BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami perkembangan maka persaingan pun akan semakin meningkat. Dalam persaingan tersebut perusahaan terdorong untuk meningkatkan daya saingnya dengan berusaha mencari cara agar dapat meningkatkan keunggulan bersaing persaingan tersebut yaitu dengan usaha mengelola perusahaan sebaik mungkin. Perkembangan perekonomian di Indonesia dapat dilihat dari sisi industri dan pasar modal. Perkembangan industri yang pesat dilihat dari semakin ketatnya persaingan antar perusahaan dalam industri sehingga mendorong perusahaan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja usahanya agar tetap bertahan. Upaya untuk meningkatkan kinerja usaha dapat dilakukan melalui peningkatan produk barang dan jasa yang dihasilkan, peningkatan mutu sumber daya manusia, dan perluasan usaha. Peningkatan kinerja usaha perusahaan akan membawa implikasi pada peningkatan laba perusahaan. Perkembangan pasar modal bisa dilihat dari semakin banyak perusahaan yang go public serta banyaknya pihak baik individu maupun badan usaha yang menjadi investor dengan cara
1
menanamkan modalnya ke dalam bentuk saham pada perusahaan yang telah go public (Martono, 2002). Dalam meningkatkan kinerja usaha, perusahaan memerlukan dana agar dapat melakukan ekspansi di dunia usaha. Salah satu alternatif perusahaan dalam menghimpun dana adalah mendaftarkan perusahaan sebagai salah satu emiten di pasar modal dan telah dinyatakan efektif menurut ketentuan yang ditetapkan oleh SK Menteri Keuangan No.1199/KMK.031/1991 serta memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BAPEPAM No. KEP-347/BL/2012. Dana yang diperoleh melalui pasar modal didapatkan dengan menjual sebagian hak kepemilikan usaha dalam bentuk saham. Sumber pendanaan melalui emisi saham memiliki beberapa keuntungan, antara lain: dana dapat diperoleh dalam jumlah relatif besar dan diterima secara langsung, meningkatkan profesionalisme perusahaan melalui transparansi, sebagai media promosi, serta memberikan kesempatan kepada karyawan memiliki saham perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan loyalitas kerja (Raharjo, 2006). Emiten perlu menjaga kinerja perusahaan yang tercermin melalui harga saham perusahaan dengan tujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang terjadi di lantai bursa dan akan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham di bursa. Semakin banyak orang yang membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang menjual
2
saham maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Dalam jangka panjang, kinerja emiten dan pergerakan harga saham umumnya bergerak searah. Namun demikian perlu diingat, bahwa tidak ada harga suatu saham yang terus-menerus naik demikian juga tidak ada harga suatu saham yang terus-menerus turun (Darmadji dan Fakhrudin, 2008). Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor mikro (internal perusahaan) dan faktor makro (eksternal perusahaan). Faktor mikro (internal perusahaan) yang mempengaruhi harga saham, contohnya: tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat risiko, dan corporate action yang dilakukan perusahaan tersebut. Sedangkan faktor makro (eksternal perusahaan) dapat dilihat dari tingkat perkembangan inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah, keadaan perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang bersangkutan. Karena perubahan faktor-faktor di atas, harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat. Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan sebaliknya jika harga saham perusahaan rendah, nilai perusahaan di masyarakat menjadi kurang baik, maka harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Harga saham didefinisikan sebagai harga pasar atau sekuritas saham yang terjadi karena adanya interaksi antara permintaan dan penawaran pasar, yang ditentukan oleh aset yang diwakilinya (Raharjo, 2006). Investasi yang dilakukan investor merupakan kegiatan dalam menanamkan modal dana dalam suatu bidang tertentu. Investasi dapat
3
dilakukan melalui berbagai cara, salah satu diantaranya adalah investasi dalam bentuk saham. Sebelum menginvestasikan dananya dengan membeli saham suatu perusahaan, investor terlebih dahulu melakukan penilaian investasi. Dalam melakukan penilaian investasi, investor berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan mampu menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau capital gain. Selain berkepentingan terhadap keuntungan dimasa yang akan datang serta adanya stabilitas dari keuntungan yang akan diperoleh, maka laporan keuangan digunakan pula untuk menganalisis risiko yang ditanggung jika melakukan investasi tersebut (Darmaji dan Fakhrudin, 2008). Investor melakukan penilaian investasi dengan cara menganalisis saham. Terdapat dua alternatif untuk menganalisis saham. Alternatif pertama adalah analisis secara fundamental, artinya seorang calon investor mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa depan atas investasi yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan laporan pendukung lainnya yang perlu diketahui oleh calon investor (Raharjo, 2006). Oleh karena itu, sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan (Bapepam-LK) nomor KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik mewajibkan setiap emiten atau perusahaan
4
publik untuk menyampaikan laporan keuangan paling lambat empat bulan setelah tahun buku berakhir. Laporan tahunan tersebut wajib ditandatangani secara langsung oleh direksi dan komisaris. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan. Alternatif kedua yaitu analisis teknikal dengan melihat aspek perdagangan atau transaksi saham di masa lalu serta pola dan indikator yang mempengaruhi pergerakan harga saham untuk memperoleh gambaran mengenai posisi harga saham di masa mendatang (Raharjo, 2006). Dalam melakukan analisis fundamental yang dilakukan adalah analisis atas laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interpretasi rasio diperlukan untuk dapat memahami informasi tentang laporan keuangan. Rasio yang dimaksud adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, serta untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sisi eksternal, rasio keuangan digunakan untuk menentukan pembelian atau penjualan saham suatu perusahaan, pemberian pinjaman serta untuk memprediksi kekuatan keuangan perusahaan di masa mendatang. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan (Juliana dan Sulardi, 2003). Rasio keuangan juga bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan. Selain itu rasio keuangan
5
digunakan untuk memutuskan apakah akan membeli saham perusahaan, untuk meminjam uang, atau memprediksi kekuatan perusahaan di masa depan. Pemakaian rasio keuangan dalam mewakili kinerja keuangan berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa terdapat pengaruh dan hubungan yang kuat antara rasio keuangan dengan perubahan harga saham, dan kegunaan rasio keuangan dalam mengukur serta memprediksi kinerja keuangan (Hapsari, 2007). Pada dasarnya investor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian kinerja perusahaan. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk mengetahui pertumbuhan laba karena peningkatan laba yang diperoleh perusahaan akan menentukan besarnya tingkat pengembalian kepada pemegang saham atau bagi calon investor untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi di perusahaan tersebut. Bagi manajemen perusahaan, pertumbuhan laba dapat digunakan sebagai alat untuk merencanakan aktivitas perusahaan pada periode mendatang, menyusun strategi untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Bagi kreditor sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit suatu perusahaan, membutuhkan informasi pertumbuhan laba yang bertujuan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar kembali utangnya ditambah beban bunganya. Jika suatu perusahaan
6
memiliki kinerja keuangan yang baik maka investor akan menanamkan modalnya, karena bisa dipastikan akan memperoleh keuntungan dari penanaman modal tersebut. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi yang akan dilakukan disebut sebagai rasio profitabilitas (Hapsari, 2007). Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban. Sedangkan pertumbuhan laba merupakan peningkatan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan laba seperti adanya perubahan harga jual, perubahan unit yang terjual, perubahan beban operasi, dan perubahan komponen-komponen lainnya dalam laporan laba rugi (Hapsari, 2007). Dalam penelitian ini variabel rasio profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas saham diharapkan akan memiliki pengaruh terhadap harga saham. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu tahun. Rasio profitabilitas dapat digunakan oleh para investor untuk mengukur keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Dalam penelitian rasio keuangan yang digunakan untuk mewakili rasio profitabilitas yaitu net profit margin (NPM), return on equity (ROE), dan earning per share (EPS). Net profit margin (NPM) merupakan proksi dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan penjualan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut (Raharjo, 2006). Net profit
7
margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi pula, sehingga memberikan sinyal positif bagi investor yang akhirnya meningkatkan permintaan dari investor (Prastyo, 2012). Ketika permintaan akan saham tersebut meningkat maka harga saham pun meningkat. Hasil penelitian Dwireza (2010) menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2010), Nurmalasari (2009), serta Hartono (2008) yang menyatakan bahwa net profit margin tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang dimiliki perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi para pemegang saham atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Rasio ini merupakan proksi dari rasio profitabilitas karena return on equity dapat mengukur berapa besar laba bersih perusahaan yang dihasilkan dari modal yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan dan ini merupakan sinyal positif bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga meningkatkan permintaan dari investor. Ketika permintaan akan saham tersebut meningkat maka harga saham pun meningkat (Prastyo, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2008) menemukan bahwa rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun penelitian Hartono
8
(2008) tidak sejalan dengan hasil penelitian Pahlevi (2010), Sasongko dan Wulandari (2003), serta Prastyo (2012) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity tidak berpengaruh terhadap harga saham. Earning per share dapat didefinisikan sebagai laba yang merupakan hak dari pemegang saham biasa (Prihadi, 2008:128). Earning per share dijadikan proksi dari rasio profitabilitas karena dapat digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang dimiliki perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi para pemegang saham atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Semakin tinggi earning per share mengindikasikan return atau penghasilan yang diperoleh investor untuk setiap lembar saham yang dimilikinya semakin tinggi pula. Hal ini sesuai dengan harapan investor yang menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang telah dilakukan. Hal ini merupakan sinyal positif bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga meningkatkan permintaan dari investor. Ketika permintaan akan saham tersebut meningkat maka harga saham pun meningkat (Prastyo, 2012). Penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share telah diteliti oleh Prastyo (2012) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, penelitian ini sesuai dengan penelitian Sasongko dan Wulandari (2006), Nurmalasari (2009), Pahlevi (2010), serta Prastyo (2012) yang menyimpulkan bahwa rasio
9
profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Analisis fundamental atas laporan keuangan yang digunakan selain rasio profitabilitas adalah rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang perusahaan. Sugiono (2009) menyatakan bahwa rasio solvabilitas mengukur sejauh mana kebutuhan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman. Rasio keuangan yang digunakan dalam rasio solvabilitas yaitu Debt to asset ratio (DAR). Debt to asset ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang perusahaan dengan total aset yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aset perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi Debt to asset ratio menunjukkan tingginya keterganntungan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat, tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham dalam bentuk dividen. Sehingga investor kurang tertarik terhadap perusahaan yang memiliki nilai debt to asset ratio tinggi, hal ini akan menyebabkan turunnya permintaan investor dan turunnya harga saham perusahaan tersebut (Prastyo, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Indriana (2009), menyatakan bahwa rasio solvabilitas dengan diproksikan dengan debt to asset ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian Indriana (2009) tidak sejalan dengan penelitian Prastyo (2012) dan Pahlevi (2010) yang menyatakan bahwa debt to asset ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham.
10
Selain analisis fundamental dengan menganalisis rasio keuangan investor juga perlu melakukan analisis teknikal sebelum membuat keputusan pembelian saham dengan melihat citra perusahaan yang digambarkan melalui likuiditas saham. Menurut Bursa Efek Indonesia likuiditas adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal investasi. Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Jadi semakin likuid saham, maka frekuensi transaksi semakin tinggi. Hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan lebih tinggi untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang likuditasnya rendah, sehingga tingkat likuiditas saham biasanya akan mempengaruhi harga saham. Jadi suatu saham dikatakan likuid jika saham tersebut tidak mengalami kesulitan dalam membeli atau menjualnya kembali. Pengukuran likuiditas saham dilakukan dengan perhitungan trading volume activity (TVA). Trading volume activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal (Peter, 2011). Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsairkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish). Peningkatan volume perdagangan dibarengi dengan peningkatan harga saham merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish. Semakin besar volume perdagangan mengindikasikan bahwa semakin banyak investor
11
yang sedang melakukan transaksi saham, baik menjual saham maupun membeli saham Mulyana (2011). Penelitian terdahulu tentang pengaruh likuiditas saham terhadap harga saham yang diukur menggunakan indikator volume perdagangan (TVA) dilakukan oleh Mulyana (2011) yang menyatakan likuiditas saham pengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian Peter dan Robin (2011) menemukan bahwa volume perdagangan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Pahlevi (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1.
Penambahan variabel independen Penelitian ini menambah variabel independen berupa pengaruh likuiditas saham dengan indikator Trading Volume Activity (TVA) terhadap harga saham yang mengacu pada penelitiaan Mulyana (2010). Penambahan variabel ini sebagai bentuk dari pengembangan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pahlevi (2010) dengan variabel independen net profit margin (NPM), return on equity (ROE), earning pershare (EPS), dan debt to asset ratio (DAR).
2.
Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang secara terus menerus terdaftar dalam indeks LQ45 periode 2009-2011. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pahlevi (2010) menggunakan objek penelitian berupa perusahaan
12
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2008 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Likuiditas Saham Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45)”.
2. Batasan masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 periode 2009-2011. Dari berbagai variabel yang mempengaruhi harga saham, dipilih lima variable untuk diteliti, yaitu rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin, return on equity dan earning per share, rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio dan likuiditas saham dengan indikator pengukuran trading volume activity.
3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin (NPM) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham?
13
2. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity (ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham? 3. Apakah rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share (EPS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham? 4. Apakah rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio (DAR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham? 5. Apakah likuiditas saham yang di ukur dengan trading volume activity (TVA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham? 6. Apakah net profit margin (NPM), return on equity (ROE), Earning Per Share (EPS), debt to aset ratio (DAR), trading volume activity (TVA) secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham?
4. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio profitabilitas yang diproksikan dengan net profit margin terhadap harga saham. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity terhadap harga saham. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio profitabilitas yang diproksikan dengan earning per share terhadap harga saham. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh rasio solvabilitas yang diproksikan dengan debt to asset ratio terhadap harga saham.
14
5. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh likuiditas saham yang diukur dengan trading volume activity terhadap harga saham. 6. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh antara net profit margin (NPM), return on equity (ROE), Earning Per Share (EPS), debt to aset ratio (DAR), trading volume activity (TVA) secara simultan terhadap harga saham.
5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil manfaat antara lain: 1. Bagi investor Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh rasio keuangan dan likuiditas saham terhadap harga saham yang diperdagangkan di pasar modal sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan investasi. 2. Manajemen perusahaan Dapat digunakan sebagai masukan atau dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan berpikir secara ilmiah dan bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan dan mengembangkan wawasan di bidang investasi dan pasar modal khususnya tentang pengaruh
15
rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan likuiditas saham terhadap harga saham. 4. Bagi mahasiswa dan akademis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi lebih lanjut bagi pihak-pihak yang membutuhkan terutama yang berkaitan dengan pengaruh rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan likuiditas dan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dalam investasi pasar
6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab yang terdiri dari: BAB I
Pendahuluan Menguraikan tentang Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, serta Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II Telaah Literatur Menguraikan tentang teori yang melandasi penelitian, uraian beberapa penelitian terdahulu, dan pengembangan model penelitian beserta hipotesis yang diajukan. BAB III Metode Penelitian Menguraikan tentang langkah-langkah penelitian yang dilakukan, metode pengumpulan data, dan pengembangan alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data.
16
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Merupakan uraian atas data khusus yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan yang telah ditentukan berdasarkan alat dan langkah analisis sehingga akan membawa ke tujuan dan sasaran penelitian. BAB V Simpulan dan Saran Menyampaikan ringkasan temuan hasil penelitian, implikasi penelitian, dan saran-saran bagi penelitian selanjutnya.
17