BAB 1 PENDAHULUAN I.
Latar Belakang Penelitian Salah satu implikasi dari desentralisasi pendidikan di Indonesia yaitu berlakunya sebuah manajemen yang dinamakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Wohlstetter dan Mohram yang dikutip
Hasbullah
(2010:67) menjelaskan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah ialah sebuah pendekatan politis untuk mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada partisipan sekolah ( kepala sekolah, guru, konselor, pengembang kurikulum, administrator, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar) pada tingkat lokal guna memajukan sekolahnya. Hal tersebut bermakna sekolah diharapkan mengenali seluruh kelebihan dan kerurangan yang ada di sekolah, seperti guru, peserta didik, sarana prasarana, finansial, kurikulum, dan sistem informasi, hal ini perlu karena MBS merupakan otonomi pengelolaan yang diberikan kepada sekolah. Dalam konteks desentralisasi pendidikan sekolah dipandang sebagai pihak yang paling mengerti tentang kondisi lembaganya, maka dengan adanya otonomi melalui MBS seharusnya keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur sekolah adalah keputusan yang paling tepat. Hasbulah (2010:68) Konsep Manajemen Berbasis Sekolah lahir dari kebutuhan sekolah dan masyarakat di Indonesia yang heterogen. Pada dasarnya MBS berperan sebagai pembuka peluang yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk mengelola sekolah secara mandiri. Karena esensi dari MBS adalah terjadinya
otonomi,
pemberdayaan,
transparansi,
kemandirian,
dan
fleksibilitas manajemen pada tingkat sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif, efektif dan efisien. Oleh sebab itu adanya kebijakan MBS idealnya diharapkan terjadi peningkatan pelayanan 1
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
pendidikan,
peningkatan kinerja sekolah dan
peningkatan mutu
pendidikan. Engkoswara dan Aan Komariah (2012:294) Namun demikian setelah MBS diterapkan di Indonesia sejak tahun 1999 dapat diidentifikasi bahwa masih banyak permasalahan dalam implementasi
program
MBS
diantaranya
yaitu,
adanya
kebijakan
pemerintah tentang sekolah gratis, hal ini menyebabkan elemen-elemen dan komponen-komponen MBS tidak mampu diterapkan secara optimal. Dengan adanya slogan sekolah gratis yang disampaikan melalui media cetak dan elektronik, telah menyebabkan terbangunnya konsep pada diri masyarakat (orangtua peserta didik) bahwa semua pelaksanaan atau pengelolaan pendidikan harus gratis dan tidak boleh membebani orangtua peserta didik dengan biaya atau pungutan apapun. Sementara dana yang diberikan pememrintah kepada sekolah tidak mencukupi untuk menerapkan MBS secara penuh. Ahmad Turmuzi (Opini Kompas:14 oktober 2011) Permasalahan lain penerapan MBS di sekolah dasar menurut Saeful Arifin (Opini Kompas: 6 Juni 2011) adalah: 1.
Tidak berminat untuk terlibat. Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban
2.
Tidak efisien.
Pengambilan keputusan
yang dilakukan secara
partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. 3.
Pikiran kelompok. Karena terbukanya pilihan-pilihan dalam setiap pengambilan keputusan maka mungkin akan timbul pikiran kelompok.
4.
Memerlukan pelatihan. Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya. 5.
Kebingungan atas peran dan tanggung jawab baru. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.
6.
Kesulitan Koordinasi. Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Hal serupa terjadi di Kecamatan Pangkalan Kuras Kab. Pelalawan
Riau.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan
dapat
diidentifikasi
permasalahan terkait program MBS di Pelalawan: Kebijakan sekolah gratis yang dikeluarkan pemerintah sebenarnya setengah-setengah karena uang diberikan ke sekolah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tidak cukup untuk menerapkan MBS secara maksimal. Disamping itu kurang pahamnya Kepala Sekolah, para Guru serta masyarakat terhadap Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, sehingga keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan masih rendah. (Mukhtarius, M.Pd, Kepala Sub Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan dan Sabaruddin, S.Pd, M.M,Pd Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Pangkalan Kuras). Sementara Usman U (Kepala SDN 006 Sorek Dua) mengatakan: Penyebab kurang efektifnya implementasi MBS di Sekolah yaitu kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan terhadap penyelenggara pendidikan di tingkat sekolah.
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Sedangkan menurut Duano (Ketua Komite SD 006 Sorek Dua) menyebutkan: penyebab rendahnya partisipasi masyarakat terhadap implementasi MBS yaitu masyarakat yang diwadahi oleh komite sekolah jarang diajak untuk terlibat dalam kegiatan sekolah, kalaupun diajak seringnya masalah kekurangan dana. Dari paparan permasalahan diatas menurut penulis dapat ditarik benang merah menjadi dua masalah pokok yang menyebabkan masalah tersebut kemudian berkembang dan memperluas cakupannya sehingga menjadi sangat luas. Adapun masalah pokok yang menurut penulis menjadi pemicu rentetan permasalahan diatas ialah Political Will dan Budaya Sekolah. Political Will atau kemauan politik pemerintah dalam mendukung implementasi MBS masih diragukan ini bisa dianalisis dari kebijakankebijakan yang ditetapkan terkait implementasi MBS. Sebagai contoh sosialisasi MBS yang dilakukan pemerintah belum sampai kepada level paling bawah ini bisa dilihat betapa banyak kepala sekolah, guru, siswa, dan masyarakat
yang
belum
paham
dengan
MBS.
Kemudian
dalam
implementasinya pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota minim sekali memberikan guidance/ panduan/ pendampingan tentang bagaimana implementasi MBS yang benar, kalau itu dilakukan kebanyakan hanya memberikan buku-buku dan modul-modul yang belum tentu dibaca dan dipahami. Sebenarnya masih banyak kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur rendahnya political will pemerintah dalam mendukung MBS. Kemudian berangkat dari political will yang rendah diatas maka berimplikasi pada penciptaan budaya sekolah. Konsep MBS sebenarnya bermuara pada penciptaan budaya sekolah yang efektif. Merubah budaya sekolah yang sebelumnya telah lama terbentuk dengan manajemen Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
pendidikan yang sentralistik menuju manajemen yang desentralistik bukanlah hal mudah, apalagi kemauan dari berbagai pihak yang berkepentingan masih rendah maka akan menjadi semakin sulit. Budaya sekolah saat ini secara gamblang bisa terlihat dimana budaya formalitas masih menjadi pilihan utama, disamping itu budaya membangun proses yang bermutu belum terbangun sehingga pada akhirnya akan menghasilkan produk manajemen yang tidak maksimal. Berangkat dari paparan diatas dapat dimaknai bahwa implementasi MBS pada tingkat sekolah dasar terjadi sebuah ketimpangan yang cukup besar antara apa yang seharusnya dilaksanakan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. sehingga penulis berpandangan bahwa implementasi MBS yang terjadi saat ini bukanlah implementasi MBS yang murni akan tetapi implementasi yang ambigu. Berangkat dari permasalahan diatas dapat dilihat dalam konteks efektivitas implementasi MBS merujuk pada Self Determination Theory Menurut Priscilla Wohlstetter dan Albert Mohrman dalam Umiarso dan Gojali (2010:70-71): pada hakikatnya MBS berpijak pada Self Determination Theory. Teori ini menyatakan bahwa apabila seseorang atau sekelompok orang memilki kepuasan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau sekelompok orang tersebut akan memilki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan. Dari paparan diatas diatas dapat dipahami bahwa salah satu karakteristik MBS adalah dilibatkannya partisipan dalam pengambilan keputusan atau yang disebut dengan perencanaan partisipatif, dengan demikian berdasarkan teori diatas keputusan yang diambil tersebut akan dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Sehingga implementasi kebijakan sekolah benar-benar dilaksanakan dengan maksimal yang didasari rasa tanggung jawab. (Hasbullah, 2010:67) Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Dengan demikian perencanaan partisipatif diduga sebagai faktor penting dalam keefektifan implementasi suatu program. Perencanaan partisipatif menurut Made Pidarta (2005:32) ialah perencanaan yang melibatkan beberapa orang dalam suatu kegiatan. Beberapa orang yang dimaksud
mereka
yang
memiliki
kepentingan
atas
obyek
yang
direncanakan. Oleh sebab salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS menurut Fattah (2004:16) pengelola pendidikan harus mampu melibatkan stakeholders terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan kewenangan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum. Untuk melibatkan stakeholders dalam pengambilan keputusan penyelenggaraan pendidikan seperti diatas sebenarnya sudah ada wadah khusus yaitu komite sekolah. Lebih jauh Fattah (2004:16) menjelaskan
partisipasi
masyarakat
dalam
wadah
komite
sekolah
berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS. Selanjutnya menurut Mulyasa (2011:28) agar implementasi MBS efektif dituntut sifat profesional dan manajerial kepala sekolah. Ini mengandung makna kemampuan manajerial seorang kepala sekolah akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS. Oleh sebab itu kepada sekolah sebagai penanggungjawab MBS di sekolah harus menguasai fungsi-fungsi
manajemen
dengan
baik
diantaranya
merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan. Lebih jauh Mulyasa (2011:58) menjelaskan bahwa implementasi MBS akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup agar sekolah mampu menggaji staf sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar-mengajar, serta dukungan masyarakat (orang tua) yang tinggi. Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Sementara
Menurut
Nurkholis
(2005:264),
ada
enam
faktor
pendukung keberhasilan implementasi MBS. Keenamnya mencakup: political
will,
finansial,
sumber
daya
manusia,
budaya
sekolah,
kepemimpinan, dan keorganisasian. Politial will yang dimaksud sebagai faktor pendukung keberhasilan implementasi MBS adalah dukungan politik pemerintah melalui kebijakankebijakan pendukung MBS. Salah satu contoh dukungan pemerintah dalam pelaksanaan MBS, adalah adanya panduan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Aspek finansial atau keuangan merupakan faktor penting bagi sekolah dalam
mengimplementasikan
MBS.
Kalau
mencemati
perjalanan
implementasi MBS di Indonesia, perhatian pemerintah dari aspek finansial dalam mendukung implementasi MBS di Indonesia baru dirasakan secara langsung melalui pemberian dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Namun BOS tentulah belum cukup karena BOS hanya bantuan minimal bagi sekolah. Oleh karena itu, dukungan finansial dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk percepatan peningkatan pendidikan di sekolah melalui MBS. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan implementasi MBS. Ketersedian sumber daya manusia yang mendukung implementasi MBS belum cukup. Hal in terjadi karena MBS merupakan hal yang baru dan hanya sebagian orang yang mempunyai keahlian dan keterampilan dalam mendukung implementasi MBS. Oleh karena itu pelatihan-pelatihan mengenai MBS perlu dilakukan. Faktor budaya sekolah rata-rata belum bisa mendukung kesuksesan implementasi MBS. Perubahan dari budaya sekolah yang telah lama terbentuk dengan manajemen pendidikan yang sentralistik menuju manajemen pendidikan yang desentralistik masih sulit dilaksanakan. Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Budaya yang hanya melaksanakan apa yang ditetapkan pusat masih melekat pada sebagian besar sekolah. Masih banyak warga sekolah yang tidak perduli terhadap kemajuan sekolahnya. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya sekolah yang mendukung implementasi MBS, seperti budaya untuk maju, bekerja keras, inovatif, dan sebagainya untuk mencapai peningkatan mutu sekolah. Kepemimpinan dan organisasi yang efektif merupakan faktor penting lainnya untuk keberhasilan implementasi MBS. Kepemimpinan yang efektif tercapai apabila kepala sekolah memiliki kemampuan profesional di bidangnya, memiliki bakat atau sifat, serta memahami kondisi lingkungan sekolah dalam menerapkan kepemimpinannya. Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mampu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Di samping itu, sekolah sebagai organisasi harus diubah dan dikembangkan. Perubahan dan pengembangan organisasi sekolah harus diawali dari perubahan individu dan lingkungan kerja secara bertahap, sehingga perubahan sekolah akan berjalan baik apabila perubahan organisasi itu berdampak pada perbaikan kehidupan para guru dan stafnya. Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi MBS seperti tergambar pada gambar dibawah ini:
Finansial
Amirudin, 2013 Sumber Daya Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Manusia Implementasi Manajemen Berbasis Efektivitas
Political Will
Keorganisasian
Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan
Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Efektivitas Implementasi MBS
Budaya Sekolah
Kepemimpinan
Gambar 1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Implementasi MBS Sumber: Nurkholis. (2005). Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi MBS diatas diperkuat dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kinerja manajerial dan perencanaan yang bersifat partisipatif mempengaruhi efektivitas implementasi MBS seperti terlihat pada hasil penelitian berikut: Condro Budi Susetyo (2013:117) menyimpulkan bahwa variabel skill manajerial kepala sekolah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Kondisi tersebut mengindikasikan semakin baik skill manajerial kepala sekolah, maka implementasi Manajemen Berbasis Sekolah akan semakin meningkat. Ace Suryadi dan Sutimah (2010:8) Perencanaan mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif serta signifikan terhadap hasil ujian sekolah berstandar nasional.
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Thomas Suyatno (2000:15) Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sekolah adalah manajemen sekolah, lingkungan sekolah dan integritas kepala sekolah. Sejalan dengan fenomena diatas dapat diduga bahwa perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS. Namun demikian belum jelas benar apakah dalam konteks implementasi MBS di Kecamatan Pangkalan Kuras perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap efektivitas implementasi MBS sehingga perlu diteliti untuk mengetahui hal tersebut. Dengan demikian maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau”.
II.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah-masalah penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Masih
kurangnya
partisipasi
masyarakat
dalam
penyusunan
perencanaan sekolah 2. Masih rendahnya kinerja manajerial kepala sekolah
pada Sekolah
Dasar di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan 3. Masih rendahnya pemahaman kepala sekolah dan masyarakat terhadap MBS sehingga efektivitasnya belum maksimal. 4. Kebijakan pendidikan gratis yang tidak maksimal. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka fokus penelitian ini pada masalah proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial Kepala Sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS. Adapun Pertanyaan pokok penelitian akan disusun dalam rumusan masalah seperti berikut: 1. Bagaimana gambaran proses perencanaan partisipatif pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 2. Bagaimana gambaran kinerja manajerial kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 3. Bagaimana gambaran efektivitas implementasi MBS pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 4. Seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif pada Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 5. Seberapa besar
pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah pada
Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? 6. Seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar terhadap implementasi Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau? III.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka sebenarnya tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empirik, menganalisa data, menemukan model hasil analisis kebermaknaan proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial kepala sekolah terhadap efektivitas implementasi MBS pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras
Kabupaten
Pelalawan, secara khusus tujuan penelitian ini ialah untuk: 1. Memperoleh gambaran tentang proses perencanaan partisipatif pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan. 2. Memperoleh gambaran tentang kinerja manajerial kepala sekolah pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan 3. Memperoleh gambaran tentang efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah pada SD di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan 4. Mengetahui seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif pada Sekolah Dasar
terhadap Efektivitas implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau 5. Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja manajerial kepala sekolah pada
Sekolah Dasar terhadap Efektivitas implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau 6. Mengetahui seberapa besar pengaruh proses perencanaan partisipatif dan kinerja manajerial Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar terhadap implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Pkl. Kuras Kabupaten Pelalawan Riau
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
IV.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang aplikasi Self Determination Theory dalam ilmu Administrasi Pendidikan dan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya, serta para pemerhati pendidikan khususnya bidang Manajemen Berbasis Sekolah. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para perencana pendidikan baik tingkat Makro (Nasional), Meso (Daerah), dan Mikro (Lembaga Pendidikan/Sekolah). 2. Manfaat Praktis Dalam tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat: a.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi para Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah dan pengelola pendidikan lainnya tentang perencanaan partisipatif, kinerja manajerial Kepala Sekolah, dan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah.
b.
Memberikan
gambaran
perencanaan
partisipatif
dan
kinerja
manajerial kepala sekolah SD dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah
sehingga
diharapkan
bisa
membantu
meningkatkan
kualitas/mutu pendidikan di Sekolah c.
Memberikan
pengetahuan
Administrasi
Pendidikan
baru yang
bagi ingin
mahasiswa mendalami
Magister konsentrasi
perencanaan pendidikan.
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
V.
Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi dalam Tesis ini memaparkan dalam Lima (5) Bab sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah UPI (2012), penelitian ini ditulis dengan struktur penulisan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan tentang garis-garis besar keseluruhan permasalahan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain : latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian. manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Bab ini dikemukakan teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan untuk pembahasan masalah yang dikaji.
BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini akan diterangkan secara rinci mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
Bab ini akan dibahas mengenai pengolahan data atau analisis data, untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, pembahasan dan analisa temuan. BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan rekomendasi.
Amirudin, 2013 Pengaruh Proses Perencanaan Partisipatif Dan Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Efektivitas Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Pangkalan Kuras Pelalawan Riau Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu