BAB I I LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
II.1.
Konsep Sistem Pada perkembangan teknologi komputasi dan komunikasi dewasa ini,
sistem informasi perusahaan hampir dapat dikatakan sangat mengandalkan dukungan teknologi informasi. Sistem informasi memiliki beberapa subset, salah satunya adalah sistem informasi akutansi yang mutlak diperlukan bagi suatu organisasi entitas bisnis ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 105).
II.1.1. Pengertian Sistem Informasi Yang dimaksud dengan sistem informasi tidak harus melibatkan komputer. Sistem informasi yang menggunakan komputer biasanya disebut dengan sistem informasi berbasis komputer (Computer Based Information Systems). Dalam praktek, istilah sistem informasi lebih sering dipakai tanpa embel-embel berbasis komputer walaupun kenyataannya komputer merupakan bagian yang penting. (Abdul Kadir ; 2014 : 8). Menurut Mukhtar (1999:2), “ Sistem adalah suatu entity yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan”. Adapun menurut James Hall dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Jusuf ( 2001:5 ), “ Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen –komponen yang saling berkaitan (inter-related) atau subsistem – subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (
common purpose )”. Batasan pengertian atau
definisi mengenai sistem yang diberikan oleh George H. Bodnar (1993:43) adalah, “System is a collection of elements that bear some relationship to each other”. Jadi, sistem adalah merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponen –
komponen atau sub-sistem yang berorientasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 106 ). Informasi menurut McLeod dalam bukunya berjudul Management Information Systems (2001:12), “Information is processed data, or meaningful data” Informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang sudah lebih memiliki arti tertentu bagi kebutuhan penggunanya. Sedangkan menurut Mukhtar (1999:1), “Informasi berarti hasil suatu proses yang terorganisasi, memiliki arti dan berguna bagi orang yang menerimanya”. Adapun menurut James Hall pada bukunya (diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf, 2001:14) : “Informasi menyebabkan pemakai melakukan suatu tindakan yang dapat ia lakukan atau tidak dilakukan. Informasi ditentukan oleh efeknya pada pemakai, bukan oleh bentuk fisiknya”. Dari defenisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi adalah merupakan data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih bermanfaat bagi penerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan nyata yang dapat dipahami dan dapat digunakan untuk mengambil keputusan, sekarang maupun untuk masa depan ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 109 ). Dengan demikian sistem informasi dapat didefenisikan sebagai kumpulan atau elemen – elemen / sumber daya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegritasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu, dan bertujuan untuk mengolah data menjadi informasi ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 112 ).
II.1.2. Analisa Sistem
Analisis sistem adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-fase awal pengembangan sistem. Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagian-bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka (Hanif Al-fatta ; 2007 : 29 ).
II.1.3. Desain Sistem Sebuah teknik pemecahan masalah yang saling melengkapi (dengan analisa sistem) yang merangkai kembali bagian-bagian komponen menjadi sistem yang lengkap-harapannya, sebuah sistem yang diperbaiki. Hal ini melibatkan penambahan, penghapusan, dan perubahan-perubahan bagian relatif pada sistem aslinya ( Hanif Al-fatta ; 2007 : 29 ).
II.1.4. Analisa Sistem Informasi Fase-fase pengembangan
dalam pembangunan sistem informasi yang
utamanya difokuskan pada masalah dan persyaratan – persyaratan bisnis, terpisah dari
teknologi
apapun
yang
dapat
atau
akan
digunakan
untuk
mengimplementasikan solusi pada masalah tersebut. ( Hanif Al-fatta ; 2007 : 29 ).
II.2.
Cobit 4.1 Cobit merupakan a set of best practice (framework) bagi pengelolaan
teknologi informasi ( IT management ). Cobit disusun oleh IT Governance Institute ( ITGI) dan Information Systems Audit and Control Association
(ISACA), tepatnya Information System Audit and Control Foundation’s (ISACF) pada tahun 1992 ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 274 ). Cobit 4.1 yaitu Control Objectives for Information and Related Technology yang merupakan audit sistem informasi dan dasar pengendalian yang dibuat oleh Information Systems Audit and Control Association (ISACA). Cobit merupakan kumpulan IT best practice yang selalu up to date. Tujuan framework Cobit adalah menyediakan manajemen dan pemilik bisnis model tata kelola TI yang membantu dalam memberikan nilai TI. Cobit membantu perusahaan untuk menjembatani gap antara kebutuhan bisnis, kebutuhan kontrol, dan masalah teknis. Dalam memahami kerangka kerja Cobit, perlu diketahui mengenai karakteristik utama dimana kerangka kerja Cobit dibuat,
serta prinsip yang
mendasarinya ( Alief fitriyanto wijaya ; 2014 : 2 ). Cobit dapat dipakai sebagai alat yang komprehensif untuk menciptakan IT Governance. Cobit mendukung manajemen dalam mengoptimumkan investasi TI nya melalui ukuran – ukuran dan pengukuran yang akan memberikan sinyal bahaya bila suatu kesalahan atau resiko akan atau sedang terjadi. Manajemen perusahaan harus memastikan bahwa sistem kendali internal perusahaan bekerja dengan baik, artinya dapat mendukung proses bisnis perusahaan yang secara jelas menggambarkan bagaimana setiap aktivitas kontrol individual memenuhi tuntutan dan kebutuhan informasi serta efeknya terhadap sumber daya TI perusahaan. Sumber daya TI merupakan suatu elemen yang sangat disoroti cobit, termask pemenuhan kebutuhan bisnis terhadap : efektivitas, efesiensi, kerahasiaan, keterpaduan, ketersediaan, kepatuhan pada kebijakan / aturan dan keandalan
informasi ( effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity, availability, compliance, dan realibility ). Kriteria kerja cobit meliputi : 1. Efektifitas Untuk memperoleh informasi yang relevan dan berhubungan dengan proses bisnis seperti penyampaian informasi dengan benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat waktu. 2. Efesiensi Memfokuskan pada ketentuan informasi melalui penggunaan sumber daya yang optimal. 3. Kerahasiaan Memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari orang yang tidak memiliki hak otoritas. 4. Integritas Berhubungan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi sebagai kebenaran yang sesuai dengan harapan nilai bisnis. 5. Ketersediaan Berhubungan denggan informasi yang tersedia ketika diperlukan dalam proses bisnis sekarang dan yang akan datang.
6. Kepatuhan Sesuai menurut hukum, peraturan dan rencana perjanjian untuk proses bisnis. 7. Keakuratan Informasi
Berhubungan dengan ketentuan kecocokan informasi untuk manajemen mengoperasikan entitas dan mengatur pelatihan keuangan dan kelengkapan laporan pertanggung jawaban. Menurut cobit, keputusan bisnis yang baik ( sound business decisions ) harus didasarkan pada knowledge yang berasal dari informasi yang relevan, komprehensif, dan tepat waktu. Informasi seperti itu dihasilkan oleh sistem informasi yang memenuhi 7 kriteria : efektivitas, efesiensi, kerahasiaan, keterpaduan, ketersediaan, kepatuhan pada kebijakan / aturan dan keakuratan informasi yang dihasilkan. Cobit mendefinisikan control objectives sebagai : “statement of the desired result, or purpose to be archived by implementing control procedurs in particular activity”. Pada
edisi keempatnya ini cobit
framework terdiri dari 34 high level control objectives, dan selanjutnya dirinci ke dalam 215
detail control objectives
yang dikelompokkan dalam 4 domain.
Contoh dari information systems control objectives : 1. Information on automated systems is ssecured from improper access. Informasi pada sisstem berbasis teknologi informasi terlindungi dari akses oleh pihak – pihak yang tidak berwenang.
2. Each transaction is authorized and entered only once. Data tiap transaksi dientri oleh pihak yang berwenang dan terhindar dari duplikasi ( tidak lengkap atau missing ). 3. All rejected transaction are reported.
Data / transaksi yang ditolak karena terdeteksi adanya kesalahan dapat segera diketahui. 4. Duplicate transaction are reported. Data duplikasi dilaporkan. 5. Files are adequately backed up to allow for proper recovery. File dikelola denggan baik, termasuk dibuat cadangan untuk menjaga kemungkinan kerusakan, sehingga bila benar – benar terjadi kerusakan file atau kehilangan data dapat di- recover kembali dari cadangannya. Cobit merupakan panduan yang paling lengkap dari praktik – praktik terbaik untuk manajemen TI yang mencakup 4 (empat) domain, yaitu : perencanaan & organisasi, akuisisi & implementasi, penyerahan & dukungan TI, dan monitor. Cobit Framework mencakup tujuan pengendalian yang terdiri dari 4 domain yaitu : 1. Perencanaan dan Pengorganisasian (Plan and Organise) Yaitu mencakup pembahasan tenttang identifikasi dan strategi investasi TI yang dapat memberikan yang terbaik untuk mendukung pencapaiaan tujuan bisnis. Selanjutnya identifikasi dan visi strategi perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan diatur pelaksanaannya ( dari berbagai prespektif ).
2. Pengadaan dan Implementasi (Acquisition and Implementation) Yaitu untuk merealisasi strategi TI, perlu diatur kebutuhan TI, diidentifikasi, dikembangkan, atau diimplementasikan secara terpadu dalam proses bisnis perusahaan.
3. Penyampaian Layanan dan Dukungan (Delivery and Support) Domain ini lebih dipusatkan pada ukuran tentang aspek dukungan TI terhadap kegiatan operasional bisnis ( tingkat jasa layanan Ti aktual atau service level ) dan aspek urutan ( prioritas implementasi dan untuk pelatihannya ). 4. Monitor dan Evaluasi (Monitoring and Evaluation Yaitu semua proses TI yang perlu dinilai secara berkala agar kualitas dan tujuan dukungan TI tercapai, dan kelengkapannya berdasarkan pada syarat kontrol internal yang baik. 4 domains pada cobit framework tersebut dirinci menjadi 34 high level control objectives ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 281 ).
Tabel II.1. Domain & High Level Controls Cobit No.
Cobit Domain
1.
Plan and Organize
High Level Objectives
1. Define a strategic plan 2. Define the information architecture 3. Determine technology direction
4. Define the system information process, organisation and relationships 5. Manage the technology investment 6. Communicate Management Aims and direction 7. Manage IT human resources 8. Manage quality 9. Assess and manage system risks 10. Manage projects 2.
Acquired and Implement
1. Identify Automated Solutions 2. Acquire and Maintain Application Software 3. Acquire and Maintain Technology Infrastructure 4. Enable Operation and Use 5. Procure IT Resources 6. Manage Changes 7. Install and Accredit Solutions and Changes
3.
Deliver and Support
1. Define and Manage Service Levels 2. Manage Third-party Services 3. Manage Performance and Capacity 4. Ensure Continuous Service 5. Ensure Systems Security 6. Identify and Allocate Costs 7. Educate and Train Users 8. Manage Service Desk and Incidents 9. Manage the Configuration 10. Manage Problems 11. Manage Data
12. Manage the Physical Environment 13. Manage Operations 4.
Monitor and Evaluate
1. Monitor and Evaluate IT Performance 2. Monitor and Evaluate Internal Control 3. Ensure Compliance With External Requirements 4. Provide IT Governance
(Sumber : Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 282)
Control objectives pengendalian
tingkat tinggi (high-level control
objectives) yang tercermin dalam empat domain, yaitu plan & organise, acquisition & implementation, delivery & support, dan monitoring & evaluate dirincikan sebagai berikut : 1. Pada domain Plan and Organize (PO) terdapat sepuluh high-level control objectives, antara lain : a. PO1 Define a Strategic IT Plan (Menetapkan rencana Strategis TI) b. PO2 Define
the
Information
Architecture (Menetapkan
arsitektur sistem informasi) c. PO3 Determine Technological Direction (Menetapkan arah teknologi) d. PO4 Define the IT Processes, Organisation and Relationships (Menetapkan proses TI, organisasi dan hubungannya) e. PO5 Manage the IT Investment (Mengelola Investasi TI)
f. PO6
Communicate
Management
Aims
and
Direction
(Mengkomunikasikan Arah dan Tujuan Manajemen) g. PO7 Manage IT Human Resources (Mengelola Sumber Daya Manusia TI) h. PO8 Manage Quality (Mengelola Kualitas) i. PO9 Assess and Manage IT Risks (Menilai dan Mengelola Risiko TI) j. PO10 Manage Projects (Mengelola Proyek) 2. Pada domain Acquire and Implement (AI) terdapat tujuh high-level control objectives antara lain : a. AI1 Identify Automated Solutions (Identifikasi Solusi Otomatis) b. AI2 Acquire and Maintain Application Software (Memperoleh dan Memelihara Aplikasi Software ) c. AI3
Acquire
and
Maintain
Technology
Infrastructure
(Memperoleh dan Memelihara Infrastruktur Teknologi ) d. AI4 Enable Operation and Use ( Mengaktifkan Operasi dan Penggunaan) e. AI5 Procure IT Resources ( Pengadaan Sumber Daya TI ) f. AI6 Manage Changes ( Mengelola Perubahan) g. AI7 Install and Accredit Solutions and Changes (Instal dan mengakreditasi Solusi dan Perubahan) 3. Pada domain Delivery & support (DS) terdapat tiga belas high- level control objectives antara lain :
a. DS1 Define and Manage Service Levels (Menetapkan dan Mengelola Tingkat Layanan) b. DS2 Manage Third-party Services ( Mengelola Layanan Pihak Ketiga ) c. DS3 Manage Performance and Capacity ( Mengelola Kinerja dan Kapasitas ) d. DS4 Ensure Continuous Service ( Menjamin Layanan Berlanjut) e. DS5 Ensure Systems Security ( Memastikan Keamanan Sistem) f. DS6 Identify
and
Allocate
Costs (Mengidentifikasi
dan
Mengalokasikan Biaya ) g. DS7 Educate and Train Users ( Mendidik dan Melatih Pengguna) h. DS8 Manage Service Desk and Incidents ( Mengelola Layanan Service Desk dan insiden) i. DS9 Manage the Configuration ( Mengelola Konfigurasi ) j. DS10 Manage Problems ( Mengelola Masalah ) k. DS11 Manage Data ( Mengelola Data ) l. DS12 Manage the Physical Environment ( Mengelola Lingkungan Fisik) m. DS13 Manage Operations ( Mengelola Operasi ) 4. Pada domain Monitor and Evaluate terdapat empat subdomain, antara lain : a. ME1 Monitor and Evaluate IT Performance ( Pemantauan dan Evaluasi Kinerja TI)
b. ME2 Monitor and Evaluate Internal Control ( Pemantauan dan Evaluasi Pengendalian Internal ) c. ME3 Ensure Compliance With External Requirements (Memastikan Kepatuhan dengan Persyaratan Eksternal ) d. ME4 Provide IT Governance ( Menyediakan Tata Kelola TI )
II.3.
Maturity Level Maturity level digunakan untuk memetakan status maturity proses – proses
TI ( dalam skala 0 – 5 ) dibandingkan dengan “ the best in the class in the industry” dan juga International best practice ( Sanyoto Gondodiyoto ; 2007 : 157).
Gambar II.1. Maturity Level (Sumber : www.isaca.org)
Maturity adalah sebuah metode untuk mengukur tingkat atau level pengembangan manajemen proses, yairu mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen berdasarkan pencapaian tujuan Cobit. Terdapat beberapa tipe maturity level, yaitu : 1. Initial : biasanya masih bersifat ad hoc atau masih kacau. Hasil dari proses tidak bisa ditebak, sering melebihi alokasi anggaran dan keterlambatan jadwal. Terdapat kecenderungan untuk meninggalkan proses pada saat krisis.
Tidak ada otomatisasi proses atau bahkan
kegiatan,sehingga proses berulang kali tidak terkontrol dan lambat. 2. Managed : proses dikelola tapi tidak standar di seluruh proyek atau bahkan di seluruh tahapan siklus hidup yang berbeda dari proyek yang sama. Standar deskripsi
dan prosedur proses dapat berrvariasi dalam setiap
contoh spesifik dari proses (yaitu dalam kelompok kerja yang berbeda). Proses didokumentasikan dan sebagian otomatis. Terdapat siled (tugas proses vs) otomatisasi tanpa infrasutruktur pusat 3. Defined : ditandai dengan proses terstandar dengan baik pada seluruh proyek. Terdapat proses-proses standar yang digunakan untuk menetapkan konsistensi di seluruh organisasi. Menetapkan proses khusus dengan cara memodifikasi proses standar sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan, namun tetap merujuk kepada kerangka kerja standar yang ditetapkan oleh organisasi. 4. Measured : kualitas proses dan kinerja diukur untuk mencapai visibilitas dan prediksi kinerja. Proses dikendalikan dengan menggunakan teknik
kuantitatif dan prediksi didasarkan pada analisis statistik. Proses otomatis end-to-end diukur dan dikendalikan, memberikan visibilitas dan wawasan kesetiap kegiatan (status, biaya, waktu, stakeholder) serta wawasan lintas aktivitas. 5. Optimized : terdapat penilaian berkelanjutan dari keseluruhan proses (sebagai lawan optimalisasi kegiatan terpisah) yang bertujuan untuk mencapai tujuan bisnis dengan biaya dan resiko minimal. Terdapat perbaikan secara terus-menerus dari proses otomatis dengan menggunakan analisis metrik, pembelajaran mandiri dan perbaikan mandiri (Fhery Agustin ; 2014 : 3 ).
II.4.
Visual Basic 2010 Microsoft visual studio adalah sebuah
Integrated Development
Environment buatan Microsoft Corporation. Microsoft Visual Studio dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi dalam native code (dalam bahasa mesin yang berjalan di atas windows) ataupun managed code ( dalam bentuk Microsoft Intermediate Language di atas .NET Framework ). Selain itu, Visual Studio juga dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi Silverlight, aplikasi Windows Mobile ( yang berjalan di atas .NET Compact Framework) ( Wahana Komputer ; 2013 : 2 ). Visual studio mencakup sebuah kode editor yang didukung oleh fitur intellisense atau yang disebut dengan code refactoring. Debugger telah terintegritasi bekerja pada level source level debugger dan level debugger mesin.
Tool built in mencakup form desainer untuk membangun sebuah aplikasi GUI, web desainer, class desainer dan database schema desainer. Microsoft Visual studio mendukung bahasa pemrograman yang berbeda. Adapun bahasa pemrograman yang didukung oleh Visual Studio adalah visual c++, visual basic, visuall c# ( Wahana Komputer ; 2013 : 2 ).
Gambar II.2. Tampilan Visual Studio 2010 (Sumber : Christopher Lee ; 2007)
II.5.
Sql Server 2008
SQL Server 2008 adalah sebuah terobosan baru dari Microsoft dalam bidang database. SQL Server adalah DBMS (Database Management System) yang dibuat oleh Microsoft untuk ikut berkecimpung dalam persaingan dunia pengolahan data menyusul pendahulunya seperti IBM dan Oracle. SQl Server 2008 dibuat pada saat kemajuan dalam bidang hardware sedemikian pesat. Oleh karena itu sudah dapat dipastikan bahwa SQL Server 2008 membawa beberapa terobosan dalam bidang pengolahan dan penyimpanan data. Microsoft merilis SQL Server 2008 dalam beberapa versi yang disesuaikan dengan segmentsegment pasar yang dituju ( Wenny Widya dkk ; 2013 : 3 ).
Gambar II.3. Tampilan Sql Server 2008 (Sumber : www.microsoft.com)
II.6.
ERD Entity Relationship Diagram (ERD) adalah sekumpulan cara atau
peralatan untuk mendeskripsikan data-data atau objek-objek yang dibuat berdasarkan dan berasal dari dunia nyata yang disebut entitas (entity) serta hubungan (relationship) antar entitas-entitas tersebut dengan menggunakan beberapa notasi (Doro Edi, Stevalin Betshani ; 2009 : 75).
Komponen-komponen pembentuk ERD dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel II.2. Komponen – komponen ERD Notasi
Komponen Entitas
Keterangan Individu yang mewakili suatu objek dan dapat dibedakan dengan objek yang lain.
Atribut
Properti
yang
dimiliki
oleh suatu entitas, dimana dapat
mendeskripsikan
karakteristik dari entitas tersebut. Relasi
Menunjukkan hubungan diantara sejumlah entitas yang berbeda.
Relasi 1 : 1
Relasi yang menunjukkan bahwa setiap entitas pada himpunan entitas pertama
berhubungan
dengan
paling banyak satu entitas pada himpunan entitas kedua.
Relasi 1 : N
Relasi yang menunjukkan bahwa hubungan antara entitas pertama dengan entitas kedua adalah satu banding
banyak
atau
sebaliknya. Setiap entitas dapat berelasi dengan banyak
entitas
pada
himpunan entitas yang lain Relasi 1 : N
Hubungan
ini
menunjukkan setiap
bahwa
entitas
pada
himpunan entitas yang pertama
dapat
berhubungan banyak
dengan
entitas
pada
himpunan entitas yang kedua,
demikian
sebaliknya.
(sumber : Doro Edi & Stevalin Betshani ; 2009 : 76 )
II.7.
Kamus Data
juga
Kamus data adalah suatu daftar data elemen yang terorganisir dengan definisi yang tetap dan sesuai dengan sistem, sehingga user dan analis sistem mempunyai pengertian yang sama tentang input, output, dan komponen data store. Kamus data atau data dictionary dapat juga disebut dengan istilah system data dictionary adalah suatu data katalog fakta tentang data dan kebutuhan kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. Kamus
data
ini
sangat
membantu analis sistem dalam mendefinisikan data yang mengalir di dalam sistem, sehingga pendefinisian data itu dapat dilakukan dengan lengkap dan terstruktur. Pembentukan kamus data dilaksanakan dalam tahap analisis dan perancangan suatu sistem. Pada tahap analisis, kamus data merupakan alat komunikasi antara user dan analis sistem tentang data yang mengalir di dalam sistem, yaitu tentang data yang masuk ke sistem dan tentang informasi yang dibutuhkan oleh user. Sementara itu, pada tahap perancangan sistem kamus data digunakan untuk merancang input, laporan dan database ( Deasy Permatasari ; 2012 : 15).
Tabel II.3. Notasi Kamus Data
(Sumber : Jogiyanto HM ; 2009)
II.8.
Normalisasi Normalisasi adalah suatu file yang terdiri dari beberapa grup elemen yang
berulang-ulang perlu diorganisasikan kembali. Proses untuk mengorganisasikan file dengan menghilangkan group elemen yang berulang atau sebuah langkah atau proses untuk menyederhanakan relationship antar elemen data di dalam tuple (record) ini disebut dengan normalisasi. Normalisasi juga banyak dilakukan dalam merubah bentuk database dari suatu struktur pohon atau struktur jaringan menjadi struktur hubungan ( Agus Iskandar ; 2008 : 126 ).
II.8.1. Teknik Normalisasi
Dengan normalisasi kita ingin mendesain database relasional yang terdiri dari tabel-tabel berikut : 1. Berisi data yang diperlukan. 2. Memiliki sedikit mungkin redudansi. 3. Mengakomodasi banyak nilai untuk tipe data yang diperlukan. 4. Mengefisiensikan update. 5. Menghindari kemungkinan kehilangan data secara tidak sengaja atau tidak diketahui.
II.8.2. Bentuk – Bentuk Normalisasi 1. Bentuk Tidak Normal Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada keharusan mengikuti format tertentu, dapat saja tidak lengkap dan terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai keadaannya. 2
Bentuk Normal Tahap Pertama Sebuah table disebut 1NF jika :
a. Tidak ada baris yang duplikat dalam tabel tersebut b. Masing-masing cell bernilai tunggal
Berikut ini contoh normalisasi dari tabel Kuliah yang memiliki atribut : kode_kul, nama_kul, sks, semester, waktu, tempat, dan nama_dos. Tabel Kuliah tersebut tidak memenuhi normalisasi pertama, karena terdapat atribut waktu yang tergolong ke dalam atribut bernilai banyak. agar tabel tersebut dapat memenuhi 1NF, maka solusinya adalah dengan mendekomposisi tabel Kuliah menjadi : a. Tabel Kuliah (kode_kul, nama_kul, sks, semester, nama_dos). b. Tabel Jadwal (kode_kul, waktu, ruang). 3
Bentuk Normal Tahap Kedua Bentuk normal kedua (2NF) terpenuhi jika pada sebuah tabel semua
atribut yang tidak termasuk dalam primary key memiliki ketergantungan fungsional pada primary key secara utuh. sebuah tabel dikatakan tidak memenuhi 2NF, jika ketergantungannya hanya bersifat parsial (hanya tergantung pada sebagian pada primary key). Bentuk normal kedua akan dicontohkan sebagai berikut : Misal tabel Nilai terdiiri dari atribut kode_kul, nim dan nilai. Jika pada tabel Nilai, misalnya kita tambahkan sebuah atribut yang bersifat redundan, yaitu nama_mhs, maka tabel Nilai dianggap melanggar 2NF. Primary key pada tabel Nilai adalah [kode_kul,nim]. Penambahan atribut baru (nama_mhs) akan menyebabkan adanya ketergantungan fungsional yang baru yaitu nim->nama_mhs. Karena atribut nama_mhs ini hanya memiliki ketergantungan parsial pada primary key secara utuh (hanya tergatung pada nim, padahal nim hanya bagian dari primary key). Bentuk normal kedua ini
dianggap belum memadai karena meninjau sifat ketergantungan atribut terhadap primary key saja. 4. Bentuk Normal Tahap Ketiga Sebuah tabel dikatakan memenuhi bentuk normal ketiga (3NF), jika untuk setiap ketergantungan fungsional dengan notasi X -> A, dimana A mewakili semua atribut tunggal di dalam tabel yang tidak ada di dalam X, maka X haruslah superkey pada tabel tersebut atau A merupakan bagian dari primary key pada tabel tersebut. Misalkan pada tabel Mahasiswa, atribut alamat_mhs dipecah ke dalam alamat_jalan, alamat_kota, dan kode_pos. Bentuk ini tidak memenuhi 3NF, karena terdapat ketergantungan fungsional baru yang muncul pada tabel tersebut, yaitu : alamat_jalan nama_kota-> kode_pos Dalam hal ini (alamat_jalan, nama_kota) bukan superkey sementara kodepos juga bukan bagian dari primary key pada tabel Mahasiswa. Jika tabel Mahasiswa didekomposisi menjadi tabel Mahasiswa dan tabel Alamat, maka telah memenuhi 3NF (Kusrini ; 2007 : 39).