bahwa kerja jejaring dengan pihak lain sangat mempengaruhi keberhasilan sistem kesehatan di daerah. (lampiran tabel 24).
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
20
Grafik 7. Tren Kasus Malaria di Kota Ambon Thn 2011 - 2014
b.
Penyakit TB Paru Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang terbesar di antara penyakit infeksi lainya. Ada berbagai penyakit infeksi TB yang bukan hanya pada paru tetapi juga TB usus, TB kulit, TB otak dan TB kelenjar serta TB tulang. Penyakit TB
paru
merupakan
perkembangannya
pada
penyakit
infeksi
dekade
menular
terakhir
yang
semakin
mengkawatirkan, sehingga penyakit TB paru ini dimasukkan sebagai kelompok “reemerging disease” atau penyakit yang dulunya pernah hilang atau telah berhasil ditekan tapi sekarang muncul lagi. Untuk itu pula di dalam kesepakatan MDGs 2015, masalah TB Paru dimasukkan sebagai salah satu indikator, yang perlu penanganan serius di seluruh dunia, disamping malaria dan HIV-AIDS. Salah satu upaya penanggulangan penyakit TB paru secara nasional adalah melalui program Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS) yaitu upaya pengobatan penyakit TB dengan bantuan semua pihak terkait termasuk keluarga. Program DOTS ini juga telah dilakukan oleh jajaran kesehatan di kota Ambon.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
21
Keadaan penyakit TB Paru di kota Ambon selama tahun 2014 dengan jumlah kasus BTA positif 316 kasus dengan angka kesembuhan atau success rate (SR) 49,6 %.Tahun 2013 dengan jumlah kasus kasus BTA positif 472 kasus dengan angka kesembuhan atau success rate (SR) 18,04%.Jumlah kasus positif terjadi peningkatan, hal ini menunjukan bahwa penemuan kasus TB paru dilakukan dengan adanya kegiatan swipping door to door di kota Ambon. Menurunnya penemuan kasus TB Paru tersebut merupakan suatu keberhasilan dari sistem suverlains yang dilakukan oleh jajaran dinas kesehatan, dan juga bersama-sama dengan sektor lain, swasta maupun pihak asing dengan gencar membangun jejaring kerja untuk semakin banyak bisa ditemukan kasus, maka diharapkan angka kesembuhan semakin tinggi bagi penderita TB Paru yang ditemukan dan diobati (lampiran tabel 1012).
Tabel 4. Kasus TB Paru di Kota Ambon Thn 2014 Keadaan Penyakit TB di Kota Ambon Jumlah Penduduk
397.602
Jumlah Kasus Lama & Baru
696
Prevalensi
135
CDR BTA (+) diobati Sembuh SR Kematian
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
66,12 474 237(18.04) 67.93 15
22
c.
Penyakit HIV-AIDs Perkembangan
HIV-AIDs
semakin
hari
semakin
mengkuatirkan oleh karena jumlah dan peningkatan kasus pada orang muda / kalangan usia produktif
terlihat jelas. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk membendung laju insiden penyakit ini, namun kelihatannya masih merupakan masalah tersendiri, oleh karena penyakit infeksi ini sangat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat. Tingkat keterpaparan seseorang terhadap penyakit ini sudah sangat mengkuatirkan. Masyarakat sudah mengetahui tentang penularannya, tetapi seiring dengan gaya hidup yang tidak sehat, membuat mereka sendiri tidak bisa terhindar dari ancaman penyakit ini. Di Kota Ambon sepanjang tahun 2014 jumlah kasus HIV – AIDS 124 kasus baru, yang terdiri dari 94 kasus HIV dan 48 kasus AIDS , jika dibandingkan tahun 2013 jumlah kasus HIVAIDS 146 kasus, 94 kasus HIV dan 48 kasus AIDS, Total kasus sampai dengan tahun 2013 sebesar 1.115 orang dengan rincian 685 orang dengan HIV, 440 orang
AIDS dan yang telah
meninggal sebesar 503 orang.Tahun 2013 penemuan kasus mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Angka yang ditampilkan belum bisa menjawab angka sebenarnya di masyarakat karena kasus HIV-AIDS berupa gunung es (ice break) yang muncul dipermukaan sedikit tetapi, masih ada banyak kasus yang tidak terdeteksi. (lampiran tabel 11 )
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
23
Grafik 8. Kasus Baru HIV-AIDs Kota Ambon Tahun 2010-2014
d.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA pneumoni sampai saat ini masih merupakan penyakit menular infeksi yang menyebabkan kematian balita. Rendahnya kualitas lingkungan pemukiman, serta pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang kurang, menyebabkan penyakit ini masih menjadi ancaman yang berbahaya bagi balita. Tingginya insiden penyakit ini tidak terlepas dari faktor penularan yang mudah terjadi dan faktor sosio-ekonomi masyarakat. Ditahun 2014 kasus Pneumonia 124
kasus dan semuanya ditangani ,tahun 2013
sebanyak 14 kasus yang semuanya ditangani .Kasus ISPA juga terjadi peningkatan ditahun ini, ini tidak dapat dipungkiri juga karena foktor – faktor penyebab yang blum bisa ditangani dengan dengan baik (tabel 10).
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
24
Grafik 9. Kasus Pneumoni di Kota Ambon Thn 2010-2014
e.
Penyakit Kusta Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang telah ada sejak zaman sebelum masehi. Penyakit ini cukup menakutkan dan menjadi perhatian pemerintah di seluruh dunia. Dengan adanya perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
kemajuan
teknologi
pengobatan maka sebagian besar negara di dunia telah berhasil mengeliminasi penyakit ini. Indonesia telah mencapai eliminasi penyakit kusta
sejak bulan Juni tahun 2000, namun sampai
dengan tahun 2007 terlihat peningkatan jumlah kasus hampir di semua
daerah
di
Indonesia.
Untuk
itu,
WHO
sengaja
memasukkan penyakit kusta sebagai bagian dari kelompok “reemerging disease” bersama-sama penyakit TB paru, supaya dapat menjadi perhatian serius setiap negara. Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak pada minimal 20 orang di sekitar rumah penderita kusta dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan. Jumlah kasus penyakit kusta di Kota Ambon sampai tahun 2014 adalah 173 kasus ,yang terdiri dari kusta tipe PB ( kusta Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
25
kering) 6 kasus dan MB ( kusta basah) 81 kasus.Tahun 2013 adalah 82 kasus 19 untuk tipe PB (kusta kering) dan kusta tipe MB ( kusta kering) 63 kasus. Hal ini dapat berarti, ada peningkatan
kasus
penyakit
kusta
diakibatkan
petugas
mendeteksi kasus di lapangan. Atau kemungkinan masih banyak kasus tersembunyi di masyarakat. (lampiran tabel 14 – 17 ) Tabel 5. Kasus Kusta di Kota Ambon Tahun 2014 Keadaan Penyakit Kusta di Kota Ambon
Kasus Tercatat PB / MB Prevalensi
3,9
Kasus yang RFT PB / MB
7 /10
Kasus Baru PB / MB
6/81
Angka Penemuan Kasus baru f.
1/160
34,35
Penyakit Potensial KLB/Wabah i.
Demam Berdarah Dengue Penyakit ini dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus bila ada masyarakat di suatu wilayah menderita sakit atau sebagai carier/pembawa virus. Demam berdarah selama ini menjadi masalah setiap tahunnya di Indonesia, dan pada tahun 2014 jumlah kasus DBD 6 kasus dengan kasus kematian 1 orang ,tahun 2013 jumlah 26 kasus dengan kasus meninggal 2 orang. Terjadi penurunan jumlah kasus dibandingkan tahun lalu, walaupun demikian tetap menjadi masalah bagi masyarakat kota Ambon.
Upaya kerja keras Pemerintah Kota Ambon dan
Dinas Kesehatan kota Ambon dengan partisipasi masyarakat terus menggalakan dan mengkampanyekan kegiatan bersih lingkungan (3M) maka penyakit ini dapat ditekan sehingga tidak bertambah korban dan penyebarannya tidak meluas (lampiran tabel 21). Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
26
ii.
Diare Diare masih merupakan penyakit masyarakat yang sulit dieliminasi.
Penyebab
diare
dipengaruhi
oleh
faktor
lingkungan yang tidak higienis serta Pola hidup. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum secara maksimal dimengerti oleh semua masyarakat, dan tidak dilaksanakan dengan benar oleh masyarakat. Kejadian diare pada balita sepanjang tahun 2014 sebanyak
2,456 kasus, tahun 2013 sebanyak 3.012
Melihat tren penurunan kasus ini dapat dibuat beberapa kemungkinan penyebab yaitu meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ber-PHBS, tersedianya sarana-prasarana lingkungan
yang
memadai,
kebersihan
lingkungan
pemukiman yang membaik (lampiran tabel 13).
Grafik 10. Kasus Diare di Kota Ambon Tahun 2012 -2014
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
27
iii.
Chikungunya Penyakit ini sering dikelirukan dengan malaria ataupun demam lainnya, sehingga jumlah sesungguhnya dari kasus ini tidak diketahui dengan pasti, dan juga disebabkan pada pencatatan dan pelaporan puskesmas, penyakit ini belum masuk dalam diagnosis yang ada dalam format LB1; yang menggunakan
kode
jenis
penyakit
berdasar
ICD-9.
Sehingga penyakit ini walaupun ada, tetapi tidak termasuk dan dilaporkan oleh fasilitas kesehatan yang ada.
g.
Filariasis Bersama-sama dengan penyakit TB paru dan
Kusta,
penyakit Filariasis ini masuk ke dalam kelompok penyakit yang diperhatikan serius oleh pemerintah Kota Ambon maupun dunia; “reemerging disease”. Kasus Filariasis tahun 2009 sempat mengejutkan Kota Ambon dan sejak itu langsung ditanagani serius oleh pemerintah dan didukung oleh partisipasi masyarakat sehingga sampai dengan tahun 2012 tidak terdapat kasus baru, dengan jalan gerakan pengobatan masaal pencegahan filariasis selama 5 tahun terhitung 2009 – 2013. Di tahun 2014 tidak terdapat kasus baru yang ditemukan dan total kasus sampai dengan tahun 2014 sebanyak 171 kasus atau 45 per 100.000 penduduk. (lampiran tabel 23) 2.
PENYAKIT TIDAK MENULAR Insiden penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat. Jumlahnya semakin tinggi melebihi insiden penyakit infeksi/menular. Peningkatan ini disebabkan beberapa hal, diantaranya perubahan pola hidup dan konsumsi masyarakat. Pola hidup sendetarian yang serba instan, kurang bergerak, dan mengkonsumsi makanan berlemak dan tinggi kalori menjadi faktor predisposisi yang kuat. Penyakit tidak menular bisa berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit DM, stroke dan kanker atau tumor. Juga
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
28
termasuk penyakit-penyakit alergi yang kasusnya akhir-akhir semakin meningkat. Selama 3 tahun terakhir ini terjadi kecenderungan peningkatan kasus penyakit tidak menular terutama penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit kulit alergi. Begitupun dengan kasus penyakit DM dan tumor/kanker.
3. STATUS GIZI MASYARAKAT Status Gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Penyebab masalah gizi dapat berupa penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya, baik makanan maupun penyakit secara bersamasama merupakan penyebab kurang gizi. Selain itu, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan
ketrampilan
keluarga.
Makin
tinggi
pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
29
Penanganan masalah gizi di kota Ambon sampai saat ini tetap diupayakan oleh pemerintah daerah, provinsi dan pusat melalui programprogram intervensi dan peningkatan kualitas keluarga. Hasilnya pada tahun tahun 2014 ini angka gizi buruk yang ditemukan dan mendapat perawatan sebanyak 24 orang Grafik 12. Tren Status Gizi Balita di Kota Ambon Thn 2010-2014
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
30
BAB IV UPAYA PELAYANAN KESEHATAN Untuk mencapai VISI dan MISI Pembangunan Kesehatan kota Ambon, yaitu “Peningkatan kinerja, mutu serta manajemen pelayanan kesehatan yang mantap dan pemberdayaan kesehatan masyarakat” maka telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat oleh segenap jajaran dinas kesehatan dan didukung oleh masyarakat serta pemerintah daerah kota Ambon melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut : A.
PELAYANAN KESEHATAN DASAR Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan jenis pelayanan utama yang dibutuhkan untuk mencegah dan menangani sedini mungkin kejadian penyakit atau permasalahan kesehatan di tengah-tengah masyarakat. Jenis pelayanan yaitu upaya pelayanan ini terdiri dari 6 program pelayanan pokok/ pelayanan wajib dan pelayanan di puskesmas, begitupun sebagian besar rumah sakit dan klinik yang ada. 1.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Ibu dan anak mendapat tempat prioritas sebagai sasaran pelayanan kesehatan, dikarenakan faktor ibu sebagai salah satu determinan penilaian keberhasilan pembangun kesehatan melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan juga Ibu mempunyai peran besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. a.
ANC Ibu Hamil Pelayanan antenatal ibu hamil merupakan pintu masuk untuk mendapatkan kehamilan dan kelahiran berkualitas dari seorang ibu hamil.
Melalui pelayanan antenatal ibu hamil di
fasilitas kesehatan ataupun di rumah, ibu hamil diharapkan terhindar dari permasalahan kehamilan dan persalinan sampai masa nifas. Pelayanan anatenal ibu hamil dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan terlatih dan dukun terlatih. Indikator penilaian keberhasilan pelayanan antenatal ibu hamil dilihat dari cakupan pelayanan kepada ibu hamil (K1 dan K4). Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
31
Sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan tahun 2014 , kota Ambon secara keseluruhan untuk K4 telah mencapai 7.021 atau 75,7% .Dibandingkan 2013, kota Ambon secara keseluruhan untuk K4 7.229 mencapai 89,9%. ini berarti tahun 2014 terjadi penurunan mutu pelayanan kepada ibu hamil (lampiran tabel 29) Grafik 13. Prosentase.Yan. Ibu Hamil,Bersalin,Nifas Thn 20112014
b.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten disyaratkan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Besarnya kasus kematian dan komplikasi pada ibu hamil sering diakibatkan oleh pertolong persalinan yang tidak adekuat dan kompeten. Untuk itu, sesuai standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan telah ditetapkan target. Tahun 2014 pertolongan persalinan oleh tenaga kompetensi adalah 6.532 atau 73,8 %, berarti tahun 2014 sedikit penurunan
pelayanan
persalinan dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 6.664 atau 87,8 % (tabel 29).
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
32
c.
Kunjungan Neonatus Neonatus adalah bayi baru lahir sampai umur 7 hari. Neonatus merupakan sasaran
pelayanan utama pada bayi,
dikarenakan neonatus sangat rentan terhadap kejadian penyakit. Sesuai dengan fakta di lapangan didapati 2/3 kematian pada bayi terjadi pada masa neonatus ini. Untuk melihat pelayanan terhadap neonatus, indikator yang dipakai adalah KN3. Nilai KN3 kota Ambon
selama
tahun
2014
sebesar
6.310
atau
74,9%
dibandingkan tahu 2013 sebesar 6.374 atau 88,4%,berarti terjadi penurunan pelayanan dan melewati standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 85% (tabel 38 ). 2.
Pelayanan Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya preventif yang efektif untuk meningkatkan kualitas seorang ibu atau keluarga. Dengan ber-KB, keluarga (ibu) akan dapat dengan baik mengatur kehamilannya dan mencegah terjadi masalah-masalah kehamilan dan persalinan. Pelayanan KB sangat penting untuk mendukung tingkat kesejahteraan suatu keluarga. Melalui pelayanan KB diharapkan keluarga yang terbentuk menjadi keluarga madani; sehat, sejahtera dan berguna bagi orang lain. Untuk mecapai hal ini, maka semua pasangan usia subur harus mengerti perencanaan memasuki pernikahan sampai rencana mendapatkan jumlah anak sesuai tingkat kemampuan keluarga. Dari pendataan selama tahun 2014 , jumlah PUS yang menggunakan KB secara aktif sebesar 39,562 dari total PUS 71,570 tahun 2013, jumlah PUS yang menggunakan KB secara aktif sebesar 55,3 dari total PUS 71.570 orang Angka ini masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan yang menetapkan angka 78%. Namun ada sedikit peningkatan dibanding tahun 2013 yaitu 76% Angka ini masih dibawah Standar Pelayanan Minimal (SPM) . Jenis alkon yang paling disukai adalah suntikan KB dan Pil KB, masing-masing sebesar 59,6 % dan 25,3%. Sedangkan peserta KB baru selama tahun 2014
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
33
sebanyak 11.229 orang, peserta KB baru tahun 2013, sebanyak 8.874 orang (tabel 33-35). Grafik 15. Tren Cakupan Pely. KB di Kota Ambon Tahun 2010-2014
3.
Pelayanan Imunisasi Imunisasi
merupakan
salah
satu
upaya
preventif
untuk
mendapatkan tingkat kesehatan masyarakat yang baik. Melalui imunisasi anak balita, remaja dan ibu hamil diberikan proteksi untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi tertentu, yang bila terjadi akan sangat mengganggu dan menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang. Pencapaian imunisasi bayi yang baik, mencerminkan tingkat kekebalan yang dapat dicapai bayi untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit tertentu yang dapat megganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, dan dapat menyebabkan kematian bayi-balita. Sesuai
Standar
pelayanan
Minimal
(SPM)
kesehatan,
suatu
desa/kelurahan disebut desa UCI atau Universal Child Immunization bila lebih 80% bayi di desa tersebut mendapat imunsiasi lengkap. Kota ambon pada tahun 2014 jumlah desa kelurahan sebanyak 50 desa/kel yang mencapai standar UCI berjumlah 45 desa kelurahan atau sekitar 90 % .Ini berarti desa UCI ditahun 2014 tidak ada perubahan , dengan tahun 2013 berjumlah 78% desa/kelurahan .Hasil ini merupakan
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
34
tantangan untuk bisa bekerja semaksimal mungkin agar bisa mencapai target secara nasional yaitu 100% ditahun berikutnya. Grafik 16. Tren Cakupan Desa UCI di Kota Ambon Tahun 20102014
B.
PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN Pelayanan kesehatan rujukan dibuat untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan lanjutan setelah mendapat pelayanan dasar di puskesmas dan fasilitas kesehatan dasar lainnya. 1.
Indikator Pelayanan di Rumah Sakit Rumah sakit merupakan pusat rujukan fasilitas kesehatan untuk penanganan lanjut kasus yang ditemui di pelayanan dasar yang tidak bisa diselesaikan. Keberhasilan pelayanan di rumah sakit dapat dilihat dari data pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur yang dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan presentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan (NDR) (lampiran tabel 59 – 60)
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
35
Tabel 7. Indikator Kinerja Pelayanan RS Kota Ambon Thn 2014 Rumah Sakit di Kota Ambon RSUD dr.M.Haulussy
Tempat Tidur 353
Pasien Keluar
Hari Perawatan 86225
BOR (%) 66.9
LOS (Hari) 5.1
TOI (Hari) 2.5
GDR (%) 52.1
NDR (%) 29.2
10.9
4.0
RS Jiwa
76
24499
88
8.7
1.3
RS Hative Passo
50
9491
52.0
2.6
2.8
RS Sumber Hidup
61
15872
71.3
0.0
1.7
RS Al Fatah
100
6830
18.7
6.0
21.7
12.3
RS Bhakti Rahayu
50
-
15087
82.7
0.0
1.6
1.0
98.7 31
RS Bhayangkara
81
-
9423
31.9
4.4
9.4
13
5.6
RS TK.III dr.Latumetan
148
14292
26.5.
3.4
9.3
RS.TNI Angkatan Laut RS. Dr.F.X.Soeharjo
56
260
1.3
65.5
3,1
2.
-
Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (JAMKESMAS) Sesuai SPM,
semua bentuk pelayanan kepada maskin harus
100% mencapai target yang diberikan, mulai dari pelayanan dasar sampai kepada rujukan untuk pengobatan lanjutan seperti hemodialisa, operasi jantung, cesar, penanganan kanker dan lain-lain, tanpa membebankan biaya apapun kepada peserta Jamkesmas. Sejak beberapa tahun terakhir ini, mendapat
kucuran
kesehatan
bagi
dana
puskesmas dan RS di kota Ambon APBN
masyarakat
berupa
miskin.
jaminan
Pelayanan
pemeliharaan
dilakukan
oleh
puskesmas rawat jalan, puskesmas rawat inap dan pelayanan kelas III di RS. Pada
tahun
2014,
jumlah
kunjungan
rawat
jalan
yang
menggunakan fasilitas jamkesmas sebanyak 40.931 atau 31,8 % jika dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah kunjungan sebanyak 40.068 jiwa atau 65,1%, t(lampiran tabel 56). Berarti terjadi peningkatan jumlah pasien yang dilayani di tahun 2013. Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
36
Grafik 17. Tren Cak.Yankes R.Jalan di Kota Ambon Thn 2010-2014
Sedangkan jumlah warga kota Ambon yang sudah tercaver oleh jaminan pemeliharaan kesehatan sebagai berikut: Askes 41.563 jiwa atau 11.61% , Jamkesmas 77.001 atau 20.09% , Jamsostek 9.760 atau 3%, Sehingga masih ada tersisa 58% penduduk kota belum terlindungi oleh jaminan kesehatan (lampiran tabel 54).
Grafik 18.Jaminan Pemeliharaaan Kesehatan di Kota Ambon Thn 2014
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
37
3.
Penanganan Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan NAPZA atau narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainya, semakin hari
semakin menunjukan peningkatan di
masyarakat. Penyalahgunaan NAPZA tidak mengenal strata baik dari segi
ekonomi, usia, pendidikan, desa dan kota. Penyalahgunaan
NAPZA menimbulkan dampak buruk yang sangat luas dan mendalam terhadap para pelaku, keluarga, masyarakat dan bangsa. Secara fisik menimbulkan gangguan kesehatan fisik, termasuk gangguan fungsi jantung, otak, hati, ginjal, paru-paru serta organ reproduksi. C.
PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Status
gizi
merupakan
salah
satu
indikator
kesehatan
yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan. Masalah gizi yang umum ditemui adalah
Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY), Anemi Gizi, dan Kurang Vitamin A yang pada umumnya menyerang kelompok usia rawan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur (WUS) dan golongan ekonomi rendah.
1.
Balita Dengan Gizi Buruk Balita yang tumbuh dalam keadaan gizi yang tidak memadai atau gizi buruk akan mengalami permasalahan kompleks tidak saja semasa mengalami keadaan tersebut tetapi juga ketika usia dewasa. Sesuai peneltian para ahli gizi, balita yang tumbuh dengan BB yang kurang dan sangat kurang cenderung akan mengalami penyakit-penyakit degeneraitf lebih cepat dari pada seharusnya. Dapat berupa hipertensi, DM, stroke, penyakit jantung, kanker dan sebagainya. Berdasarkan hasil kegiatan bulanan penimbangan balita pada tahun 2014, kasus balita gizi buruk 24 kasus sedangkan pada tahun 2013 kasus balita gizi buruk ditemukan 28 kasus, sedangkan keadaan gizi kurang sebesar 116 kasus atau 10,32 %. Pencapaian kota Ambon ini tentu saja tidak membuat besar kepala oleh karena masalah gizi kurang masih cukup banyak yang perlu mendapat perhatian ekstra. Kondisi ini disebabkan bukan karena keadaan rawan pangan
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
38
(kekurangan bahan makanan) tetapi karena pengetahuan ibu/keluarga yang kurang, pola asuh yang salah dan faktor ekonomi keluarga sehingga mempengaruhi asupan gizi pada balita. Penanganan masalah gizi di kota Ambon sampai saat ini tetap diupayakan oleh pemerintah daerah, provinsi dan pusat melalui program-program intervensi dan peningkatan kualitas keluarga. (lampiran tabel 27, 44, 45)
Grafik 19. Tren Cak. Kasus Gizi Kota Ambon Tahun 2012-2014
2.
Kapsul Vitamin A Perbaikan gizi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan pembangunan secara keseluruhan, karena dengan gizi yang baik maka masyarakat bisa beraktivitas dan sehat sehingga akan menambah income perkapita. Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh balita yang sedang tumbuh.Balita yang kekurangan vitamin A akan menyebabkan
gangguan
kekebalan
tubuh
sehingga
gampang
terserang bermacam-macam penyakit seperti campak, diare atau penyakit infeksi lain dan yang paling sering adalah gangguan penglihatan sampai dapat menyebabkan kebutaan. Pemberian vitamin tidak saja difokuskan ke balita tetapi juga diberikan kepada ibu nifas atau selesai melahirkan. Vitamin A yang diberikan ada 2 jenis yaitu
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
39
kapsul biru untuk bayi berumur 6 bulan - 12 bulan dan kapsul merah kepada balita dan ibu nifas sebanyak 2 kali. Cakupan pemberian Vitamin A pada balita di Kota Ambon tahun 2014 sebesar 23,988 atau 57,40 % dibandingkan tahun 2013 sebesar 29.207 atau 59,37% berarti terjadi penurunan ditahun 2014 (tabel 44).
Grafik 20. Tren Cakupan Vit A Balita Kota Ambon Thn 2010-2014
3.
Pemberian Tablet Fe Program pemerintah untuk memberikan tablet Fe (Fe sulfat 320 mg dan asam folat 0,5 mg) bagi semua ibu hamil sebanyak satu tablet per hari selama 90 hari, oleh karena telah diperkirakan jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg di samping yang berasal dari makanan yang dimakan ibu hamil sehari-hari. Pemberian tablet Fe sangat diperlukan oleh ibu hamil untuk mencegah komplikasi kebidanan seperti perdarahan selama kehamilan dan persalinan, abortus, bayi lahir dengan berat rendah, cacat saat lahir, dan kelainan lain yang dapat menyebabkan kematian pada ibu maupun bayinya. Tabel Fe di berikan pada ibu Hamil paling kurang sebanyak 90 tabel selama masa kehamilan 9 bulan .Cakupan pemberian Fe ibu
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
40
hamil di kota Ambon tahun 2014 sebesar 7.887 atau 85.06%, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 7.225 atau 90.4 %, (tabel 32 ).
Grafik 21. Tren Cak. Fe Bumil Kota Ambon Tahun 2010-2014
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
41
BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN
Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kesehatan tetap menjadi sorotan selain pelayanan yang ada, oleh karena tanpa didukung oleh SDM yang cukup dan berkualitas maka pelayanan yang diberikan tidak akan berdampak maksimal untuk memperbaiki derajat kesehatan suatu daerah. Secara singkat mengenai situasi sumber daya kesehatan dirincikan menurut sarana, tenaga dan pembiayaan kesehatan.
A.
SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan yang dapat disajikan pada saat ini meliputi puskesmas dan jaringannya, rumah sakit (Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus) serta sarana upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dan lain-lain. 1.
UPTD Puskesmas dan Jaringannya Puskesmas
merupakan
unit
pelaksana
teknis
dari
Dinas
Kesehatan Kota Ambon yang melaksanakan tugas operasional pembangunan kesehatan. Pembangunan puskesmas di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memulihkan kesehatan masyarakat. Jumlah Puskesmas tahun 2014 yaitu 22 buah yang terdiri dari 21 Puskesmas non perawatan dan 1 puskesmas perawatan, Puskesmas pembantu 35 buah dan Poskesdes 50 buah dan didukung dengan sarana transportasi Puskesmas Keliling sebanyak 22 unit, Ambulance 2 unit, Kendaraan operasional Dinas 6 Unit dan
roda dua
97 yang
tersebar di 5 kecamatan di Kota Ambon untuk melayani penduduk 397,602 jiwa.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
42
Grafik 22. Jumlah Sarana Puskesmas Kota Ambon Tahun 2010-2014
2.
UPTD Dinas Kesehatan Kota Ambon a. Laboratorium sebagai sarana pendukung pelayanan dalam rangka penegakan diagnosa medis dan sarana pelayanan rujukan tingkat dasar yg melayani pemeriksaan penunjang medis sekaligus merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah dibidang kesehatan
b. Instalasi Farmasi dan Alat Kesehatan Merupakan UPT dinas yang mempunyai fungsi mengelola obat dan perbekalan kesehatan dalam menunjang pelayanan kesehatan. Sarana instalasi farmasi di kota Ambon terdiri dari 2 gedung gudang obat Pelayanan Dasar dan satu gedung bahan insektisida dan alat kesehatan
c. Klinik Mata Kota Ambon Merupakan wujud dari kerja sama kota ambon dan kota vlisingen belanda dalam rangka pemberian kesehatan pelayanan mata bagi masyarakat kota ambon pada khusunya dan Maluku pada umumnya, klinik mata telah di manfaatkan sejak tahun 2013 dan berlokasi di Desa Passo. Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
43
3.
Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit, antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan menghitung jumlah rumah sakit dan tempat tidur dan rasionya terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2014, jumlah Rumah Sakit di Kota Ambon tidak berubah dari data tahun 2013 yaitu sebanyak 10 rumah sakit. RSUD dr Haulussy Ambon, dikelola Pemerintah Provinsi Maluku, RS. TNI/POLRI terdiri dari TNI AD, TNI AL, TNI AU , dan POLRI serta Rumah Sakit Swasta 4 unit, Rumah Sakit Khusus Daerah.
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada termasuk yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumbar Daya Masyarakat (UKBM) berupa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Kelompok Tanaman Obat Keluarga (toga), Pos Obat Desa (POD), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, posyandu dikelompokkan kedalam empat strata yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama, dan posyandu mandiri. Pada tahun 2014 ,jumlah posyandu 289 buah, jumlah posyandu ini meningkat dari tahun sebelumnya,namun jumlah posyandu purnama 44 dan mandiri 5 ini terjadi penurunan strata posyandu dari tahun lalu yang jumlah purnama 41 dan mandiri 6
Posyandu pada tahun
2013.Presentase kedua jenis strata posyandu tersebut sangat perlu untuk menentukan tingkat kemandirian dan kualitas suatu posyandu.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
44
Dari presentase strata Posyandu ini merupakan persoalan lintas sektor, yang mana partisipasi masyarakat yang masih kurang, kerjasama sektor terkait belum terlalu baik. (lampiran tabel 70). Grafik 23. Tren Strata Posyandu di Kota Ambon Tahun 2010-2014
5.
Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes ) Untuk mewujudkan desa siaga maka kriteria yang harus dipenuhi adalah minimal 1 bangunan poskesdes, tenaga poskesdes minimal 1 orang bidan dan 2 orang kader. Pada tahun 2007 telah dibangun 10 Poskesdes, 5 unit diantaranya dibangun oleh pemerintah provinsi Maluku (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku) dan 5 unit lainnya dibangun oleh Pemerintah Kota Ambon (Dinas Kesehatan Kota Ambon). Kemudian tahun 2008 dibangun oleh Pemerintah Kota Ambon (Dinas Kesehatan Kota Ambon) sebanyak 26 unit. Dan tahun 2009 dibangun lagi sejumlah 14 unit sehingga total poskesdes di kota Ambon berjumlah 50 unit. Jika dibandingkan dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, maka rasio poskesdes terhadap desa/kelurahan adalah sebesar 100%. Namun sampai saat ini keberadaan poskesdes dan desa siaga belum tampil maksimal, bahkan tidak melakukan fungsi sesuai yang diharapkan,
tidak semua poskesdes dan desa siaga
tersebut dalam status aktif, dan rata-rata pemberdayaan yang bersumber masyarakat masih lemah,karena kurang partisipasi aktif baik Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
45
itu dari masyarakat maupun stackholder yang ada ditingkat kecamatan maupun desa. Untuk itu di tahun-tahun depan masih dibutuhkan perhatian
serius
Pemerintah
desa
dan
masyarakat
untuk
memaksimalkan kerja poskesdes ini. ( tabel 71 )
6.
TENAGA KESEHATAN 1.
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya. Sumber daya manusia kesehatan di puskesmas dan jaringannya sejak beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah tenaga kesehatan pada puskesmas dan jaringannya sebanyak 412 orang (lampiran tabel 70-81).
Tabel 8. Ketenagaan Puskesmas Kota Ambon Tahun 2011-2012
JenisTenaga
2.
2012
2013
2014
Medis
40
33
36
Perawat
221
212
183
Bidan
112
112
104
Farmasi
26
21
14
Gizi
33
31
32
Teknisi Medis
14
7
7
Sanitasi
40
31
30
Kesmas
13
5
6
Total
459
499
412
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Berdasarkan laporan dari rumah sakit, baik dari pemerintah maupun swasta, jumlah sumber daya manusia kesehatan yang bekerja di rumah sakit pada tahun 2014 sebanyak 1.091orang.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
46
Tabel 9. Ketenagaan Rumah Sakit di Kota Ambon Thn 2010-2013 JenisTenaga
2012
2013
2014
Medis
82
106
130
Perawat
437
619
694
Bidan
90
99
122
Farmasi
30
51
37
Gizi
39
39
33
Teknisi Medis
27
39
38
Sanitasi
24
20
21
Kesmas
17
17
16
Total
746
990
1091
Bila diratiokan untuk SDM kesehatan tahun 2014 di kota Ambon, maka didapat
rasio tenaga kesehatan terhadap 100.000 penduduk
sebagai berikut : 1)
Ratio Dokter umum (92 orang) = 37.30 /100.000 penduduk
2)
Ratio Dokter Spesialis ( 48 orang ) = 11.21 / 100.000 Penduduk
3)
Ratio Dokter Gigi ( 23 orang ) = 6,78 / 100.000 Penduduk
4)
Ratio Perawat ( 877 orang ) = 212.6 / 100.000 Penduduk
5)
Ratio Perawat Gigi ( 21 orang ) = 6.78 / 100.000 Penduduk
6)
Kefarmasian ( 51 orang ) = 18,78 / 100.000 Penduduk
7)
Gizi ( 65 orang) = 18,26 / 100.000 Penduduk
8)
Bidan ( 226 orang ) = 55,05 / 100.000 Penduduk
9)
Kesehatan Masyarakat ( 24 orang ) = 5,73 / 100.000 Penduduk
10) Sanitarian ( 51 orang) = 13.30 / 100.000 Penduduk Namun perhitungan kebutuhan tenaga tersebut bila dibandingkan dengan kebutuhan berdasarkan geografis maka jumlahnya akan meningkat, mengingat perhitungan berdasarkan ratio lebih khusus untuk daerah dengan penduduk yang padat.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
47
7.
PEMBIAYAAN KESEHATAN Realisasi APBD kota Ambon untuk kesehatan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Pada tahun 2014 sebesar Rp 51.384.682.305 sedangkan tahun 2013 APBD Kota Ambon untuk sektor kesehatan sebesar Rp.42.837.057.567 Pada tahun 2012, APBD kota Ambon untuk sektor kesehatan sebesar Rp. 33.688.804.113.- atau berkisar 5,6% dari total APBD Kota Ambon sebesar Rp. 907.658.862.907 Nilai ini sesungguhnya masih jauh dari yang diharapkan dalam UU yaitu besar pembiayaan untuk bidang kesehatan minimal 10% dari APBD. Dari Pemerintah Pusat terdapat dana DAK di tahun 2014 sebesar 5.482.411.000 sedangkan tahun 2013 sebesar
Rp.5.268.740.000-, juga
terdapat pembiayaan kesehatan melalui program Jamkesmas sebesar Rp 336.539.000- , Jampersal Rp. 910.080.000
dan program BOK sebesar Rp.
4.826.800.000.Selain anggaran yang bersumber dari APBD kota Ambon, APBN dan Jamkesmas,dan BOK 4.826.800.000 juga terdapat sumber lain yaitu Global Fund (GF ATM) sebesar Rp.505.676.550.- dana NLR untuk penanggulangan penyakit kusta Rp. 5.735.500,- Dana DIPA Pusat sejumlah Rp 501.785.000 untuk penanggulangan HIV-AIDS. Total
pembiayaan
kesehatan
untuk
tahun
2014
sebesar.........
.dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp. 63.657.625.355. berarti terjadi peningkatan
pembiayaan untuk bidang kesehatan dari tahun ke tahun.
(lampiran tabel 81).
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
48
Tabel 10. Sumber dan Besar Pembiayaan di Dinkes K.Ambon 2014 SUMBER BIAYA
2012 RUPIAH
2013 %
RUPIAH
601.786.223.601
870.747.059.102
33.688.804.113 APBD KESEHATAN % APBD KES4,63 KOTA 5.747.840.000 DAK
42.837.057.567
APBD KOTA
2014 %
RUPIAH 907.658.862.907
72,4
51.384.682.305
5,60 5.268.740.000
12,35
5.482.411.000
JAMKESMAS
2.694.991.000
336.539.000
5,79
BOK
4.400.000.000
4.826.800.000
9,46
4.826.800.000
4,3
511.412.050
910.080.000
Jampersal LAIN-LAIN
%
2.000.000.000
-
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
832.144.850
-
49
KESIMPULAN Dari hasil-hasil pelayanan kesehatan di kota Ambon selama tahun 2014, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Tingkat kesehatan masyarakat kota Ambon berdasarkan hasil survei menggunakan IPKM, membaik namun realita menggambarkan kesehatan kota Ambon terjadi penurunan, karena diakibatkan peningkatan
beberapa kasus penyakit menular, maupun angka
insiden penyakit – penyakit infeksi lain yang meningkat. 2. Tingkat kematian ibu, mengalami peningkatan dari tahun yang lalu, sedangkan tingkat kematian bayi dan balita menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.. 3. Terdapat penurunan kasus DBD jika dibandingkan dengan tahun yang lalu di kota Ambon. 4. Tingkat insiden penyakit-penyakit infeksi meningkat, untuk jenis penyakit infeksi tertentu seperti HIV AIDS masih cukup tinggi di Kota Ambon. 5. Ketersediaan obat di puskesmas dan jaringannya cukup untuk kebutuhan ,baik dalam hal jumlah maupun jenisnya. 6. Terdapat kasus gizi buruk, jika dibandingkan dengan tahun yang lalu, dimana hanya terdapat gizi kurang, penangananya 100 % 7. Indikator-indikator seperti cakupan K4, persalinan, desa UCI yang ada dalam SPM kesehatan sampai tahun 2014 ada sebagian yang sudah mencapai target SPM Nasional, tetapi ada juga yang belum mencapai target Nasional. 8. Besaran dana untuk pelayanan kesehatan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat maupun daerah semakin bertambah dari tahun ke tahun 9. Besaran persentasi pembiayaan untuk kesehatan dari alokasi APBD kota Ambon, masih rendah dibandingkan yang seharusnya diterima.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
50
10. Sumber daya manusia kesehatan meningkat dari sisi kuantitas, namun secara secara
ratio
kualitas masih jauh dari yang diharapkan, namun belum
mencukupi
kebutuhan,
apalagi
secara
kompetensi/professional tenaga kesehatan masih kurang. 11. Sarana dan prasarana pendukung di dinas, puskesmas dan jaringannya perlu juga dilengkapi karena masih ada yang kurang memadai. 12. Tingkat efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit perlu ditingkatkan, khususnya dalam proaktif untuk masalah penanganan kasus. 13. Perlu adanya peningkatan jejaring kerja dengan sektor terkait, maupun lintas sektor secara proaktif untuk meningkatkan partisipasi di sektor kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Ambon 2014
51