Bab 8 Mengelola Wakaf Dengan Penuh Amanah
Dunia semakin indah, dihiasi dengan perkembangan sain dan teknologi yang semakin canggih dan menarik. Namun masalah kehidupan semakin komplek, mulai dari kekurangan sandang, pangan, dan papan yang mengakibatkan munculnya kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan kekufuran. Semua berurat dan berakar dari masalah ekonomi yang lemah. Karena miskin orang tidak bersekolah sehingga menjadi bodoh, tidak bisa mengikuti informasi sehingga terbelakang, dan menjual aqidah sehingga menjadi kufur. Islam mengakui adanya perbedaan antar manusia dalam masalah hak milik dan rezeki, karena fitrah (ciptaan) Allah menghendaki adanya perbedaan di antara mereka. Bahkan lebih dari itu, yaitu dalam hal kecerdasan, kecantikan, kekuatan fisik dan seluruh pemberian dan kemampuan secara khusus, maka tidak aneh jika terjadi perbedaan antara manusia di dalam harta dan kekayaan, dan hal-hal lainnya. Perbedaan itu bukan merupakan tanpa arti, akan tetapi memiliki hikmah, karena dengannya kehidupan ini Pondok Modern Gontor merupakan satu dari akan tegak dan teratur sagala urusannya. Meskipun Islam sekian lembaga wakaf yang bisa menjadi model pengembangan lembaga pendidikan menegaskan adanya prinsip perbedaan di dalam masalah bagi berbasis wakaf. rezeki, dalam kekayaan, dan kemiskinan, tetapi jika kita (sumber: http://kuakaji, maka Islam juga berupaya untuk mendekatkan atau ampekangkek.blogspot.com) mengurangi sisi perbedaan antar golongan, sehingga membatasi penyimpangan orang-orang kaya dan mengangkat martabat orang-orang fakir dalam rangka mewujudkan tawazun (keseimbangan) dan menghilangkan sebab-sebab pertarungan serta permusuhan antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Demikian itu karena sesungguhnya Islam membenci berputarnya kekayaan di tangan orang-orang tertentu saja, sementara sebagian besar orang tidak memilikinya. Islam senang kalau harta itu tidak hanya berkisar pada orang-orang kaya saja. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem yang indah, yang membawa keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif yang membawa misi kebersamaan agar jurang pemisah antara antara agniyah (orang kaya) tidak terlalu jauh dengan kaum dhu’afa (orang miskin). Ajaran Islam mengisyaratkan untuk melakukan upaya pemberdayaa ekonomi umat yang harus diproyeksikan untuk kesejahteraan bersama, bukan hanya untuk kepentingan pribadi. Prinsip tersebut salah satunya bisa diaplikasikan melalui pengelolaan wakaf yang amanah dan professional Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
124
agar pahalanya terus mengalir meskipun wakif (orang yang mengeluarkan wakaf) tersebut telah meninggal dunia.
Amatilah uraian dan gambar berikut, lalu tulislah pesan-pesan moral atau komentar kritis yang mengarah kepada “Mengelola Wakaf Dengan Penuh Amanah”!
Duta Waqf Fund, Marissa Haque Fawzi, mengutip sebuah studi yang dilakukan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta (2006), yang mengungkapkan jumlah unit wakaf yang terdata mencapai hampir 363 ribu bidang tanah, dengan nilai secara nominal diperkirakan mencapai Rp 590 trilyun! Ini setara dengan lebih dari 67 milyar dolar AS dengan asumsi kurs Rp 9.250/dolar. “Paradigma yang keliru tentang wakaf menjadi kendala bagi pengelolaan wakaf di Indonesia, sehingga saat ini diperkirakan sekitar 76 persen wakaf di Indonesia tidak dikelola dengan baik” papar Marissa Haque pada Pelatihan Kewirausahaan Pengurus Masjid se-Jakarta, di Jakarta Islamic Center (JIC), Minggu, 28 Februari 2010. (sumber:http://www.beritawakaf.com)
(Rumah Wakaf Indonesia) Lembaga Rumah Wakaf Indonesia sedang mempersiapkan pembangunan rumah bersalin gratis yang berstandar internasional. Kita biasa menyebutnya RBSK yaitu Rumah Bersalin Sehat Keluarga.
(sumber: http://rumahwakafindonesia.blogspot.com)
__________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________ __________________________________________
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
125
A. Mari Mengenal Wakaf ! Banyak cara yang dilakukan seorang Muslim untuk menyerahkan hartanya kepada seseorang atau badan hukum (lembaga) dengan motivasi pengabdian kepada Allah SWT, diantaranya dengan wakaf. Wakaf berasal dari bahasa Arab yang bermakna menahan (al-habs) dan mencegah (al-man’u). Wakaf tidak boleh diwariskan, dihibahkan, dan dijual, karena al-habs (menahan) menunjukkan makna permanen karena benda wakaf bersifat kekal agar dapat dimanfaatkan barangnya selama-lamanya. Sedangkan wakaf menurut istilah syar’i adalah suatu ungkapan yang mengandung penahanan harta miliknya pada orang lain dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya oleh masyarakat. Wakaf termasuk amaliah shadaqah yang belum banyak diamalkan, sebab biasanya wakaf ini berupa harta yang disenangi seperti: tanah, sawah, bangunan, atau mobil yang dikeluarkan dari milik perorangan untuk diambil manfaatnya oleh salah satu lembaga sosial Islam guna mencari pahala dari Allah SWT. Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah milik dijelaskan, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta kekayaannya berupa tanah milik dan melembagakan selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam. Menurut Jaih Mubarok dari definisi tersebut memperlihatkan tiga hal, yaitu: a. Wakif atau pihak yang mewakafkan secara perorangan atau badan hukum seperti perusahaan atau organisasi kemasyarakatan; b. Pemisahan tanah milik belum menunjukkan pemindahan kepemilikian tanah milik yang diwakafkan; c. Tanah wakaf digunakan untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam. Wakaf memiliki dua tujuan, yaitu hubungan horizontal, yaitu mengentaskan kemiskinan dan hubungan vertical, yaitu pendekatan pada Allah SWT. 1. Dalil-dalil tentang wakaf adalah sebagai berikut : a. Q.S Ali Imran (3) : 92
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran (3) : 92 ) b. Hadits Nabi Saw.: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
126
Artinya : “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: "Apabila seorang muslim meninggal, maka amalannya terputus kecuali dari tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.". (HR. Abu Dawud ). Ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan shadaqah jariyah dalam Hadits tersebut adalah wakaf.
ِ َّاْلَط ْ ص ْخ ِر بْ ِن ُج َويْ ِريَةَ َع ْن نَافِ ٍع { أ ََّن ُع َمَر بْ َن َّ اب َر ِض َي ْ َاَّللُ َعْنهُ َكان ُت لَه َ َرَواهُ َع ْن َِّ َو َِأَرض تُ ْدعى َثَْغا وَكا َن ََنْ ًل ن ِّن ِ َ ُُ اَ َعْنهُ يَا َر َّ اَ ُع َمُر َر ِض َي َ َسًا فَق َ ََ اَّللُ تَق اَّلل ِي ً َ ً َ ٌ ْ ِ ِِ اَّللِ َو َُ َل ُمهُ َعلَْس ِه َّ ات َ ََّق بِِه فَق ُ صد ُ صلَ َو ْ َ َسس أَفَأَت َ َا ٌ َِاُتَق َِ ْدت َم ًاًل َوُه َو عْندي ن ِ َِّق بِأَصل ، ُ َولَ ِك ْن لِسُقْنق َِ َق ِم ْن ََثَِرهِ ا لَه، ث ي ًل و ، ب وه ي ًل و ، اع ب ق ي ًل ه َ َ َ ُ ور ُ َ ْ ْ صد َ َت ُ ُ َ ُ َ َ ُ َ ِ ْالضس ِ َالرق ِ َوِِف ي، َا ف َّ اب َو َّ اَّللُ َعْنهُ ِِف َُبِ ِسل َّ َّق بِِه ُع َمُر َر ِض َي َ ََ اَّللِ تَق َ صد َ َفَقت ِ ِ ِ الًبِ ِسل ولِ ِذي الْ َُرَب ِ ِوالْمًاك ِ ن ج ًل و ، ه ن م ن اب و ني َ ْ َّ َ ْ ُاح َعلَى َم ْن َولسَهُ أَ ْن يَأْ ُك َل مْنه ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ََ َ ِ أَو يق َؤيكِل، وف ِ بِالْمَر )يق َغ ْسقَر ُمتَ َم يِوٍَ ِم ْنهُ (رواه ابن النجار ً صد َ َ ُ ْ ُْ َ Artinya : “Diriwayatkan dari Shahr Ibn Juwairiayah dari Nafi’, “Sesunguhnya Umar Ibn al Khatthab memilki tanah yang dinamakan dengan Tsamagh yang ada kurma yang indah sekali. Umar berkata, “ya Rasulallah saya ingin memanfaatkan hartaku yang sangat baik, apakah saya mau menshadaqahkannya?. Nabi menjawab, “hendaklah shadaqahkanlah asalnya yang tidak boleh dijual, dihibahkan, dan diwariskan akan tetapi hendaklah nafkahkan buahnya”. Lalu Umar menshadaqahkan di jalan Allah, perbudakan, tamu, orang-orang miskin, ibnu sabil, dan sanak karabat. Maka tidak berdosa bagi orang yang mengurusnya makan sekedarnya dengan jalan yang baik atau memberi makan kepada temannya sekedarnya”. (HR. al-Bukhari)
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
127
Berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadits-hadits di atas, menegaskan bahwa orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah, maka sepantasnya harus memilh hartanya yang paling baik untuk diwakafkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Umar bin Khattab ra. Umat Islam berbeda pendapat tentang awal diberlakukannya wakaf. Menurut kaum Muhajirin, bahwa wakaf pertama kali diberlakukan pada zaman Umar ibn Khatthab dan dimulai Nabi Saw. sendiri. Sementara menurut kaum Anshar, wakaf pertama kali dilakukan oleh Nabi Saw., sebagaimana dalam kitab Maghazi al-Waqidi dikatakan bahwa sedekah yang berupa wakaf dalam Islam yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Saw. sendiri adalah sebidang tanah untuk dibangun masjid. Dengan demikian, dasar wakaf bukan hanya berupa ucapan Nabi (qaul al-nabi), tetapi juga praktek Nabi Saw. sendiri (fi’il al-nabi). Menurut al-Qurthubi, seluruh sahabat Nabi pernah mempraktekkan wakaf di Mekkah dan Madinah, seperti Abu Bakar, Umar bin al-Khatthab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Aisyah, Fathimah, Zubair, Amr bin Ash, dan Jabir. Menurut Imam Syafi’i dalam qaul qadim-nya bahwa sekitar delapan puluh sahabat Nabi dari kaum Anshar mempraktekkan sedekah muharramat yang disebut wakaf dan seluruh sahabat Nabi melakukan wakaf serta tidak seorang pun yang tidak mengetahuinya. Dengan demikian, wakaf memiliki dasar yang kuat mulai dari Al-Qur’an yang bersifat global (mujmal), perkataan dan perbuatan Nabi Saw., dan perilaku sahabat Nabi Saw. 2. Hukum Wakaf Hukum wakaf adalah sunnat. Wakaf sebagai amaliyah sunnah yang sangat besar manfaatnya bagi wakif, yaitu sebagai shadaqah jariyah. Berdasarkan dalil–dalil wakaf bagi keperluan umat, maka wakaf merupakan perbuatan yang terpuji dan sangat dianjurkan oleh Islam. 3. Rukun dan Syarat Wakaf Rukun wakaf ada empat, yaitu: a. Orang yang berwakaf (al-wakif), dengan syarat-syarat sebagai berikut: Memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada siapa yang ia kehendaki. Berakal, tidak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Baligh. Mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang bangkrut (muflis) dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya. b. Benda yang diwakafkan (al-mauquf), dengan syarat-syarat sebagai berikut: Barang yang diwakafkan itu harus barang yang berharga. Harta yang diwakafkan itu harus diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Harta itu harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah ghaira shai’. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
128
c. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi) atau sekelompok orang/badan hukum yang disertai tugas mengurus dan memelihara barang wakaf (nadzir). Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, yaitu:
Tertentu (mu’ayyan), yaitu jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang, atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia adalah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik). Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi (non Muslim yang bersahabat) yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf. Tidak tertentu (ghaira mu’ayyan), yaitu tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dan lainlain. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan, yaitu bahwa yang akan menerima wakaf itu hendaklah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah dan hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja. d. Lafadz atau ikrar wakaf (sighat), dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Ucapan itu harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.
Ucapan itu bersifat pasti. Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan di atas dapat terpenuhi, maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf (wakif) tidak dapat lagi menarik balik kepemilikan harta itu karena telah berpindah kepada Allah SWT dan penguasaan harta tersebut berpindah kepada orang yang menerima wakaf (nadzir). Secara umum penerima wakaf (nadzir) dianggap pemiliknya tetapi bersifat tidak penuh (ghaira tammah). B. Harta Benda Wakaf dan Pemanfaatannya Berdasarkan hadits dan amal perbuatan para sahabat Nabi Saw., harta wakaf itu berupa benda yang tidak habis karena dipakai dan tidak rusak karena dimanfaatkan, baik benda bergerak ataupun benda tidak bergerak. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: Umar bin Khattab ra. mewakafkan sebidang tanah di Khaibar. Khalid bin Walid ra. mewakafkan pakaian perang dan kudanya. Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syari’ah. Harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak, dan benda bergerak. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
129
1. Wakaf benda tidak bergerak, yaitu a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar. b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah. c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah. d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Wakaf benda bergerak a. Uang. Wakaf uang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari’ah yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dana wakaf berupa uang dapat diinvestasikan pada asset-aset financial dan pada aset ril. b. Logam mulia, yaitu logam dan batu mulia yang sifatnya memiliki manfaat jangka panjang. c. Surat berharga. d. Kendaraan. e. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). HAKI mencakup hak cipta, hak paten, merek, dan desain produk industri. f. Hak sewa seperti wakaf bangunan dalam bentuk rumah. Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan di indonesia keanggotaan Badan Wakaf Indonesia (BWI) diangkat oleh Presiden Republik Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No.75/M tahun 2007, yang di tetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007 sebagai amanah Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf. C. Pengelolaan Wakaf 1. Dasar wakaf di Indonesia Perwakafan di Indonesia diatur dalam: a. UU RI No.41 Tahun 2004 tentang wakaf tanggal 27 Oktober 2004. b. Peraturan Menteri Agama No.1 Tahun 1998 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. c. Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 1977 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik. e. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, khususnya pasal 5, 14 (1), dan 49, PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. f. Intruksi Bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1990 tentang Sertifikat Tanah Wakaf. g. Badan Pertanahan Nasional No. 630.1-2782 tantang Pelaksanaan Penyertifikatan Tanah Wakaf. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
130
h. SK Direktorat BI No. 32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah (pasal 29 ayat 2 berbunyi: bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal, yaitu menerim dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan (qard al-hasan). i. SK Direktorat BI No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah (pasal 28 berbunyi: BPRS dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan (qard al-hasan). Untuk selanjutnya di tingkat masyarakat yang menangani langsung perwakafan diserahkan kepada Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri. Di tingkat paling bawah, urusan wakaf dilayani oleh Kantor Urusan Agama yang dalam hal ini Kepala KUA sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). 2. Tata cara perwakafan tanah milik secara berurutan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya diharuskan datang sendiri dihadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) untuk melaksanakan ikrar Wakaf. b. Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu harus menyerahkan suratsurat (sertifikat, surat keterangan, dan lain-lain) kepada PPAIW. c. PPAIW meneliti surat dan syarat-syaratnya dalam memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah. d. Dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan dengan jelas, tegas, dan dalam bentuk tertulis. Apabila tidak dapat menghadap PPAIW maka dapat membuat ikrar secara tertulis dengan persetujuan dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. e. PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf dan mencatat dalam daftar akta ikrar wakaf dan menyimpannya bersama aktanya dengan baik. 3. Sertifikasi Tanah Wakaf Dalam praktek di Indonesia, masih sering ditemui tanah wakaf yang tidak disertifikatkan. Sertifikasi wakaf diperlukan demi tertib administrasi dan kepastian hak bila terjadi sengketa atau masalah hukum. Sertifikasi tanah wakaf dilakukan secara bersama oleh Kementerian Agama dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Pada tahun 2004, kedua lembaga ini mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala BPN No. 422 Tahun 2004 tentang Sertifikasi Tanah Wakaf. Proses sertifikasi tanah wakaf dibebankan kepada anggaran Kementerian Agama. 4. Ruilslag Tanah Wakaf Nadzir wajib mengelola harta benda wakaf sesuai peruntukan. Ia dapat mengembangkan potensi wakaf asalkan tidak mengurangi tujuan dan peruntukan wakaf. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
131
Dalam prakteknya, acapkali terjadi permintaan untuk menukar guling (ruilslag) tanah wakaf karena alasan tertentu. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 memperbolehkan tukar guling atau penukaran harta benda wakaf dengan syarat harus ada persetujuan dari Menteri Agama. Kewajiban nazhir yang terutama adalah mengamankan harta wakaf yang dikelolanya, dan memanfaatkannya. Jika didapati harta wakaf tidak sesuai kemanfaatannya, misalnya gedung madrasah yang penduduk sekitarnya telah pindah, sehingga harta wakaf tersebut tidak berfungsi lagi, maka nazhir mengambil langkah untuk kemanfaatan yang lain. Apakah harta wakaf itu boleh dijual dan diganti serta dipindahkan ke tempat lain? Dengan alasan kemaslahatan dan kemanfaatan, diperbolehkan mengganti bangunan gedung wakaf. Demikian juga menggantikan tanaman wakaf dengan tanaman yang lebih produktif juga diperbolehkan, yang hasilnya lebih bermanfaat dari yang sebelumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan wakaf. Adapun memindahkan harta wakaf diperbolehkan berdasarkan alasan maslahat dan manfaat. Contohnya jika jalan yang berjembatan wakaf tidak lagi dipergunakan, maka jembatan itu boleh dipindahkan ke tempat lain yang memerlukannya. Mengenai harta wakaf yang tidak mungkin diambil manfaatnya, juga boleh dijual, kemudian membeli benda baru yang lain sebagai pengganti. Imam Syafi’i dan yang lainnya tidak memperbolehkan mengganti masjid atau tanah wakaf. Namun Umar bin Khattab pernah memindahkan masjid Kufah ke tempat yang baru dan tempat yang lama dijadikan pasar kurma. Oleh karena itu, perubahan atau pengalihan dari yang dimaksud dalam ikrar wakaf hanya dapat dilakukan dalam hal-hal tertentu saja, dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pemerintah setempat dengan alasan: Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf yang diikrarkan oleh wakif. Karena kepentingan umum. 5. Sengketa Wakaf Penyelesaian sengketa wakaf pada dasarnya harus ditempuh melalui musyawarah. Apabila mekanisme musyawarah tidak membuahkan hasil, sengketa dapat dilakukan melalui mediasi, arbitrase atau pengadilan. 6. Syarat, Kewajiban, dan Hak Nazhir Nazhir bisa dilakukan oleh perseorangan, organisasi, atau badan hukum. Syarat nazhir perseorangan adalah sebagai berikut: Warga negara Indonesia; Beragama Islam; Dewasa; Amanah; Mampu secara jasmani dan rohani; Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. Organisasi atau badan hukum yang bisa menjadi nazhir harus memenuhi persyaratan, yaitu: Pengurus organisasi atau badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir perseorangan sebagaimana tersebut di atas; Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
132
Organisasi atau badan hukum itu bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, atau keagamaan Islam; Badan hukum itu dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kewajiban atau tugas nazhir adalah sebagai berikut: Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya; Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia. Dalam melaksanakan tugas tersebut, nazhir memiliki hak-hak sebagai berikut: Menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen); Menggunakan fasilitas dengan persetujuan Kepala Kantor Kementeria Agama Kabupaten/Kota. 7. Prinsip-prinsip Pengelolaan Wakaf Secara makro, wakaf diharapkan mampu mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Orang-orang yang perlu bantuan berupa makanan, perumahan, sarana umum seperti masjid, rumah sakit, sekolah, pasar, dan lain-lain, bahkan modal untuk kepentingan pribadi dapat diberikan, bukan dalam bentuk pinjaman, tapi murni sedekah di jalan Allah. Kondisi demikian akan memperingan beban ekonomi masyarakat. Kalau ia bergerak secara teratur tentu akan lahir ekonomi masyarakat dengan biaya murah. Menurut Syafi’i Antonio, setidaknya ada tiga filosofi dasar yang harus ditekankan ketika hendak memberdayakan wakaf, pertama, manajemennya harus dalam bingkai ‘proyek yang terintegrasi’; kedua, azas kesejahteraan nadzir; dan yang ketiga, azas transparansi dan akuntabiliti dimana badan wakaf dan lembaga yang dibantunya harus melaporkan setiap tahun tentang proses pengelolaan dana kepada umat dalam bentuk laporan audit keuangan termasuk kewajaran dari masing-masing pos biaya. Adapun prinsip-prinsip pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut: a. Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan status wakaf sesuai dengan syariah; b. Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu; c. Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana yang diperkenankan oleh syariah; d. Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif; Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
133
e. Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah ia tentukan.
Mengelola Wakaf dengan Penuh Amanah demi Kemajuan Umat Salah satu ajaran penting dalam Islam tentang hidup adalah tentang kejujuran. Jujur adalah suatu sikap yang harus ada pada setiap orang yang beriman. Dalam QS. Al-Maidah {5} : 8 dan QS. At-Taubah {9} : 119 Allah SWT berfirman :
ِ ِ َّني ِيَّللِ ُه َه َداب بِالْ َِ ًْ ِ َوًلَ َْْج ِرَمنَّ ُك ْ َهنَُ ُن قَق ْوٍم َعلَى أًَل َ ْ يَا أَيقُّ َها الَّذيْ َن َآمنُواْ ُك ْونُواْ قَق َّوام ِ تَقَ ِدلُواْ اِع ِدلُواْ هو أَقْقر ٨- اَّللَ َخبِْسقٌر ِِبَا تَق َْ َملُ ْو َن اَّللَ نِ َّن ي ب للتَّق َْ َوى َواتَّق َُواْ ي ْ ُ َ َُ ْ
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Maidah {5} : 8)
ِ ِ َّ يا أَيقُّها الَّ ِذين آمنواْ اتَّق َُواْ اَّلل وُكونُواْ مع ١١١- ني َُ َ ْ َ َ َ ْ الصادق َ َ ْ َ َي
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar”. (QS. At-Taubah {9} : 119) Rasulullah Saw. bersabda:
َّث َ َ ق- صلى هللا علسه وُل- ِاَّلل َّ َو َ ُُ َع ْن أ ََِب ُهَريْقَرَة أ ََّن َر ٌ َاَ « آيَةُ الْ ُمنَافِ ِق ثَل َ ث نِ َاا َدد ِ ) خا َن (رواه البخاري ومًل ْ ب َونِاَا َو َع َد أ َ ََخل َ ف َونِاَا ائْقتُم َن َ َك َذ
Artinya: “Abu Hurairah ra, berkata : Nabi saw bersabda : Tanda seorang munafiq itu tiga : jika berkata-kata berdusta, jika berjanji menyalahi janji, dan jika diamanati berkhianat”. (HR. Bukhari dan Muslim) Dari ketiga hal yang disebutkan hadits di atas, semuanya memerlukan kejujuran, dalam artian, apabila berkata: harus dikatakan yang sejujurnya, apa yang kita lihat dan rasa, harus dikatakan dengan yang terlihat dan yang dirasakan tersebut tanpa menguranginya sedikitpun. Kemudian apabila berjanji, harus melaksanakan apa yang telah dijanjikan, tanpa mengingkarinya sedikitpun. Kemudian apabila diserahi amanah, harus jujur melaksanakan amanah itu, dengan melaksanakan sepenuhnya. Menjaga harta wakaf merupakan salah satu bentuk perilaku jujur dalam melaksanakan amanah yang harus dilakukan oleh nazhir. Menjaga harta wakaf dengan penuh amanah adalah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
134
kunci keberhasilan konsep Islam tentang pemberdayaan harta kekayaan agar tidak hanya bergulir di antara golongan kaya saja, tetapi dirasakan pula oleh golongan lemah. Nazlir menjadi subjek utama dalam pemberdayaan harta wakaf ini demi terciptanya pemerataan dan kesejahteraan umat.
1) Wakaf termasuk ibadah maaliyah yang jika pengelola dan pengurusnya amanah, maka akan membuahkan hasil yang baik bagi kepentingan umum/agama. 2) Sah tidaknya wakaf ditentukan syarat dan rukunnya. 3) Pelaksanaan wakaf diatur oleh berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah 4) Pengelolaan wakaf tidak bersifat statis, tetapi dinamis.
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling tepat ! 1.
Wakaf termasuk shadaqah jariyah sebab ..... a. pahala wakaf akan tetap mengalir kepada yang wakaf b. orang yang sudah mati putus amal kecuali anak sholeh c. manfaatnya akan dirasakan oleh para nadlir d. dapat mengurangi kesenjangan sosial e. dapat memacu orang lain untuk wakaf
2. Menyerahkan sebuah rumah kepada panti asuhan anak yatim untuk keperluan kegiatan anak yatim dan sekitarnya dengan mengharap ridla Allah SWT adalah sebagai wujud..... a. hadiah b. infak c. wakaf d. hibah e. ikrar 3. Seorang Calon Kepala Desa memberikan sebidang tanahnya untuk dijadikan sebuah masjid pada saat masa kampanye pemilihan Kepala Desa di daerahnya. Mengeluarkan harta wakaf untuk menarik simpati masyarakat agar masyarakat memilihnya sebagai Kepala Desa hukumnya .....
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
135
a. b. c. d. e.
sunnah makruh wajib haram mubah
4. Peraturan Menteri Agama yang mengatur pelaksanaan perwakafan di Indonesia adalah ..... a. No. 1 Tahun 1974 b. No. 1 Tahun 1978 c. No. 2 Tahun 1977 d. No. 28 Tahun 1979 e. No. 29 Tahun 1977 5. Jika kita cermati QS. Ali Imran (3): 92 bahwa semua bentuk pemberian akan dapat mencapai kebaikan yang sempurna apabila ..... a. memberikan sesuatu yang paling mahal harganya b. membelanjakan sebagian harta untuk kepentingan keluarga c. memberikan sesuatu yang paling disenangi. d. menyerahkan sebidang tanah yang tidak ada mafaatnya. e. pemberian itu berupa infak atau shadaqah 6. Orang yang akan melakukan wakaf disyaratkan ..... a. laki-laki
b. c. d. e.
tidak dipaksa orang Indonesia memiliki secara penuh harta itu kekal zatnya.
7. Ikrar wakaf dibaca oleh wakif dihadapan ..... a. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota b. Camat sebagai PPAT c. Kepala KUA sebagai PPAIW d. Kyai sebagai Ta’mir masjid e. Masyarakat desa setempat 8. Pak Arif sehari-hari bertugas sebagai guru di sebuah sekolah. Sementara itu di tempat tinggalnya, Pak Arif adalah termasuk orang diserahi tugas mengurus dan memelihara barang wakaf. Orang atau sekelompok orang yang diserahi tugas mengurus dan memelihara barang wakaf disebut ..... a. nadlir b. ta’mir masjid c. kyai d. mauquf Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
136
e. kepala desa 9. Ikrar wakaf dinyatakan tidak sah dan tidak bisa dilanjutkan wakafnya, apabila … a. tempatnya jauh dari yang mewakafkan b. yang diwakafkan jumlahya sedikit sekali c. tidak bebas dari sengketa dan pajak d. mengandung ta’lik dan dibatasi waktu e. tidak dibatasi waktu dan tempatnya 10. Berikut ini yang berkewajiban mengajukan pendaftaran tanah wakaf kepada Bupati/Walikota, adalah… a. kepala desa b. camat c. wakif sendiri d. maukuf ‘alaih e. PPAIW atas nama nadlir 11. Seorang ayah memberikan sebidang sawah kepada anak-anaknya. Pemberian ini disebut ..... a. shadaqah b. zakat c. hadiah d. wakaf e. warisan 12. Di bawah ini adalah syarat-syarat benda yang diwakafkan (al-mauquf), kecuali ..... a. barang yang berharga b. diketahui kadarnya c. pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). d. berdiri sendiri e. melekat kepada harta lain (mufarrazan) 13. Jika barang sudah diwakafkan untuk kepentingan umat Islam, maka barang itu dilarang ..... a. disertifikatkan oleh masyarakat b. untuk ditempati kegiatan c. diwariskan atau dihibahkan d. disewakan untuk kepentingan umat Islam e. dimanfaatkan oleh masyarakat 14. Harta yang paling baik untuk diwakafkan adalah ..... a. harta yang sudah tidak dimanfaatkan b. harta yang paling lama dipakai oleh wakif Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
137
c. yang paling dicintai dan disukai d. yang paling mahal harganya e. yang tidak lagi disengketakan 15. Hak Nadlir untuk menerima penghasilan dari hasil tanah wakaf yang ditentukan oleh ..... a. PPAIW b. Camat c. Kepala Desa d. Bupati/Walikota e. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini ! 1. 2. 3. 4. 5.
Jelaskan arti wakaf menurut bahasa dan istilah ! Sebutkan rukun-rukun wakaf ! Siapa nazhir wakaf itu ? Jelaskan syarat harta yang diwakafkan itu ! Buatlah laporan melalui teknik wawancara dengan Nadzir masjid di yang ada di wilayah tempat tinggal Anda!
Refleksi Berilah tanda “cek” ( ) yang sesuai dengan dorongan hati kamu menanggapi pernyataanpernyataan yang tersedia !
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
Kebiasaan Selalu
Sering
skor 3
skor 2
Kadangkadang skor 1
Tidak pernah skor 0
Setiap hari saya shadaqah Saya memberikan barang yang paling saya senangi Saya senang memberikan sesuatu kepada teman Saya berniat untuk mewakafkan buku saya ke perpustakaan Saya senantiasa menjaga barang titipan teman Saya memakai barang teman tanpa izin Saya melihat surat ikrar wakaf Saya mengambil barang yang ada di masjid Saya melihat cara pengelolaan barang wakaf Saya ingin mewakafkan ilmu saya
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK Kelas X
138