BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai butir-butir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua aspek yang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh positif bagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Amanah Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya. Banyaknya persoalan yang terjadi di negara Indonesia
saat ini antara lain
disebabkan oleh semakin menipisnya nilai-nilai karakter. Misalnya, nilai karakter kejujuran sebagai contoh pejabat negara yang tidak jujur menyebabkan perbuatan korupsi, pelajar yang tidak jujur menyebabkan kebiasaan mencontek, serta masih banyak contoh persoalan lainnya yang akarnya berasal dari hilangnya sikap jujur. Mengingat kejujuran merupakan salah satu nilai karakter yang penting dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah untuk menanamkan sikap ini. 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kinerja Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini, 2001:11). Sedangkan Ahli lain berpendapat bahwa Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud Tempe, A Dale, (Hafis : 2011). Sementara Fatah (1996:33) Menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2008). Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. 2
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (2006:54) mengemukakan bahwa Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 3
Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Kinerja guru PKn dalam pembelajaran meliputi 3 hal yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagai berikut : a. Kinerja Guru dalam Menyusun Rencana Pembelajaran Kinerja Guru Pkn Pada tahap perencanaan perangkat karakter yang dirumuskan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan: 1) filosofis - Agama, Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; 2) pertimbangan teoretis - teori tentang otak (brain theories), psikologis (cognitive development theories, learning theories, theories of personality) pcndidikan (theories of instruction, educational management, curriculum theories), nilai dan moral (axiology, moral development theories), dan social-kultural (school culture, civic culture); dan 3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik (best practices) dari antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan unggulan, kelompok kullural dll.(Budimansyah, 2010:13) b. Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar (learning experiences) dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Dalam rnasingmasing pilar pendidikan akan ada dua jenis
pandekatan yakni intervensi dan
habituasi. Dalarn intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pernbelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan 4
rnenerapkan kegiatan yang terstruktur (structured Iearning experiences). Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna peran guru sebagai sosok panutan (rule model) sangat penting dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi
(persistent-live
situation),
dan
penguatan
(reinforcement)
yang
memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya mambiasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dan melalui proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembalajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter merupakan komitmen seluruh sektor kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan nasional Keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesahatan, hukum dan hak azasi manusia, serta pemuda dan olah raga. Kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach). Khusus, untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap maka pengembangan nilai/karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/ metode pendidikan nilai (value/character education). Untuk kedua mata pelajaran tersebut ni1ai/karakter dikembangkan sebagai dampak pernbelajaran (instructional effects) dan juga dampak pengiring (nurturant effects). Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan ni1ai/karakter, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring (nurturant efects) berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta didik. Dalam lingkungan satuan pendidikan dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan nilai/karakter. (Budimansyah, 2010:18) c. Kinerja Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesman program untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk menditeksi aktualisasi 5
karakter dalam diri paserta didik sebagai indikator bahwa proses pcmbudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik. Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan evaluasi selain untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu juga mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok siswa. Evaluasi juga diharapkan mampu untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar, mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya ) untuk keperluan belajar, serta mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dala proses belajar mengajar Sesuai dengan tujuan evaluasi tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai siswa. Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika – matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). (Budimansyah, 2010:19)
6
B. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Karakter Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa: ”Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu: 1.
Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.
2.
Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.
Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)
Dalam tujuan, PKn persekolahan memiliki tujuan sebagai berikut : 1.
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2.
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3.
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya
4.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi
sebagai pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk 7
warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menerapkan nilai karakter di sekolah dapat diuraikan melalui tahapan berikut: 1.
Pendidikan karakter terintegrasi pada setiap mata pelajaran, dengan sendirinya setiap mata pelajaran diberi bobot pendidikan karakter. Guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menautkan prilaku aspek nilai karakter pada indikator dan tujuan pembelajaran serta bahan belajar.
2.
Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan bahan belajar tentang niliai karakter diuraikan pada proses belajar mengajar melaui 3 tahapan, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada pendahuluan prilaku karakter disajikan melalui apersepsi pada kegiatan sehari-hari siswa atau pengalaman siswa terhadap prilaku serta sikap. Selanjutnya dalam kegiatan inti disajikan melalui contoh atau penugasan melalui LKS yang terpadu sehingga secara langsung maupun tidak langsung siswa belajar berbagai prilaku tentang nilai karakter bersama siswa lainnya. Berikutnya pada kegiatan penutup disimpulkan prilaku apa saja yang harus dikusai siswa setelah mempelajari konsep karakter. Jadi, pada setiap mata pelajaran para guru harus mampu menciptakan watak atau karakter kepada setiap siswa. Pada keseluruhan mata pelajaran ada penekanan yang sungguh-sungguh untuk membentuk karakter siswa. Misalnya Untuk mewujudkan kejujuran, guru mata pelajaran apa pun tidak boleh membiarkan terjadinya contek-menyontek. Guru harus memberikan pemahaman kepada siswa, bahwa lebih baik mengaku tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumah ketimbang mengerjakan pekerjaan rumah dengan cara menyontek.
3.
Evaluasi pembelajaran PKn yang menerapkan nilai-nilai karakter dilakukan pada pembentukan karakter. Dengan melihat hasil tugas mingguan yang berupa tugas peningkatan karakter/sikap yang dibuat oleh siswa, terlihat perubahan dan peningkatan pada diri siswa secara bertahap setiap minggunya. Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar didapatkan perubahan sikap yang cukup baik, contoh untuk membentuk karakter jujur bagi siswa tidak cukup dengan memberikan pelajaran kejujuran, melainkan perlu diberikan hukuman bagi yang tidak jujur, Jadi, tidak ada tes tentang prilaku karakter kejujuran secara tertulis, namun melalui observasi setiap proses belajar mengajar. 8
BAB III Metode Penelitian
A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengungkapkan gejala secara holistic kontekstual melalui pengumpulan data dengan memanfaatkan diri sebagai peneliti. Pendekatan kualitatif adalah adalah suatu pendekatan yang bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelasan dan berfikir dengan suatu teori (Wahyu, 2009: 65). Tujuan utama penelitian kualitatif adalah menentukan makna dibalik tingkah laku lahiriah manusia sebagai anggota masyarakat dimana masalah fenomologis merupakan salah satu basis bagi penelitian kualitatif. Berdasarkan pertimbangan pilihan metode dan analisis penelitian diatas, maka penelitian ini menerapkan metode kualitatif untuk mengamati prilaku sekolompok orang sebagai subjek penelitian yaitu guru dan siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas yang dianalisis melalui kajian komprehensif terhadap kenyataan dari responden tentang kinerja guru dalam penanaman nilai-nilai karakter melalui proses pembelajaran PKn yang meliputi tiga hal yaitu : pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah Dasar lslam Terpadu (SDIT) Al-Amin Kabupaten Kapuas terletak di jalan Barito Gg XI Kuala Kapuas berdekatan dengan Majelis Taklim dan lingkungan masyarakat, adapun profil Sekolah Dasar lslam Terpadu (SDIT) Al-Amin adalah sebagai berikut : 1. Identitas Sekolah Nama
: SDIT Al Amin Kuala Kapuas
Alamat
: Jl. Barito Gg. XI Kuala Kapuas
Kelurahan
: Selat Hulu 9
Kecamatan
: Selat
Kabupaten
: Kapuas
Propinsi
: Kalimantan Tengah
Kode Pos
: 73501
e-Mail
:
[email protected]
Kepala sekolah
: Aminanto, Sp
B. Hasil Penelitian Kinerja guru dalam pembelajaran PKn pada dasarnya meliputi 3 hal utama, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. a. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas Berdasarkan hasil wawancara serta observasi dan pengamatan dapat diketahui melalui beberapa pertanyaan yang diajukan kepada informan dan para guru lainya selaku subyek penelitian didapatkan informasi bahwa kinerja guru dalam pembentukan karakter siswa yang diselengarakan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas bertujuan untuk mengajar, mendidik, membimbing peserta didik agar menjadi anak yang berpendidikan dan mempunyai akhlak mulia dalam menghormati guru mengajar sehingga mampu menjadi peserta didik yang berkarakter. Pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas menyesuaikan terhadap seluruh perangkat dan visi, misi, dan tujuan sekolah. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Bapak Aminanto selaku Kepala Sekolah SDIT Al Amin Kabupaten Kapuas mengatakan : Kami telah mulai melaksanakan pendidikan karakter yang telah berjalan secara perlahan di sekolah ini, hal ini dilaksanakan sesuai dengan pedoman pendidikan karakter yang diedarkan oleh Kementrian Agama.
guru di
sekolah berkewajiban melaksanakan secara optimal pendidikan karakter yang telah disarankan, di mana guru di sekolah ini telah menyusun program 10
pendidikan karakter dengan 18 nilai karakter kepada peserta didik yang tentunya disesuaikan kondisi dan keadaan sekolah.(wawancara pada Senin tanggal 19 desember 2012) Berdasarkan hasil wawancara, observasi, pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan peneliti pada bulan November 2012 di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas. fenomena yang terjadi di lapangan ada siswa yang kurang memiliki rasa hormat serta sopan santun dalam pergaulan sesama siswa serta, juga tutur kata yang kurang sopan terhadap guru dan tak adanya jarak atau batasan antara siswa dan guru saat proses pembelajaran dan diluar proses pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan belum maksimalnya pendidikan karakter yang dilaksanakan selama ini, sebagaimana dikatakan oleh Ibu Unung Warsiti selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum mengungkapkan : menurut ibu ini dikarenakan pendidikan karakter tidak dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru dan belum mencakup 3 ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. guru cuma menyusun tujuan pada aspek kognitif saja, sehingga aspek sikap kurang perhatian. Dalam melakukan proses pembelajaran sebagian guru sering terpaku
oleh
buku
akibat
tenaga
pengajar
bukan
pada
pelajaran
produktifnya.(wawancara pada Senin tanggal 19 desember 2012) Selanjutnya peneliti menyakan dimana pendidikan karakter di terapkan, apakah di dalam kegiatan lain. Unung Warsiti mengatakan: “Pendidikan karakter diterapkan pada kegiatan ekstra. pelaksanaannya tidak dimasukkan dalam kegiatan intra tetapi masuk pada kegiatan ekstrakurikuler misalnya kegiatan pramuka, pesantren kilat, pondok romadhon, sehingga pelaksanaannya hanya insidental tidak natural”. (wawancara pada Senin tanggal 19 desember 2012) Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Ibu Marfuah selaku Guru Kelas di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas mengatakan: pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini yang tadinya belum maksimal melaksanakan pendidikan karakter di sekolah dan sekarang mulai diterapkan 18 nilai karakter sesuai edaran Kementerian Agama, sebagai berikut : 11
1.
Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama Islam, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, khususnya tata tertib siswa.
5.
Kerja Keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai habatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.
Kreatif yaitu cara berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan hasil terbaru dari apa yang telah dimiliki.
7.
Mandiri yaitu sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.
Rasa ingin tahu sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta tanah air yaitu cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 12. Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. 12
13. Persahabatan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta damai yaitu sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar membaca sebagai kebiasaan dalam menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya 16. Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggungjawab sebagai sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Namun, tidak semua nilai-nilai karakter tersebut dapat diterapkan melalui penidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas karena belum merupakan tujuan utama pembelajaran, melainkan hanya merupakan tujuan dampak pengiring dalam bahan belajar PKn. Menurut Ibu Marfuah selaku Guru Kelas di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas mengatakan ”yang
diterapkan adalah nilai-nilai religius, kejujuran, disiplin, dan peduli
sosial sehingga setiap guru berupaya semaksimal mungkin dapat menyusun perencanaan pembelajaran sesuai dengan konteks materi pada nilai-nilai karakter tersebut.” (wawancara pada Selasa tanggal 20 desember 2012) b. Kinerja Guru melaksanakan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada Wali Kelas yaitu Ibu Siti Jubaidah, diketahui bahwa dalam pelaksanaan pendidikan
karakter
di
sekolah,
ada tahapan-tahapan
dalam
pembentukan karakter siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas. Berdasar tahapan proses pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas berkaitan dlakukan langkah-langkah pembentukan karakter siswa, sebagai berikut: 13
a. Tahap Penanaman: 1) Dikenalkan contoh-contoh konkrit yang baik dan buruk. 2) Jelaskan konsekuensi positif dan negatifnya. 3) Dipantau orang tua, guru, masyarakat. 4) Yang salah dibetulkan dengan cara baik. b. Tahap Penumbuhan: 1) Hasil penanaman nilai-nilai selalu diingatkan, dibimbing, dan dipantau. 2) Jangan dicela/dihina agar tumbuh dengan baik dalam hati sanubari. c. Tahap Pengembangan: 1) Melalui kegiatan konkrit, diberikan kepercayaan melalui diskusi, permainan peran, simulasi, dan lain-lain. 2) Dengan memerankan suatuu eristiwa, siswa akan mudah melakukan internalisasi sesuai potensinya. d. Tahap Pemantapan: 1) Diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dalam bentuk kegiatan nyata. 2) Didorong untuk partisipasi aktif, bertanggung jawab dalam sikap, tindakan, dan tutur kata. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas ditetapkan menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran sebagai guru yang berkompeten dan berkarakter. Sementara untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter di lapangan dilaksanakan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan
kebutuhan
siswa
dalam
mendukung
pendidikan
karakter
seperti
kepramukaan serta diupayakan 18 nilai-nilai karakter menjadi budaya sekolah melalui pembiasaan dalam kehidupan keseharian guru dan siswa di sekolah maupun di masyarakat. c. Kinerja Guru melaksanakan evaluasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar
Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn yaitu Bapak Suprianto, pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas mengatakan : bahwa evaluasi dari pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dilakukan melalui tatap muka dan 14
pemberian penilaian terhadap prilaku siswa. Sementara secara tidak langsung evaluasi dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler dengan memberikan kepercayaan menyelesaikan tugas kerja kelompok siswa. (wawancara pada kamis tanggal 22 desember 2012) Sesuai dengan tujuan evaluasi, maka penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Menurut Bapak Gatot selaku guru PKn di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas mengatakan: “bahwa selama ini untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja, penugasan, hasil karya, kumpulan hasil kerja siswa, dan penilaian tertulis”.
BAB V PEMBAHASAN
A. Kinerja Guru dalam Perencanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas Pembelajaran tentang nilai karakter hadir sebagai karakter
pembentukan nilai
pribadi siswa yang dirangsang penuh oleh beberapa subjek pemerhati
seperti guru-guru dan orangtua. pihak sekolah sangat menyambut hal-hal positif yang dirasa perlu untuk mengembangkan proses pendidikan secara berkelanjutan. Berdasakan wawancara yang dilakukan peneliti pada Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas, Bapak Aminanto, beliau mengatakan bahwa pendidikan karakter sejak awal sangat berperan terhadap perkembangan pola pikir siswa sebelum menuju jenjang pendidikan selajutnya, tentunya pihak sokolah selalu mengutamakan hal ini karena menyangkut tentang pembentukan karakter pribadi siswa kearah yang baik. perencanaan, pembentukkan nilai karakter harus ada diprogramkan di tiap-tiap sekolah sejak masuk di bangku sekolah dasar.
15
2.
Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas Penerapan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas mengarah kepada 3 kegiatan sekolah yaitu: a.
Pendidikan karakter diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap mata pelajaran. Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab guru tertentu saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran. Oleh karenanya setiap guru mata pelajaran harus mampu
membuat dan
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan karakter di setiap kegiatan pembelajarannya, karakter apa yang akan ditanamkan disesuaikan dengan jenis kegiatan dan materi yang diajarkannya. b.
Pendidikan karakter diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Di dalam upaya menampung dan menyalurkan minat dan bakat siswa, setiap sekolah memiliki dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan. Dalam pelaksanaannya setiap ekstra di bimbingan guru. Tugas seorang guru pembimbing ekstra bukan tugas yang bisa dianggap mudah, karena kegiatan ekstra biasanya dilakukan di luar jam pelajaran, setelah pulang sekolah dan ini memerlukan pengorbanan waktu dan tenaga serta pikiran yang luar biasa dari seorang guru pembimbing. Nilai–nilail positif karakter bisa ditanamkan kepada siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler ketika guru pembimbing memberikan arahan dan bimbingan di setiap kegiatan ekstra yang dilakukan dan ini bersifat lebih aplikati karena ditanamkan pada latihan rutin yang mereka lakukan.
c.
Pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam budaya sekolah, menjadi suatu pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan. Ada beberapa pembiasaan positif yang bisa ditanamkan dalam kehidupan sekolah dalam rangka penanaman nilai nilai karakter bangsa yaitu diantaranya Menggunakan waktu 5 menit di awal pembelajaran di pagi hari dengan membaca ayat suci Al Qur’an dan terjemahnya adalah pembiasaan positif untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rasa saling menghormati sesama teman dikembangkan dengan membudayakan ucapan salam ketika berpapasan, demikian juga dengan guru seperti budaya berjabat tangan di mana pun adalah pembiasaan yang positif yang harus terus dijaga karena hal itu akan menanamkan rasa menghargai dalam diri peserta didik. Tidak hanya itu 16
kepedulian peserta didik tidak hanya harus diarahkan kepada kepedulian sosial tetapi juga harus diarahkan juga terhadap kepedulian lingkungan sekitar sekolah, bagaimana seharusnya siswa menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan sekolah, menghidarkan siswa terhadap paham vandalisme, dan banyak karakter positif lain yang bisa dibudayakan dalam lingungan sekolah. 3. Kinerja Guru dalam Evaluasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas Hasil wawancara dengan siswa dari evaluasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas dapat digambarkan sebagai berikut: a.
Guru sudah dan selalu memberikan teladan sebagai kesan keyakinan terhadap karakter yang dikehendaki kepada siswa, seperti sikap disiplin dan hormat.
b.
Guru selalu memberikan bimbingan dan klarifikasi kepada siswa yang menghadapi masalah dan melakukan suatu kesalahan dalam berprilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
c.
Guru selalu memberikan pengertian dan pemahaman kepada siswa agar menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter melalui kerja kelompok, diskusi, bermain peran serta kegiatan ekstra kurikuler, khususnya bagi memenuhi kebutuhan lulusan berkualitas.
d.
Guru selalu membangun motivasi yang kuat pada diri siswa agar dapat berlatih dalam kerja tim guna memecahkan setiap masalah atau menarik kesimpulan pelajaran yang telah diberikan sehingga dapat menanamkan secara langsung nilai-nilai pendidikan karakter seperti mengumpulkan tugas tepat waktu dan mampu mematuhi tata tertib di sekolah maupun pergaulan dengan masyarakat.
e.
Guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan, kepramukaan, serta kepemimpinan guna memperkuat nilai-nilai pendidikan karakter yang sudah dimiliki dalam kehidupan sehari-hari BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Kinerja guru dalam perencanaan pendidikan karakter di sekolah disusun dalam bentuk 18 nilai karakter yang diedarkan oleh Kementrian Agama. Kepala sekolah bersama 17
guru, khususnya mata pelajaran PKn sudah menyampaikan program pendidikan karakter, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan yang sudah tercantum dalam indikator dari 18 nilai pendidikan karakter tersebut. 2. Kinerja guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, budaya sekolah, sehingga menjadi suatu pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah maupun di lingkungan keluarga. 3. Kinerja guru dalam evaluasi pendidikan karakter di sekolah untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja, penugasan, hasil karya, kumpulan hasil kerja siswa, dan penilaian tertulis. B. Saran 1. Berdasarkan perencanaan nilai-nilai penidikan karakter, disarankan kepada kepala sekolah dan guru agar menyusun secara eksplisit dan sistematis pelaksanan 18 nilai karakter sesuai dengan edaran Kementrian Agama di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Amin Kabupaten Kapuas. 2. Berdasarkan pelaksanaan pendidikan karakter, disarankan kepada kepala sekolah dan guru berserta staff agar dapat selalu berkerja sama dalam mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan pembelajaran, extrakulikuler, maupun kedalam budaya sekolah agar menjadi suatu pembiasaan dalam kehidupan keseharian disekolah. 3. Berdasarkan evaluasi pendidikan karakter di Sekolah, maka disarankan kepada guru untuk mempertinggi lagi kinerjanya dalam melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai dari siswa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adi Gunawan. 2005. Hypnosis – The Art of Subconscious Communication, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Adi Gunawan dan Ariesandi Setyono. 2006. Manage Your Mind for Success, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Ariesandi Setyono. 2006. Hypnoparenting: Menjadi Orangtua Efektif dengan Hipnosis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta : Al-Mawardi Prima. Bahri Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Budimansyah D., Penguatan Pendidikan Kewargaanegaraan untuk membangun karakter bangsa, Widya Aksara Press, Bandung: cet. Pertama 2010. Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id Hafis,
2011. Pengembangan Profesi Guru dan kinerja guru (online) (http://hafismuaddab.wordpress.com/tag/kinerja-atau-prestasi-kerja/, diakses 18 september 2012)
Joseph Murphy. 2002. Rahasia Kekuatan Pikiran Bawah Sadar. Jakarta, SPEKTRUM Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: Dirjan Dikdas. NN, 2012. Kinerja Guru Yang Baik Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen (online)(http://id.shvoong.com/social-sciences/,diakses 18 sepember 2012) NN, 2003. Undang–undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. NN, 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Dosen. Jakarta.
Tentang
Guru
Dan
NN, 2012. Pendidikan Positif (Online) ( http://pendidikanpositif.wordpress.com / 2012 /09/30/problemapendidikankarakter-dan-implementasinya-dikelas/ diakses 18 sepember 2012)) Khan,Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi Publishing. 19
Kulsum, Umi. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAKEM. Surabaya. Gema Pratama Pustaka. Made Pidarta. (1999). Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Miftah, Zainul. 2011. Implemenntasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Gena Pratama Pustaka. Muchtar Rawi. 2010. Pendidikan Karakter, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah. Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Madani. Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter : Konstruksi Teoretik dan Praktik. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Noor, Rohinah M. 2011. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra : Solusi Pendidikan Moral yang Efektif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Nurla Aunillah, Isna 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah. Jakarta : Laksana Raka, Gede. et.al. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah : Dari Gagasan ke Tindakan. Jakarta : Elek Media Komputindo. Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya : PT. Jepe Press Media Utama (Jawa Post Group). Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif , Sidoarjo, Masmedia Buana Pustaka Taufiq, Ahmad dan Muhammad Rohmadi. 2010. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Karakter Berbasis Agama. Surakarta : Yuma Pustaka. Wahyu, 2009. Metode Penelitian Kualitatif (2). Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Wahyu, dkk, 2011. Pedoman penulisan karya ilmiah. Banjarmasin: Pustaka Banua.
20