BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling mendasar, bahkan budaya menjadi faktor utama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Budaya konsumsi yang muncul pada suatu komunitas juga dipengaruhi antara lain oleh strategi pemasaran dan konsumsi massal yang meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang yang memiliki pendapatan lebih. Oleh karena itu, budaya juga mempunyai berbagai makna dari suatu perilaku konsumsi dalam suatu masyarakat. Budaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu (Engel et al., 1994) : (a)
Budaya mempengaruhi struktur konsumsi,
(b)
Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, dan
(c)
Budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi dari sebuah produk.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen akhir dari suatu produk yang dipasarkan dapat dikelompokkan ke dalam empat variabel segmentasi utama, yaitu: (a)
Geografis,
(b)
Demografis,
(c)
Psikografis, dan
(d)
Perilaku.
Konsumen adalah makhluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi dengan sesamanya, saling mempengaruhi dalam membentuk
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 1
perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting, yang merupakan bagian dari kebudayaan. Pada dasarnya budaya-budaya yang hidup di Indonesia dibangun oleh tiga dasar yang dominan yakni, nilai religius, nilai solidaritas dan nilai estetika. (Timotius Nusan:2003). Selain tiga hal tersebut, setiap masyarakat juga memiliki rumusan adat istiadat yang isinya disusun berdasarkan hasil interaksi dan interpretasi masyarakat setempat sehingga memiliki traits yang spesifik, maka adat
istiadat
tersebut
sering
disebut
sebagai
suatu
kearifan
lokal.
(Tjahyono;1999). Demikian pula halnya dengan masyarakat Sunda, yang dalam kehidupan bermasyarakat juga menampilkan nilai-nilai dalam wujud kaidah-kaidah sosialnya. Masyarakat Sunda mempunyai keyakinan relatif atas apa yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang seharusnya dan yang tidak seharusnya ada dalam perilaku sosialnya. Nilai-nilai yang dipedomani orang Sunda tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan nilai-nilai lain dari pandangan hidup, contohnya seperti: Ajeg dina agama jeung dari agama atau taat dan patuh terhadap agama dan berperilaku baik dalam hidup bermasyarakat sesuai tuntunan agama.
Adapun agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat
Sunda yakni Islam. Oleh karena itu secara umum, karakter orang Sunda dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam, yang mengacu kepada ”citra sebagai insan ahlaqul karimah” yakni keseimbangan antara agama, sosial dan ekonomi (Abdullah, 2006). Dalam skala budaya yang lebih luas, masyarakat Sunda bersifat egaliter dan terbuka terhadap hal-hal baru, dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan tetap memegang teguh nilai moral seperti: Cageur, bageur, bener, pinter. Cageur artinya sehat, bukan hanya sehat jasmani, tetapi juga lebih berdimensi moral. Bageur, artinya baik dalam tingkah laku dan tutur kata. Bener artinya benar dalam bertindak yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral dan
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 2
norma masyarakat. Pinter artinya pintar dalam menentukan sikap, bijak dalam mengambil keputusan. Dengan memahami nilai dasar tersebut, diharapkan masyarakat Sunda telah mengintegrasikan agama Islam dengan nilai dan kaidah sosial ke dalam adat istiadat mereka, sebagai dasar pandangan hidup (http://rukmanapsikologi.blogspot.co.id/2014/01/pengaruh-budaya-dansubbudaya-terhadap.html, 10 Januari, 2016).
Adanya perubahan gaya hidup masyarakat Sunda yang lebih konsumtif terhadap produk-produk baru dan pergeseran pola konsumsi makanan dari tradisional ke modern, didorong oleh munculnya keanekaragaman produk yang tersedia di pasar. Selain itu, kebutuhan akan produk-produk yang sehat dan halal menjadi pilihan utama hampir seluruh masyarakat pada saat ini. Adapun pengertian produk halal menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syariat Islam. Kehalalan produk menjadi suatu hal yang penting untuk eksistensi produk itu sendiri, demi menjaga kenyamanan para konsumennya. Perkembangan produk-produk halal semakin tinggi, terutama pada produk makanan, obat-obatan dan kosmetika.
Hal ini
mengakibatkan konsumen
dihadapkan pada berbagai pilihan produk yang menarik minat untuk mencoba jenis-jenis produk baru tersebut. Mengkonsumsi produk halal dan baik (thoyib) merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang beriman. Dengan demikian, mengkonsumsi produk halal dengan dilandasi iman dan taqwa karena mengikuti perintah Allah SWT merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia dan akhirat. Masyarakat Sunda yang mayoritas beragama Islam dan memegang teguh nilai dan normal yang dianutnya, meyakini bahwa suatu produk akan terjaga kualitas dan asal muasalnya, jika telah mendapat sertifikasi halal. Kota Bandung mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi sebagai representasi dari
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 3
masyarakat Sunda. Banyaknya jumlah penduduk dan meningkatnya inovasi berbagai produk telah menyebabkan semakin tingginya aktifitas ekonomi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis tentang perilaku belanja masyarakat Sunda terhadap produk halal. Hasil penelitian ini akan memberik gambaran tentang kompleksitas terbentuknya masyarakat konsumsi modern, dengan menunjukan pentingnya budaya untuk memahami perilaku konsumen.
2. Identifikasi Masalah Berdasarkan atas latar belakang yang telah dibahas pada bagian terdahulu, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi seperti berikut: (a)
Sejauh mana Bandung menjadi kota belanja yang potensial untuk produkproduk halal?
(b)
Bagaimana analisis deskripsi terhadap relevansi antara budaya Sunda, nilai-nilai Islam, dan konsumsi produk halal?
(c)
Bagaimana sintesa dari perilaku masyarakat Sunda dalam mengambil keputusan untuk berbelanja produk halal?
3. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola perilaku belanja masyarakat Sunda terhadap produk halal di kota Bandung. Adapun tujuan secara khusus adalah untuk: (a)
Mengidentifikasi sejauh mana Bandung menjadi kota belanja untuk produk halal
(b)
Mendapatkan sintesa tentang deskripsi relevansi antara budaya sunda, nilai-nilai Islam, dan produk halal
(c)
Mendapatkan sintesa tentang pola perilaku masyarakat Sunda dalam mengambil keputusan untuk berbelanja produk halal.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 4
4. Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya melingkupi wilayah kota Bandung, sebagai representasi dari mayoritas masyarakat Sunda yang berada di daerah perkotaan. Hal ini didasarkan atas asumsi, bahwa perilaku berbelanja masyarakat kota yang sangat dinamis, harus berhadapan dengan realitas munculnya berbagai inovasi produk baru yang sangat cepat. Oleh sebab itu masyarakat Sunda perlu sikap waspada dalam memilih produk halal.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Budaya Geertz dalam Tasmuji (2011) mengatakan bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya. Para individu dapat menyatakan perasaan dan memberikan
penilaian-penilaiannya,
sebagai
suatu
pola
makna
yang
ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana komunikasi, pengabdian, dan pengembangan pengetahuan. Karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik, maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan. Antropolog Inggris, Edward B. Taylor (1832-1917) dalam Koenjtaraningrat mengatakan bahwa kultur adalah keseluruhan budaya yang kompleks termasuk didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat dan segala kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Ralph Linton dalam Tasmuji (2011) memberikan definisi kebudayaan yang berbeda dengan perngertian dalam kehidupan seharihari. Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan
bahwa budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan, kebiasaaan, moral dan sesuatu yang diperoleh manusia dari aktifitasnya sebagai suatu kelompok masyarakat.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 6
2. Budaya Sunda Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan bahasa Bali dikenal juga istilah sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci, murni, tak bercela atau bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian Tenggara dinamai Sahul. Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (CircumSunda Mountain System) yang panjangnya sekira 7.000 km. Dataran Sunda tersebut terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian Utara meliputi kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik, bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian Selatan dataran Sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai Pulau Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan Sunda Kecil (the lesser Sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur. Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil. Sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura, dan Kalimantan, sedangkan Sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor. Dalam perkembangannya, istilah Sunda digunakan juga dalam konotasi manusia atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang Sunda (orang Sunda). Di dalam definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 7
Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang
Sunda jika orang
tuanya, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang Sunda, di mana pun ia atau mereka berada dan dibesarkan. Menurut kriteria kedua, orang Sunda adalah orang yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan normanorma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang yang orang tuanya atau leluhurnya orang Sunda, menjadi bukan orang Sunda karena ia atau mereka tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-norma dan nilai- nilai social budaya sunda dalam hidupnya. Dalam konteks ini, istilah, Sunda juga dikaitkan secara erat dengan pengertian kebudayaan.
Bahwa
ada
yang
dinamakan
kebudayaan
Sunda,
yaitu
kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomosili di tanah Sunda, dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan sebagai kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan Sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri yang membedakannya dari kebudayaan lain. Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, sering dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo "silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling mengasihi, saling mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di samping itu, masyarakat Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka nu susah), dan sebagainya.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 8
Bahwa budaya Sunda adalah budaya religius, itu merupakan konsekuensi logis dari pandangan hidupnya yang mendasarkan pada ajaran agama, yakni Islam. Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial agama adalah sebuah sistem nilai yang memberikan sejumlah konsep mengenai konstruksi realitas yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Dalam konteks inilah, agama memiliki signifikansinya dalam pengembangan, pembentukan, pengisian, dan pengayaan budaya. Kebudayaan Sunda adalah semua sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya masyarakat Sunda yang terwujud sebagai hasil interaksi terus-menerus antara manusia Sunda sebagai pelaku dan latar tempat ia hidup, dalam rentang waktu yang panjang dan suasana yang bermacam-macam. Kebudayaan Sunda adalah milik masyarakat Sunda yang diperoleh dari hasil proses adaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Kebudayaan Sunda adalah sumber kerangka acuan masyarakat Sunda ketika mereka berhadapan dengan berbagai perubahan. Suatu perubahan akan ditolak atau diterima oleh masyarakatnya, akan bergantung
pada
sejauh
mana
perubahan
itu
bisa
diterima
oleh
kebudayaannya. Oleh karena itu, suatu perubahan yang akan dilakukan terhadap masyarakat Sunda mestilah mempertimbangkan aspek tradisi dan kebudayaan masyarakat Sunda itu sendiri. Ketika suatu perubahan yang berasal dari suatu unsur kebudayaan asing terlalu berbeda jauh dengan kebudayaan Sunda, perubahan itu akan sangat lama diterima untuk menjadi bagian dari kebudayaan Sunda. Pada awalnya, perubahan itu akan ditolak karena dianggap kontra budaya atau unsur budaya yang berlainan, tapi lambat laun perubahan itu sedikit demi sedikit akan diterima menjadi subbudaya dan dalam waktu yang relatif lama, akan diterima menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Sunda.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 9
3. Nilai – Nilai Islam Ajaran agama Islam haruslah dipahami oleh seorang mukmin yang ingin mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, akan tetapi dari kesemuanya itu yang juga penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang nilai-nilai atau unsurunsur yang terkandung dalam agama Islam. Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai-nilai ideal Islam dapat dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu: (a)
Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup manusia didunia.
(b)
Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
(c)
Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: (a)
Nilai Ilahi, adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman dan lingkungannnya.
(b)
Nilai Insani, adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam.
Sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari Al- Qur’an dan Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang sistem nilai yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 10
4. Landasan Nilai – Nilai Islam dalam Budaya Sunda Landasan atau dasar nilai-nilai keislaman dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (a)
Dasar pokok, yakni meliputi Al-Qur’an dan hadits (1)
Al-Qur’an
Menurut Abdul Khallaf Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya. Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam Al- Qur’an itu terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yag disebut syari’ah. Nabi Muhammad sebagai pendidik pertama, pada masa awal petumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping Sunnah beliau sendiri. Al-Qur’an lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan umat Islam adalah bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Qur’an. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an itu sendiri. Firman Allah:
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 11
Artinya : Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.surat
?(Q.
S.
An-Nahl
:
64).
Firman Allah
lainnya adalah:
Artinya : Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Q. S. As- Shad : 29) Sehubungan dengan masalah nilai budaya, Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: “Pada hakikatnya Al-Qur’an itu sebagai perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan , moril (akhlak), dan spiritual kerohanian”.
(2)
Sunnah
As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuanRasulullah SAW. Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah AlQur’an. Firman Allah SWT:
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 12
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab : 21) Konsepsi dasar yang dicontohkan Rasulullah SAW swbagai berikut: Disampaikan sebagai rahmatan lil-‘alamin
Artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(Qs. Al-Anbiya’ : 107) Disampaikan secara universal, yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak
Artinya
:
Sesungguhnya
Kami-lah
yang
menurunkan
Al
Quran,
dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Al- Hajr : 9) Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan.
Artinya : (yaitu) Tuhan Musa dan Harun".(Qs. Al-Syura : 48) Perilaku Nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 13
Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab : 21) Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur’an dan As- Sunnah, karena keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup telah mendapat jaminan Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah dalam Al-Qur’an. Firman Allah Qs. Al-Baqarah : 2
Artinya : Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Qs. Al-Baqarah : 2)
5. Pola Perilaku Belanja Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persainganya, dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap harinya. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah untuk diamati, jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 14
Pengertian perilaku konsumen yang didefinisikan para ahli sebagai berikut: “Consumer behaviour is the study of how individuals, groups, and organizations select, buy, use, and dispose of goods, service, ideas, or experiences to satisfy their needs and wants” (Kotler and Keller, 2012). Pendapat lain menjelaskan bahwa
perilaku
konsumen
sebagai
perilaku
yang
terlibat
dalam
hal
perencanaan, pembelian, dan penentuan produk serta jasa yang konsumen harapkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Christina Whidya Utami, 2010, 45). Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Kotler dan Keller, alih bahasa oleh Bob Sabran, 2009). Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali
dengan proses pengambilan
keputusan
yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut. Konsumen adalah individu yang mempunyai warna tersendiri tiap–tiap individunya, sebagai pemasar kita perlu memahami
konsep
pemikiran
mereka
dengan
menerka
faktor
yang
mempengaruhi konsumen. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yang dikemukakan Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2012) yaitu : (a)
Faktor budaya (culture factors), dimana kelas budaya (culture), subbudaya (subculture), dan kelas sosial (social class), sangat mempengaruhi terhadap perilaku pembelian konsumen.
(b)
Faktor sosial
(social factors), dalam faktor ini seperti kelompok
referensi/kelompok acuan (reference groups), keluarga (family), serta
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 15
peran sosial dan status (social roles and statuses) mempengaruhi perilaku pembelian. (c)
Faktor
pribadi
(personal
factors),
dimana
keputusan
pembelian
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi usia (age), tahap siklus hidup pembeli (stage in the life cycle), pekerjaan (occupation), keadaan sosial
(economic
circumstances),
kepribadian
dan
konsep
diri
(personality), serta gaya hidup dan nilai (lifestyle and self-concept). (d)
Faktor psikologis (psychological factors), dimana dalam faktor ini terdiri dari motivasi (motivation), persepsi (perception), pengetahuan, keyakinan dan sikap.
6. Tipe Perilaku Pembelian Perilaku pembelian konsumen mempunyai empat tipe dalam pembelian sebuah produk yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2012) yaitu : (a)
Perilaku pembelian rumit: konsumen menempuh perilaku membeli
yang
kompleks bila mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaan penting diantara beberapa merek produk yang ada. Para pemasar produk mengharapkan adanya keterlibatan yang mendalam, yaitu harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku menilai dari para konsumen yang melakukan pertimbangan mendalam. Pemasar perlu mengembangkan strategi untuk membantu pemebeli dalam mempelajari ciri-ciri golongan produk dan tingkat kelapangan secara efektif. (b)
Pembelian pengurangan ketidaknyamanan: pembeli akan memilih pilihan produk yang tersedia, akan tetapi dia akan cepat mebeli karena perbedaan merek tidak ditekankan. Setelah membeli, konsumen mungkin akan mengalami ketidak cocokan, lalu konsumen mulai mempelajari banyak hal
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 16
lain dan berusaha untuk membenarkan keputusannya guna mengurangi ketidakcocokan. Implikasi situasi tersebut bagi pemasar bahwa penentuan harga, lokasi yang baik, dan tenaga jual yang efektif adalah penting untuk mempengaruhi pilihan merek. (c)
Perilaku pembelian karena kebiasaan: terbukti bahwa konsumen yang tidak terlibat dalam keputusan yang mendalam (low involvement) bila membeli sesuatu yang harga nya relatif murah atau produk yang sering dibeli, misalnya sabun mandi, dalam hal ini pemasar memerlukan keterlibatan rendah dengan sedikit perbedaan merek, akan menjumpai keefektifan dalam memanfaatkan promosi.
(d)
Perilaku pembelian yang mencari variasi: dalam beberapa situasi pembelian, keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi ditandai dengan perbedaan merek yang nyata. Dalam situasi ini konsumen sering melakukan
penggantain
merek,
yang
terjadi
adalah
memperoleh
keragaman, bukan karena tidak puas.
7. Model Perilaku Konsumen Berbicara mengenai perilaku konsumen, pada akhirnya akan sampai kepada bagaimana implikasi terhadap langkah-langkah strategi pemasaran yang dilakukan. Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami berbagai aspek yang berada pada diri konsumen dan diperlukan suatu kerangka model keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Model perilaku konsumen pada Gambar 1 menunjukan bahwa bauran pemasaran merupakan stimuli awal yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk dan juga menjadikan pembeli produk tersebut pembeli yang loyalitasnya tinggi terhadap produk yang mereka beli dikarenakan kepuasan para pembeli produk tersebut terpenuhi sepenuhnya.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 17
Oleh karena itu tugas pemasar adalah harus dapat memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara kedatangan rangsangan pemasaran dari luar dan keputusan pembelian akhir.
Psikologi konsumen
Rangsangan pemasaran Produk dan jasa Harga Distribusi Promosi
Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Motivasi Persepsi Pembelajaran memori
Karakteristik konsumen
Proses keputusan pembelian konsumen
Keputusan pembelian konsumen
Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian
Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Jumlah pembelian Waktu pembelian Metode pembayaran
Budaya Sosial Pribadi
Gambar 1. Model Keterlibatan Konsumen (Kotler dan Keller, alih bahasa oleh Bob Sabran, 2009)
Penjelasan dari lima tahap proses keputusan pembelian konsumen pada Gambar 1 adalah sebagai berikut: (a)
Pengenalan masalah atas kebutuhan: pada proses pembelian ini dimulai saat konsumen mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan konsumen dapat dipengaruhi oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi berbagai macam keadaan yang menurut kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dan data dari sejumlah konsumen, penawar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering menimbulkan minat pada suatu produk.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 18
(b)
Pencarian informasi: proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informsai secara aktif. Sumber informasi konsumen dapat dibagi menjadi empat kelompok:
Pribadi, yaitu berasal dari keluarga, teman, tetangga, dan rekan.
Komersial, yaitu berasal dari iklan, situs web, wiraniaga, penyalur, kemasan, tampilan.
Publik, yaitu berasal dari media massa, organisasi pemeringkat konsumen.
Eksperimental,
yaitu
berasal
dari
penanganan,
pemeriksaan,
penggunaan produk.
(c)
Evaluasi alternarif: proses keputusan pembeli di mana konsumen menggunakan informasi yang telah di peroleh untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam sejumlah pilihan.
(d)
Keputusan pembelian: dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk prefensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Karena keputusan pembelian dalam penelitian ini merupakan variabel Y maka materi akan lebih detail. Ada enam keputusan yang dilakukan oleh pembeli, yaitu :
Pilihan produk, konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan harus memuaskan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 19
Pilihan merek, konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli.
Setiap merek
memiliki perbedaan–
perbedaan tersendiri, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek yang terpercaya.
Pilihan penyalur, konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang terjangkau, persediaan barang yang lengkap dan juga kenyamanan tempat dalam berbelanja.
Waktu pembelian, keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda. Misalnya ada konsumen ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali bahkan bisa bisa sebulan sekali.
Jumlah pembelian, konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu jenis produk, dalam hal ini perusahaan harus bisa mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan konsumen yang berbeda.
Metode pembayaran, konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan keputusan konsumen menggunakan produk atau jasa.
(e)
Perilaku pasca pembelian:
setelah membeli produk, konsumen akan
mengalami kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian. Tindakan pasca pembelian, dan pemakaian pasca pembelian pada masing–masing produk.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 20
(f)
Kepuasan pasca pembelian: konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas.
(g)
Tindakan pasca pembelian:
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika konsumen tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas mungkin akan membuang atau mungkin mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidak puasan ini. Komunikasi pasca pembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan. Selain itu juga merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan pelanggan. Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau menelpon orang yang telah membeli produknya. (h)
Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian: pemasar juga harus memantau para pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika para konsumen menyimpan produk itu kedalam lemari untuk selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya, terutama jika produk tersebut dapat merusak lingkungan.
Selain perspektif pengambilan keputusan diatas, sebenarnya terdapat perspektif lain dalam keputusan pembelian oleh konsumen yang disebut sebagai perspectif experiental dan perspectif behavioral influence.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 21
8.
Produk Halal
Halal berasal dari bahasa Arab yaitu halla yang berarti lepas atau tidak terikat. Dalam kamus fiqih, kata halal dipahami sebagai segala sesuatu yang boleh dikerjakan atau dimakan. Istilah ini, umumnya berhubungan dengan masalah makanan dan minuman. Lawan dari kata halal adalah haram. Haram berasal dari bahasa Arab yang bermakna, suatu perkara yang dilarang oleh syara’ (agama). Mengerjakan perbuatan yang haram berarti berdosa dan mendapat pahala bila ditinggalkan. Misalnya, memakan bangkai binatang, darah, minum khamr, memakan barang yang bukan miliknya atau hasil mencuri. Menurut Ali Mustofa Ya’kub dalam Muchith A. Karim (2013:11) suatu makanan atau minuman dikatakan halal apabila masuk kepada 5 kriteria, yaitu: (a)
Makanan dan minuman tersebut thayyib (baik) yaitu sesuatu yang dirasakan enak oleh indra atau jiwa tidak menyakitkan dan menjijikkan. Dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 4, artinya: ‛Mereka bertanya kepadamu, ‚Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagimu yang baik-baik‛.
(b)
Tidak mengandung dharar (bahaya);
(c)
Tidak mengandung najis;
(d)
Tidak memabukkan, dan
(e)
Tidak mengandung organ tubuh manusia.
Dalam penelitian ini produk halal bukan hanya dinyatakan halal secara syar’i namun juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Produk ini mudah dikenali dengan adanya label halal yang dikeluarkan oleh MUI pada kemasannya.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 22
9. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Konsumen melakukan berbagai tahap dalam memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Tahap yang dilakukan konsumen melalui beberapa proses sebelum melakukan keputusan pembelian. Berikut tahap yang menggambarkan proses tersebut: Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian Gambar 2.1 Gambar 2. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Sumber : Kotler dan Keller alih bahasa Benyamin Molan (2007:235)
Proses keputusan pembelian konsumen menurut Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh (2009:235) adalah sebagai berikut: (a)
Pengenalan masalah: Proses dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan karena
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 23
adanya rangsangan internal maupun eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlahkonsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. (b)
Pencarian Informasi: Konsumen yang ingin memenuhi kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi produk. Pencarian informasi terdiri dari dua jenis menurut tingkatannya. Pertama, perhatian yang meningkat, ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok:
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan
Sumber komersial: iklan, penjual, pengecer, pajangan di took
Sumber publik: media masa, organisasi pemberi peringkat
Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.
(c)
Evaluasi Alternatif: Setelah pencarian informasi, konsumen akan menghadapi sejumlah pilihan mengenai produk yang sejenis. Pemilihan alternatif ini melalui beberapa tahap suatu proses evaluasi tertentu. Sejumlah konsep dasar akan membantu memahami proses ini, yaitu:
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 24
Sifat-sifat produk, bahwa setiap konsumen memandang suatu produk sebagai himpunan dari sifat atau ciri tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Konsumen mencari keuntungan dari produk-produk yang ditawarkan tersebut.
Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut yang memiliki kemampuan yang berbeda dalam memberikan keuntungan yang dapat memuaskan kebutuhan.
(d)
Keputusan Pembelian: Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas produkproduk yang ada dalam kumpulan pilihan. Selanjutnya konsumen membuat keputusan untuk membeli produk yang telah dipilih melalui berbagai pertimbangan.
(e)
Perilaku Pasca Pembelian Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami level kepuasan dan ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian. Kepuasan pasca pembelian; konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapakan, maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas. Tindakan pasca pembelian; kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku konsumen selanjutnya jika
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 25
konsumen tersebut puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang
tidak
puas
mungkin
akan
membuang
atau
mungkin
mengembalikan produk tersebut. Pemasar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengurangi ketidak puasan ini. Komunikasi pasca pembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan. Selain itu juga merupakan cara yang sangat tepat untuk mempertahankan pelanggan. Misalnya dengan sistem saran, mengirim sepucuk surat atau menelpon orang yang telah membeli produknya. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian; pemasar juga harus memantau para pembeli memakai dan membuang produk tertentu. Jika para konsumen menyimpan produk itu kedalam lemari untuk selamanya, produk tersebut mungkin tidak begitu memuaskan. Jika para konsumen tersebut menjual atau mempertukarkan produk tersebut, penjualan produk baru akan menurun. Jika para konsumen membuang produk tertentu, pemasar harus mengetahui cara mereka membuangnya,
terutama
jika
produk
tersebut
dapat
merusak
lingkungan.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk membedah suatu fenomena. Penelitian dengan metode ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Review hasil studi pendahuluan
Penentuan latar belakang masalah
Pendefinisian masalah penelitian Penentuan tujuan penelitian Penentuan kontribusi penelitian Review literatur Penentuan model penelitian Penyusunan operasionalisasi Variabel
Wawancara, kuesioner, observasi Pengumpulan data Analisis statistik deskriptif Eliminasi data yang tidak valid
Uji validitas dan reliabilitas Jika tidak valid
Jika Valid
Pengolahan data
Hasil penelitian dan pembahasan Kesimpulan dan rekomendasi
Gambar 3. Tahapan Penelitian
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 27
Metode penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan pihak lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Secara detil, tahapan penelitian pada metode deskriptif kualitatif dapat dilihat pada Gambar 3 di atas.
2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Metode penelitian deskriptif kualitatif ini menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi data, menyelidiki dan mensintesa data dan informasi yang diperoleh. Metode ini dipergunakan untuk meneliti kondisi di masa yang lalu hingga saat ini baik terkait kesiapan budaya sunda maupun perilaku masyarakat dalam berbelanja di kota Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini tergolong pada jenis penelitian studi kasus. Dalam penelitian studi kasus, peneliti mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala yang nyata. Obyek penelitian adalah keadaan kelompok-kelompok dalam masyarakat, lembaga-lembaga masyarakat, maupun individu-individu dalam masyarakat. Alat pengumpulan data yang digunakan diantaranya melalui wawancara, kuesioner, dan observasi, serta literatur review baik terkait sejarah budaya sunda maupun teori terkait perilaku belanja. Seluruh data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.
3. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung dengan objek penelitian perilaku belanja masyarakat sunda terkait dengan barang halal. Oleh karena itu, populasi penelitian adalah masyarakat kota Bandung yang berlatar belakang keturunan orang Sunda. Karakteristik lainnya adalah agama yang dianut oleh populasi adalah agama Islam. Penelitian ini akan dilakukan pada sampel
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 28
responden yang bertempat tinggal di Kota Bandung dengan menggunakan teknik cluster sampling. Adapun barang halal yang menjadi penilaian dibatasi hanya barang-barang yang masuk ke dalam kategori makanan dan minuman.
4. Protokol Wawancara Wawancara dilakukan untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa, serta untuk mendapatkan informasi yang bersifat pendalaman. Informasi-informasi yang akan ditanyakan mencakup semua unsur budaya Sunda dalam perilaku belanja barang halal. Adapun operasionalisasi variabel perilaku belanja masyarakat sunda dalam barang halal dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Indikator
Pengertian
Pengukuran
Emét, artinya sedikit
Diemét-emét, maksudnya dipergunakan secara hemat. Hal ini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu, lebih khusus lagi kekayaan, jangan dihamburhamburkan, yang dalam istilah sekarang disebut konsumtif.
Dalam berbelanja bukan hanya mempertimbangkan kehalalannya, namun juga jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
Imeut, artinya tidak ada yang terlewat atau cermat.
Dalam berbelanja tidak terburuburu mengambil keputusan untuk membeli barang yang diluar rencana
Rajeun, artinya rajin
Yang bersikap imeut tidak akan melakukan pekerjaan dengan tergesagesa, melainkan bersikap tertib, disertai perencanaan yang matang. Karena itu, hasil pekerjaannya akan optimal, sehingga tidak memerlukan (banyak) koreksi kreatif, serta inovatif
Leukeun, artinya melakukan pekerjaan dengan tekun Pakapradana, artinya tidak canggung pada saat harus tampil di depan umum (sonagar)
tidak (mudah) patah semangat, terus mencoba dan mencoba dengan segenap kemampuan merasa percaya diri yang ditopang oleh kemampuan dan penampilan fisik yang sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapinya. Selain itu, yang bersangkutan berani
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Dalam berbelanja mendahulukan barang yang memiliki kualitas lebih baik Berusaha terus untuk mengurangi belanja yang melebihi kebutuhan Merasa percaya diri membeli barang yang hanya memiliki nilai fungsional Membeli barang karena yakin Page 29
Indikator
Morogol-rogol, artinya besar semangat
Purusa ning sa, artinya memiliki jiwa kepahlawanan
Widagda, artinya bijaksana
Gapitan, artinya berani berkorban Karawaléya, artinya dermawan Cangcingan, artinya trengginas Langsitan, artinya terampil
Pengertian bertanggung jawab dalam menghadapi resiko dari apa yang diperbuatnya sanggup menghadapi tantangan hidup, serta tidak gamang saat menghadapi kesulitan. Morogolrogol tidak sama artinya dengan murugul, yaitu karakter orang yang tidak tahu batas, ingin menang sendiri, dan tidak bisa diingatkan berani menegakkan keadilan dan kebenaran. Dengan jiwa kepahlawanannya itu, yang bersangkutan memiliki semangat tolong-menolong yang tinggi, tanpa mengharap balas jasa
penuh pertimbangan, tidak tergesagesa dalam mengambil keputusan, serta antara akal dan emosi selalu seimbang. berani berkorban untuk mewujudkan keyakinan dan cita-cita tidak pelit dalam membagi rijki, peka terhadap kesengsaraan orang lain gesit, tidak loyo, tidak berkeluh kesah. cepat menangkap peluang
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Pengukuran kehalalannya
Mampu mengatur/merencanakan belanja/anggaran sehingga seluruh kebutuhan selalu terpenuhi
Bila menemukan pedagang/penjual yang berbuat salah, maka tidak segan untuk menegur atau melaporkan pada yang berwajib Dalam mengambil keputusan belanja, memperhatikan sifat tolong menolong Berbelanja dengan pertimbangan akal sehat, bukan emosional
Berani untuk tidak berbelanja bila barang dinyatakan haram/subhat Tidak pelit atau dermawan terhadap barang yang halal Tidak mencela makanan atau minuman yang didapatkannya Mampu menghemat belanja/pintar menabung
Page 30
DAFTAR PUSTAKA Buchari Alma. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Revisi, Alfabeta, Bandung Christina Whidya Utami. 2010. Manajemen Ritel: Strategi Dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern Di Indonesia, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Tasmuji, Dkk. (2011). Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press Koenjtaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta : UI Press, 1987 Muchith A Karim. (2013). Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan Dalam Mengonsumsi Produk Halal. Jakarta : Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Sebelas Jilid 2. Indeks, Jakarta. Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2012. Principles Of Marketing, Edisi Empat Belas, Prentice-Hall Pearson, USA. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Bob Sabran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Bob Sabran, Edisi Ketiga Belas, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2012. Marketing Management, 14th Edition, Perason Education Limited, England.
Usulan Penelitian – Prodi Manajemen – FE Unpas
Page 31