BAB I LATAR BELAKANG A.
PENDAHULUAN Perubahan sosial dalam masyarakat adalah pokok bahasan yang penting dalam
sosiologi. Perubahan merupakan gejala sosial yang dialami oleh setiap masyarakat. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk semakin maju dan berkembang, seiring dengan kemajuan pola pikir dan tingkat kemampuannya. Menurut J.P. Gillin dan J.L. Gillin (wordpress,dederosadi 2012), perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, dan ideologi karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Seperti halnya dengan perubahan sosial pada diri seseorang dalam menggunakan pakaian khususnya dalam menggunakan jilbab. Secara etimologis (dikutip dari kumpulan sejarah) jilbab berasal dari bahasa arab jalaba yang berarti menghimpun atau membawa. Istilah jilbab digunakan pada negeri-negeri berpenduduk muslim lain sebagai jenis pakaian dengan penamaan berbeda-beda. Di Iran disebut chador, di India dan Pakistan disebut pardeh, di Libya milayat, di Irak abaya, di Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab. Pada tahun 1983 perdebatan tentang penggunaan "jilbab" disekolah antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Noegroho Notosoesanto yang kemudian direspon oleh MUI, masih menggunakan kata kerudung. Noegroho menyatakan bahwa pelajar yang karena suatu alasan merasa harus memakai kerudung, pemerintah akan membantunya pindah ke sekolah yang seragamnya memakai kerudung. Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga mengadakan pertemuan khusus dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menegaskan bahwa seragam harus sama bagi semua orang berkaitan dengan peraturannya, karena bila tidak sama berarti bukan seragam. 1
Di Indonesia, kemudian penggunaan kata "jilbab" digunakan secara luas sebagai busana kerudung yang menutupi sebagaian kepala perempuan (rambut dan leher) yang dirangkai dengan baju yang menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Dimana kriteria jilbab yang benar harus menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak. Dan pakaianpun itu seharusnya tidak tipis, tidak ketat sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas. Menutup aurat bagi perempuan muslim adalah wajib hukumnya. Aurat adalah bagian tubuh yang terlarang bila dilihat orang lain yang bukan mukhrimnya dan tubuh perempuan yang boleh terlihat hanya muka dan pergelangan tangan hingga jari-jari saja. Untuk menutup aurat bagian kepala salah satunya yaitu jilbab. Jilbab yaitu kain yang digunakan para perempuan untuk menutup bagian kepala, rambut, hingga leher. Dengan menggunakan jilbab ini maka kepala dan rambut perempuan akan tertutup. Muslimah yang taat akan agama Islam itu mereka akan melakukan sesuatu yang diajarkan oleh agamanya salah satunya yaitu menutup aurat dengan berjilbab. Jilbab dalam Islam merupakan sebuah sistem nilai dan sosial masyarakat Muslim. Pada awalnya belum banyak wanita muslim yang mengenakan jilbab khususnya di Indonesia, mungkin hanya sebagian wanita saja yang mengenakannya, diantaranya mereka yang menuntut ilmu disuatu pesantren ataupun sekolah yayasan Islam saja. Berjilbab saat itu dianggap para perempuan sebagai sesuatu yang aneh, tidak modis, tidak flexibel bahkan kampungan. Model jilbab dan baju muslim pada saat itu tidak banyak dan tidak beragam sehingga membuat para wanita muslim enggan mengenakan jilbab. Apalagi para remajaremaja perempuan mereka jarang mengenakan jilbab dan lebih senang dan percaya diri dengan tidak mengenakan jilbab. Akan tetapi seiring perkembangan zaman perkembangan jilbab mulai tumbuh di kalangan perempuan yang mengenakannya khususnya para remaja 2
perempuan, mereka merasa nyaman dan percaya diri dengan mengenakan jilbab, bisa kita lihat banyaknya mahasiswi mengenakan jilbab saat kuliah. Pemakaian jilbab yang dahulu sebagai paksaan bila dikenakan oleh para perempuan muslim khususnya remaja akan tetapi lambat laun keberadaan jilbab mengalami perubahan. Jilbab yang diidentikkan dengan sesuatu yang tidak modern dan jilbab merupakan suatu kearifan seorang perempuan sebagai orang yang menggunakannya pada saat itu. Jilbab merupakan simbol agama Islam bahwa mereka adalah perempuan muslim, akan tetapi sekarang pandangan masyarakat khususnya remaja perempuan muslim berubah, penggunaan jilbab dikenakan bukan karena sebagai simbol agama Islam akan tetapi sebagai lifestyle apalagi dikalangan mahasiswi saat ini, keberadaan jilbab itu tidak terlepas dari para public figure di indonesia itu sendiri, para perancang jilbab pertama kali memasarkan jilbabnya pada para public figure alhasil para public figure itu akan terlihat cantik modis walaupun memakai jilbab (menutup aurat), hal inilah yang menjadikan para muslimah untuk mengenakan jilbab untuk menunjang tampilannya seperti para artis-artis, agar terlihat cantik. Dalam industri mode pakaian, pakaian perempuanlah yang paling cepat berubah dan banyak variannya dibandingkan dengan model pakaian para pria. Di Indonesia sendiri, sangat pesat pertumbuhan pakaian perempuan apalagi sepuluh tahun terakhir ini salah satunya munculnya jilbab dengan berbagai varian dan model setiap saat berganti. Model jilbab yang mengalami kemajuan dalam hal bentuk, model dan gaya sangat varian sebagai penunjang penampilan para perempuan muslim. Banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan jilbab saat ini diantaranya yaitu keberadaan tayangan di televisi seperti sinetron di Indonesia saat ini yang para pemain sinetronnya mengenakan jilbab terlihat modis dan terlihat cantik, itulah yang menyebabkan para kaum hawa khususnya anak muda untuk meniru model yang dikenakan oleh para artis.
3
Media massa dan perkembangan teknologi yang mutakhir membuat para mahasiswa ini mendapatkan model berjilbabnya. Bisa dilihat gaya mereka berjilbab meniru para public figure yang sering terlihat di layar kaca televisi, internet ataupun majalah muslim dan jilbab seperti model jilbab yang dikenakan oleh para artis. Dan artis inilah yang merupakan trend setter para remaja. Ketika artis marak berjilbab, mempunyai dampak positif semakin banyak perempuan yang memakai jilbab karena artis telah menjadi public figure dan idola masyarakat. Model jilbab yang dikenakan para public figure tersebut banyak ditiru dan ikut dikenakan oleh banyak kelompok remaja dan mahasiswi. Model jilbab yang ditampilkan para artis yang inovatif,modis dan trendy itu memacu para khalayak atau masyarakat ingin menirunya. Dengan mereka meniru para public figure ini mereka bisa disebut sebagai orang yang gaul karena selalu mengikuti perkembangan model saat ini. ’’Jilbab gaul’’ adalah ekspresi generasi muda yang menuntut kebebasan dalam berpakaian, para perempuan Islam yang ingin mengikuti ajaran agama dengan mengenakan jilbab tetapi juga tetap ingin mengikuti perkembangan zaman (tren mode) dengan mempopulerkan model ’’jilbab gaul’’ tersebut. Peran media sangat berpengaruh dalam perkembangan model jilbab tersebut karena bisa dilihat mereka banyak yang meniru model jilbab yang dikenakan oleh para artis. Adanya Perguruan tinggi swasta Islam yang mewajibkan para mahasiswi untuk mengenakan jilbab inilah yang memicu perkembangan model jilbab itu sendiri dikalangan Kampus ,dengan banyaknya mahasiwa yang sebelum masuk di kampus ini tidak mengenakan jilbab akan tetapi sekarang mereka mengenakan jilbab dalam kesehariannya di Kampus karena sudah menjadi aturan, maka dari itulah mereka berlomba-lomba mengenakan jilbab yang lagi trend saat ini dengan gaya yang up to date. Dengan model dan gaya jilbab yang dikenakan untuk menutup kepalanya agar terlihat modis dan trendy, maka mereka akan merasa percaya diri bila mengenakannya. Bentuk daripada model jilbab yang dikenakan dan
4
ditampilkan oleh para mahasiswa itu sendiri menunjukkan suatu identitas diri orang yang mengenakannya. Pesatnya
laju pertumbuh gaya berpakaian saat ini, tampilan luar seseorang itu
memiliki nilai tertinggi dalam segala penampilan. Salah satunya yaitu penampilan para mahasiswi mengenakan jilbab, karena bagi kaum perempuan muslim untuk menunjukkan identitas dirinya ditunjukkan dengan pemakaian jilbab yang mengikuti mode saat ini. Oleh karena itu, untuk dapat berpenampilan yang cantik itulah perempuan remaja mengkonsumsi jilbab yang secara tidak langsung dapat membentuk gaya hidup tersendiri bagi mereka. Meskipun dorongan agama yang paling banyak menjadi alasan yang utama untuk mengenakan jilbab akan tetapi dorongan untuk cantik itu lebih besar yaitu jilbab bisa dijadikan salah satu penunjang fisik dari seorang perempuan . Hal ini disebabkan karena jilbab itu tidak memiliki bentuk yang tetap, apalagi tunggal. Jadi jilbab bukan lagi sematamata simbol dan kewajiban agama tetapi sebagai lifestyle. Di lingkungan Kampus swasta Islam itu sendiri, setiap mahasiswi yang mengenakan jilbab itu mempunyai gaya tersendiri yang menurut mereka cocok dengan mereka. Jilbab yang dikenakan dianggap mode tersendiri untuk berpenampilan modis di Kampus. Bahkan diantara mereka itu bisa menemukan mode tersendiri atau meniru para model jilbab seperti artis yang sedang trendy dan hal ini bisa membedakan antara mahasiswi satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa menimbulkan terjadinya persaingan diantara para mahasiswi untuk berpenampilan modis dengan “jilbab gaul” nya tersebut. Di Perguruan tinggi swasta Islam ini, para mahasiwinya sangat mengikuti model dalam berpakaian yaitu berjilbab. Pada saat ini mereka banyak yang meniru para public figure, gejolak para mahasiswi muda yang belum mempunyai tanggung jawab, membuat mereka membeli barang-barang yang lagi trendy saat ini tak kecuali jilbab, bisa kita lihat saat 5
ini keberadaan jilbab ini yang telah memasyarakat bagi para kaum muslimah dan perempuan dan mahasiswi sebagai objek konsumsinya, para mahasiswi yang mengenakan jilbab selalu ingin menampilkan penampilan jilbab yang modis dan trendy dan mengikuti perkembangan pada saat ini. Seiring dengan pesatnya perkembangan model berjilbab ini bagi kaum hawa muslim jilbab dijadikan sebagai gaya hidup bagi para remaja, kaum hawa dan mahasiswi. Banyaknya model jilbab yang ditampilkan oleh para public figure yang ditiru oleh para kelompok remaja atau mahasiswi ini, menunjukkan identitas diri bagi mereka. Memakai jilbab seperti jilbab yang dikenakan oleh para public figure ini menunjukkan jiwa pada dirinya dan agar mereka diakui keberadaannya. Suatu gaya yang mulai menjadi modus keberadaan manusia modern, dimana orang yang bergaya salah satu dalam berpenampilan jilbab akan lebih bisa memperlihatkan identitas mereka. Maraknya pemakaian jilbab selebritis dikalangan mahasiswi di lingkungan kampus itu, menjadikan jilbab yang dikenakan biasanya adalah jilbab yang lagi nge-trend pada saat ini dikalangan anak muda yang sering disebut “jilbab gaul”, para mahasiswi yang mengenakan jilbab tersebut seperti tidak begitu memperhatikan aturan dan akidah pemakaian jilbab yang telah diatur dalam Al-Quran akan tetapi mereka langsung memakai saja tidak melihat apakah jilbab yang dikenakan itu sesuai akidahnya, dan bisa dikatakan mereka semata-mata memburu gaya saja. Bisa saya lihat fenomena yang menonjol saat ini pada kelompok remaja dan para mahasiswi dimana jilbab seharusnya digunakan karena untuk menutup aurat akan tetapi saat ini dijadikan sebagai lifestyle. Keberadaan jilbab juga tak lepas dari pengaruh fashion, sehinnga jilbab saat ini menjadi mode bagi para mahasiswi. Warna,corak, bahan ,dan modelnya saat ini yang bervariasi menjadi daya tarik sendiri untuk para perempuan untuk mengenakannya. Bahkan saat ini nama model jilbab diambil dari para artis yang pertama
6
kali mempopulerkan model jilbab tersebut. Hal inilah yang menyebabkan para mahasiswi mulai mengikuti trend berjilbab layaknya para selebritis di Indonesia. Pada saat ini menjamurnya toko busana muslim di Yogyakarta ikut memudahkan para mahasiswi untuk memiliki jilbab selebritis tersebut. Di Jogja saja banyak toko yang menjual jilbab dengan harga yang terjangkau hanya puluhan ribu saja bisa ditemui di pasar Beringharjo. Keadaan inilah semakin memanjakan para mahasiswi untuk tampil lebih tren dan modis dengan biaya yang relatif murah. Jilbab yang dahulu hanya dipakai oleh segelintir wanita muslim saja akan tetapi lambat laun keberadaan jilbab saat ini justru mencapai status elitis dan modis ketika para artis berbondong-bondong mengenakannya. Dan banyaknya masyarakat yang menirunya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Mengapa jilbab selebritis populer dan faktor apa yang membangun popularitas jilbab selebritis di kalangan mahasiswi ekonomi UMY? 2. Identitas apa yang terbentuk ketika mengimitasi jilbab selebritis? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui budaya populer jilbab selebritis dikalangan mahasiswi Fakultas Ekonomi UMY 2. Mengetahui faktor-faktor yang turut membentuk konstruksi jilbab selebritis. 3. Mengetahui pembentukan identitas dikalangan mahasiswi D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang sosial mengenai dinamika kehidupan dan perilaku para mahasiswi di lingkungan Kampus UMY
7
(Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang sama. Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam mengadakan penelitian, serta sebagai sarana pembuktian antara teori yang ada dengan kenyataan di lapangan. Dari perspektif teoritis penelitian ini akan menambah pengetahuan tentang fenomena jilbab selebritis di lingkungan Fakultas Ekonomi UMY saat ini. Disamping itu penelitian ini ditujukan agar menambah referensi akademis yang bisa digunakan oleh para peneliti yang memiliki ketertarikan pada masalah yang serupa. E. TINJAUAN PUSTAKA a. Jilbab dan Cara Berpakaian Menurut Lisanul Arab secara etimologi (dalam kamus standar dalam Bahasa Arab, kamus besar bahasa Indonesia, 1990) Jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanitauntuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya. Sedangkan Al Mu'jamal-Wasit, Jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau selendang (khimar), atau pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untukmenutupi semua tubuh seperti halnya mantel. Sementara kerudung sendiri di dalam Al Qur'an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31. Dengan tema yang peneliti angkat, adapun tinjauan pustaka yang ditampilkan diantaranya, Cecile Laborde dalam kutipan skripsi berjudul “Female Autonomy, Education and the Hijab” memberikan pemikirannya menjadi tiga bagian, dimana bagian pertama menetapkan sebuah republik perfeksionis kasus untuk larangan dalam berjilbab, berdasarkan asumsi pencerahan tentang progresif sekuler rasionalisme, otonomi untuk pendidikan, dan kritik dari pramodern, patriarkal dengan sifat Islam. Bagian kedua tunggangan respon kritis, yang menolak republik paternalisme dan menghubungkan wawasan dari sosiologi pasca-modern agama 8
dengan radikal feminis teori badan perempuan. Pada bagian ketiga, ia menunjukkan bahwa kedua argumen, bahkan pada interpretasi yang paling simpatik hadir di sini, adalah cacat. Cecile berpendapat bahwa meskipun larangan pada jilbab tidak dapat dibenarkan, republiken benar-benar khawatir tentang bahaya dominasi dalam masyarakat sipil. Cecile kemudian berangkat dari teori 'republik kritis' non-dominasi yang menghindari perangkap paternalisme tanpa koersif, bagaimanapun, meninggalkan individu tanpa bantuan dalam menghadapi dominasi. Ismail Machfud (Fenomena Jilbab Funky, 1998) “Fenomena Jilbab Funky (Sebuah Kajian Terhadap Penggunaan Jilbab Funky di Kalangan Mahasiswa Fakultas Agama Islam-Universitas Muhammadiyah Malang)”, dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa pertama, dikalangan mahasiswi FAI terdapat tiga macam jenis jilbab, yaitu, jilbab besar, jilbab standart dan jilbab funky. Namun, jenis kedua adalah yang terbanyak di antara peminatnya di kalangan mahasiswi FAI. Kedua, faktor yang menyebabkan mahasiswi gemar menggunakan jenis jilbab funky adalah a) ingin tampak modis, b) mencari kepraktisan dalam menggunakan jilbab, c) mengikuti trend (perkembangan jenis busana modern) dari ketiga faktor tersebut, ternyata yang menjadi latar belakang utama mahasiswi menggunakan jilbab funky adalah karena kurangnya wawasan keagamaan dan pengaruh keluarga, lingkungan, budaya serta media massa. Ketiga, latar belakang mahasiswi yang menggunakan jilbab funky tidak semua berlatar belakang pendidikan umum, namun banyak dari mereka berlatar belakang pendidikan keagamaan (pesantren), hal ini penulis ketahui dari delapan orang mahasiswi yang menjadi informan. Kedelapan mahasiswi pengguna jilbab funky tersebut diketahui kelima mahasiswi berlatar belakang pendidikan Keagamaan (pesantren), dan ketiga mahasiswi lainnya adalah mahasiswi yang berlatar belakang pendidikan umum. Dari ketiga pembahasan diatas penulis simpulkan bahwa pendidikan prakuliah baik pendidikan keagamaan maupun umum, tidak menjadi pengaruh 9
dalam penggunaan jilbab funky (gaul) dikalangan mahasiswi fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. b. Mahasiswi dan Lifestyle masa kini Chaney(1996)
dalam
bukunya
‘Lifestyle-sebuah
pengantar
komprehensif’
menjelaskan bahwa gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam penggunaan, pemahaman, atau penghargaan artefak – artefak budaya material untuk menegosiasikan permainan kriteria status dalam konteks sosial yang tidak diketahui namanya. Gaya hidup selanjutnya merupakan cara-cara terpola dan menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan seharihari dengan nilai sosial atau simbolik, ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas. c. Public Figure dan artis dengan Gaya Berjilbab Mahasisiwi Artis adalah sesorang yang melibatkan dirinya dalam bidang seni. bisa seni suara, seni tari, seni lukis, dan seni-seni lainnya yang memiliki nilai-nilai positif bagi pelakon dan penikmat seni tersebut. walaupun seni memiliki makna yang luas, tetap saja seni dibatasi dengan budaya dan keadaan dimana seni itu tumbuh dan berkembang. Sehingga bisa saja seni, suatu daerah tidak pantas untuk diterapkan di daerah lainnya, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga sebagian yang pantas. Publik figur sendiri adalah seseorang yang menjadi panutan, contoh, suri tauladan, tentu saja dalam hal yang positif, bagi orang yang melihat,mengagumi dan menghormatinnya. sehinnga sebagai suri teladan sebagai panutan dan sebagai contoh seorang publik figur harus dapat berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur, mengikuti norma-norma yang berlaku dimana ia bermasyarakat.
10
Ketika seorang artis yang terekspose media dan banyak ditonton orang berpakaian menarik dengan modifikasi dari cara berpakaian dan menadopsi cara berpakaian orangorang arab dan dikembangkan menurut kreatifitas mereka msing-masing dan karena artis selalu muncul di televisi dan kemudian cara berpakaianya menjadi trend tersendiri terutama dikalangan mahasiswi. Tak berbeda jauh seorang public figure yang sebagai contoh dan suri tauladan yang memberikan contoh-contoh kebaikan kemudian menginspirasi perempuan untuk berpakaian seperti dirinya dengan berbagai alasan yang mendukung seseorang semakin mengagumi sosok idolanya. Cara berpakaian seorang ustad perempuan dan artis-artis yang di adopsi oleh mahasiswi-mahasiswi dalam berjilbab kemudia menjadi trend bagaimana pencitraanya apakan seorang artis belum tentu seorang pulic figure. d. Trend dan Trendsetter Mahasiswi Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Sedangkan trendsetter sendiri adalah merupakan frase yang digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang menjadi panutan dalam hal tertentu, karena keunikan dan kreatifitasnya, sehingga selalu membuat terobosan (breakthrough) di tengah kemapanan yang ada. Walaupun trendsetter memiliki arti luas dan bidang yang bermacam-macam (fashion/mode, gudget, information technology, automotif, dll), biasanya frasa ini dipergunakan dalam hal mode atau fashion, dan lebih spesifik lagi dalam lingkungan kaum perempuan. Kita lihat pesohor-pesohor negeri ini yang kadang membawa mode cara berdandan yang unik, yang kemudian ditiru oleh sebagian besar masyarakat, misalnya Maia Ahmad (Dengan model rambut bob-panjang depan), Agnes Monica (dengan kaos kedombrangan ala 80-an-celana pendek atau potongan rambut harajuku-nya) dan sebagainya. Namun, ternyata untuk menjadi trendsetter, Anda tidak perlu harus menjadi pesohor terlebih dahulu. Karena Anda pun bisa menjadi trendsetter di 11
lingkungan Anda seperti, kampus, tempat kerja, teman-temang satu gank, atau bahkan dalam lingkungan keluarga. Bahkan trendsetter berjilbab kini juga sedang menjamur dan banyak perempuan muda mengikuti bahkan jadi trendsetter berjilbab mereka berusaha berpakaian unik tetapi tetap menutup auratnya akan tetapi perkembanganya makna berjilbab yang sebenarnya bergeser demi trend dan menjadi trendsetter. e. Fashion dan Substansi pada Mahasiswi Masa Kini Fashion telah lama menjadi bagian dari hidup manusia. Yang perlu diupayakan adalah menjadikan fashion sebagai alat untuk mengekspresikan substansi diri. Fashion adalah medium ekspresi sekaligus sebagai alat untuk menangkap esensi diri. Di sisi lain fashion adalah simbol dari dilema. Banyak aspek yang bertentangan hidup di dalamnya. Fashion adalah pencipta sekaligus pemecah kepastian identitas. Fashion adalah simbol kebebasan sekaligus tanggung jawab yang mengikat dengan batas. Fashion menawarkan kebaruan yang tak pernah sungguh baru. Fashion atau mode adalah hal yang slalu nampak di permukaan, selain itu fashion juga mencerminkan sesuatu yang lebih dalam, yakni praktek-praktek sosial yang sedang diterima oleh masyarakat pada suatu waktu dan tempat tertentu. Di dalamnya berunsur cara atau seni berpakaian, aksesoris, sampai dengan sepatu. Lebih dalam dari itu, fashion mencerminkan semangat dari suatu jaman tertentu. Apa yang kita pakai mencerminkan siapa kita merupakan hal yang mendasar dari fashion kita dalam berpakaian. Apa yang kita pakai mencerminkan jiwa kita. Selera kita mencerminkan ‘bahasa’ yang kita yakini. Dan apa yang kita yakini mempengaruhi tindakan maupun keputusan yang kita buat. Fashion sebagai industri tidak bisa secara elitis menentukan apa yang menjadi ‘jiwa’ masyarakat. Fashion harus muncul dari sanubari masyarakat itu sendiri. Jika ini terjadi maka fashion sungguh merupakan 12
cerminan dari kedalaman diri. Inilah yang saya sebut sebagai fashion dengan substansi. Fashion dengan substansi adalah fashion yang berusaha menangkap jiwa penggunanya. Fashion atau mode menjadi sarana bagi orang untuk mencipta identitas diri seutuhnya. Mereka menemukan kenyamanan di dalamnya. Fashion diciptakan sekaligus menciptakan manusia yang membuatnya. Maka di masa depan, fashion bukanlah sekedar industri, melainkan medium untuk mengenali dan menyalurkan hasrat manusia. Dan karena hasrat manusia begitu beragam, maka fashion pun juga merupakan perayaan keberagaman. Ketika dunia dihimpit fundamentalisme sempit, fashion bisa memberikan contoh tata kelola keberagaman peradaban. Fashion adalah simbol dari pembebasan. Keindahan yang ditawarkan fashion mampu menarik manusia dari keterasingan dirinya. Justru di tengah peradaban yang semakin rumit, fashion menemukan ruang-ruang ekspresinya untuk membuat hidup semakin bermakna. Fashion menawarkan pembebasan di tengah himpitan kerja dan tanggung jawab kehidupan. Ia memberikan warna ketika dunia terasa buta dan hampa. Fashion dan substansi yang ada cerminan identitas diri seorang perempuan berjilbab akan terasa biasa ketika dia tetap pada syariat berjilbab yang ada. Tetapi dia akan mendapatkan status lebih dengan memodifikasi jilbab mereka dan akan lebih menunjukan identitas mereka dan berasal dari kelas sosial yang bagaimana. Adapun perbedaaan berdasarkan apa yang ada dalam masyarakat tentang bagaimana seseorang memaknai jilbab mereka,
13
Tabel. I Jilbab Duluu dan Sekaraang (Makna dan Cara Peemakaian )
Jilbab Dulu
Jilbabb Sekarang
1. 2.
1.
2. Ketiika zaman daahulu contohnnya saja di erra tahuun delapan puluhan p ke beelakang, oranng yanng mengenakkan jilbab sanngat dihormaati olehh setiap oran ng. Memiliki banyak ilmuu, 3. sanntun dalam berbicara, sopan dalam m berrsikap, salalu u menahan pandangan daari law wan jenis, dann memiliki aurra tersendiri di d 4. dalaam batin. 3. Benntuk keyakinnan batin meemeluk agam ma Islaam. 4. Haanya perempuan tertentuu yang beranni mennggunakanyaa.
5.
Namuun, jilbab ddi sini diarrtikan sebaggai keruddung (khimaar). Khimarr yang biassa diartikan dalam bahasa indoonesia sebaggai keruddung yang tidak lebar dan tidak t panjangg. Hanyya sebagai siimbol dari agama yang di anut. Saat ini, keruddung dimodiiskan dengaan berbaagai macam pernak-perniik mode yanng telah hangat dibiccarakan di kalangan k dunnia mayaa maupun linggkungan faktaa. Mahaasiswi atau remaja pereempuan banyya mengggunakan jiilbab karenna meskipuun mengggunakan jilbbab tetap bisa gaul ataau bergaaya trendi.
Suumber : www.indojilbab.coom, definisi jiilbab dalam aal-quran dan jiilbab zaman sekarang s
F. Keran ngka Teoritik a. Media Massa dan Masyarakat M Simulasi L Lebih lanjut pembahasaan ini, diduukung teorii tambahan yang akan n mendukunng penemuaan-penemuann penelitiann. Seperti halnya h teori Baudrillardd (1993) teentang bahw wa sejatinyaa sebuah penncitraan meerupakan bagian atau salah satu m model dari simulasi s yanng
1 14
dimaksudkan oleh Baudrillard. Sebagaimana yang juga dinyatakan oleh Yasraf Amir Piliang (hantu-hantu politik dan matinya sosial, 2003: 134) bahwa simulasi adalah citra tanpa referensi (suatu simulacrum). Simulakrum sendiri dapat dipahami sebagai sebuah cara pemenuhan kebutuhan masyarakat modern atas tanda (Piliang, 2003: 134), atau penampakan yang menyatakan diri sebagai realitas (Petit Robert dalam Haryatmoko, 2010: 23). Baudrillard (simulacra and simulacrum, yasraf amir pailing.1983) sendiri menggunakan simulasi untuk membandingkan sebuah model dengan realitas, yang mana hal tersebut dilakukan atau dibuat berdasarkan hasil acak dari model yang dibandingkan (atau lebih tepatnya direpresentasikan) dengan realitas itu sendiri. Simulasi Inilah masyarakat yang hidup dengan silang-sengkarut kode, tanda, dan model yang diatur sebagai produksi dan reproduksi dalam sebuah simulacra (Lechte, 1994: 235). Simulacra adalah ruang dimana mekanisme simulasi berlangsung dan ada tiga macam yaitu pertama, simulacra yang berlangsung semenjak era Renaisans hingga permulaan Revolusi Industri. Simulacra pada tingkatan ini merupakan representasi dari relasi alamiah berbagai unsur kehidupan. Kedua, simulacra yang berlangsung seiring dengan perkembangan era industrialisasi Baudrillard menunjukkan bahwa citra yang sampai pada masyarakat modern telah mensimulasi (atau lebih tepatnya memanipulasi) pandangan masyarakat itu sendiri atas realitas yang terjadi di sekitarnya. Artinya bahwa masyarakat telah terpengaruhi oleh media sehingga apa yang ada disekitarnya menjadi tampak tak ada bedanya dengan apa yang ada di media sehingga citra media tentang perempuan berjilbab nampak tak ada bedanya dengan apa yang biasa orang kenakan di kehidupan nyata. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya berpakaian seseorang secara spesifik memiliki penjabaran teoritisnya sendiri-sendiri. Penjelasan–penjelasan atas teori tersebut kemudian menjadi sub-bab pembahasan pada bab 3. Media massa sejalan dengan sifat dasarnya adalah institusi media yang memproduksi dan penyedia informasi memang sedikit banyak akan
terlibat dalam proses perubahan 15
masyarakat, di antaranya ketika dalam masyarakat mengalami semacam transformasi identitas sosial baik yang terjadi pada individu maupun dalam masyarakat keseluruhannya. Tentu saja di sini media massa bukanlah satu-satunya faktor yang menggerakkan perubahan tersebut. Disamping faktor-faktor lain yang demikian kompleks, media massa hanyalah salah satu agent yang turut memainkan peranan tertentu dalam suatu perubahan masyaraka Tabel .II Peran media, gaya perempuan berjilbab dan konsumerisme
Industri jilbab selebriti
Style jilbab atau gaya berjilbab
Media (tv, majalah, tabloid, dll)
Penonton atau Masyarakat konsumtif
Public figure (artis dan selebritis
Media (tv, majalah, tabloid, dll)
Sumber tabel 2 :. http://www.bimbingan.org/proses-komunikasi-massa.htm
Berdasarkan ilustrasi di atas remaja perempuan tidak dapat lepas dari pengaruh media massa, khususnya majalah, televisi dan internet. Remaja cenderung ingin tahu dan juga mencari informasi tentang hal-hal yang diminatinya. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap majalah-majalah yang beredar diperuntukkan untuk segmen remaja, kebanyakan merupakan majalah fashion dan musik. Majalah-majalah fashion dan musik adalah majalah yang paling populer di kalangan remaja perempuan, dan sebagian besar majalah tersebut diakses oleh remaja perempuan. Majalah mengkronstruksikan budaya-budaya tertentu yang dianggap ideal dan budaya tersebut diamini oleh pembacanya. Pembaca majalah merupakan audiens pasif sehingga mereka cenderung untuk menerima teks-teks yang tersaji di majalah. Hal ini terutama disebabkan karena tujuan sebagian besar orang membaca majalah untuk 16
memperoleh informasi tertentu, informasi itu kemudian menjadi knowledge mereka. Berdasarkan pengamatan penulis juga, majalah remaja dan fashion biasanya memuat tips-tips yang berkaitan dengan kecantikan, pergaulan dan fashion. Teks-teks tersebut tidak hanya informatif, tetapi juga persuasif. Pengaruh public figure bagi masyarakat konsumerisme dalam hal ini cara mereka berpakaian dengan mnggunakan jilbab telah mengkonstruksi mereka dalam hal berpakaian, ada beberapa contoh artis atau selebritis yang membawa pengaruh dari pengaruh yang ada kemudian merekapun mengimitasi gaya mereka berpakaian sehingga sampai kepada msyarakat dengan gaya jilbab mereka yng menunjukan ciri khas mereka sebagai contoh gaya jilbab aktris atau selebritis marshanda dia mnjadikan gaya jilbab segi empat dengan dalaman bandana atau bando sebagai ciri khasnya dalam menggunakan jilbab selain itu gaya femininnya dengan memadu padankan warna jilbab dengan pakainya pastinya menjadi pelengkap ciri khasnya dalam menggunakan jilbab, selain itu zaskia mecca yang seorang selebritis juga mempunya ciri sendiri meskipun ciri tersebut tidak terlalu menonjol, gaya zaskia dalam berjilbab lebih sering menggunakan jilbab simpel atau ninja dengan padu padan jilbab paris atau kadang pilihan jilbab zaskia cenderung jilbab langsung pake dengan model sendiri tanpa menggunakan jarum atau hiasan lain dan pakaian yang sedikit dengan warnawarna muda dan cenderung terlihat santai. Kemudian bagi masyarakat konsumerisme gaya pakaian yang mereka tiru akan menjadi identitas diri di lingkungan sosial mereka. Biasanya artikel- artikel menurut Barnard Malcolm yang berisi informasi tentang tokoh, tempat, review buku dan makanan juga menjadi isi majalah. Gambar-gambar yang tersaji dalam majalah remaja dan fashion juga menarik sehingga membuat pembacanya masuk ke imaji tertentu yang mereka anggap indah. Fotografi fashion tidak diragukan lagi berperan sebagai pemasok utama citra dan menjadi salah satu media paling kuat dalam menciptakan dan mengkomunikasikan citra laki-laki dan perempuan. Foto-foto dalam 17
majalah itu mendorong para perempuan untuk mebayangkan seperti apa mereka terlhat di mata laki-laki, dalam situasi seperti ini dan dengan pakaian itu, tanpa berniat berbuat dalam dirinya pada situasi pakaian itu. b. Gaya Hidup (postmodern) Terminologi seperti information revolution, globalization, postmodern society mulai menjadi wacana-wacana intelektual yang menarik pasca penemuan komputer dan teknologi digital ini. Hubungan sosial ataupun interaksi di dalam masyarakat berubah total dari sebelumnya. Dengan adanya perkembangan new media, baru-baru ini interaksi sosial berpindah dari tempat-tempat yang real menjadi tempat-tempat yang semu atau maya. Dampak Globalisasi yang melukiskan keterkaitan dan ketergantungan antar manusia di dunia melalui perdagangan, investasi, budaya populer, dan bentuk interaksi lain sehingga batasbatas suatu negara menjadi relatif. Hal ini digambarkan Anthony Giddens, bahwasanya mayoritas umat manusia menyadari sebenarnya setiap individu turut ambil bagian dalam dunia yang harus berubah tanpa terkendali, yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan terhadap hal yang sama, perubahan, ketidakpastian dan realita sosial yang mungkin terjadi. Mcluhan, ahli komunikasi, membahasakan dunia menjadi sebuah global village, sebuah desa global. Dimana semua masyarakat manusia dibuat untuk menjadi sebuah masyarakat global. Namun, desa identik dengan tradisi yang kuat padahal era global ini membuat manusia tidak memiliki tradisi mapan, melainkan menjadi village massif yang telah kehilangan kohesi sosial dan ideologi. Dalam konteks ini, Jean Baudrillard (Strinati, 2010 : 14) melukiskan situasi ini sebagai implosion, dengan perkembangan media baik media massa, elektronik, dan new media, semuanya telah menyatukan manusia kemudian membiarkannya meledak kedalam batas-batas geografis bangsa, ideologi, kelas, yang cair dan luluh begitu saja. Masyarakat menjadi penuh ketidakpastian tanpa identitas yang jelas dan kuat. Masyarakat ini dapat disebut sebagai masyarakat postmodern, masyarakat yang terlahir pasca modernisasi, 18
masyarakat post-industrial society. Masyarakat yang tidak lagi mencintai reasoning, masyarakat yang meyakini kebenaran itu tidaklah mutlak namun kebenaran dapat diciptakan secara personal dan relatif, masyarakat yang skeptis, masyarakat yang melahirkan spiritualitas baru, masyarakat yang unik karena erat kaitannya dengan media. Dalam perkembanganya di lingkungan pendidikan bahwa mahasiswi mulai terpengaruhi dengan hadirnya media seperti yang dikatakan Baudrillard media membuat konstruksi baru atau dalam teori postmo mereka terjadi dekonstruksi dengan merambahnya gaya hidup mewah dengan pengaruh media pada mahasiswi. Gaya berpakaian yang glamaour seperti mereka yang berprofesi sebagai selebritis. Mereka menjadi satu dan membentuk sebuah cara berpakain atau gaya berpakaian ala mereka c. Identitas Sebagaimana pakaian pada umumnya, maka jilbab juga memiliki fungsi yang sama. Menurut J.Erkelens dkk, pakaian adalah suatu penanda yang paling jelas dari sekian banyak penanda penampilan luar, dengan apa orang membedakan diri mereka dari orang lain dan pada gilirannya diidentifikasikan sebagai sebuah kelompok tertentu (Nordhold, 1997: 57). Giddens sendiri berpendapat bahwa komodifikasi kedirian (selfhood), melalui genre-genre narasi media (media narratives), begitu pula strategi-strategi pemasaran, menekankan gaya pada biaya investasi makna personal ( Chaney, 1996: 14). Suatu gaya hidup adalah sebuah identitas diri bagi seseorang, dalam hal berbusana khususnya berjilbab, orang yang mengenakan “jilbab gaul” ala artis bisa mebuat penampilan seseorang menonjol dan menjadikan suatu identitas bagi dirinya, karena mereka bisa meniru berjilbab ala para artis, disamping itu mereka para pengguna “jilbab gaul” tersebut mendapatkan cap atau label sebagai anak gaul karena mereka telah mengikuti trend yang lagi in saat ini.
19
Identitas diri dan perilaku individu seseorang dipengaruhi dengan adanya interaksi atau proses yang secara terus-menerus dengan lingkungan yang ada dengan unsur-unsur yang ada seperti unsur budaya, sosial, produksi, dan adanya distribusi. Salah satu pencetus teori identitas adalah Sheldon Styker (1980). Teori memusatkan perhatiannya pada hubungan saling mempengaruhi diantara individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi (masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai dua sisi dari satu mata uang. Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini Styker tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang menurutnya terlampau tidak peka terhadap kreativitas individu. Identitas terbentuk karena adanya konstruksi sosial yang ada di masyarakat. Identitas terbangun karena adanya suatu interkasionisme simbolik yang dija dikan suatu pembeda antara satu dengan yang lainnya. Jilbab dijadikan sebagai identitas oleh kaum muda jaman sekarang, jilbab bukan sekedar use value atau nilai guna dalam artian tidak sekedar sebagai penutup aurat, melainkan sekarang ini sudah menjadi sign value atau nilai tanda yang artinya sebagai identitas bagi pribadin atau sesuatu yang menunjukkan identitas seseorang. Jilbab yang dulu sebagai simbol agama dan berfungsi untuk menutup aurat, namun saat ini jilbab memiliki makna lain, hal ini karena adanya model jilbab yang dinilai baik dan stylist sehingga banyak yang meniru. Pemakaian berbagai model jilbab juga akan mempengaruhi suatu identitas, seseorang yang memakai jilbab dengan model apik akan mendapatkan perhatian dan label sebagai orang yang peka terhadap fashion dan dicap sebagai orang kalangan menengah keatas.
20
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dimaksud untuk memperoleh pemahaman dari fenomena sosial dengan pendekatan diskripsi-interpretatif. Untuk mengetahui lingkup dari subyek penelitian sebagai sumber, tempat memperoleh keterangan(fakta) maka dalam penelitian kualitatif digunakan penentuan satuan kajian (Lexy J Moleong. Hal. 165). Satuan kajiannya adalah perseorangan yaitu mereka yang menjadi bagian dari mahasiswi UMY. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metedologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah sosial. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis. Sehinnga dapat dihasilkan hasil tentang mahasiswi dengan jilbab bergaya seperti selebritis yang ada di UMY dapat dengan baik dan memperoleh hasil penelitian yang mendalam. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi di UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) tepatnya terletak di jalan Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta, pemilihan lokasi ini dikarenakan mahasiswi UMY yang diwajibkan
21
untuk mengenakan jilbab bila kuliah. Didasarkan pada sebuah fakta, dimana keberadaan mahasiswi dalam suatu jurusan bisa mempengaruhi identitas diri mereka. Di UMY khususnya mahasiswi Fakultas Ekonomi banyak ditemui mahasiswi yang mengenakan “jilbab gaul” ala artis. UMY juga dipilih oleh penulis karena terdapatnya fenomena-fenomena yang dianggap perlu dianalisis dalam kacamata sosiologi, dan UMY yang dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat mempermudah proses penelitian yang lebih dalam, dapat meminimalisis biaya, waktu, dan tenaga dalam proses penelitian. 3.Teknik Pemilihan Informan Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki kriteria khusus dalam pemilihan informan, yang akan membantu peneliti dalam pengambilan data primer dan informasi. Pemilihan informan ini ditujukan untuk memberikan batasan agar peneliti tidak keluar dari batas yang dibahas. Peneliti lebih mengutamakan kualitas informasi daripada kuantitas informasi. Jumlah informan yang tidak ditentukan sebelumnya, akan tetapi ditentukan disaat terjun ke lapangan. Adapun informan atau subjek yang akan diteliti adalah Mahasiswi Fakultas Ekonomi di UMY. Berdasarkan judul dan rumusan masalah, maka ada beberapa ciri atau kriteria informan yang akan dibidik oleh penulis, antara lain : mahaisiswi yang fashionable, mahasiswi fashionable dicirikan sebagai wanita yang berpakaian ala anak gaul layaknya artis atau public figure, selalu mengikuti perkembangan trend dalam berbusana tak terkecuali dalam hal berkerudung, senantiasa memakai model jilbab yang sedang in di kalangan selebritis saat ini. 4.Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder, data primer diperoleh langsung dari lapangan, pengumpulan data secara primer ini dapat memberikan gambaran mengenai keadaan serta dapat mengidentifikasi permasalahan serta menjawab 22
semua pertanyaan penelitian. Penggunaan data primer dalam penelitian sosial dapat dikumpulkan dengan tiga cara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder bisa diperoleh diantaranya dari buku, catatan sipil, jurnal, internet. a. Observasi Observasi cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis atas fenomena sosial yang akan diteliti. Hasil pengamatan merupakan keadaan sebenarnya yang terjadi (riil) dari objek yang diteliti. Peneliti melakukan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik dengan fenomena yang sedang diamati. Melalui observasi ini peneliti bisa mempelajari mengenai fenomena sosial, khususnya fenomena mengenai model-model “jilbab gaul” yang dikenakan oleh para mahasisiwi di Kampus UMY Fakultas Ekonomi. b. Wawancara Wawancara sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara yang akan diteliti. Dengan kata lain, wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk keperluan mengumpulkan informasi yang lengkap dan akurat. Oleh karena itu, wawancara difokuskan untuk mencari sebuah pengungkapan atau wawasan tentang pikiran atau sudut pandang yang menarik dan cukup bernilai untuk diketahui. Sifat wawancara terstruktur dipandu interview guide, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Wawancara dapat dilakukan setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia, data yang diperoleh dari wawancara dapat langsung diketahui obyektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka. Wawancara ini
23
dilakukan di UMY tepatnya di fakultas Ekonomi, tatap muka dengan 8 mahasiswi sebagai informanya. c. Dokumentasi Dokumentasi dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu subyek yang didasarkan pada catatan atau dokumen-dokumen yang digunakan untuk melengkapi sebuah data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam melakukan teknik dokumentasi, seorang peneliti sebaiknya memegang prinsip-prinsip dokumentasi yaitu ; metode yang tepat, keseimbangan jumlah dokumentasi, kesederhanaan dan desain yang sesuai. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto dan hasil wawancara yang didapat dari informan. H. Teknis Analisis Data Analisis data kualitatif meliputi proses reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi ( Salim, 2006;22). Hal ini yang membedakannya dengan penelitian kuantitatif. Dimana analisis dapat dilakukan tidak hanya setelah pengumpulan, namun juga ketika pengumpulan data sedang berlangsung. Ditambah dengan sifat wawancara yang mendalam, diharapkan informasi yang didapat akan lebih aktual dan terpercaya. Tujuan dari penelitian ini adalah pembahasan tentang imitasi jilbab selebritis dikalangan mahasiswi, alasan senang meniru gaya para selebritis dalam hal berjilbab. Pendekatan kualitatif merupakan teknik yang paling cocok untuk memahami dan menjelaskan fenomena yang sedang diteliti. Adapun data yang diperoleh tidak semuanya akan dipakai oleh peneliti hanya data yang relevan yang akan digunakan. Data diambil dari para informan dengan teknik wawancara, setelah data terkumpul maka data diklasifikasikan berdasarkan fokus penelitian. Setelah data terkumpul maka dianalisis berdasarkan fokus
24
kajian penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian dikaitkan dengan kerangka teori, dari situlah data diolah dan ditarik kesimpulan. I.
Sistematika Penulisan Hasil data dari penelitian disajikan dalam bentuk penjalasan data dengan uraian
kalimat hasil temuan dan analisa. Bentuk dari penyajian data tertulis dalam lima bab. Dimana pada Bab I menjelaskan pendahuluan yang merupakan perluasan dari proposal, kemudian Bab II berisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta, gambaran umum keberadaan dan letak UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), profil mengenai UMY(Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) yang menjadi lokasi penelitian, dan penjelasan mengenai jilbab selebritis. Disamping itu penulis juga akan menjawab tentang alasan dan faktor pendorong penggunaan jilbab model selebritis yang banyak digunakan mahasiswi UMY. Pada Bab III berikutnya mulai masuk kebagian analisis, mendiskripsikan jawaban dari rumusan masalah pertama yaitu ‘Mengapa jilbab selebritis populer dan faktor apa yang membangun populer jilbab selebritis di kalangan mahasiswi ekonomi UMY’ termasuk didalamnya menjelaskan pola terbentuknya jilbab selebritis itu beserta faktor yang membangun. Mendiskripsikan mengenai profil informan. Masuk pada analisis kedua di Bab IV mengenai ‘Identitas apa yang terbentuk ketika mengimitasi jilbab selebritis”, pada bab ini penulis akan menjelaskan pola-pola konsumsi jilbab selebriti dikalangan mahasiswi, dengan memberikan penjelasan mengenai pola-pola konsumsi dan gejala-gejala social yang ada di Kampus UMY maka penulis dapat memberikan dan menjelaskan gambaran-gambaran mengenai fenomena konsumsi dan keterkaitannya dengan ilmu social,maka dapat ditarik kesimpulan yang nantinya akan terangkum dalam bab selanjutnya. Pada akhirnya analisa-analisa sebelumnya akan ditarik kesimpulan diakhir Bab V merupakan kesimpulan akhir bab dan beberapa catatan kritis mengenai jilbab selebritis dikalangan mahasiswi UMY.
25