BAB II I LANDASAN TEORI
A.
Aset Tetap Menurut PSAK No. 16 (2009; 16.2 – 16.13) 1. Aset Tetap (16.2; 6) Aset tetap merupakan salah satu alat yang penting dan pokok dalam suatu perusahaan. Aset tetap dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Berbagai definisi terkait dengan aset tetap menurut PSAK No. 16 per 1 Juni 2009 definisi adalah sebagai berikut: a) Aset Tetap (fixed assets) Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan admisnistratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari 1 periode. b) Biaya Perolehan (cost) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. c) Jumlah yang Dapat Disusutkan (depreciable amount) Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang menjadi pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya. d) Nilai Residu Aset (salvage value) Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya. e) Nilai Wajar Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm’s lenght transaction) f) Penyusutan Aset Tetap (depreciation) Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. g) Umur Manfaat (useful life) Umur manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas. 4
h) Jumlah yang tercatat (carrying amount) Jumlah yang tercatat adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. 2. Pengakuan Aset Tetap (16.2; 7) Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika: a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal Biaya perbaikan yang dikeluarkan entitas sehingga dapat menambah masa manfaat dapat diakui sebagai aset tetap (PSAK 2009 16.3; 11). Namun untuk biaya-biaya setelah perolehan awal misalnya biaya perawatan sehari-hari tidak boleh diakui sebagai aset tetap. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap. Biaya tersebut dilaporkan dalam laporan laba/rugi. 3. Pengukuran Awal Aset Tetap (16.4; 15-17) Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.Biaya perolehan aset tetap meliputi: a) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain; b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; dan c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: a) Biaya imbalan kerja (seperti yang telah didefinisikan dalam PSAK No. 24 tentang Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap; b) Biaya penyiapan lahan untuk pabrik; c) Biaya handling dan penyerahan awal; d) Biaya perakitan dan instalasi; e) Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan
5
dengan pengujian tersebut (misalnya, contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji); dan f) Komisi profesional 4. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal (16.6; 29-49) Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. Dalam model biaya, setelah aset diakui sebagai aset tetap maka aset tersebut dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Dalam model revaluasi, setelah aset diakui sebagai aset tetap maka aset tsb harus dicatat sebesar nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Beberapa contoh dari aset yang terpisah adalah tanah, tanah dan bangunan, mesin, kapal, pesawat udara, kendaraan bermotor, perabotan, dan peralatan kantor. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengukuran asset tetap, maka perubahan tersebut berlaku prospektif. 5. Metode Penyusutan (16.11; 63-65) Berbagai metode penyusutan yang dapat digunakan berdasarkan PSAK No. 16 tahun 2009 (16.11;65) antara lain: 1) metode garis lurus (straight line method) menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. 2) metode saldo menurun (diminishing balance method) menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. 3) metode jumlah unit (sum of the unit method)
6
menghasilkan pembebanan berdasarkan penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. 6. Pelepasan Aset (16.12; 71, 74) Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK No. 23 yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang. 7. Penghentian Pengakuan (16.11; 69) Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat: a) dilepaskan; atau b) tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. 8. Pengungkapan (16.12; 75-76) Berdasarkan PSAK No.16 2009 (16.12; 75) dituliskan bahwa laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap: a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto; b) Metode penyusutan yang digunakan; c) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi penuruan nilai) pada awal dan akhir periode; dan e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: i. Penambahan
7
ii. Aset yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual atau pelepasan lainnya; iii. Akuisisi melalui penggabungan usaha; iv. Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik secara langsung pada ekuitas; v. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi; vi. Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba rugi, jika ada; vii. Penyusutan; viii. Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan ix. Perubahan lain. Laporan keuangan juga mengungkapkan: a) Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk utang; b) Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan; c) Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan d) Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada laporan laba rugi. B.
Karakteristik Aset Tetap Menurut Firdaus A. Dunia (2008; 177-178) mengemukakan bahwa aset tetap memiliki karakteristik khusus yaitu: 1. Karakteristik pertama dari aset tetap adalah bahwa maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan dan bukan untuk diperjualbelikan dalam kegiatan normal perusahaan. 2. Karakteristik kedua adalah umur jangka waktu pemakaiannya lebih dari satu tahun. 3. Karakteristik ketiga adalah bahwa pengeluaran untuk aset tersebut harus merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material bagi perusahaan.
C.
Klasifikasi Aset Tetap Klasifikasi aset tetap menurut Sofyan Syafri Harahap (2002; 23) terdiri dari: 1. Tanah atau Lahan
8
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
Yaitu bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan atau tanah yang didirikan bangunan di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khususnya bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai guna tol, jalan dan lainlain maka dapat digabungkan dalam nilai tanah. Bangunan Gedung Gedung merupakan bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan atau air, pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung ini. Mesin Termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Kendaraan Semua jenis kendaraan seperti: alat pengangkutan, truk, traktor, forklift, mobil, kendaraan roda dua dan lain-lain. Perabot Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan. Inventaris atau Peralatan Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain. Prasarana Di Indonesia adalah kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, pagar dan lain-lain.
Perolehan Aset Tetap Mayoritas perusahaan menggunakan biaya perolehan (historical cost) sebagai dasar untuk menilai aset tetap. Menurut Kieso dan Weigandt (2000; 481) menyatakan bahwa: ”Historical Cost is measured by the cash or cash equivalent price of obtaining the asset and bringing it to the location and condition necessary for its indented use.” Jadi menurut Kieso, historical cost tidak hanya berupa uang kas yang dibayarkan tetapi juga dalam bentuk lain yaitu setara dengan kas yang seharusnya dibayarkan. Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang masing-masing cara
9
perolehannya akan mempengaruhi harga perolehannya. Cara perolehan aset tetap tersebut: 1. Pembelian tunai 2. Pembelian angsuran 3. Perolehan melalui cara pertukaran (trade in) 4. Perolehan dengan penerbitan surat berharga 5. Perolehan dengan hadiah/sumbangan/donasi/hibah 6. Perolehan dengan membuat sendiri 7. Perolehan dengan cara sewa guna (leasing) Berikut uraian untuk memperjelas poin-poin di atas: 1. Pembelian tunai Untuk pembelian tunai atas aset tetap, harta yang diperoleh secara tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dibayarkan termasuk seluruh pengeluaran incidental dikeluarkan yang berhubungan dengan pembelian atau persiapan untuk penggunaannya. Jadi aset tetap yang dibeli harus dicatat sebesar harga perolehannya termasuk biaya yang dibebankan untuk memperoleh aset tetap sampai aset tetap tersebut siap digunakan. Misal dibeli sebidang tanah secara tunai dengan harga Rp 150.000.000,- yang memerlukan biaya balik nama Rp 1.000.000,- maka pencatatannya adalah sebagai berikut: Dr. Fixed Asset (Land) Cr.
Cash
151.000.000 151.000.000
2. Pembelian angsuran Dalam menentukan harga perolehan aset tetap dari pembelian angsuran adalah menggunakan harga tunai (nilai cicilan) sedangkan unsur bunga tidak
10
dapat dikapitalisasi sebagai aset tetap, melainkan diakui sebagai expense di tahun berjalan. Jadi pencatatan yang harus dilakukan saat perolehan adalah dengan menjurnal aset tetap di debit yang berarti terjadi penambahan aset tetap kemudian pada sisi kredit dimunculkan utang dan kas yang artinya terjadi penambahan hutang dan pengeluaran kas. Jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr. Fixed Asset
xxx
Cr.
Contract Payable
xxx
Cr.
Cash
xxx
Dan pencatatan pada saat pembayaran angsuran maka utang berkurang, biaya bunga bertambah dan kas berkurang. Jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr. Contract Payable
xxx
Dr. Interest expense
xxx
Cr.
Cash
xxx
Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari misalnya saja dibeli sebuah kendaraan secara cicilan dengan harga Rp 75.000.000,- dengan uang muka Rp 25.000.000,- dan sisanya dicicil selama 10 kali cicilan, dibayar setiap setengah tahun sekali dan ditambah bunga 12% per tahun yang dihitung dari sisa cicilan yang terutang. Jurnal pada waktu membeli kendaraan: Dr. Vehicle 75.000.000 Cr.
Cash
25.000.000
Cr.
Contract Payable
50.000.000
Jika menggunakan flat rate (bunga tetap) maka jurnal saat cicilan pertamanya: Dr. Contract Payable
5.000.000 Æ Rp 50.000.000 : 10
Dr. Interest Expense
3.000.000 Æ Rp 50.000.000 x 6/12 x 12%
11
Cr.
Cash
8.000.000
Jurnal saat cicilan ke dua: Dr. Contract Payable
5.000.000 Æ Rp 50.000.000 : 10
Dr. Interest Expense
3.000.000 Æ Rp 50.000.000 x 6/12 x 12%
Cr.
Cash
8.000.000
Jika menggunakan effective rate maka cicilan jurnal saat cicilan adalah: Dr. Contract Payable
5.000.000 Æ Rp 50.000.000 : 10
Dr. Interest Expense
3.000.000 Æ Rp 50.000.000 x 6/12 x 12%
Cr.
Cash
8.000.000
Jurnal pada cicilan ke dua: Dr. Contract Payable
5.000.000 Æ Rp 50.000.000 : 10
Dr. Interest Expense
2.700.000 Æ {(Rp 50 jt – Rp 5 jt) x 6/12 x 12%}
Cr.
Cash
7.700.000
Jadi dapat disimpulkan ketika menggunakan effective rate maka jumlah yang dibayarkan untuk setiap kali angsuran, jumlahnya akan menurun sesuai dengan jumlah saldo yang masih tersisa, yaitu jumlah bunga yang harus dibayar untuk angsuran pertama adalah Rp 3.000.000,- sedangkan untuk angsuran ke dua menjadi Rp 2.700.000,- Sedangkan jika menggunakan flat rate jumlah bunga yang dibayarkan untuk setiap kali angsuran adalah sama Rp 3.000.000,Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah saldo angsuran yang berbeda, yang satu berasal dari saldo awal yang tidak mengalami penurunan, sedangkan yang satu berasal dari saldo setelah dikurangi dengan angsuran, sehingga jumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan juga berbeda.
12
3. Perolehan melalui cara pertukaran (trade in) Untuk aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran menurut PSAK No. 16 (16.5; 24) adalah: Satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset nonmoneter, atau kombinasi aset moneter dan non-moneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset non-moneter dengan aset nonmoneter lainnya, tetapi hal ini juga berlaku untuk semua pertukaran yang dijelaskan dalam kalimat sebelumnya. Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar kecuali: a) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau b) Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal. Entitas tidak dapat segera menghentikan pengakuan aset meskipun perolehan aset yang diserahkan diukur dengan cara seperti di atas. Jika aset yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan. Sejumlah penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertukaran harta non-moneter dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a) Pertukaran aset tidak sejenis (dissimiliar assets general case) Yaitu pertukaran aset yang sifat dan fungsinya tidak sama, misalnya pertukaran gedung dengan kendaraan. Pencatatannya adalah sebagai berikut: Dr. Vehicle
xxx
Dr. Acummulated depr. building
xxx
Cr.
Building
xxx
Cr.
Gain on dispossal
xxx
Atau Dr. Vehicle
xxx
Dr. Accummulated depr. building
xxx
Dr. Loss on dispossal
xxx
Cr.
Building
13
xxx
Dari jurnal pencatatan tersebut diketahui bahwa kendaraan bertambah dan gedung berkurang begitu pula akumulasi penyusutan serta menimbulkan laba (jika harga tukar kendaraan lebih kecil daripada harga gedung) atau menimbulkan rugi (jika harga kendaraan lebih besar daripada harga gedung yang ditukar). Biaya perolehan untuk aset baru dari pertukaran aset tidak sejenis adalah sebesar nilai pasarnya. b) Pertukaran aset yang sejenis (similiar assets general case) Yaitu pertukaran aset tetap yang sifat dan fungsinya sama misalnya pertukaran mesin lama dengan mesin baru, kendaraan lama dengan kendaraan baru dan lain-lain. Pencatatannya adalah sebagai berikut: Dr. Vehicle(new)
xxx Æ dikurangi gain on disposal (jika ada)
Dr. Accummulated depr. old vehicle Cr.
Vehicle (old)
xxx xxx
Dari jurnal pencatatan tersebut diketahui bahwa kendaraan baru bertambah dan kendaraan lama berkurang begitu pula dengan akumulasi penyusutan kendaraan lama. Sedangkan perlakuan akuntansi terhadap rugi dan laba pertukaran aset sejenis berbeda dengan pertukaran aset tidak sejenis. Pada pertukaran aset sejenis, jika rugi maka harus segera dicatat sedangkan jika laba harus ditangguhkan pencatatannya, laba tersebut mengurangi harga pasar asset baru, dalam contoh berikut adalah mengurangi harga kendaraan baru. Biaya perolehan untuk aset baru dari pertukaran aset sejenis adalah sebesar harga pasarnya dikurangi keuntungan yang belum direalisasi selama pertukaran kas belum sempurna pencarian labanya.
14
4. Perolehan dengan penerbitan surat berharga Apabila perolehan aset dikabulkan dengan cara penerbitan surat-surat berharga misalnya dengan saham atau obligasi, maka perolehan dari aset tetap tersebut didasarkan pada harga pasar surat berharga tersebut. Bila surat berharga tersebut tidak mempunyai nilai pasar tertentu harga perolehannya didasarkan pada taksiran nilai pasar yang layak dari aset tetap tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aset tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan. Nilai pertukaran ini diakui sebagai dasar pencatatan perolehan aset tetap dan nilai-nilai surat berharga yang dikeluarkan. Sebagai contoh, perusahaan mengeluarkan atau menerbitkan 20.000 lembar common stock masing-masing nominal Rp 10.000 untuk ditukar dengan sebidang tanah, sedangkan harga pasar saham saat itu Rp 16.000 per lembar. Pencatatannya adalah sebagai berikut: Dr. Land
320.000.000 Æ 20.000 x 16.000
Cr.
Common Stock
200.000.000 Æ 20.000 x 10.000
Cr.
Paid in Capital
120.000.000 Æ 20.000 x 6.000
Jika harga pasar saham tidak diketahui karena perusahaan tersebut tidak go public, sedangkan harga pasar dari tanah tersebut seharga Rp 300.000.000,Jurnalnya: Dr. Land
300.000.000
Cr.
Common Stock
200.000.000 Æ 20.000 x 10.000
Cr.
Paid in Capital
100.000.000
5. Perolehan dengan membuat sendiri
15
Adakalanya perusahaan memperoleh aset dengan cara membuat sendiri yang tujuannya adalah memanfaatkan fasilitas yang menganggur, menghemat biaya konstruksi dan untuk memperoleh kualitas konstruksi yang lebih baik. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.16 (2009; 16.5; 22) mengemukakan: Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian atau cara lain. Jika perusahaan membuat aset serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya pembangunan aset untuk dijual (lihat PSAK No. 14 tentang Persediaan). Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian pula pemborosan yang terjadi dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset. PSAK No. 26 tentang Biaya Pinjaman menetapkan kriteria yang harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai suatu komponen biaya perolehan aset tetap. Jadi harga perolehan aset tetap yang dibangun atau dibuat sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi selama pembuatan aset tetap tersebut hingga siap untuk dipergunakan. Aset tetap yang dibuat sendiri dicatat sebesar biaya yang sebenarnya dikeluarkan. Jika biaya yang dikeluarkan lebih besar dari harga pasar aset sejenis maka selisihnya dianggap sebagai pemborosan atau kerugian. Contoh, perusahaan membuat sendiri 3 unit lemari dengan biaya Rp 8.200.000,Adapun harga pasar dari 3 lemari tersebut adalah Rp 10.000.000,- Maka jurnalnya adalah: Dr. Equipment
8.200.000
Cr.
Cash
8.200.000
Tetapi jika harga pasarnya lebih rendah dari biaya yang dikeluarkan yaitu misal harga pasarnya Rp 7.000.000,- maka akan muncul kerugian karena membuat sendiri Rp 1.200.000,- dengan jurnalnya adalah sebagai berikut:
16
Dr. Equipment
7.000.000
Dr. Loss on self construction
1.200.000
Cr
Cash
8.200.000
6. Perolehan dengan hadiah/sumbangan/donasi/hibah Jika aset tetap diperoleh dari sumbangan, maka nilai aset tersebut dicatat sebesar harga pasar ditempat diterimanya aset tersebut, jika terdapat tambahan biaya sampai aset dalam keadaan siap pakai, maka biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut ditanggung oleh perusahaan dan dicatat untuk menambah nilai aset tersebut. Misal, perusahaan mendapat sumbangan mesin dari menteri perindustrian di Jakarta yang harga pasarnya Rp 60.000.000,- Kemudian msein tersebut diangkut ke Bandung dengan biaya Rp 400.000,- dan selanjutnya mesin tersebut dipasang dengan biaya pemasangan instalasi dan percobaan sebesar Rp 1.600.000,- Semua biaya tersebut dibayar perusahaan secara tunai. Maka jurnalnya adalah: Dr. Machine
62.000.000
Cr.
Donated Capital
Cr.
Cash
60.000.000 2.000.000
Dalam PSAK 2009 No. 16 (16.6; 28) dituliskan bahwa aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut dan hibah akan diperoleh. 7. Perolehan dengan cara sewa guna (leasing) Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lesse dalam sewa pembiayaan ditentukan sesuai dengan PSAK No. 30 tentang sewa.
17
Pencatatan cara perolehan ini tergantung dari jenis leasing yang diambil oleh perusahaan, ada dua cara sewa guna usaha: 1) Capital lease Aset yang diperoleh dengan cara ini dicatat sebagai aset tetap dalam kelompok sendiri harus diamortisasikan. Kewajiban sewa guna usahanya pun disajikan terpisah dari kewajiban lainnya. Biasanya cara ini diambil bila aset disewa lebih dari dua tahun dan pada akhirnya akan dibeli. 2) Operating lease Bila perusahaan memilih cara ini, maka pencatatan angsuran tiap bulan tidak dianggap sebagai aset tetap, tetapi langsung merupakan biaya sewa aset yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa guna usaha, meskipun pembayarannya dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. E.
Pengeluaran-pengeluaran Setelah Perolehan Pengeluaran-pengeluaran selama masa ekonomi suatu aset biasanya tetap dilakukan, meskipun telah diperoleh dan dioperasikan dalam proses pembentukan pendapatan. Pengeluaran- pengeluaran tersebut menurut John, Loren dan Jefferson (2007; 476) dapat menimbulkan beberapa manfaat ekonomi antara lain: 1. Memperpanjang masa manfaat aset, 2. Meningkatkan produktivitas, 3. Memproduksi produk yang sama dengan biaya yang lebih rendah, 4. Meningkatkan kualitas produk. Secara konseptual, keterjadian biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran
18
yang hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi, salah satu dari tiga kondisi berikut harus terpenuhi: 1. Umur manfaat aset tersebut harus meningkat. 2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aset harus meningkat. 3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan. Pengeluaran yang tidak meningkatkan manfaat dari suatu aset di masa depan harus dianggap sebagai beban. Faktor materialitas juga menjadi bahan pertimbangan utama, banyak perusahaan menganggap pengeluaran yang sifatnya material harrus dikapitalisasi meskipun terdapat keraguan mengenai penambahan manfaat baik dalam bentuk pertambahan umur guna aset, kuantitas, ataupun kualitas yang dihasilkan. Pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan meliputi: 1. Penambahan (addition) 2. Pengembangan dan Penggantian (improvements and replacements) 3. Perencanaan kembali dan Pemindahan (rearrangement and moving) 4. Reparasi dan pemeliharaan (repair and maintenance) Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan sebagai berikut: 1. Penambahan (addition) Biaya penambahan (addition) mewakili aset baru oleh karena itu seharusnya dikapitalisasi. Menambahkan sebuah sayap pada gedung dan memasang alat kontrol polusi adalah contoh penambahan. Ketika penambahan melibatkan pemindahan aset lama masalah yang muncul adalah menghitung biaya perolehan yang dipindahkan. Sebagai contoh, ketika perusahaan menambahkan sayap baru
19
pada sebuah gedung, seringkali membuat perubahan pada gedung lama. Jika perubahan tsb meningkatkan masa manfaat sebelumnya maka biaya perubahan harus dikapitalisasi. Jika perubahan tsb tidak meningkatkan manfaat awal gedung yang lama, maka biaya tsb harus dibebankan. Sebagai tambahan, biaya sebagian aset yang dihancurkan (contoh: dinding pembatas) seharusnya dipindahkan dari akun perpindahan aset meskipun hal ini jarang sekali dilakukan karena tidak terlalu material dan sulit diukur. 2. Pengembangan dan Penggantian (improvements and replacements) Improvement and replacement melibatkan substitusi bagian baru untuk bagian yang lama dan meningkatkan manfaat ekonomi aset. Sebuah improvement adalah substitusi aset yang lebih baik dari aset yang telah digunakan seperti pemasangan sistem pencahayaan di gedung. Sebuah replacement adalah substitusi dari aset yang setara sebagai contoh mesin baru dalam sebuah truk. Biaya terkait dengan improvement and replacement adalah dikapitalisasi. 3. Perencanaan kembali dan Pemindahan (rearrangement and moving) Biaya perencanaan kembali dalam sebuah gedung atau pemindahannya ke lokasi baru dikapitalisasi dan dibebankan sepanjang periode diharapkan untuk mendapatkan manfaat. (Periode ini adalah periode yang lebih rendah daripada manfaat ekonomi aset yang dipindahkan jika perusahaan mengharapkan kembali akan memindahkan aset sebelum akhir masa manfaatnya.) Meskipun begitu, banyak perusahaan membebankan biaya tersebut dengan segera jika tidak material. 4. Reparasi dan pemeliharaan (repair and maintenance)
20
Ketika perusahaan mengeluarkan biaya repair and maintenance secara rutin untuk memelihara sebuah aset maka hal tersebut akan menimbulkan beban pada periode yang terjadi. F.
Pelepasan Aset Tetap Aset tetap dapat ditarik secara langsung atau dilepaskan sebagai penjualan, konversi terpaksa, pertukaran, atau pembuangan. Perlakuan akuntansi yang mendasarinya, adalah dengan menghitung semua penyusutan yang terjadi beserta nilai perolehan aset tersebut. Dalam kondisi suatu aset dilepaskan, terdapat nilai pelepasan. Seharusnya nilai ini akan sama dengan nilai buku, tetapi hal ini jarang terjadi, karena penyusutan dilakukan atas dasar estimsasi, sehingga perbedaan pasti akan muncul. Pada situasi tersebut terdapat keuntungan atau kerugian akibat pelepasan yang merupakan koreksi terhadap laba bersih selama aktiva tersebut digunakan. Pelaporan keuntungan ataupun kerugian yang terjadi sebagai hasil dari transaksi pelepasan aset tetap harus diakui sebagai pos laba rugi dari aktivitas bisnis yang biasa, tetapi lain hal jika perusahaan melepas segmen yang dimilikinya, maka kejadian ini harus dilaporkan sebagai pos-pos luar biasa. Masalah tambahan jika suatu aset tetap dibuang tanpa adanya pemulihan kas, maka kerugiannya harus diakui sebesar jumlah yang sama dengan nilai buku aset saat aset tersebut dibuang. Jika suatu aset masih dapat digunakan lagi meskipun estimasi masa manfaatnya telah selesai, dan telah disusutkan secara penuh, maka aset tersebut dapat dicatat pada nilai sisanya taua pada biaya historis dikurangi penyusutan.
21
G.
Penyusutan Aset Tetap Penyusutan atau suatu depresiasi merupakan suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk mengalokasikan cost atau nilai lain suatu aset selama masa ekonomisnya dengan cara sistematis dan rasional.
H.
Metode Penyusutan Untuk mengalokasikan biaya aset tetap ke periode-periode yang memperoleh manfaat terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Metode manapun yang dipilih konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Penyusutan
dapat
dilakukan
dengan
berbagai
metode
yang
dapat
dikelompokkan menurut kriteria berikut: 1. Berdasarkan waktu: 1) Metode garis lurus Metode ini paling banyak digunakan karena kesederhanaannya. Dengan metode ini harga perolehan dialokasikan sejalan dengan berlalunya waktu dan mengakui beban periodik yang sama besar selama usia manfaat harta. Penyusutan dengan metode ini merupakan cost approach, artinya terdapat tiga hal penting dalam penyusutan garis lurus yaitu: a. beban penyusutan adalah sama setiap tahun b. akumulasi penyusutan meningkat secara seragam c. nilai tercatat atas nilai buku (carrying value) menurun secara seragam sampai mencapai nilai residu. Contoh perhitungan:
22
Sebuah kendaraan dibeli dengan harga Rp 19.000.000 dan diperkirakan umur ekonomisnya 5 tahun. Taksiran nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan kendaraan dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = = =
Harga Perolehan – Nilai Residu Taksiran umur penggunaan 19.000.000 – 1.000.000 5 Rp 3.600.000 / tahun
2) Metode pembebanan yang menurun: a. Metode jumlah angka tahunan Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan jumlah pecahan selama masa manfaat ekonomis yang sebanding secara terbalik yang akan menghasilkan jumlah pembebanan berkala yang makin menurun dari masa ke masa. Pecahan yang digunakan yaitu untuk pembilang (numerator) digunakan angka tahun berbanding terbalik dan penyebut (denominator) merupakan jumlah angka tahun (sum of the year). Contoh perhitungan dengan kasus yang sama seperti metode sebelumnya. Maka penyusutan kendaraan dihitung sebagai berikut: Jumlah digit tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 Depresiasi kendaraan tahun I = 5/15 II = 4/15 III = 3/15 IV = 2/15 V = 1/15
23
Tahun 1 2 3 4 5
Tabel 2.1 Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahunan Akumulasi Penyusutan Penyusutan 5/15 x 18.000.000 = 6.000.000 6,000,000 4/15 x 18.000.000 = 4.800.000 10,800,000 3/15 x 18.000.000 = 3.600.000 14,400,000 2/15 x 18.000.000 = 2.400.000 16,800,000 1/15 x 18.000.000 = 1.200.000 18,000,000
Nilai Buku Kendaraan 13,000,000 8,200,000 4,600,000 2,200,000 1,000,000
Sumber: Harmanto, Akuntansi Keuangan Menengah (2002; 369) b. Metode Saldo menurun atau metode saldo menurun ganda Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan persentase umur ekonomis terhadap nilai buku aset yang bersangkutan, sehingga menghasilkan pembebanan penyusutan yang menurun. Dasar yang digunakan untuk mengitung penyusutan dengan cara garis lurus, persentase ini dilakukan dua dan setiap tahunnya dikalikan dengan nilai buku aset tetap. Contoh perhitungan dengan kasus yang sama seperti metode sebelumnya. Maka penyusutan kendaraan dihitung sebagai berikut: 100 % Penyusutan garis menurun = 5 th = 20 % Penyusutan saldo menurun = 20 % x 2 = 40 %
Tahun 1 2 3 4 5
Tabel 2.2 Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda Akumulasi Penyusutan Penyusutan 40% x 50.000.000 = 20.000.000 20,000,000 40% x 30.000.000 = 12.000.000 32,000,000 40% x 18.000.000 = 7.200.000 39,200,000 40% x 10.000.000 = 4.320.000 43,520,000 40% x 6.480.000 = 2.592.000 46,112,000
Nilai Buku Kendaraan 30,000,000 18,000,000 10,800,000 6,480,000 3,888,000
Sumber: Harmanto, Akuntansi Keuangan Menengah (2002; 371) 2. Berdasarkan pengeluaran: 1) Metode jam jasa
24
Alokasi harga perolehan didasarkan pada jam perbaikan aset. Pembelian aset merupakan pembebanan sejumlah jam pemakaian langsung. Metode ini menetapkan umur ekonomis suatu aset dalam suatu jam pemakaian (service hour). Harga perolehan yang disusutkan dibagi dengan taksiran jam pemakaian merupakan tarif pemakaian untuk setiap jam pemakaian aset tersebut. Contoh perhitungan: Mesin yang harga perolehannya Rp 10.000.000 memiliki nilai residu Rp 1.000.000 ditaksir umur ekonomisnya 5 tahun. Tahun ke-1 = 1500 jam mesin, tahun ke-2 = 2000 jam mesin, tahun ke-3 = 4000 jam mesin, tahun ke-4 = 1500 jam mesin, tahun ke-5 = 1000 jam mesin. Penyusutan mesin dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = = =
Tahun 1 2 3 4 5
Harga Perolehan – Nilai Residu Taksiran jam jasa 10.000.000 – 1.000.000 10.000 jam Rp 900
Tabel 2.3 Metode Penyusutan Jam Jasa Jam Krj Akumulasi Penyusutan Mesin (jam) Penyusutan 1,350,000 1,350,000 1500 1,800,000 3,150,000 2000 3,600,000 6,750,000 4000 1,350,000 8,100,000 1500 900,000 9,000,000 1000
Nilai Buku Kendaraan 8,650,000 6,850,000 3,250,000 1,900,000 1,000,000
Sumber: Harmanto, Akuntansi Keuangan Menengah (2002; 372) 2) Metode jumlah unit produksi Dalam metode ini jumlah unit, tarif penyusutan dihitung setiap satuan (unit) output yang dihasilkan oleh aset yang bersangkutan. Pada metode ini
25
penyusutan periodik dibebankan sebagai aset berfluktuasi jumlahnya, sebanding dengan jumlah output yang dihasilkan. 3. Berdasarkan kriteria lainnya (metode berdasarkan jenis/group) Group depreciation method adalah suatu penyusutan aset tetap secara per kelompok. Jika terdapat sekelompok aset sejenis dibeli pada saat yang sama dan diperkirakan mempunyai umur ekonomis yang sama, menghitung penyusutan secara individual merupakan hal yang tidak praktis, maka sebaiknya kita gunakan metode penyusutan secara kelompok. Dasar perhitungan adalah garis lurus, namun dengan metode ini hanya terdapat suatu perkiraan akumulasi penyusutan, karena perkiraan akumulasi penyusutan milik semua aset maka tidak dihubungkan kepada aset secara individu, dengan demikian nilai buku tidak dapat dihitung untuk aset tetap tertentu.
26