1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Balakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan penting bagi umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan atau harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan sarana untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat dan menciptakan generasi yang mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka. Tugas pendidikan adalah mengusahakan emansipasi yakni mengantar dan membantu peserta didik mengenali dan mengembangkan fitrah serta potensi dirinya agar menjadi manusia dewasa dan untuk menjadi manusia dewasa yang utuh dari segi jasmani maupun rohani. Islam sebagai agama wahyu menuntut umat manusia yang berakal sehat untuk berusaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat sesuai petunjuk wahyu Allah. Agama Islam yang ajaranya berorientasi pada kesejahteraan dunia dan ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia meletakkan iman dan taqwa kepada Allah sebagai landasan kehidupan dalam perjuangan menuju cita-cita hidup yang mulia. Cita-cita hidup untuk menggapai sejahtera duniaukhrawi diperoleh lewat pendidikan. Diharapkan melalui pendidikan, peserta didik dapat menjadi profil manusia yang beriman dan berilmu seperti manifestasi orang-orang yang
1
2
memperoleh derajat dari kekuatan iman dan ilmu. Dalam pendidikan perlu adanya pembinaan akhlaq agar tercipta peserta didik yang mempunyai akhlaq yang baik dalam surat An-Nahl ayat 90 Allah berfirman:
ِء9َ:; ْ <َ 3ْ = ا ِ> َ ?َ@Aْ /َ َ? َوCْ*Dُ 3ْ ِء ذِي ا9َG/ِن َوإ ِ 9َHI ْ Jل وَا ِ ْLMَ 3ْ 9ِC *ُ +ُ ْ-/َ 0َ 2َّ3ن ا َّ ِإ ن َ َّآ*ُوTَ Uَ ْVQُ 2َّMَ 3َ ْVQُ W ُ Mِ /َ N ِ Oْ Pَ 3ْ ِ* وَاQَ Aْ Rُ 3ْ وَا “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu (berlaku adil) dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.1 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa proses pendidikan hendaklah mampu membawa peserta didik yang intelek dan juga agamis dan mempunyai akhlaqul karimah. Pada masa perkembangan agama Islam, Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya berjuang menyiarkan agama Islam ke seluruh jazirah Arab, bahkan kemudian agama Islam tersiar sampai ke luar tanah Arab. Waktu itu masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia, karakter paling penting yang ditampilkan pemeluk agama Islam adalah kedamaian dan kasih sayang.2 Pada hakekatnya manusia itu adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan pertolongan orang lain. Dalam hal ini yang berhubungan dengan keagamaan sewajarnyalah kalau kita tolong menolong, saling bantumembantu, apalagi terhadap orang yang seagama. Hal ini merupakan kewajiban yang dilakukan bagi umat Islam. Salah satu ayat al-Qur’an yang
1
2
DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (bandung: CV. Gema Risalah Moh Ali Aziz Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Prenada Media, 2004), 6.
Press)
3
dipandang sebagai dasar hukum dakwah dalam surat Ali-Imron ayat 104 disebutkan sebagai berikut:
= ِ> َ ن َ ْm@َ Aْ /َ ف َو ِ *ُوMْ Rَ 3ْ 9ِC ن َ *ُو+ُ ْ-/َ ِ* َوoْ p َ 3ْ َ? ا3ن ِإ َ mُ>ْL/َ kٌ +َّ ْ ُأVQُ Aْ +ِ ْ=Qُ Gَ 3ْ َو ن َ mُ;2ِ<ْ Rُ 3ْ اVُ ُهr َ sِ 3َ ِ* َوأُوQَ Aْ Rُ 3ْ ا ″Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung″. 3 Dalam hal ini, Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan harus mampu mendidik serta mencetak para Warasatul Anbiya’ (Pewarisan para Nabi) yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang barangkali tidak dimiliki oleh lembaga lain yang merupakan bagian dari Pendidikan Nasional, yang tertuang dalam UUD RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional pada Pasal I Ayat I “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran,
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.4 Dalam hal ini Pondok Pesantren memiliki barisan terdepan dalam merespon dinamika dan perubahan sosial.
3 4
DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (bandung: CV. Gema Risalah Press) UUD RI NO 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Cemerlang,
2003), 104.
4
Melihat uraian di atas, di salah satu Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan diadakannya kegiatan pendidikan dakwah yang mana kegiatan ini menjadi pendidikan bagi santri di Pondok Pesantren tersebut. Dari hasil wawancara dengan salah satu ustadz di Pondok Pesantren Al-Fatah, kegiatan ini dilakukan sebagai pembinaan bagi santri yang bersifat duniawi maupun ukhrowi. Dalam hal ini diharapkan nantinya akan menghasilkan keluaran atau lulusan yang mempunyai kadar ilmu keagamaan yang tinggi serta mampu menghasilkan keilmuan yang profesional, serta memiliki kualitas aqidah, ibadah dan ahlaq yang tinggi. Sedangkan menurut Bapak Fahrur-Rozi selaku ustadz di Pondok Pesantren Al-Fatah, beliau mengatakan bahwa tujuan berdirinya Pondok Pesantren Al-Fatah adalah mendidik para santri agar mengetahui ajaran-ajaran Islam langsung dari sumbernya dan sekaligus mengamalkanya.5 Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan Pondok Pesantren Al-Fatah adalah mendidik generasi Muslim agar mengetahui dan mentaati ajaran-ajaran Islam yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakat dan sekaligus untuk mendakwahkanya. Melihat uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengambil sebuah judul penelitian dengan judul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAKWAH BAGI SANTRI
DI
PONDOK
PESANTREN
AL-FATAH
TEMBORO
MAGETAN”.
5
Wawancara dengan Bapak Fahrur Rozi ustadz di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan tanggal 4 agustus 2008.
5
B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada: 1. Latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al- Fatah Temboro Magetan. 2. Perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al- Fatah Temboro Magetan. 3. Pengelolaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al- Fatah Temboro Magetan.
C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang dan fokus masalah, maka dalam penelitian ini penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan? 2. Bagaimanakah perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan? 3. Bagaimanakah pengelolaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan?
D. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
1. Ingin mengetahui tentang latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. 2. Ingin mengetahui tentang perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. 3. Ingin mengetahui tentang pengelolaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sekaligus dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran pelaksanaan kegiatan belajar mengajar khususnya di lingkungan Pondok Pesantren. 2. Secara Praktis a. Sebagai masukan kepada lembaga khususnya Pondok Pesantren AlFatah
Temboro
Magetan
untuk
selalu
berkreativitas
dalam
meningkatkan perkembangan Pondok Pesantren dan usaha pembinaan umat. b. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan.
7
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.6 Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal, dan penelitian masa depan7 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus , yaitu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, intuisi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu, merupakan penyelidikan secara rinci atau setting, satu subyek, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.8 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat di pisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan
6
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2000), 3. Marriam, S. B, G Simpson, E. L, A. Quide to research for educators and trainer on adults. (Malabar, Florida : Robert E. Krieger Publishing Company, 1984), 110. 8 Bogdan dan Biklen, Qualitative Research For Education, And Introduction To Theory And Methods (Boston: Allyn An Bacon, 1982), 89.
8
keseluruhan skenarionya.9 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan 4.
Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian, sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistik, adalah sumber data tambahan.10
5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada obyek penelitian dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan, di mana fenomena-fenomena tersebut berlangsung dan di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumen (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). Dalam hal ini penulis mewancarai ustadz dan santri dan kemudian melakukan observasi di 9
lexy moleong, 117. Lonf Lan, Analyzing Social Setting, A Guide To Qualitative Observation And Analysis (Belmon, Cal: Wadswoth Publishing Company, 1984), 64. 10
9
tempat penelitian yaitu Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan dan sebagian
data,
penulis
mencari
dokumen atau arsip-arsip
yang
berhubungan dengan kasus yang diteliti. Dalam hal ini mewancarai ustadz dan santri dan kemudian penulis melakukan observasi di tempat penelitian, yaitu di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan dan sebagian data tambahan penulis mencari dokumen dan arsip-arsip yang berhubungan dengan kasus yang diteliti. a. Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
digunakanya
wawancara
adalah
(a).
Mengkonstruksi
mengenai orang lain, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain; (b). Mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; (c).Memproyeksikan
kebulatan-kebulatan
sebagai
yang
telah
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; (d). memverifikasi mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh melalui orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan (e). Memverifikasi,
mengubah,
dan
memperluas
kontruksi
yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.11
Lincoln dan Guba, Naturalistic Inquiry (Beverly Hills: Sage Publication), 266 Lihat dalam Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 135.
10
Teknik wawancara ada bermacam-macam jenisnya, di antaranya adalah (a). Wawancara pembicaraan informasi; (b). Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara; dan (c). Wawancara buku terbuka..12 Di samping itu juga ada macam-macam wawancara yang lain, diantaranya adalah (a). Wawancara oleh tim atau panel; (b). Wawancara tertutup dan wawancara terbuka; (c). Wawancara riwayat secara lisan, dan (d). Wawancara terstruktur dan tak struktur.13 Sedangkan dalam
penelitian ini, teknik wawancara yang
digunakan adalah (a). Wawancara mendalam, artinya
peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan focus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa dikumpulkan semaksimal mungkin; (b). Wawancara terbuka artinya bahwa dalam penelitian ini para subyeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara itu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan Wawancara dengan santri dan ustadz
Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro
Magetan.
12 13
Patton, Qualitative Evaluation Methods (Beverly Hills: Sage Publications, 1980), 197. Lincoln dan Guba, Naturalistic Inquiry 160.
11
b. Teknik Observasi Dalam
penelitian
kualitatif,
observasi
diklasifikasikan
menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan. Kedua, observsasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar / tempat. Dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama, di mana pengamat bertindak sebagai partisipan. Setiap observasi memiliki gaya yang berbeda-beda. Salah satu perbedaanya adalah derajat keterlibatan peneliti, baik dengan orang maupun dalam kegiatan yang diamati. Terdapat tiga derajat keterlibatan, yaitu tanpa keterlibatan (no involvement), keterlibatan rendah (low involvement), keterlibatan tinggi (high involvement).14 Variasi ini tercermin dalam lima tingkat partisipasi, yaitu non partisipasi (non participation), parisipasi aktif (active participation), dan partisipasi lengkap (complete participation). Dalam penelitian ini, tingkat partisipasi dalam observasi yang dilaksanakan adalah high involment (keterlibatan tinggi),
yaitu
partisipasi aktif
(active
participation).
14
50.
Spardley, J.P. Participant Observation (New York: Hold Rinehart and Winston, 1980),
12
Pada observasi partisipasi ini, peneliti mengamati aktivitasaktivitas sehari-hari Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. Selama peneliti dilapangan observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti memulai dari obseravasi deskriptif (deskriptif observation) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi keadaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren AlFatah Temboro Magetan. Kemudian setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan memulai melakukan observasi terfokus (focused observation). Akhhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan kembali penelitianya
dengan
melakukan
observasi
selektif.
(selective
observation) Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam mengumpulkan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah
13
pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”.15 Dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif , jantungnya adalah catatan lapangan. Catatan lapangan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya, bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan tentang segala sesuatau yang berhubungan dengan fokus penelitian dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran diri fisik, rekomendasi dialog, deskriptif latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan perilaku pengamat.16 Kemudian dalam penelitian ini penulis akan memberikan gambaran umum Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan gambaran umum latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan, gambaran perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren AlFatah
Temboro
Magetan,
gambaran
pengelolaan
pelaksanaan
pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan, Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi 15 16
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif 153-154. Ibid., 156.
14
c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting.17 Sedangkan dokumen digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak di persiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat (1). Sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; (2). Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik dalam ke akuratanya dalam merefleksikan. Situasi yang terjadi pada masa lampau, dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; (3). Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual releavan dan mendasar dalam konteksnya; (4). Sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas.
17
Lincoln dan Guba, 35.
15
6. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif.18 Mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian, sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi data reduction data display dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukan pada gambar berikut:
Pengumpulan data
Pengkajian data
Reduksi data
Kesimpulankesimpulan Penarikan /verifikasi
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelasan dengan tehnik pengumpulan dengan grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampel pendidikan agama Islam menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema. 18
Bogdan dan Biklen, Qualitative Research For Education, And Introduction To Theory And Methods 180.
16
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) data keandalan (reliabilitas)19. Derajat keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1). Pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketentuan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: (a). Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci serta kesinambungan terhadap faktorfaktor yang menonjol yang ada hubunganya dengan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. (2). Menelaahnya secara rinci pendidikan agama Islam pada suatu titik, sehingga pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang bisa. Tehnik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagi teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.20 Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti 19 20
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif 171. Ibid, 178.
17
dengan jalan : (a). Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b). Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi (c). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu, (d). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah, (e). Membandingkan hasil wawancara dengan isu atau dokumen yang berkaitan. 8. Tahap-Tahap dan Rancangan Jadwal Penelitian Tahap dalam penelitian ini, ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tahapan-tahapan tersebut adalah: (1). Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjaga dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut etika penelitian. (2). Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan data; (3). Tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4). Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
18
G. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam mempelajari hasil laporan penlitian ini, penulis susun secara sistematis sebagai berikut: Bab pertama adalah ilustrasi tentang skripsi secara keseluruhan. Dalam bab ini akan di bahas latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasannya. Bab kedua adalah landasan teori, yakni mengemukakan beberapa pendapat para ahli yang mendasari pemikiran dan penelitian. Dalam kerangka teoritik ini pembahasannya meliputi teori-teori yang mendukung tentang pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. Bab ketiga adalah temuan penelitian, dalam bab ini berisi tentang hasil-hasil penelitian di lapangan yang meliputi latar belakang, perencanaan, dan pengelolaan kegiatan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. Bab keempat adalah pembahasan, merupakan bab yang membahas analisis data. Dalam bab ini berisi analisis tentang latar belakang, perencanaan, dan pengelolaan kegiatan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. Bab kelima adalah penutup, merupakan bab terakhir dari semua rangkaian pembahasan dari bab 1 sampai bab V. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
19
BAB II PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAKWAH BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-FATAH TEMBORO MAGETAN
A. Pengertian Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren Pengertian Pondok Pesantren mempunyai banyak penafsiran diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian Pondok Pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dakwah Indonesia yang bersifat tradisionalis untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.21 Namun sejalan dengan perubahan zaman Pondok Pesantren mulai terjadi sedikit perubahan yaitu sekitar tahun 70-an yaitu adanya Pondok Pesantren modern yaitu jenis Pondok Pesantren yang memasukkan pelajaran umum di samping pelajaran agama, kemudian Pondok Pesantren mulai di kelompokan menjadi dua jenis yaitu 1. Pondok
Pesantren
salafiyah
yaitu
Pondok
Pesantren
yang
menyelenggarakan pengajaran al-Qur’an dan ilmu – ilmu agama Islam,
Hidar Putra Dauly, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia (Jakarta: Prenada Media,2004), 209.
19
20
serta kegiatan pendidikan dan pengajaranya sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhanya. 2. Pondok Pesantren khalafiyah yaitu Pondok Pesantren yang selain menyelenggarakan kepesantrenan juga menyelenggarakan pendidikan formal (sekolah dan madrasah) Pengertian Pondok Pesantren menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut : a. Drs. H.M. Ya’kub bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan dakwah yang umumnya dengan cara klasikal, pengajaranya seorang yang faham dengan agama Islam melalui kitab kuning klasik.22 b. Prof. M. Dawam Rahardjo pengertian pesatren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengajarkan, mengembangkan dan menyebarkan agama Islam.23 c. H. M. Arifin MED Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta di akui oleh masyarakat sekitar dengan sistim asrama, dimana santri menerima pendidikan agama di bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang Kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independent dalam segala hal.24 Dari beberapa pendapat terdapat sedikit perbedaan namun pada dasarnya mempunyai arti yang sama yaitu merupakan suatu lembaga
1984), 3.
22
Ya’kub, Pondok Pesantren Dan Pembangunan Masyarakat Desa (Bandung : Angkasa,
23
M. Dawam Rahardjo, Pesantren Dan Pembaharuan (Jakarta : LP3ES, 1988), 2. Arifin, Kapita Selekta (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 240.
24
21
pendidikan dakwah yang mendidik dan mengajarkan agama kepada santrinya tentang agama Islam yang bedasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul serta meningkatkan keimanan dengan menjalankan syariat agama serta mendakwahkan kepada masyarakat. 2. Dasar dan Tujuan Pondok Pesantren Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu fundamental yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak dan kokoh, begitu juga dasar pendirian Pondok Pesantren adalah sejalan dengan pelaksanaan pendidikan dakwah dan pandangan hidup kaum santri itu sendiri yaitu agama Islam. Sedangkan pendidikan di Pondok Pesantren sangat menekankan pentingnya tegaknya Islam di tengah-tengah kehidupan sebagai sumber utama moral atau akhlaq mulia. Dan akhlaq mulia ini sebagai kunci rahasia keberhasilan hidup bermasyarakat. Dengan kata lain orientasi tujuan pendidikan pesantren sesungguhnya masih bersifat inward looking daripada outward looking atau lebih banyak melihat kedalam dari pada keluar.25 Pandangan kedalam berpendapat bahwa dengan tersebarnya agama Islam di tengah-tengah kehidupan, maka kehidupan bersama dengan sendirinya akan menjadi baik, jadi ada semacam tricking down effek, yaitu efek moral yang baik diturunkan sebagai akibat tegaknya Islam di tengahtengah kehidupan.
25
Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pesantren (Jakarta: Inis, 1994), 68.
22
Sebaliknya pandangan keluar melengkapi kekurangan meluruskan yang bengkok atau memperbaiki yang salah dan memberikan suatu yang baru yang belum ada dan di perlukan. Jadi di sini jelas yang menjadi dasar Pondok Pesantren adalah ajaran agama Islam dengan pengertian bahwa sumber kebenaran mutlak, yang di jadikan standar atau ukuran dalam pendidikan tersebut adalah agama Islam. Berbeda dengan lembaga pendidikan lain yang menyatakan tujuan pendidikanya dengan jelas misalnya dirumuskan dalam anggaran dasar, maka Pondok Pesantren lama pada umumnya tidak merumuskan secara ekplisit dasar dan tujuan pendidikanya. Hal ini terbawa oleh sifat kesederhanaan pesantren yang sesuai dengan dorongan berdirinya di mana Kiainya mengajar dan santrinya belajar, semata-mata adalah untuk “Ibadah” dan tidak pernah di hubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan atau tingkat dan jabatan tertentu dalam herarki sosial atau birokrasi kepegawaian . Karena itu untuk mengetahui tujuan dari pada pendidikan yang diselenggarakan maka jalan yang harus di tempuh adalah dengan pemahaman terhadap fungsi-fungsi yang dilaksanakan dan dikembangkan oleh pesantren itu sendiri baik dalam hubunganya dengan santri maupun masyarakat di sekitarnya. 26
26
Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Jakarta: Cemara Indah, 1978), 43.
23
Adapun tujuan Pondok Pesantren menurut Mastuhu sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata27 adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah berakhlaq mulia bermanfaat bagi masyarakat, dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, sebagaimana Rasul (pelayan masyarakat), sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti Sunnah Nabi) mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat
dan
mencintai
ilmu
dalam
rangka
mengembangkan
kepribadian ke-Indonesiaan. Dalam prakteknya hidup sehari-hari dapat di amati bahwa pesantren telah berhasil mendidik santrinya menjadi orang beragama dalam ajaran agamanya shalat, puasa dan mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan nasional. Jadi dalam tujuan ini yang menjadi tujuan utama adalah mencetak kader Muslim intelektual yang berwawasan luas berdedikasi tinggi dan bertanggung jawab. Dengan demikian dapat dirumuskan dasar dan tujuan Pondok Pesantren adalah berakhlaqul karimah, bertaqwa kepada Allah serta bermanfaat bagi masyarakat sesuai dengan ajaran agama Islam. 3. Elemen-Elemen Pondok Pesantren Pondok Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang memiliki 5 (lima) elemen yaitu : 27
. Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2001), 116.
24
a. Pondok sebagai asrama santri Sebuah Pondok Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan dakwah tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seseorang (atau lebih) guru yang lebih di kenal dengan sebutan “Kiai”. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam lingkungan komplek pesanten di mana Kiai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah Masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Kompleks Pondok Pesantren ini biasanya di kelilingi dengan tembok untuk mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku Pondok Pesantren, merupakan ciri khas dari tradisi pesantren, yang membedakan dengan sistem pendidikan tradisional, di MasjidMasjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di negaranegara lain. Bahkan sistem asrama ini yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan surau di daerah Minangkabau. Ada tiga alasan utama kenapa Pondok Pesantren harus menyediakan asrama bagi santri. Pertama, kemashuran seorang Kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali ilmu dari Kiai tersebut secara teratur dan dalam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamanya dan menetap di dekat kediaman Kiai.
25
Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa di mana tidak tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk dapat menampung santri-santri, dengan demikian perlulah adanya suatu asrama khusus bagi para santri. Ketiga, adanya sikap timbal balik antara Kiai dan santri, di mana para santri menganggap seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan Kiai menganggap santrinya sebagai titipan Allah yang harus senantiasa dilindungi. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-menerus. Sistem Pondok Pesantren bukan saja elemen yang paling penting dari tradisi pesantren, tapi juga penopang utama bagi Pondok Pesantren untuk dapat terus berkembang. b. Masjid Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan Pondok Pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan sembahyang jum’at, dan pengajaran kitab Islam klasik. Kedudukan Masjid sebagai pusat-pusat pendidikan dalam tradisi Pondok Pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan
dakwah
tradisional.
Dengan
kata
lain,
kesinambungan sistem pendidikan dakwah yang berpusat pada Masjid sejak Masjid Al-Qubba di dirikan dekat Madinah pada masa Nabi
26
Muhammad SAW tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, Masjid telah menjadi pusat pendidikan dakwah. Di manapun kaum Muslimin berada, mereka selalu menggunakan Masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural. Hal ini telah berlangsung selama 13 abad. c. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Sejak tumbuhnya Pondok Pesantren pengajaran kitab-kitab klasik Islam di berikan dengan tujuan untuk mendidik calon-calon ulama. Dan sekarang meskipun kebanyakan Pondok Pesantren telah memasukkan pendidikan umum. Namun pendidikan kitab-kitab klasik tetap di berikan sebagai upaya untuk mewujudkan cita-cita pesantren. Sedangkan kitab-kitab klasik yang di ajarkan di Pondok Pesantren dapat di golongkan ke dalam 8 kelompok yaitu : 1) Nahwu dan sharaf 2) Fiqih 3) Ushul fiqih 4) Hadis 5) Tafsir 6) Tauhid tasawuf d. Santri Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga Pondok Pesantren menurut. tradisi Pondok Pesantren santri di bagi manjadi dua kelompok
27
1. Santri mukim : yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren 2. Santri kalong : yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren untuk mengikuti pelajaranya mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. e. Kiai. Kiai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu Pondok Pesantren. Ia merupakan pendiri. Sudah sewajarnyalah bahwa pertumbuhan suatu Pondok Pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi Kiai. Menurut asal usulnya, perkataan Kiai dalam bahasa jawa di pakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda : 1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang di anggap keramat misalnya “Kiai garuda kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton yogyakarta. 2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. 3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam kepada para santrinya.28 f. Sejarah pertumbuhan Pondok Pesantren Pondok Pesantren menurut sejarah akar berdirinya di Indonesia, di temukan dua versi pendapat. Pertama, pendapat yang
28
Zamakhsyari Dhofier, Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: LP3ES, 1994), 7.
28
menyebutkan bahwa Pondok Pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pondok Pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas dengan kaum shufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Hal ini di tandai dengan terbentuknya kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid tertentu. Disamping mengajarkan para pengikut itu juga di ajarkan kitab-kitab agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan agama Islam. Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga Pondok Pesantren. Pondok Pesantren di Indonesia baru di ketahui keberadannya dan perkembanganya setelah abad ke-16. Karya-karya Jawa klasik seperti Serat Cabolek dan Serat Centini mengungkapkan bahwa sejak permulaan bahwa abad ke-16 ini di Indonesia telah banyak di jumpai lembaga-lembaga yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang fikih, aqidah, tasawuf dan menjadi pusat-pusat penyiaran Islam yaitu Pondok Pesantren. Namun bagaimanapun asal mula terbentuknya tetap menjadi lembaga pendidikan dan keagamaan Islam tertua di Indonesia,
yang
perkembanganya
dari
masyarakat
yang
melingkupinya. Seperti telah diungkapkan di atas, lembaga-lembaga Pondok Pesantren yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki
29
latar belakang sejarah yang cukup panjang. Walaupun sulit di ketahui kapan permulaan munculnya, namun banyak dugaan bahwa lembaga Pondok Pesantren mulai berkembang tidak lama setelah masyarakat Islam terbentuk di Indonesia.29 Dalam perjalanan sejarahnya, Pondok Pesantren pernah besar dan berjaya di masa lalu. Seperti di kemukakan para pengamat, Pondok Pesantren menyimpan potensi untuk menjadi inti kristalisasi bagi identitas budaya pedesaan. Pada fungsinya Pondok Pesantren di pandang sebagai media tranformasi kultural, bahkan Podok Pesantren disikapi sebagai wujud manivestasi spiritual bangsa Indonesia. Pondok Pesantren dengan seluruh lingkupnya bukan saja sebagai tempat belajar ilmu agama, melainkan merupkan proses hidup itu sendiri bagi masyarakat pesantren dengan kemandirianya, Pondok Pesantren di wujudkan dalam keluwesanya struktur kurikulum pengajaran yang di anut, hingga kemampuan Kiai dan para santrinya untuk menahan diri pola hidup yng cenderung materealistis. Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam khas ke- Indonesiaan yang tumbuh dan perkembanganya dari masyarakat. Oleh karena itu, Pondok Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, sekaligus memadukan tiga unsur pendidikan yang amat penting, ibadah untuk
29
Depag RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta: Depag RI, 2003), 10.
30
menanamkan iman, tabligh untuk ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan kemsyarakatan dalam kehidupan sehari.30 Sejarah lain menunjukkan bahwa Islam masuk di kepulauan Nusantara sejak abad 7 M oleh para musafir dan pedagang Muslim melalui jalur perdagangan dari Teluk Persia dan Tiongkok yang di mulai sejak abad 5 M kemudian sejak abad 11 M dapat dipastikan Islam mulai masuk Nusantara melalui kota dan pantai. Hal ini terbukti dengan di temukan makam / batu nisan atas nama Fatimah binti Maimun, yang wafat 474 H atau tahun 1082 M di Leran Gresik, makam Malikus Shaleh di Sumatera bertarikh abad 13 M, makam Islam wanita bernama Tuhar Amusuri Dibarus, pantai barat pulau Sumatera bertarikh 602 H. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren telah di mulai di bumi Nusantara ini dalam periode ke 13-17. Menurut Marwan Sarijo dkk. Dalam bukunya Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia bahwa faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan pesantren yaitu: a. Agama Islam telah tersebar luas di seluruh pelosok tanah air dan sarana yang paling populer untuk pembinaan kader-kader Islam dan mencetak calon ulama adalah Masjid dan Pondok Pesantren. b. Kedudukan para ulama dan Kiai di lingkungan kerajaan dan keraton berada dalam posisi kunci. Selain raja dan sultan ahli
30
Mahpudin Noor, Potret Dunia Pesantren (Bandung: Humaniora, 2006), 16.
31
agama, para penasehatnya adalah Kiai dan ulama oleh karena itu pembinaan Pondok Pesantren sangat mendapatkan perhatian oleh para sultan da raja-raja Islam bahkan pendirian Pondok Pesantren di sponsori oleh raja dan sultan. c. Kebutuhan rakyat dan umat Islam akan sarana pendidikan yang mempunyai ciri khas ke Islaman, sementara sekolah-sekolah Belanda hanya dapat di masuki anak-anak dari kelas-kelas tertentu, tetap menambah pesatnya Pondok Pesantren. d. Adanya gairah yang sangat tinggi dan panggilan jiwa dari para ulama dan Kiai untuk melakukan dakwah dan menanamkan nilainilai Islam kepada seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat Islam yang masih belum sepenuhnya menjalankan ajaran agama Islam.31 Dari keterangan di atas, maka nampaklah jelas tentang faktorfaktor yang mendorong pertumbuhan Pondok Pesantren bahkan sampai saat ini perkembangan Pondok Pesantren sangat pesat, dari semangat ini maka berdirilah Pondok Pesantren baru, baik yang kecil maupun yang besar, baik sifatnya salaf maupun yang modern dengan menggunakan teori-teori baru dalam mengelola sampai dengan sistem pendidikanya kepada santri-santrinya. Ini semua diadakan untuk benarbenar mempersiapkan kader-kader yang tangguh dalam membela dan memperjuangkan tegaknya agama Islam. 31
35.
Marwan Sarijo dkk, Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia (Jakarta: Darma Bakti, 1979),
32
g. Peranan Pondok Pesantren dalam pendidikan dakwah Pondok Pesantren merupakan aset atau modal dasar yang di miliki umat Islam yakni tempat di gantungkanya kelestarian ajaran Islam dan tetap tegak serta terpelihara syari’at Islam yang mana keberadaanya tidak dapat di pisahkan dari tanggung jawab Kiai (ulama’) yang di harapkan sebagai pewaris Nabi. Oleh karena itu bukan hal yang mustahil apabila masyarakat secara de facto mengakui atau mensyahkan bahwa Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan dakwah yang pada dasarnya timbul dan berkembang dengan sendirinya sebagai lembaga dakwah sistem dakwahnya bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam. Sehingga secara kultural dapat di katakan bahwa Pondok Pesantren sebagai training center yang otomatis sebagai cultural center ajaran agama Islam, walaupun telah banyak diakui bahwasanya pendidikan dakwah antara Pondok Pesantren satu dengan yang lainya berbeda, dalam arti tidak ada keseragaman, namun pada dasarnya pendidikan dakwah dengan sistem yang berbeda tersebut tidak lepas dari tujuan dakwah yang utama adalah hasil akhir yang ingin di capai oleh keseluruhan tindakan dakwah yaitu terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan perantara adalah nilai-nilai yang mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang di ridhoi oleh Allah masing-masing sesuai dengan segi atau bidangnya.32
32
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), 37.
33
Adapun pendidikan dakwah yang dilakukan dalam Pondok Pesantren yang menjadi fokus utama dan tekanan utama adalah santri. Karena dengan upaya itu pembinaan dan bimbingan dalam pendidikan dakwah di Pondok Pesantren adalah membentuk santri sesuai dengan nilai-nilai Islam.
B. Pelaksanaan Pendidikan Dakwah 1. Pengertian Pendidikan Dakwah. Pengertian pendidikan banyak dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: a. Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan kepada anak tertuju kearah pedewasaan atau lebih tepatnya membantu anak untuk lebih cakap dalam melaksanakan hidupnya.33 b. John Dewey Pendidikan
adalah
proses
pembentukan
kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.34 Sedangkan dakwah itu sendiri secara bahasa berasal dari bahasa arab da’a, yad’u, yang berarti panggilan, ajakan, seruan.35 Yang di maksud seruan dan ajakan disini adalah seruan dan ajakan Islam sedangkan
33
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),.2. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Reneka Cipta. 2001). 68. 35 Ibid,2 34
34
menurut istilah para ulama’ memberikan pengertian yang bermacammacam 1. Syekh Al- Ghazali dalam bukunya ”Ma’allah” mengatakan bahwa dakwah
adalah
program
pelengkap
yang
meliputi
semua
pengetahuan yang meliputi semua pengetahuan yang dibutuhkan manusia, untuk memberikan penjelasan tentang tujuan hidup serta menyingkap rambu-rambu kehidupan agar mereka menjadi orang yang dapat membedakan mana yang boleh dijalani dan mana kawasan yang dilarang. 2. Aboebakar Atjeh dalam bukunya beberapa catatan mengenai Dakwah Islam, mengatakan, ”Dakwah adalah seruan kepada seluruh umat manusia untuk kembali pada ajaran hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.” Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik sebuah pengertian pendidikan dakwah yaitu usaha yang dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknya suatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya ajaran Islam.36 Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dakwah merupakan salah satu pokok peyelenggaraan Pondok Pesantren. Pondok Pesantren dapat berfungsi sebagai lembaga keagamaan yang menyebarkan ajaran agama Islam secara benar. Melalui pendidikan ini tentunya dipahami ada
36
Ibid . 10
35
keinginan untuk melahirkan kader-kader ulama yang dapat membantu menyebarkan agama Islam secara benar. Pendidikan semacam ini sebagai pendidikan
ketrampilan
santri.yang
populer
dewasa
ini
adalah
peyelenggaraan majelis taklim oleh Pondok Pesantren.37 Sasaran pertama dalam pendidikan dakwah adalah membangun manusia yang shalih yang pantas menjadi khalifah di bumi, yang telah di ciptakannya dalam penciptaan yang paling baik dan yang di taklukkan semua apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.38 Untuk menuju sasaran pengembangan tersebut, telah bahwa pada dasarnya tujuan dakwah Islam di pesantren sangat mendasar sekali, bukan hanya bersifat duniawi sementara akan tetapi sampai ke alam uhrowi (akhirat), yang dapat mengantarkan santri fid-dunya hasanah wa fil ahirati hasanah guna mencapai keridhaan Allah maka, Pondok Pesantren berupaya mengadakan aktivitas yang sifatnya mendidik serta menanamkan pada dirinya dengan ilmu-ilmu Islam yang pada umumnya dengan kitab- kitab kuning. 2. Dasar Pendidikan Dakwah Sebagai aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, pendidikan dakwah memerlukan landasan untuk memberikan arah programnya, sebab dengan adanya dasar akan berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai langkah pelaksanaan pendidikan.
37 38
Depag RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, 29. Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam (Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1997), 243.
36
Dasar yang menjadi acuan pendidikan dakwah hendaknya sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dari pendidikan dakwah adalah al-Qur’an dan al-Hadis. Menetapkan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar pendidikan dakwah bukan hanya kebenaran yang didasarkan keimanan semata, melainkan kebenaran dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman manusia. Sebagai pedoman, al-Qur’an tidak ada keraguan pada-Nya (QS. Al-Baqoroh/2:2) ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (QS. ArRod/15:9) baik dalam bidang pembinaan aspek spiritual, sosial, budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan bagi pendidikan dakwah. Secara umum hadis dipahami sebagai suatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) nya. Kepribadian Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik atau uswat al-hasanah (QS. Ahzab/33:1) oleh karena itu perilakunya senantiasa dikontrol oleh Allah (QS. An-Najm/53:3-4). Dalam pendidikan dakwah Sunnah Rasul SAW. Mempuyai dua fungsi yaitu pertama, menjelaskan sistim pendidikan dakwah yang terdapat dalam al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat dalam al-
37
Quran. Kedua, menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabatnya.39 Dasar pendidikan dakwah dalam al-Qur’an terdapat dalam surat QS. An-Nahl ayat 125
N َ ِهNِG3َّ9ِC ْV@ُ 3ْ ِد9َ َوkِ Aَ H َ; َ 3ْ اkِ W َ> ِ ْmَR3ْ وَاkِ Rَ Qْ ; ِ 3ْ 9ِC r َ Cِّ َر ِ oِP َ ?َ3ع ِإ ُ ْاد = َ /ِLGَ @ْ Rُ 3ْ 9ِC Vُ 2َ> ْ َأmَ َو ُه0ِ 2ِoِP َ ْ=> َ َّ َ ْ=Rَ Cِ Vُ 2َ> ْ َ أmَ ُهr َ Cَّن َر َّ = ِإ ُH َI ْ َأ “Serulah (manusia) kepada jalan Allahmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesunggunya Allahmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.40 Ayat di atas memerintahkan kaum Muslimin untuk berdakwah sekaligus memberikan tuntunan bagaimana cara-cara pelaksanaanya yakni dengan cara yang baik yang sesuai dengan petunjuk agama. Sedangkan dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat mambawa pada kehancuran.
39 40
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 34-35. DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (bandung: CV. Gema Risalah Press)
38
Karena pentingya dakwah itulah, maka dakwah bukanlah pekerjaan yang dipikirkan dan dikerjakan sambil lalu saja melainkan suatu pekerjaan yang telah diwajibkan bagi setiap pengikutnya. Dasar dakwah telah disebutkan dalam kedua sumbernya al-Qur’an dan al-Hadist. Dalam alQur’an terdapat banyak ayat yang menunjukkan kewajiban melaksanakan dakwah, antara lain: Surat QS. At – Taubah : 71
ف ِ *ُوMْ Rَ 3ْ 9ِC ن َ *ُو+ُ ْ-/َ ٍ Mْ Cَ ُء9َo3ِْْ َأوV@ُ ُMْ Cَ ت ُ 9َA+ِ ْRُ 3ْ ن وَا َ mُA+ِ ْRُ 3ْ وَا 0َ 2َّ3ن ا َ mُMoِ/ُ َة َو9َ َّآ3ن ا َ mُUْ/ُ ّ َة َو َ 3ن ا َ mُRoِD/ُ ِ* َوQَ Aْ Rُ 3ْ = ا ِ> َ ن َ ْm@َ Aْ /َ َو ٌVoِQI َ ٌ/ِ> َ 0َ 2َّ3ن ا َّ ِإ0ُ 2َّ3 اVُ @ُ Rُ I َ ْ*oَ َ r َ sِ 3َ أُو0ُ 3َmَُو َر “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”41 Ayat di atas menunjukkan tugas dakwah adalah tanggung jawab bersama diantara kaum Muslimin, oleh karena itu mereka harus saling membantu dalam menegakkan dan menyebarkan ajaran Allah serta bekerja sama dalam membrantas kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar), kebalikan dari siri atau sifat dari umat Islam ini adalah kaum munafiq. Dasar dakwah dalam All-Hadist HR. Imam Tirmidzi: dari Khuadzaifah ra. Dari Nabi bersabda: ”demi Dzat yang menguasi diriku, haruslah kamu mengajak kepada kebaikan dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan menurunkan siksanNya kepadamu kemudian kamu berdoa kepadan-Nya di mana Allah tidak akan mengabulkan permohonanmu (HR. Tirmidzi) 41
DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (bandung: CV. Gema Risalah Press)
39
Sedangkan hadis di atas mengajak manusia untuk ber-amar ma’ruf nahi mungkar yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada yang mungkar dengan demikian, dasar pendidikan dakwah bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis yang pada dasarnya membentuk peserta didik kearah kehidupan yang agamis yang sesuai dengan tuntunan Rasul SAW. 3. Tujuan Pendidikan Dakwah Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman managemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan
tujuan
pendidikan
dakwah
itu
adalah
tujuan
diturunkannya ajaran Islam bagi umat manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat umat manusia memiliki kualitas akidah, ibadah, serta akhlaq yang tinggi. Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thingking atau cara berpikir berubah, way of life atau cara hidup berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama sedangkan kualitas adalah kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi. Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa mission sacreet (amanah suci) berupa menyempurnakan akhlaq yang mulia bagi manusia. Dan akhlaq yang dimaksud ini tidak lain adalah al-Qur’an sendiri
40
sebab hanya kepada al-Qur’an lah setiap pribadi Muslim itu akan berpedoman. Atas dasar ini tujuan dakwah secara luas, dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik individu maupun maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang baik. Secara umum tujuan dakwah dalam al-Qur’an ádalah: (1).Dakwah menghidupkan hati yang mati dalam surat Al-Anfal ayat 24 disebutkan:
ْVQُ oِo; ْ /ُ 9َR3ِ ْV ُآ9َ>ل ِإذَا َد ِ mُ*َّ 2ِ3 َو0ِ ّ2َ3ِ اmُPoِGَ ْ ا اmُA+َ = َ /ِT3َّ ا9َ@/ُّ َأ9َ/ ن َ *ُو: َ; ْ Uُ 0ِ oْ 3َ ِإ0ُ َّ َوَأ0ِ Pِ 2ْ َ *ْ ِء َوRَ 3ْ = ا َ oْ Cَ ل ُ mُ;/َ 0َ 2َّ3ن ا َّ ا َأmُR2َ> ْ وَا “Hai, orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan".42 (2). Agar manusia mendapatkan ampunan dan menghindarkan azab dari Allah. (3). Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. (4). Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah belah. (5). Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus. (6). Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke dalam lubuk hati masyarakat. Pendidikan dakwah juga bertujuan menciptakan hubungan manusia dengan
42
khaliqnya
Al-Qur’an,8: 24.
(hablumminallah
dan
Hablummina
Nas
yang
41
sempurna). Dan mengadakan keseimbangan antara kedua-keduanya sejalan dan berjalan, Tujuan utama adalah tujuan akhir dari pendidikan dakwah yakni terwujudnya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupannya adalah tujuan yang sangat ideal dan memerlukan waktu serta tahap-tahap yang sangat panjang.oleh karena itu maka perlu ditentukan tujuan pada tiap-tiap tahap atau tiap-tiap bidang yang menunjang tercapainya tujuan akhir dakwah. Secara umum dapat disimpulkan pendidikan dakwah adalah mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi lebih baik meliputi orang mukmin atau kafir atau meningkatkan kualitas iman dan Islam seseorang secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa rasa terpaksa oleh siapapun untuk menuju jalan yang diridhoi oleh Allah sesuai apa yang telah disyariatkan oleh alQur’an.43
43
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 60.
42
BAB III DATA TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAKWAH BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL - FATAH TEMBORO MAGETAN
A. PENYAJIAN DATA UMUM
1. Sejarah Singkat Berdirinya dan Berkembangnya Pondok Pesantren AlFatah Temboro Magetan44 Berdirinya Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan melalui dua periode yaitu periode perintis dan periode pembangunan. a. Periode Perintis Dalam periode ini merupakan awal mula terciptanya yayasan AlFatah, dimana yayasan tersebut yang sekarang lebih maju dari sebelumnya, maka pada periode perintis ini di dirikanlah sebuah Masjid yang diberi nama Al-Fatah, tepatnya pada tanggal 1 mei 1939 dengan ukuran 10 X 15. sebelumya sudah ada langgar milik Kyai Haji Shidiq. Karena Islam mulai berkembang di masyarakat setempat maka di bangunlah fasilitas yang memadai yaitu Masjid. Pada tahun 1953 K.H. Shidiq membongkar rumahnya sendiri sebagai modal utama untuk membangun Pondok Pesantren, sehingga terwujudlah pondok yang terdiri dari 12 lokal/kamar yang hanya cukup menampung 50 orang santri. Dalam pelayanan pendidikan terhadap santri-santri praktis tidak mencukupi jika di tangani oleh bapak kyai sendiri, maka dari itu Bapak
44
Profil Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan.
42
43
kyai memerlukan bantuan santri seniornya antara lain : KH. Mahmud, H. Abu Bakar dan Junaidi dll. Kyai Shidiq mencita-citakan salah seorang putra sulungnya yang bernama Mahmud untuk kelak menjadi kyai, maka pada tahun 1949, Mahmud disuruh belajar mengaji di Pondok Pesantren Sobontoro, kemudian di Bacem kebonsari Madiun, Tremas Pacitan, yang terakhir di Tebu Ireng Jombang, kemudian disuruh pulang oleh ayahnya, untuk membantu mengajar dan sekaligus dididik sebagai calon kyai sebagai pengganti ayahnya. Pada tahun 1956 KH. Sidiq Wafat dalam usia kurang lebih 62 tahun dan perjuanganya diteruskan oleh putranya yaitu KH. Mahmud. Sepeninggal KH. Shidiq, KH. Mahmud semakin berat tanggung jawabnya terhadap kehidupan masyarakat di bidang mental spiritual, kemudian KH. Mahmud segera merencanakan suatu program kerja jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek di antaranya, membina santri-santri sebagai kader-kader utama yang sanggup bekerja dan beramal disamping menambah sistim pendidikan selain sorogan. Kemudian di bentuklah pengurus Pondok Pesantren diantaranya : 1) Bpk. H. Abu Bakar sebagai ketua 2) Bpk. Mukhtar sebagai sekertaris 3) Bpk. Junaidi sebagai Bendahara. dst. Program jangka panjang di antaranya mendirikan madrasah ibtidaiyah, madrasah diniyah Miftahut Tholibin, Madrasah Wajib Belajar dan Madrasah-madrasah lainya yang telah dicita-citakan sejak tahun
44
1956, yang sesuai dengan perkembangan masa priode pembangunan di bawah b. Periode Pembangunan Dalam periode pembangunan ini usaha yang dilaksanakan antara lain. 1) Mendirikan Gedung Madrasah Dalam mendirikan gedung madrasah tersebut, atas kesepatan bersama antara pengurus yang telah tersusun dengan pengasuh dan wali murid. Masalah biaya di tanggung secara gotong - royong. Di samping hal tersebut di atas, ada pula yang bersedia menyumbang satu lokal yang segalanya di tanggung sendiri shingga pada tahun 1961 terwujudlah gedung yang di maksud berjumlah tiga belas lokal. 2) Mendirikan pondok B,C,D dst. Pengajian di malam hari baik dengan sistem sorogan maupun weton rupanya dengan daya tambah pondok yang telah ada, yaitu pondok A, tidak mampu menampung lagi sehingga tahun 1967 berhasil mendirikan pondok pesantren B, C dan D dengan ukuran 600 m² yang berjumlah empat puluh lokal. 3) Membuka Madrasah Tsanawiyah Pada tahum 1959 didirikan Madrasah Tsanawiyah yang dikepalai oleh Bapak Kyai Haji Shodiq dan di Bantu oleh beberapa pengasuh antara lain : Bapak Sofwan, Bapak Junaidi, Daim, Shoim, M. Saidin dll.
45
4) Membuka PGA dan penegerianya Guna mencukupi kebutuhan guru agama baik swasta maupun Negeri, maka di bukalah PGA 4 tahun 1967 dengan kepala Bapak Shodiq. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI, pada tanggal 21 November 1967 no. 143/1967 berlaku sejak tahun ajaran 1963, kemudian menjadi PGAN 6 tahun, berdasarkan keputusan Menteri Agama RI tanggal 5 Mei 1969 No. 35/1969 dengan mengangkat secara definiti Bapak Drs H. Mudzakir Adnan sebagai kepala sekolah (hingga tahun 1982) dan bapak R. A. Badawi sebagai penerusnya. 5) Perluasan Masjid Al-Fatah Masjid Al-Fatah didirikan pada tahun 1939 dimana dari tahun ke tahun santri di didik yang terdiri dari santri anak – anak, dewasa, orang tua, dan yang mendorong untuk memperluas Masjid Al–Fatah antara lain ialah banyaknya santri tua atau toriqoh yang memerlukan ruangan tersendiri. Perluasan Masjid ini dilaksanakan pada tahun 1969 dengan ukuran 50 x 30 m² dengan biaya kurang lebih Rp. 2.500.000,00 6) Membangun gedung AULA dan Gedung tingkat dua. Gedung aula di bangun pada tahun 1972 dengan ukuran 40 x 40 m, dengan biaya kurang lebih Rp. 4.500.000,00. pada waktu membangun gedung tersebut hampir selesai yang tinggal memasang pilar–pilar terjadi peristiwa yang mengharukan sekali yaitu hujan yang di sertai angin kencang menerjang tembok bangunan tersebut,
46
peristiwa tersebut mengakibatkan kerugian kurang lebih Rp. 350.000,00. Dengan adanya peristiwa tersebut mengundang perhatian dari Bapak Muspida Magetan yaitu Bapak Jayadi (Bupati) dan Bapak Abdan (ketua DPRD Magetan). Sehingga berkenan mngunjungi gedung aula yang runtuh dan memberikan sumbangan sebesar Rp 250.000,00 pada tahun 1973 terwujudlah gedung aula yang megah. 7) Mendirikan Pondok Putri. Pada tahun 1974 didirikan pondok putri terdiri dari dua belas lokal dan sebuah ruang pertemuan dengan ukuran 5X9 M, yang menelan biaya kurang lebih dari Rp. 3.250.000, adapun yang mendorong Pondok Pesantren putri karena adanya usulan dari santriwati yang masih menempati bangunan rumah desa yang jauh dari Masjid. Oleh karena itu para pengurus Al-Fatah memenuhi keiginan mereka. 8) Al-Fatah Mulai Berbadan Hukum. Berdasarkan hukum yang berlaku di Negara. Maka, Al-Fatah berbentuk badan hukum dengan nama Yayasan Pendidikan Islam AlFatah Temboro Magetan di atas Notaris RN Sinulingga SH Madiun disahkan dengan Akte Notaris Nomor 12 tanggal 17 september 1969 9) Mendirikan SMA dan SMP Al- Fatah. Untuk
melengkapi
pendidikan
yang
ada
dan
untuk
menampung keinginan masyarakat, pada tahun 1978 didirikanlah SMA Al-Fatah dengan status terdaftar pada Kanwil Departemen dan Kebudayaan Propinsi Jatim dengan NSS 304051007005.
47
10) Mendirikan MTs dan MA Al-Fatah. Dalam rangka memudahkan pengelolaan pendidikan yang ada dan adanya proyek MAN Temboro di Purwosari Magetan, maka didirikanlah MA Al-Fatah pada tahun 1987 dengan jumlah murid 40 dan 18 guru. Kemudian tahun 1988 didirikan pula MTs Al-Fatah dengan murid 50 dan 14 guru 11) Tahfidhul Qur’an. Di samping pengajian-pengajian kitab kuning di pondok tersebut juga didirikan Tahfidhul Qur'an pada tahun 1990. Mulai dari tahun 1990 sampai tahun 2009 jumlah santri putra dan putri yang hafal al-Qur’an (hafidz dan hafidzah) ± 1000 santri.45 Selain program hifdil Qur’an ada juga program hifdil hadis yang dimulai pada tahun 2006 hingga saat ini santri yang hafal hadis berjumlah 5 orang hafal hadis sejumlah 1500 hadis dan selain itu ratarata semua santri masih menghafal di bawah 1000 hadis46 program ini diterapkan setelah santri mengikuti sekolah diniyah selama 2 tahun baru kemudian kejenjang selanjutnya yaitu kelas darurah hadis (menghafal hadis) 12) Usaha.Perluasan Dan Dakwah Islamiyah Dan Fikir Umat. Dahulu kala tidak ada amalan-amalan agama di negeri ini, tidak ada pesantren, Madrasah, Masjid, bahkan tidak ada kalimah thoyibah, tapi setelah adanya dakwah para wali yang datang dari
45 46
Lihat transkrip wawancara 24/1-W/F-1/16-III/2009 pada akhir laporan ini. Lihat transkrip wawancara 25/22-W/F-1/16-III/2009 pada akhir laporan ini
48
berbagai penjuru dunia hiduplah agama di Negeri, maka berdirilah Masjid, pesantren dan lain-lain. Pada tahun 1996 kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Fatah diteruskan oleh putranya yaitu KH. Uzairon Toifur Abdillah pada masa ini mulai ada inovasi pada sistem pendidikanya yaitu sistem pendidikan yang berbasis dakwah, hal ini di tandai dengan adanya program dakwah (huruj fi-sabilillah). Dengan menyadari dari hal yang demikian ini dan dengan menelaah sejarah para Nabi dan Shohabat dan leluhur-leluhur kita maka kita mengadakan Majelis Fikir Umat setiap malam Akhad diikuti oleh para santri, alumni-alumni dan masyarakat umum. Setelah itu diadakan himbuan kepada yang hadir untuk menyempatkan waktu 3 hari, 1 minggu atau sedapatnya untuk mengadakan programprogram yang tujuanya antara lain : 1.Melatih diri mengamalkan sunnah-sunnah Nabi SAW, selama 24 jam (pegangan pokok Bidayatul Hidayah) 2.Mengadakan kunjungan-kunjungan ke masjid-masjid supaya setiap masjid ada amalan-amalan ibaadah, ta’lim wata’lum, dakwah pelayanan masyarakat. 3.Usaha menghidupkan sunnah ziarah kepada kepada para ulama’ 4.Menghidupkan sunnah silaturrahmi kepada umat Islam secara menyeluruh terutama yang dirasakan rawan dalam bidang agama, sehingga timbul kasih saying akan mudah menjalankan agama.
49
5.Membantu pemerintah dalam mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya (baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur) Dari sinilah Pondok Pesantren Al-Fatah berkembang pesat dan Alhamdulillah berkat doa dan dukungan, usaha mendirikan Pondok Pesantren mulai menampakkan hasil yang positif banyak Masjid yang mati mulai hidup kembali, banyak saudara-saudara kita yang belum sholat biasa menikmati sholat berjamaah dan lain-lain.
2. Letak Keadaan Greografis Pondok Pesantren Al-Fatah Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan adalah sebuah Pondok Pesantren yang terletak kurang lebih tiga kilometer sebelah barat Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan tepatnya Desa Temboro Kecamatan Karas Kabupaten Magetan. Dengan lokasi yang berada di tengah-tengah desa tersebut, maka Pondok Pesantren Al-Fatah mempunyai keadaan kondisi greografis yang sangat strategis dan sangat menguntungkan, karena disekitar Pondok Pesantren tersebut dikelilingi oleh tanah-tanah pertanian yang berupa sawahsawah dan kebun-kebun yang subur, disamping itu juga karena populasi penduduk sekitar Pondok Pesantren tersebut tidak terlalu padat sehingga kondisi udaranya sangat segar dan nyaman. Walaupun dengan letaknya yang berada di tengah-tengah daerah pedesaan terserbut, karena sekitar kurang lebih dua kilometer sebelah utara Desa Temboro adalah jalan raya yang menghubungkan jalur tranportasi Pondok Pesantren dengan jalur besar yaitu jalan raya jurusan Solo-Surabaya.
50
3. Struktur Organisasi Pondok Pesantren
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Putra Al-Fatah Temboro Karas Magetan Jawa Timur Tahun Ajaran 2007/2008 NO 1.
JABATAN Syaikhul Ma’hadi
NAMA 1. KH ‘Uzairon Thoifur Abdillah 2. KH. Umar Fathulloh 3. KH. Ubaidillah Ahror
2.
Ketua
KH. Ubaidillah Ahror
3.
Sekertaris
Fahrur rozi Abdul Hamid
4.
Bendahara
Abdul Mufti Moh. Abdulloh
5.
Dakwah
Basyirun Abdurrohim
6.
Pendidikan
Zaini Dahlan Uzairi
7.
Keamanan
Sa’dulloh Rohmat
8.
Kebersihan
Sholihin Arifin
9.
Akomodasi
Irhamni Syukron Makmun
10.
Penerima Tamu
Mundzir Moh. Nuh
11.
Koperasi
Ibnu Mundzir Sholihin
12.
Sholawat
Moh.bilal
51
Ahmad Taufiq 13.
Lughot/Bahasa
Moh Ma’ruf M.Yasin Yusuf
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Putri Al-Fatah Temboro Karas Magetan Jawa Timur Tahun Ajaran 2007/2008 NO 1.
JABATAN Syaikhul Ma’hadi
NAMA 1. KH ‘Uzairon Thoifur Abdillah 2. KH. Umar Fathulloh 3. KH. Ubaidillah Ahror
2.
Ketua
Dra. H. Masyarohah
3.
Sekertaris
Fatimatuazaroh
4.
Bendahara
Khafidhah Latifatusary
5.
Dakwah
Qomriyatun Rosna Dwi
6.
Pendidikan
Umi Latifah
7.
Keamanan
Mubarrirotu z Umi Maesaroh
8.
Kebersihan
Surotun Nafi’ah Umi Habibah
9.
Akomodasi
Ratna Dewi Umi Habibah
10.
Koperasi
Sri Muawanah Muflikhah
11 11.
Lughot/Bahasa
Zahrotul Izah Siti Maimunah
52
4. Keadaan Santri Pondok Pesantren Al-Fatah Tahun 2008/2009 No Keterangan
Jumlah
01
Santri putra
6500 santri
02
Santri putri
2300 santri
Dari data di atas, santri yang berasal dari kampung terdekat adalah santri putra berjumlah 200 santri dan dari santri putri berjumlah 214 santri.
4. Sarana Prasarana Yang Ada Di Pondok Pesantren Al-Fatah Sarana prasarana dalam dalam suatu lembaga pendidikan ataupun non pendidikan merupakan faktor yang penting, yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya suatu lembaga dalam melaksanakan programprogramnya karena keduanya merupakan faktor pendukung yang utama dalam pelaksanaan semua aktifitas dalam suatu lembaga Adapun sarana yang di miliki Pondok Pesantren Al-Fatah adalah sebagai berikut : a. Tanah areal Pondok Pesantren yang luasnya ± 20 hektar dan di areal inilah terdapat berbagai macam bagunan dan gedung yang di gunakan untuk pelaksanaan kegiatan dakwah. b.Taman Kanak-kanak 2 unit. c. Madrasah Ibtidaiyah 2 unit dan 12 lokal. d.MTs 2 unit dengan 12 lokal. e. MA Al-Fatah 2 unit 12 lokal.
53
f. Pondok putra 5 unit dengan 53 lokal. g. Pondok putri 2 unit dengan 13 lokal. h.Masjid 3 unit di Temboro 2 di Manisrejo. 1 i. Aula 1 unit. j. Perpustakaan 2 unit. k. Puskesmas 1 unit ( tempat untuk berobat santri ). Di samping di dukung berbagai macam sarana pendidikan pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Fatah juga di dukung prasarana yang juga ikut membantu dalam pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren Al –Fatah beberapa prasarana penunjang tersebut adalah : 1. Adanya semangat yang tinggi dari para santri untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama. 2. Keikhlasan dan kesabaran para pengasuh dan guru-guru Pondok Pesantren. 3. Dukungan yang besar dari orang tua santri dan masyarakat baik yang bersifat materiil maupun spiritual.
B. PENYAJIAN DATA KHUSUS
1. Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan Dakwah Bagi Santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. Dari hasil wawancara yang di lakukan oleh peneliti dapat diketahui latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah sebagai berikut:
Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Fatah menekankan pada pendidikan dakwah karena dengan usaha dakwah maka agama
54
Islam dapat tersebar di seluruh penjuru dunia dengan usaha dakwah inilah Pondok Pesantren Al-Fatah ingin menegakkan syariat agama islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan dengan dakwah pondok pesantren ingin mengajak seluruh komponen masyarakat secara bersama-sama menyatukan fikir (maksud dan tujuan sama) sperti fikir Rosulullah SAW dengan cara berdakwah sedangkan pendidikan dakwah sebagai bentuk pembinaan bagi santri sehingga santri dapat mengembangkan ilmunya di masyarakat luas 47
Ya awalnya dari inisiatif Gus Ron bahwa syariat islam harus di tegakkan dan diterapkan di tengah – tengah masyarakat maka dari itu perlu ada yang mensyiarkan dan sekaligus memberi contoh dari sinilah akhirnya pondok dakwah Al-Fatah berdiri.48 Dari sinilah maka latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah dapat diketahui. 2. Perencanaan Pelaksanaan Pendidikan Dakwah Bagi Santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan. Perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di pondok Al-Fatah temboro merupakan hal penting dalam membangun karakter hal ini sebagaimana wawancara yang penulis lakukan yaitu sebagai berikut:
Perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan adalah merupakan hal penting dalam membangun karakter, pola pikir dan pondasi kepribadian insan. Dalam merencanakan sebuah pendidikan dilingkungan lembaga pendidikan dalam hal ini Pondok Pesantren haruslah mengacu pada cita-cita awal didirikannya Pondok Pesantren tersebut. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap out put yang dihasilkan. Setiap lembaga pendidikan dalam menjalankan setiap kegiatan “belajar mengajar” tentu tidak luput dari sebuah perencanaan yang matang. Ini akan menjadi arah kebijakan setiap kegiatan belajar mengajar di pondok guna menghasilkan out put yang market table di masyarakat di era globalisasi seperti saat ini. Untuk menuju cita-cita Pondok Pesantren, dan cita-cita menghasilkan lulusan atau out put yang market table, maka lembaga pendidikan Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan 47 48
Lihat transkrip wawancara 02/2-W/F-1/6-IV/2008 pada akhir laporan ini. Lihat transkrip wawancara 03/3-W/F-1/6-IV/2008 pada akhir laporan ini.
55
membuat perencanaan pendidikan yang berbasis dakwah. Perencanaan ini meliputi jangka pendek dan jangka panjang. Pada dasarnya setiap insan atau umat Nabi Muhammad SAW mewarisi kerja Nubuwah. Ini artinya setiap umat islam mempunyai tanggung jawab menyampaikan atau menyambung risalah kerasulan. Itu karena Nabi pada zaman dulu berdakwah hanya diseputaran jazirah arab, para nabi tidak sampai menyebarkan risalah wahyu Tuhan hingga ke Negara-Negara a’zam. Oleh karenanya umat Nabilah yang berkewajiban menyambung risalah kenabian keseluruh alam. Pada zaman Nabi SAW, Negara madinah sangatlah ma’mur. Baik ekonomi, cara beragama dan mu’amalah antar sesama. Dalam pendidkan dakwah menekankan pada empat hal yaitu dakwah dilallah (mengajak kejalan Allah), ta’lim wa al ta’lum (belajar mengajar), dzikir ibadah dan khidmat (memberi pelayanan) Itulah sebabnya yayasan Pondok Pesantren Al-Fatah membuat perencanaan pendidikan yang berbasis dakwah. Yang pertama dilakukan adalah mendirikan Pondok Pesantren. Didalam Pondok Pesantren inilah dilakukan kegiatan ta’lim setiap hari. Baik Ta’lim Tentang Al-Qur’an, Hadis, Fiqh dan pelajaran-pelajaran pendukung untuk mencapai cita-cita Pondok Pesantren. Selanjutnya adalah dakwah atau yang lebih dikenal dengan sebutan khuruj fisabilillah untuk setiap santri. Ini dilakukan berjenjang sesuai dengan kapasitas sebagai seorang santri. Selain khuruj, juga diadakan pertemuan-pertemuan atau ij’ma’ santri yang akan mengkoordinir setiap kegiatan santri diseluruh daerah bahkan dunia. Ini akan membahas beberapa agenda santrri dilingkungan Pondok Pesantren masing-masing dan sebagai wahana tukar pendapat ”sharing” bagi santri. Setelah didirikan madrasah, kegiatan dakwah, dan yang ketiga adalah khidmat. Khidmat adalah melayani, artinya memberi mengabdi di madrasah ataupun masyarakat. 49 Kemudian bentuk-bentuk pendidikan dakwah sebagai berikut:
Dakwah keliling50 Ta’lim Wata’lum51 Musyawarah 52
49
Lihat transkrip wawancara 01/1-W/F-2/6-IV/2008 pada akhir laporan ini Lihat transkrip wawancara 05/5-W/F-2/7-IV/2008 pada akhir laporan ini 51 Lihat transkrip wawancara 07/7-W/F-2/9-IV/2008pada akhir laporan ini 52 Lihat transkrip wawancara 08/08-W/F-2/9-IV/2008pada akhir laporan ini 50
56
Pengajian kitab53 Adapun tujuan pelaksanaan pendidikan dakwah sebagai berikut: Untuk mengekalkan hidayah dan menjadi asbab turunya hidayah di seluruh alam.54 Untuk memasukkan Nur kalamullah dan sabda Rosulullah SAW ke dalam hati kita sehingga kita ada semangat untuk mengamalkan agama dan merasa rugi apabila tertinggal amal agama55 Bagaimana kita menyatukan hati. Fakir dan kerja kita dan apa yang kita buat sehingga mampu mendatangkan hidayah Allah SWT dan kita siap untuk menggunakan harta, diri,dan waktu kita56 Menjadikan manusia berilmu dan dapat mengamalkanya sehingga dapat membawa manusia sesuai ajaran-ajaran Islam.57 Dengan pelaksanaan pendidikan ini amal agama saya meningkat58 Dengan pelaksanaan pendidikan ini maka hati saya menjadi tenang karena saya melaksanakan sunah-sunah nabi 59 Dengan adanya pendidikan dakwah ini maka hidayah akan turun kepada kita. 60 Dengan adanya pendidikan dakwah ini dapat mengembleng mental saya untuk mendakwahkan agama 61 Mengajak orang-orang untuk selalu beribadah kepada Allah untuk membina santri agar menjadi manusia yang bertaqwa serta mampu mendakwahkanya 62 Menyebarkan kebaikan dan mencegah timbulnya kemaksiatan agar tercipta masyarakat yang tenteram dengan keridhoan Allah63 53
Lihat transkrip wawancara 9/3-W/F-2/9-IV/2008pada akhir laporan ini Lihat transkrip wawancara 05/5-W/F-2/7-IV/2008 pada akhir laporan ini 55 Lihat transkrip wawancara 07/7-W/F-2/9-IV/2008 pada akhir laporan ini 56 Lihat transkrip wawancara 08/08-W/F-2/9-IV/2008 pada akhir laporan ini 57 Lihat transkrip wawancara 9/3-W/F-2/9-IV/2008 pada akhir laporan ini 58 Lihat transkrip wawancara 9/3-W/F-2/9-IV/2008 pada akhir laporan ini 59 Lihat transkrip wawancara 15/12-W/F-2/11-IV/2008 pada akhir laporan ini 60 Lihat transkrip wawancara 16/13-W/F-2/11-IV/2008 pada akhir laporan ini 61 Lihat transkrip wawancara 17/14-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 62 Lihat transkrip wawancara 18/15-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 63 Lihat transkrip wawancara 19/17-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 54
57
Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya64 Membentuk individu yang menjadikan Islam sebagai pegangan dan pandangan hidup dalam segala segi kehidupan65 Menjadikan manusia berpola pikir, berjiwa pesantren66 Terwujudnya manusia yang berakhlaqul kharimah67 Mendakwahkan ilmu yang telah di perolehnya68 3. Pengelolaan Pelaksanaan Pendidikan Dakwah Bagi Santri di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan Bagaimana proses pengelolaan pelaksanaan pendidikan dakwah bagi santri di pondok pesantren Al-Fatah Temboro? Berdasarkan hasil wawancara penulis adalah sebagai berikut :
Jadi yang mengelola adalah para pengurus kemudian yang melaksanakan adalah santri, ada bagian seksi dakwah yang mengatur atau mengkoordinir pelaksanaan pendidikan dakwah dalam melaksanakan pendidikan dakwah setiap santri dibina dan dididik untuk mengikuti program ini yang tujuanya menjadikan santri kualitas aqidah,ibadah serta akhlaq yang tinggi yang mampu menghasilkan ulama’ yang mempunyai kadar ilmu keagamaan yang tinggi serta mampu menghasilkan keilmuan yang professional.69 Dari data di atas dapat di ketahui pngelolan pelaksanaan pendidikan dakwah di pondok Al-Fatah Temboro
64
Lihat transkrip wawancara 18/16-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini Lihat transkrip wawancara 20/18-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 66 Lihat transkrip wawancara 20/18-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 67 Lihat transkrip wawancara 22/19-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 68 Lihat transkrip wawancara 23/20-W/F-2/25-IV/2008 pada akhir laporan ini 69 Lihat transkrip wawancara 04/4-W/F-3/7-IV/2008 pada ahir laporan ini 65
58
BAB IV ANALISA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAKWAH BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-FATAH TEMBORO MAGETAN
A.
Analisa Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan Dakwah Bagi Santri Berangkat dari realitas yang ada sebagaimana yang penulis paparkan dalam Bab sebelumnya bahwa latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah di Pondok Pesantren Temboro adalah terwujud dari kerisauan seorang kyai yaitu KH ‘Uzairon Thoifur Abdillah dimana pesantren Al-Fatah memiliki dua periode perkembangan yaitu periode perintisan dimana periode perintisan ini adalah cikal bakal pondok pesantren salafiyah Al-Fatah yang didirikan oleh kyai Sidiq kemudian dilanjutkan putranya kyai Mahmud kemudian dilanjutkan lagi putranya yaitu Gus Ron (panggilan KH. ‘Uzairon Thoifur Abdillah) di periode gus Ron inilah pondok Al-Fatah di adakan pembahruan yaitu pesantren yang menitik beratkan pada program dakwah dan hasil yang diperoleh sangat memuaskan yaitu mampu menyerap ribuan santri. pembaharuan ini dilakukan karena adanya pelunturan nilai – nilai agama yang ada di tengah- tengah masyarakat hal ini sebagimana disebutkan dalam wawancara dengan pengurus pondok sebagai berikut
Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Fatah menekankan pada pendidikan dakwah karena dengan usaha dakwah maka agama Islam dapat tersebar di seluruh penjuru dunia dengan usaha dakwah inilah Pondok Pesantren AlFatah ingin menegakkan syariat agama islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan dengan dakwah pondok pesantren ingin mengajak seluruh komponen masyarakat secara bersama-sama menyatukan fikir (maksud dan tujuan sama) sperti fikir Rosulullah SAW dengan cara berdakwah
58
59
sedangkan pendidikan dakwah sebagai bentuk pembinaan bagi santri sehingga santri dapat mengembangkan ilmunya di masyarakat luas 70 ya awalnya dari inisiatif Gus Ron bahwa syariat islam harus di tegakkan dan diterapkan di tengah – tengah masyarakat maka dari itu perlu ada yang mensyiarkan dan sekaligus memberi contoh dari sinilah akhirnya pondok dakwah Al-Fatah berdiri.71 Dalam hal ini penulis pahami bahwa latar belakang berubahnya pondok Al-Fatah yang pada awalnya memiliki manhaj salafiyah secara murni dan kemudian beralih menjadi pondok salafiyah dakwah adalah dalam rangka untuk memurnikan kembali tujuan pendidikan islam yaitu sebagaimana teori yang penulis paparkan dalam Bab II yaitu Pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dalam memberinya nilai-nilai, prinsipprinsip, dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan ahirat.72 Jadi proses pendidikan tidak hanya transfer knowledge (memberikan pengetahuan) akan tetapi harus mampu dan bisa memberikan uswah hasanah di tengah-tengah masyarakat.
B.
Analisa Perencanaan Pelaksanaan Pendidikan Dakwah Bagi Santri Dalam perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah di Pondok Pesantren Al-Fatah dalam pelaksanaanya di rencanakan oleh Pondok Pesantren seperti wawancara yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren AlFatah yaitu perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah di Pondok
70
Lihat transkrip wawancara 02/2-W/F-1/6-IV/2008 pada akhir laporan ini. Lihat transkrip wawancara 03/3-W/F-1/6-IV/2008 pada akhir laporan ini. 72 Hasan Langgulung, Azaz-Azaz Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1977), 62. 71
60
Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan adalah merupakan hal penting dalam membangun karakter, pola pikir dan pondasi kepribadian insan. Dalam merencanakan sebuah pendidikan dilingkungan lembaga pendidikan dalam hal ini Pondok Pesantren haruslah mengacu pada cita-cita awal didirikannya Pondok Pesantren tersebut. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap out put yang dihasilkan. Setiap lembaga pendidikan dalam menjalankan setiap kegiatan “belajar mengajar” tentu tidak luput dari sebuah perencanaan yang matang. Ini akan menjadi arah kebijakan setiap kegiatan belajar mengajar di pondok guna menghasilkan out put yang market table di masyarakat di era globalisasi seperti saat ini. Untuk
menuju
cita-cita
Pondok
Pesantren,
dan
cita-cita
menghasilkan lulusan atau out put yang market table, maka lembaga pendidikan Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro Magetan membuat perencanaan pendidikan yang berbasis dakwah. Perencanaan ini meliputi jangka pendek dan jangka panjang.73 Menurut Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun menjelaskan perencanaan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan dapat di beri arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan masa depan sesuai yang di tentukan.74 dalam hal ini perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah di pondok Al-Fatah Temboro
73
Lihat transkrip wawancara 01/1-W/F-1/17-IV/2008 pada akhir laporan ini Udin syaefudin sa’ud dan Abin syamsudin, Perencanaan Pendidikan (Bandung: Rosda Karya.2007), 4 74
61
memiliki dua perencanaan yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang perencanaan itu adalah sebagai berikut : Program jangka pendek diantaranya, membina santri-santri sebagai kaderkader utama yang sanggup bekerja dan beramal disamping menambah sistim pendidikan selain sorogan Program jangka panjang di antaranya mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Diniyah Miftahut Tholibin, Madrasah Wajib Belajar dan Madrasah-madrasah lainya yang telah dicita-citakan sejak tahun 1956 Menurut hemat penulis yang berangkat dari sebuah teori bahwa dalam sebuah perencanaan yang perlu diperhatikan adalah 1). Berhubungan dengan masa depan 2). Seperangkat kegiatan 3). Proses yang sistematis 4) hasil serta tujuan.75 Jadi dalam hal ini Pondok Al-Fatah sudah memiliki sebuah perencanaan pelaksanaan pendidikan yaitu menjadikan santri menjadi insan yang utama yaitu insan yang faham terhadap ilmu agama (tafaqquh fi-aldin) dan mampu menyampaikan dan memberi contoh di tengah-tengah
masyarakat
selain
itu
dalam
jangka
panjang
juga
mengembangkan lembaga pendidikan yaitu mulai dari Madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah Aliyah. Menurut hemat penulis dari analisa di atas secara garis besar pondok Al-Fatah sebuah lembaga pendidikan yang mencetak seorang Da’i dan ulama’
C.
Analisis Pengelolaan Pelaksanaan Pendidikan Dakwah Bagi Santri
75
Syaefudin Sa’ud Dan Abin Syamsudin Makmun perencanaan pendidikan suatu pendekatan komprehensif (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2007), 5.
62
Dalam
Bab
sebelumnya
telah
penulis
paparkan
bahwa
pengelolaan pelaksanaan pendidikan dakwah di tangani oleh pengurus dan seksi-seksi, menurut analisa penulis dengan menggunakan kerangka berfikir deduktif bahwa pengelolaan pendidikan dakwah terjadi secara top down yaitu dari pengurus kemudian di teruskan oleh seksi – seksi bidang baru kemudian diaplikasikan ke para santri.
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data-data yang di temukan dan dari hasil analisis data, maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Latar belakang pelaksanaan pendidikan dakwah tercipta yaitu dalam rangka menyebarkan dan memakmurkan ajaran Islam untuk menjadikan insan muslim yang kaffah. 2. Perencanaan pelaksanaan pendidikan dakwah pondok pesantren Al-Fatah adalah sebuah perencanaan dimana out put yang diharapkan adalah terciptanya seorang da’i dan ulama’ bagi lulusan pondok Al-Fatah 3. Pengelolaan pelaksanaan pendidikan dakwah di pondok Al-Fatah terjadi secara top down yaitu dari pengurus – pengurus pondok kemudian di teruskan oleh bagian – bagian masing - masing.
B. Saran-Saran 1. Agar tujuan pelaksanaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik perlu adanya peningkatan pemahaman ilmu – ilmu agama terhadap santri baik secara tektual maupun kontekstual dalam rangka mengantisipasai dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga santri dapat mengamalkan ilmunya di masyarakat sebagaimana tujuan Pondok Pesantren dan sesuai dengan perkembangan zaman.
63
64
2. Agar pelaksanaan pendidikan dakwah terlaksana dengan baik maka perlu adanya managemen administrasi yang rinci baik dalam administrasi surat menyurat dan administrasi data – data dan perlu adanya kerjasama antara pengasuh, pengurus, santri dan tokoh masyarakat. 3. Agar hasil dari proses pendidikan sesuai sasaran maka perlu bimbingan yang intensif bagi santri sebelum diterjunkan ke masyarakat dan harus ada yang bertanggung jawab dalam pengelolaan selain itu evaluasi sangat perlu untuk di adakan guna untuk melihat tingkat keberhasilan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Kapita Selekta Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Al-Qardhawy Yusuf, Pengantar Kajian Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997. Aziz, Ali, Moh. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004. Biklen dan Bogdan. Qualitatif Research For Education, and Introduction To Theory and Methods. Boston: Allyn An Bacon, 1982. Dhofier,Zamakhasyari,Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES,1994. Dauly Hidar Putra, Pendidikan Islam Dalam System Pendidikan Nasional di Indonesia Jakarta: Prenada Media,2004. Depag RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta: Depag RI, 2003. DEPAG RI, Al-Qur’an dan terjemahan, (bandung: CV. Gema Risalah Press) Guba Dan Lincoln Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications.lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2003. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Kafrawi, Pembaharuan System Pondok Pesantren. Jakarta: Cemara Indah,1978. Lonf Lan, Analyzing Social Setting, A Guide To Qualitative Observation And Analysi. Belmon, Cal: Wadswoth Publishing Company, 1984. Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis,1994.
66
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2003. Nata Abuddin,Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Grasindo,2001. Noor Mahpudin, Potret Dunia Pesantren. Bandung: Humaniora,2006. Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Patton, Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage Publication, 1980. Rahardjo M. Dawam. Pesantren Dan Pembaharuan Jakarta: LP3S. Simpson Mariam S.B,G, e.l,a. Quide To Research For For Educators And Trainer On Adults. Malabar. Florida: Robert E Krieger Publishing Company, 1984. Spardley, J.P. Participant Observation. New York: Hold Rinehart And Winston, 1980. Saridjo Marwan Dkk, Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia. Jakarta: Darma Bakti,1979. UUD RI 20 Tahun 2005,Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang,2003. Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan. Jakarta Reneka Cipta, 2001. Ya’kub, Pondok Pesantren Dan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Angkasa 1984. Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.