BAB I PENDAHULAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengajaran merupakan pendidikan dan latihan.1 Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua insan, yang selalu menjadi tumpuan dan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat.2 Menurut rumusan pendidikan nasional, Pendidkan adalah usaha sadar untuk menyiapkan perserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.3 Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan ketrampilan (skill). Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan
penggunaan latihan umumnnya
dilaksanakan dalam lingkungan industri. Jadi perbedaan antara kedua istilah itu hendaknya tidak dipertentangkan sedemikian rupa, tetapi perlu dipadukan dalam suatu sistem proses, yang kita sebut dengan “pengajaran” (intrukcion). Yang 1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). 55. 2 Hery Noer Aly dan H. Munazier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), 1. 3 Departemen Pendidikan Nasional, UU R.I, 1989.
1
dimaksud dengan “intruction” dalam hal
ini adalah a goal directed teaching
process which is more less pre-planed. Dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, proses pengajaran harus direncanakan.4 Maka dari itu pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenega lainnya. Material, meliputi buku, papan tulis, dan kapur fotografi, dll. Fasilitas dan perlengkapan, meliputi ruangan kelas, perlengkapan audio visual, jiga computer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dll. Pembelajaran tidak hanya diruang kelas saja tetapi dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku atau yang lainnya. Karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk pembelajaran peserta didik.5 Dengan adanya pembelajaran ini siswa dapat menggunakan metode yang layak untuk dipakai yaitu metode diskusi. Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan
4
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). 55. 5 Ibid.57.
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.6 Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pemecahan atas suatu masalah.7 Oleh karena itu siswa akan bersemangat apabila menggunakan metode yang sangat cocok dalam pembelajaran yang disampaikan. Terkait dengan paparan diatas dan berdasarkan penjajakan awal dilapangan terdapat fakta bahwa SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan sangat mendukung adanya pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi siswa akan aktif dalam mata pelajaran PAI pada siswa kelas IV tersebut. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian tentang masalah tersebut dengan mengangkat judul “UPAYA PENINGKATAN DENGAN
PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN
PENDIDIKAN
METODE
DISKUSI
AGAMA
ISLAM
DENGAN
POKOK
BAHASAN MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI PADA SISWA KELAS IV SDN WONOKARTO III NGADIROJO PACITAN TAHUN AJARAN 20092010”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari permasalahan diatas, didentifikasi masalah terkait dengan :
6
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 179. 7 Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 20.
1. Keaktifan berfikir siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. 2. Kerjasama antar kelompok siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan.
C. BATASAN MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH Dari identifikasi masalah di atas, agar tidak terjadi kesulitan dalam penelitian dan mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dana dan lain-lain, maka perlu adanya batasan masalah. Masalah yang paling sesuai dalam penelitian ini terkait dengan masalah “Peningkatan Pembelajaran PAI Tentang Membiasakan Perilaku Terpuji Pada Kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan”. Untuk itu perlu dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Metode Diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan? 2. Apakah Metode Diskusi dapat meningkatkan kerja sama antar kelompok dalam pembelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji pada siswa kelas IV SDN III Ngadirojo Pacitan?
2. Apakah Metode Diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan?
D. HIPOTESIS TINDAKAN KELAS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis
dianggap
paling
mungkin
atau
paling
tinggi
tingkat
kebenarannya.8Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.9
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Metode Diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan.
8
Margono,S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 67. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006),64.
2. Metode Diskusi dapat meningkatkan kerja sama antar kelompok dalam pembelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. 3. Metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan.
E. TUJUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. 2. Untuk mengetahui kerja sama antar kelompok dalam pembelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. 3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran PAI pokok bahasan membiasakan perilaku terpuji dengan menggunakan metode diskusi pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan.
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1. Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini, akan ditemukan tingkat yang efektifitas bagi siswa dengan: a.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang belajar dalam bidang pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam.
b.
Untuk kepentingan belajar secara ilmiah dan sebagai bahan informasi serta acuan bagi peneliti lain hendak melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademis Penelitian ini dapat menjadi sumbangan keilmuan untuk dijadikan sumber data bagi penelitian lebih lanjut. b. Bagi lembaga sekolah yang bersangkutan Sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
rangka
mencapai
tujuan
pembelajaran, mendapatkan informasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran PAI serta mutu pendidikan terutama menggunakan metode diskusi. c. Bagi guru Dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien,dapat mengetahui permasalahan yang muncul serta secara langsung mencari solusi dalam memecahkan masalah, sebagai acuan dalam menyusun program untuk keefektifan dalam proses pembelajaran PAI yang lebih baik.
d. Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas serta mendapatkan pengalaman yang praktis dalam melakukan penelitian, juga sebagai kontribusi nyata bagi dunia pendidikan kita.
G. METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1. Obyek Tindakan Kelas a. Keaktifan siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. b. Kerjasama antar kelompok siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. c. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan.
2. Setting/ Lokasi/ Subyek Penelitian Tindakan Kelas a. Setting/ Lokasi PTK Penelitian ini bersifat praktis berdasarkan permasalahan yang sesuai dalam pembelajaran PAI di SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan tahun ajaran 2009-2010. b. Subyek PTK
Subyek pelaku PTK adalah Mahasiswa/ peneliti, sedangkan subyek penerima PTK adalah 20 siswa kelas IV Semester Genap Tahun Ajaran 2009-2010.
3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (tindakan), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).10 Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus tersebut salig terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang masih kurang berhasil dalam siklus pertama. Sedangkan siklus ketiga, dilaksanakan karena siklus kedua belum berhasil dan belum mengatasi masalah,begitu juga siklus-siklus berikutnya. Tahap empat tersebut dapat dilihat gambar sebagai berikut: Identifikasi masalah
Perencanaan
(Planning)
Tindakan (Acting)
Refleksi (Reflecting)
Siklus I
Observasi (Observing) 10
Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2007),11. Tindakan (Acting)
Siklus II
Dst Gambar I.I Adapun langkah-langkah pembelajaran PTK adalah:11 Sebelum melakukan pembelajaran PTK, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk: 1) Menemukan masalah 2) Melakukan identifikasi masalah 3) Menentukan batasan masalah 4) Menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah 5) Merumuskan
gagasan-gagasan
pemecahan
masalah
dengan
merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan 6) Menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah 7) Merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK dirumuskan, langkah sebagai berikut: 1. Menyusun perencanaan (Planning) Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah : a) Membuat rencana Pelaksanaan Pembelajaran 11
Ibid ;12
b) Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas. c) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. 2. Melaksanakan tindakan (Acting) Pada tahap ini, harus melakukan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal , kegiatan inti dan penutup.
3. Melaksanakan Pengamatan (Observing) Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah: a) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran b) Membantu kegiatan diskusi / kerja sama antar siswa maupun kelompok c) Mengamati pemahaman masing-masing siswa terhadap penguasaan materi yang telah disampaikan 4. Melakukan Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah: a) Mencatat hasil observasi b) Mengevaluasi hasil observasi c) Menganalisis hasil pembelajaran
Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan memperbaiki siklus berikutnya.
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada PTK ini meliputi sebagai berikut: a. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sacara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki secara langsung.12 Teknik ini digunakan untuk mengetahui keaktifan, kerja sama, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI Dengan menggunakan metode diskusi. Pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan. b. Teknik Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu.
Teknik
wawancara
ini
digunakan
sebagai
teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
12
Margono,S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 158.
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.13 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan, untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode diskusi.
c. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bias berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan untuk mengetahui keaktifan, kerja sama, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI Dengan menggunakan metode diskusi. Pada siswa kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan.
5. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.14 Analisis data juga merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke alam pola,
13
Sugiyono, D, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), 231. 14 Sumadi Surya Subrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Raja Wali, 1983), 94.
kategori, dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.15 Metode analisis data yang akan digunakan sangat ditentukan oleh masalah yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian. Metode analisis data yang akan digunakan jika mempengaruhi teknik pengumpulan data serta pengukuran variabel yang diteliti dilapangan.16
BAB II UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN POKOK BAHASAN MEMBIASAKAN PERILAKU TERPUJI PADA SISWA KELAS IV SDN WONOKARTO III NGADIROJO PACITAN TAHUN PELAJARAN 20092010.
A. Landasan Teori Penelitian mendapatkan beberapa teori yang relevan digali, dipelajari dan dijadikan bahan utama sehubungan dengan tema pembahasan. 1. Metode Pembelajaran
15
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 280. 16 M. Toha Anggoro, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 6.1.
Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.17 Metode juga berarti cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.18 Sedangkan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.19 Menurut Basyirudin Usman dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam disebutkan bahwa pengertian metode pengajaran adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang diterapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian integral dalam suatu sistem pengajaran.20 Setelah pengertian pembelajaran dijelaskan diatas maka, tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu diri peserta didik, disamping untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik.
17
Masnsyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar, Modul 1-6, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), 29. 18
B. Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 3. 19 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajara, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). 57 20 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 31.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak para peserta didik, sehingga ia sanggup menghadapi situasi dan keadaan tertentu serta mampu menentukan sikap dan tindakan dalam keadaan tersebut.21
2. Metode Diskusi a. Pengertian Metode Diskusi Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Metode Diskusi adalah cara mengajarkan dengan jalan mendiskusikan suatu topik pelajaran tertentu. Sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.22 Metode Diskusi adalah suatu cara penyajian suatu bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan pembimbingan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
21
Mansur, Strategi Belajar Mengajar, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, (Jakarta: Depag 1998), 143. 22 Alipandie Imansyah, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 82.
Metode Diskusi juga dinamakan musyawarah mufakat. Metode Diskusi sangat baik digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mendidik siswa untuk bersikap demokratis.23
b. Proses Pembelajaran Metode Diskusi 1. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Diskusi:24 a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan
seperlunya
mengenai
cara-cara
pemecahannya. b. Dengan pimpinan Guru, para siswa membantu kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya. Pimpinan diskudi sebaiknya berada ditangan siswa yang: 1).Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan. 2). “Berwibawa” dan disenangi oleh teman-temanya. 3). Lancar berbicara 4). Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis. c. Para Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan Guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan 23
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 20. 24 Ibid……., 23.
bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa dan guru. Kemudian guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut. e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil disksusi dari setiap kelompok. 2. Tujuan Penggunaan Metode Diskusi. Tujuan Penggunaan Teknik Diskusi sebagai berikut:25 a. Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamnnya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. b. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis. c. Disksi
memberi
kemungkinan
pada
siswa
untuk
belajar
berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.
3. Proses Pembelajaran
25
2001), 6.
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,
Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat sesuai uraian diatas, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-kmponen yang lain, terutama bagaimana aktifitas siswa sebagai subyek belajar. Adapun hasil pembelajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut: a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi Ujian. b. Hasil itu merupakan pengetahuan “Asli” atau “Otentik”. Pengetahuan hasil belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri bagi siswa. Sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suau permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya. Sebagai visualisasinya dapat dilihat gambar sebagai berikut:26 Instrument input/ masukan alat
Raw imput/ masukan mentah
26
Proses Pembelajaran
Hasil Langsung
Hasil Akhir
Sardiman, Intelektual dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 49.
Lingkungan
Gambar I.2. Keterangan: 1. Masukan Mentah: siswa/ subyek Belajar. 2. Masukan alat/instrument input, terdiri: tenaga, fasilitas, kurikulum, system administrasi, dll. 3. Lingkungan: keluerga, masyaakat, sekolah. 4. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara unsur Raw input, instrumental input dan juga pengaruh lingkungan. 5. Hasl langsung, merupakan tingkah laku siswa setelah belajar melalui proses belajar mengajar, sesuai dengan materi/ bahan yang dipelajarinya. 6. Hasil Akhir, merupakan sikap dan tingkah laku siswa setelah ada didalam masyarakat.
4. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pelaksanaan Metode Diskusi. a. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Diskusi. Ada bermacam-macam faktor penghambat di dalam usaha mencapai tujuan belajar lewat Metode Diskusi, baik yang ada pihak siswa maupun
materi yang didiskusikan.27 Faktor penghambat dari pihak siswa sudah jelas persoalannya. Mereka memang sedang dalam belajar latar belakang mereka jelas berbeda-beda. Adalah tugas guru untuk membimbing mereka melalui berbagai macam peranan sebagaimana telah diuraikan di muka. Namun janganlah dilupakan hendaknya guru membatasi diri dari kebiasaan atau kecenderungan
terlalu
sering
mencampuri
proses
pemikiran
atau
percakapan para siswa. Hendaknya para guru tidak tergesa-gesa memberikan jawaban atau pemecahan masalah sebelum siswa mencoba mencari dan menemukan sendiri. Kecuali siswa itu sendiri yang perlu mendapat perhatian guru adalah materi yang akan didiskusikan dan tugas apa yang harus dilakukan oleh tiap kelompok dan atau anggota kelompok. Dalam hubungan ini maka informasi tentang materi dan tugas yang harus dilaksanakan siswa harus jelas. Tiap kelompok dan anggota-anggotanya tak boleh ragu-ragu atau masih kabur mengenai bahan diskusi maupun tujuannya. Hambatan lain dari diskusi adalah bahwa setiap orang menginginkan segera dicapainya persetujuan atau kesimpulan. Sikap seperti ini mematikan jalan menuju terjadinya perubahan sikap para siswa oleh mereka sendiri. Perubahan sikap ini lebih penting dari pada yang lain di dalam proses
27
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 185.
belajar mengajar lewat formasi diskusi. Perubahan sikap yang dimaksud antara lain: 1. Sensitif dan kritis terhadap pendapat yang berbeda. 2. Maupun menanggapi pendapat orang lain yang berbeda 3. Dalam konteks yang sama dan sebagainya,28 Dalam hubungan ini sama sekali tidak bijaksana apabila guru selalu mengkritik pendapat siswa, apalagi kritik secara pribadi terhadap siswa. Dari uraian diatas dapat dilihat beberapa faktor penghambat pelaksanaan Metode Diskusi dalam kelompok, antara lain: 29 a. Anggota yang sok tau, yang selalu tidak setuju dan tidak menghargai pendapat orang lain, suka memerintahkan orang lain. b. Anggota yang suka bicara, berbicara yang terlalu banyak sehingga anggota lain bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai pendengar. c. Kepopuleran anggota, anggota yang populer paling sedikit dikalangan anggota kelompok, yang menjadi favorit anggota kelompok. d. Status sosial anggota, ada anggota yang statusnya lebih tinggi dan kurang mampu mengintegrasikan diri dengan anggota-anggota lain, kehadirannya sering membuat anggota lain merasa terancam, takut, merasa tidak tenteram.
28 29
Ibid,…185. W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002), 131.
e. Perasaan ragu, interaksi antar anggota dapat juga terhambat karena ada anggota yang ragu-ragu mengemukakan pendapatnya karena terlalu memperhitungkan reaksi orang lain terhadap apa yang akan dikemukakan. f. Merasa rendah diri sehingga mudah tersinggung jika dikritik, reaksi berlebihan jika mendapat pujian, menganggap semua kecaman atau kritik diarahkan pada dirinya, suka mengecam atau merendahkan orang lain. g. Anggota yang siap membantu, baik dalam memberikan informasi, saran, atau tenaga yang diperlukan dalam proses kerja kelompok atau Diskusi. h. Besarnya kelompok, interaksi dalam kelompok dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota dalam kelompok. Makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi, dan makin lama proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan b. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan diskusi. Adapun beberapa keuntungan dalam pelaksanaan diskusi sebagai berikut:30 a. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.
30
Suryosubroto. B, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 185.
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan pengusasaan bahwa pelajarannya masing-masing. c. Metode diskusi dapat menumbuhkan dana mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah. d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapantnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri. e. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa f. Murid-murid dilatih kritis untuk mempertimbangkan pendapat-pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama sekali. g. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual, seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berfikir sistematis dan sebagainya. h. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutam dalam alam demokrasi. i. Merupakan latihan untuk mematuhi peraturan dalam tata tertib yang berlaku dalam musyawarah. j. Membina suatu perasan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil. k. Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
l. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai sustu problem akan bertambah luas.
c. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui perngalaman dan latihan-latihan.31 Cara belajar siswa aktif merupakan istilah yang bermakna sama dengan (Student Active Learning), atau menurut istilah adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Cara Belajar Siswa Aktif dapat diamati melalui tujuh indikator, sebagai berikut:32 1. Tingkat partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajarmengajar 2. Pemberian tekanan pada afektif
31
Nana sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), 5. 32 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Gramedia, 2004), 76.
3. Tingkat partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarmengajar 4. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau kontribusi siswa yang kurang relevan 5. Derajat kohesivitas kelas sebagai kelompok 6. Peluang yang ada bagi siswa untuk turut mengambil bagian dalam kehidupan sekolah 7. Jumlah waktu yang digunakan oleh guru dalam menagani masalah pribadi siswa. Prinsip-prinsip cara belajar siswa aktif, sebagai berikut: 1. Prinsip motivasi, dimana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam proses belajar mengajar 2. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya 3. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubunghubungkan seluruh aspek pengajaran 4. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual 5. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaanperbedaan tertentu diantara setiap siswa, sehingga mereka tidak diperlakukan secara klasikal
6. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan dari guru 7. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai ketrampilan untuk mampu menyelesaikannya. Maka dari itu, baik guru maupun siswa diharapkan menggunakan prinsip-prinsip yang telah disebutkan diatas agar pembelajaran berjalan dengan baik.
d. Kerja sama antar kelompok Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).33 Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar, dimana siswa didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditntukan pula oleh guru.34 Model
mengajar
ini
dikembangkan
atas
dasar
pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut: a. Siswa sebagai individu memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain.Perbedaan ini harus diupayakan agar tidak menimbulkan efek
33 34
Ibid,...24 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Asdi Mahasatya, 2001),15.
psikologis bagi siswa yang prestasinya rendah. Melalui belajar kelompok diharapkan perbedaan kemampuan dan prestasi yang dicapainya biar ditingkatkan
sebab
dapat
memperoleh
informasi
tambahan
dari
kelompoknya. Mereka biar belajar dari teman kelompoknya maupun denggan kelompok yang lainnya. b. Siswa sebagai makhluk sosial memiliki dorongan yang kuat untuk menampilkan keakuannya didepan orang lain, dan memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain. c. Tidak semua masalah belajar dapat dipecahkan sendiri sehingga dibutuhkan bantuan dan pendapat orang lain. d. Proses dan hasil belajar yang diperoleh dari belajar kelompok lebih kaya dan komprehensif. Siswa berkesempatan untuik belajar berbicara mengemukakan pendapatnya, belajar menghargai pendapat orang lain, toleransi sosial, keberanian berbicara menanggapi pendapat orang lain, belajar berorganisasi. e. Penggunaan belajar kelompok dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas untuk mengerjakan tugas sekolah. Dengan demikian biasa membantu para siswa menyelesaikan tugas dan tuntutan belajar. e. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi Belajar. Prestasi belajar adalah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu “prestasi” dan “belajar”. Antara prestasi dan belajar mempunyai arti
yang berbeda, oleh karena itu dalam pembahasan mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu penulis akan menyampaikan arti dari prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.35 prestasi tidak akan pernah dihasilkan, selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan
prestasi,
semuanya
tergantung
dari
profesi
dan
kesenangan masing-masing individu, karena itu muncullah berbagai pendapat dari para ahli dalam memberikan pengertian tentang prestasi. Menurut Poerwadarminta, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dilakukan dan dikerjakan serta diamalkan. Sedang menurut Mas’ud Khasan Abdil Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.36
35
Bahri Djamarah, Syaiful, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), 19. 36 Ibid.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian dapat dipahami mengenai makna “prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses uang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Jadi dapat difahami mengenai pengertian prestasi yaitu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas belajar.
2. Pentingnya Penilaian Prestasi Belajar Siswa Penilaian hasil belajar merupakan salah satu guru, penilaian terutama bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses belajar dan pembelajaran yang berlangsung telah berjalan secara efektif, dengan mengacu pada kurikulum. Efektivitas proses belajar tersebut akan tampak pada kemampuan siswa menguasai materi belajar. Dari segi guru, penilaian akan memberikan gambaran mengenai efektivitas mengajar guru, apakah pendekatan yang
digunakan oleh guru dan media yang digunakannya dalam mengajar mampu membantu siswa memahami materi pelajaran. Oleh karena itu dalam hal ini penilaian sangat penting bagi masingmasing guru bidang studi, karena untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar, dan untuk meningkatkan mutu daripada pelajaran yang disampaikan tersebut. Dengan demikian guru dapat mengetahui/menentukan pandai atau bodoh, lulus atau tidak lulus, baik atau tidak baik nilai anak didik dan sebagainya. Dengan kata lain pentingnya penilaian kegiatan pada dasarnya adalah upaya untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar yang diperoleh siswa. Penilaian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar salam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas belajar serta memperoleh umpan balik bagi perbaikan program pengajaran.
3
Tujuan Penilaian Prestasi Belajar Siswa Pada umumnya penilaian di lingkungan sekolah diadakan dengan tujuan tidak saja untuk mengetahui tingkat kemajuan yang dicapai siswa, tetapi juga untuk mengetahui kurikulum, organisasi sekolah, teknik mengajar dan hasil belajar, kesemuanya itu dilakukan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar.
Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi mengenai tingkat perkembangan dan kemajuan siswa dalam menguasai tujuan yang tertera dalam kurikulum. Maksud lain dari penilaian adalah guru dapat menilai daya guna dan hasil guna kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakannya sekaligus mempertimbangkan metode serta alat-alat dan sistem penyampaian yang dilakukan.
B. Kajian Hasil Terdahulu Dalam bab ini, peneliti mengambil hasil penelitian Kualitatif tahun pelajarang 2008/2009 yang dilaksanakan di SDN Ketro III Tulakan Pacitan yang disusun oleh: Nama
: SUKRON MAKMUN
NIM
: 2007. 4. 013. 0101. 1. 01677
Judul Skripsi
: Penerapan Metode Diskusi Dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SDN Ketro III Tulakan Pacitan Tahun Pelajaran 2008/2009. Dengan menerapkan metode diskusi penelitian kualitatif tersebut, khususnya dikelas V Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam akhirnya menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Penerapan Metode Diskusi
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) di SD Negeri Ketro III Tulakan Pacitan terbagi menjadi tiga kegiatan. Kegiatan pertama seorang guru melakukan persiapan atau perencanaan,
kegiatan kedua atau langkah selanjutnya melakukan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan dua pertemuan. Sedangkan kegiatan yang terakhir adalah penilaian hasil belajar. 2.
Faktor pendukung agar siswa lebih mudah memahami pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan seharihari, siswa lebih kreatif dan efektif dalam belajar. Dan hambatan yang dihadapi antara lain: perbedaan latar belakang pendidikan, latar belakang kehidupan siswa, kurangnya sarana pengajaran.
3. Usaha pemecahan dalam mengatasi masalah perbedaan individu anak yaitu memberi
tugas,
tersedianya
LKS,
adanya
kegiatan
ekstra
TPQ,
keaktifan/kedisiplinan siswa. Mengatasi masalah latar belakang kehidupan siswa yaitu orang tua menyekolahkan anaknya ke TPQ atau diniyah yang ada di lingkungannya. Mengatasi masalah kekurangan sarana, yaitu menciptakan labolatorium keagamaan dirungan kosong dengan menaruh semua aspek pembelajaran yang berhubungan dengan keagamaan.
BAB III HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Gambaran Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengambil setting di SDN Wonokarto III Ngadirojo, yang terletak di dusus Gauto, Jln. Lorok-Wonokarto, Ngadirojo Pacitan. Sekolah ini didirikan pada Tahun 1987, dan menempati areal yang luas tanahnya 692 M dengan status tanah milik sendiri atau wakaf, dengan perincian, luas bangunan 334 M, Luas Halaman 200 M dan ruang kelas terdiri dari 5 ruang yang masing-masing ruang luas kurang lebih 7x6 M. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SDN Wonokarto III Ngadirojo ini pelaksanaanya menikuti alur PTK yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi maka dapat dijeaskan sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning). Meliputi penetapan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada pokok Bahasan Membiasakan Perilaku Terpuji dengan alokasi waktu 4 kali pertemuan mulai tanggal 16 April sampai dengan 07 Mei 2010.
2. Tindakan (Action). Meliputi seluruh kegiatan proses pembelajaran yang meliputi upaya peningkatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
Metode Diskusi (Penelitian Tindakan Kelas Dengan Pokok Bahasan Membiasakan Perilaku Terpuji Pada Siswa Kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan Tahun Ajaran 2009/2010). Dalam berlangsungnya proses pembelajaran secara garis besar meliputi kegiatan: a. Pendahuluan/ Kegiatan Awal. Yakni kegiatan atau aktivitas untuk menarik minat serta memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan, dan menjelaskan tujuan pembelajaran. b. Inti Yakni
aktivitas
memyajikan/mempresentasikan
pelajaran
dengan
menggunakan metode yang menarik, sarana dan sumber belajar yang releven, agar siswa semangat dalam pembelajaran berlangsung, serta melakukan penilaian disela-sela pembelajaran sedang berlangsung, dengan cara guru memberikan pertanyaan kepada siswa. c. Penutup Yakni
aktivitas
merumuskan
kesimpulan
pelajaran
bersama-sama
melakukan tindak lanjut, memberikan motivasi kepada siswa dan menutup pelajaran. Adapun langkah-langkah Metode Diskusi adalah sebagai berikut: a. Perencanaan. Dalam perencanaan ini hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1).
Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yang jelas,
agar
tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai setelah menggunakan Metode Diskusi. 2). Menetapkan langkah-langkah metode diskusi secara garis besar. 3). Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. 4). Menyiapkan sarana/sumber belajar dalam proses pembelajaran. 5). Menerapkan rencana penilaian terhadap kemampuan siswa. 6). Menerapkan observasi serta evaluasi kepada siswa. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. 1). Kegiatan Awal a). Guru masuk kelas, mengucapkan salam kemudian memulai pelajaran dengan berdo’a. b). Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai oleh siswa c). Melakukan apersepsi. 2). Kegiatan Inti. a). Guru menyampaikan materi pokok kepada siswa. b). Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan. c). Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing. d). Guru menanggapi dan memberikan penjelasan kepada siswa terhadap laporan diskusinya.
e). Siswa mencatat hasil diskusi. f). Evaluasi. 3). Kegiatan Penutup. a) Guru menyimpulkan pelajaran b). Guru memberikan motivasi kepada siswa. c). Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan berdo’a, dan salam. 4). Evaluasi. Kegiatan ini berupa pemberian tugas, yakni menjawab pertanyaan dan melakukan latihan lebih lanjut dengan cara mengamati berbagai tindakan dengan membiasakan berlaku terpuji. 3. Observasi (Observation) Observasi ini dilaksanakan dengan proses pembelajaran yang meliputi penggunaan Metode Diskusi Pokok Bahasan Membiasakan Perilaku Terpuji, terhadap penggunaan metode diskusi diterapkannya, dan hasil atau prestasi peserta didik pada Mata Pelajaran PAI. Setelah melakukan observasi dalam proses pembelajaran, disamping mengetahui keaktifan, maupun prestasi belajar peserta didik dalam merespon proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Metode Diskusi juga masih ditemukan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan Metode Diskusi, antara lain: a. Terbatasnya alokasi waktu dalam proses pembelajaran.
Dalam kurikulum alokasi waktu pembelajaran PAI sebenarnya sudah ditentukan, namun proses pembelajaran dengan pemodelan metode diskusi, kemudian untuk mendiskusikan itu butuh waktu yang cukup panjang terutama bagi peserta didik yang ada dibangku SD. Karena pemikirannya masih rendah, maka guru juga harus memakluminya.
b. Pengelolaan kelas kurang maksimal. Masalah ini terkait dengan penataan tempat duduk yang masih tradisional misalnya terderet-deret dari depan kebelakang. Karena ini mengingat ruangangan kelasnya yang pas-pasan. c. Ketidakberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru. Karena tidak semua aktif dalam proses pembelajaran, dan ini akan terlihat ketika kerja kelompok yang aktif hanya anak itu-itu saja. Bagi yang aktif akan semakin aktif dan anak yang pasif maka akan tertinggal. d. Kesulitan dalam penguasaan materi dengan banyak model metode pembelajaran. 4. Refleksi Refleksi seluruh proses pembelajaran yang telah berlangsung dapat dianalisis untuk melakukan perbaikan dan kekurangan-kekurangan yang dirasakan guru saat proses pembelajaran demi kebaikan pada siklus selanjutnya.
Dengan adanya observasi diatas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, karena masih banyak kendala-kendala sebagaimana dijelaskan diatas. Maka dari itu untuk mengatasi kendala-kendala tersebut upaya-upaya yang dilakukan antara lain: a. Terkait dengan keterbatasan alokasi waktu dalam proses pembelajaran. Upaya guru yang dilakukan adalah pemberian tugas di luar jam pelajaran. b. Terkait dengan pengelolaan kelas/keterbatasan tempat. Upaya guru adalah proses pembelajaran dilakukan diperpustakaan, sehingga mudah dalam pembentukan kelompok, siswa bebas untuk beraktivitas, berekspresi berdasarkan kemampuan yang dimiliki. c. Terkait dengan ketidakserasian siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru. Upaya guru adalah guru telah menyadari karakteristik/watak yang berbeda-beda setiap siswa. d. Terkait dengan kesulitan dalam penguasaaan materi dengan banyak metode pembelajaran. Upaya guru adalah mengurangi metode pembelajaran yang diberikan kepada siswa.
B. Penjelasan Per-Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan alur atau tahapan (Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi) disajikan dalam dua siklus dapat digambarkan seperti pada gambar sebagai berikut: Refleksi I
Renacana Tindakan
I
Observasi
Pelaksanaan Tindakan I
Rencana Tindakan II
Refleksi I
Pelaksanaan Tindakan II
Observasi
Gambar 3.1 Gambar akur PTK Adapun perincian dari penjelasan dua siklus tersebut dapat dijadikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Siklus I Perencanaan o Menyusun
Tindakan
Pengamatan
o Menjelaskan
o Mengamati
suatu program
indikator
atau
ingin dicapai.
rencana
tindakan. o Mengatur alokasi waktu. o Menyiapkan Materi
yang
o Menjelaskan Materi o Membentuk empat kelompok. o Memberi
o Mencatat
aktivitas
atau
perilaku
peserta
didik
Refleksi
hasil observasi.
terhadap o Mengeval
metode
uasi hasil
pembelajaran
observasi.
yang dipakai.
o Menganali
o Mengamati
sis
hasil
pembelajaran. o Menyiapkan lembar rekaman
diskusi
permasalahan pada
tiap
an.
iki
diskusi.
kelompok.
pembelajar
o Memperba
o Memantau
data o Diskusi
wawancara dan o Tiap
kerjasama antara kelompok.
kelompok.
(observasi,
atau
kelemahan
kelompok o Mengamati
pada
meaporkan hasil
catatan
dan
siklus
o Menyiapkan
diskusi.
kesimpulan
dari
II.
lembaran
o Mencatat
hasil
masing-masing
observasi.
diskusi
atau
kelompok.
dokumentasi).
ke
menyimpulkan.
Tabel 3.2 Siklus II Perencanaan o Menyusun
Tindakan o Menjelaskan
rencana
ndikator
tindakan
ingin dicapai.
kelas.
Pengamatan
o Memberikan
o Mengamati yang
aktifitas
o Mencatat dan
perilaku peserta didik
Refleksi
hasil observasi.
terhadap o Mengevaluai
o Memadukan
informasi
hasil
metode
s
hasil
hasil refleksi
siklus I agar siklus
pembelajaran
observasi.
siklus I agar
III lebih baik.
yang dipakai.
o Menganalisis
siklus II lebih o Membentuk empat o Mengamati kelompok belajar.
baik. o Mengatur alokasi waktu. o Menyiapkan Materi. o Menyiapkan lembaran
o Diskusi kelompok.
kerjasama
o Tiap
kelompok.
kelompok
melaporkan
atau antar
diskusi.
diskuai.
o Memberi
o Mengamati
pembelajaran . o Menyusus
hasil o Memantau
hasil observasi selama
pertanyaan kepada
catatan
tiap peserta didik.
kesimpulan dari
pembelajaran
m,asing-masing
.
observasi dan o Menyimpulkan evaluasi.
diskusi
hasil
hasil diskusi dari
dan
proses
kelompok.
masing-masing kelompok.
C. Proses Analisis Data Per-Siklus. Proses analisis data sebagai hasil penilaian yang meliputi peningkatan pembelajaran PAI Pokok Bahasan Membiasakan Perilaku Terpuji dengan keaktifan, kerjamasa antara kelompok dan prestasi belajar peserta didik dengan
menggunakan metode kelompok dan prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan metode diskusi terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang disajikan dalam dua siklus. 1. Siklus I. Dengan Proses Pembelajaran Siklus I ini, penyampaian materi dilakuakan dengan menggunkan metode diskusi, dimana guru menyampaikan materi
sambil
meragakan,
kemudian
peserta
didik
diberikan
suatru
permasalahan untuk didiskusikan dalam suatu kelompok belajar. Hasil diskusi dipresentasikan dan dilaporkan didepan kelas. Penggunaan metode ini untuk melihat seberapa jauh peserta didik melakukan analis dan menggali informasi dalam materi pelajaran serta penguasaan materi pelajaran yang telah disampaikan. Untuk melihat kemampuan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dan kerjasama antar kelompk lain secara bergantian sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Siklus I Menunjukkan: Aspek yang diamati
Jumpah pencapaian
1. Keaktifan peserta didik.
9 Siswa
2. Kerjasama antar kelompok peserta didik.
10 Siswa
3. Ketuntasan hasil belajar peserta didik.
12 Siswa
Interpretasi:
Pada siklus ke I ini, dalam pembelajaran sudah cukup baik terhadap peningkatan peserta didik dalam menggali dan mengolah informasi, Keaktifan, Kerjasama dalam kelompok dan penguasaan materi. Namun, hasil belajar dalam proses pembelajaran belum semaksimal mungkin sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, perlunya siklus selanjutnya perlu penambahan metode yang berbeda demi kesempurnaan dalam proses pembelajaran.
2. Siklus II. Dalam prose pembelajaran siklus II ini, penyampaian materi yang dilakukan dengan menggunakan metode Ceramah, reading aloud dan Diskusi, dimana peserta didik doberikan permasalahan untuk dipercayakan bersama dalam kelompoknya masing-masing serta didemonstrasikan didepan kelas agar kelompok yang lainnya juga menangapi permasalahan tersebut. Dengan menggunakan metode ini, mempunyai maksud agar mengetahui keaktifan, kerjasama antar kelompok dalam proses pembelajaran berlangsung dan kentutasan hasil belajar peserta didik. Tabel 3.4 Hasil Penelitian Siklus II Menunjukkan: Aspek yang diamati
Jumlah Pencapaian
1.Keaktifan peserta didik.
10 Siswa
2.Kerjasama antar kelompok peserta didik.
13 Siswa
3.Ketuntasan hasil belajar peserta didik.
14 Siswa
Interpretasi: Pada Siklus ke II ini, hasil pembelajaran dengan mengunakan reading aloud Diskusi, peserta didik lebih mudah mengikuti proses pembelajaran dengan aktif dan mudah dalam menguasai materi. Tetapi masih belum maksimal peserta didik yang menguasai materi. Walaupun belum maksimal hasil belajar peserta didik semuannya sudah tuntas dan tercapai dari pada siklus sebelumnya, maka siklus ke II ini semuanya tuntas.
D. Pembahasan Dan Pengambilan Kesimpulan. Aktivitas pembelajaran yang diawali dengan metode diskusi tiap kali pertemuan menggunakan Metode Diskusi. Sehingga peserta didik ketika mengunakan metode diskusi akan belajar aktif, kerjasama dalam kelompok, maupun prestasi hasil belajar peserta didik.
Tabel 3.5 Data Perbandinganb Hasil Penelitian Keaktifan
peserta
didik Kerjasama
antar
Siklus I
9
60 %
Siklus II
10
66,6 %
Siklus I
10
66,6 %
kelompok
peserta
Siklus II
13
86,6 %
Hasil
Siklus I
12
80,0 %
Siklus II
14
93,3 %
didik Ketuntasan
Belajar peserta didik
Salah satu hasil observasi selain tiga hal diatas yang menjadi sasaran tindakan penelitian adalah dengan berkembangnya peserta didik yang kritid dan kreatis, dan ketrampilan kerjasama antara kelompok maupun indivibudual dalam proses pembelajaran. Maka dari itu semakin meningkatnya peserta didik yang kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran, maka juga akan berhasil dengan baik nilai yang dicapai oleh peserta didik.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Dengan pengunaan Metode Diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari siswa di kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan, dengan mendengarkan penjelasan guru atau teman siswa mencatat hal-hal yang penting, mengajukan pertanyaan dan penguasaan materi. Disamping itu hasil proses pembelajaran meninjukkan pada siklus I mencapai 60%, dan siklus II mencapai 66,6 %.
2. Dengan menggunakan Metode Diskusi dapat meningkatkan kerjasama antar kelompok siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari siswa di Kelas IV SDN Wonokarto III Ngadirojo Pacitan, mampu menyelesaikan permasalahan. Disamping itu hasil proses pembelajaran menunjukkan pada siklus I mencapai 66,6 %, dan siklus II mencapai 86,6 %.
3. Dengan menggunakan Metode Diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari siswa Kelas IV SaDn Wonokarto Ngadirojo Pacitan, hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 80%, dan siklus II mencapai 93,3%.
B. Saran 1. Bagi Guru/Pendidik Proses pembelajara Pendidikan Agama Islam selama ini masih menggunakan cara atau metode tang kurang modern, maka harapan kami guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang membangkitkan minat peserta didik untuk aktif, kreatif dan kritis dan dapat melakukan sendiri apa yang dipelajarinya, yakni menerapkan metode diskusi dan yang lainnya. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran Pendidikan Agama Islam maupun proses pembelajaran bidang studi yang lain.
2. Bagi Peserta Didik Setelah mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode diskusi, diharapkan siswa mampu membiasakan belajar aktif, kreatif dan kritis serta mampu mempratekkan secara langsung dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam maupun proses pembelajaran bidang studi yang lain.
3. Bagi Lembaga Dengan melihat hasil pembelajaran dengan menggunakan Metode Diskusi, tentunya haris dikembangkan dengan memadukan berbagai variasi Metode Active Learning dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam maupun proses pembelajaran bidang studi yang lainnya, sehingga dapat
dijadikan sebagai peluang untuk meningkatkan professional guru serta mempertahankan eksitensi lembaga SDN Wobokarto III Ngadirojo Pacitan berdasarkan Visi, Misi dan Tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Noer, Herry dan Munazier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Fisika Agung Insani, 2000. Anggoro, M. Toha, Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. Aqib, Zaenal, Penelitian Tindaka Kelas, Bandung: Yrama Widya, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, UU R.I, 1989. Djamarah. Bkari, Syaiful, Prestasi belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 1998. Gulo, W, Roestiyah, strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2001. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Imansyah, Alipandie, Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1984. Mansur, Strategi Belajar Mengajar Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: Depag, 1998. Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Modul 1-6, Jakarta: Universitas Terbuka, 1996. Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. N, K, Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2001.
Sardiman, Intelektual dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2006. Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2006. Subrata, Surya, sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Raja Wali, 1983. Surya Subrata, B, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Roedakarya, 1995. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: rineka Cipta, 1997. Silberman, Mervin, L, Active Lerning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusa Media, 2009. Usman, Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.