BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Pengaruh Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi Pengujian pengaruh kepemilikan saham perdana, kepemilikan saham insentif dan kepemilikan saham bebas secara bersama-sama menunjukkan hasil nilai F sebesar 3,829 dengan p = 0,013. Dari nilai yang ada ini (nilai p di bawah 0,05), diketahui bahwa variabel kepemilikan saham perdana, kepemilikan saham insentif dan kepemilikan saham bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi. Di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM). Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis penelitian, yaitu ada pengaruh kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan terhadap komitmen organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM). Dari hasil uji regresi linear berganda diperoleh persamaan: Y = 2,210 + 0,000059 X1 - 0,00067 X2 - 0,0000092 X3 Variabel X1, X2 dan X3 dalam persamaan di atas digunakan untuk memprediksi besarnya Y. Dimisalkan bahwa seorang karyawan memiliki jumlah saham perdana (X1) = 1.000 lembar, saham insentif (X2) = 200 lembar dan saham bebas (X3) = 100 lembar. Dari angka-angka ini bisa diketahui besarnya Y sebagai berikut: Y = 2,210 + 0,000059 (1000) - 0,00067 (200) - 0,0000092 (100)
Dari perhitungan di atas, maka besarnya Y = 2,134. Ini berarti bahwa karyawan tersebut memiliki komitmen organisasi yang tinggi. Berdasarkan Tabel 5.12 bisa diketahui besarnya perbandingan sumbangan masingmasing jenis saham, yaitu kepemilikan saham perdana (X1), kepemilikan saham insentif (X2) dan kepemilikan saham bebas (X3) terhadap Y. Perbandingannya sebagai berikut: Y = 0,261X1 - 0,358X2 - 0,148X3 X1 = 0,261
:
X2
: -0,358
:
X3
terhadap Y
: -0,148
Dari angka-angka di atas dapat diketahui bahwa variabel X1 yang mempunyai sumbangan terhadap Y, meskipun sumbangannya relatif kecil terhadap Y. Hasil pengujian ini sesuai dengan pendapat Long yang menyatakan bahwa kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan bisa menumbuhkan perasaan identifikasi terhadap tujuan-tujuan organisasi (Long, 1998: 110). Identifikasi organisasi terdiri dari tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: perasaan menerima tujuan dan nilai-nilai organisasi, rasa memiliki dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Ketiga unsur ini sering disebut sebagai komitmen organisasi (Long, 1998:91). Besar sumbangan ketiga variabel di atas secara bersama-sama terhadap komitmen organisasi sebesar 12,6%. Nilai ini didapatkan dari R2 dikalikan 100%. Ini berarti sumbangan kepemilikan saham perusahaan terhadap komitmen organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM) termasuk kecil. Meskipun sumbangannya kecil, kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan sebaiknya dilanjutkan karena tetap bermakna
bagi komitmen organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak faktor lain yang mempengaruhi komitmen organisasi yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Berarti komitmen organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM) sebanyak 87,4% antara lain ditentukan oleh karakteristik pribadi, karakteristik pekerjaan, pengalaman kerja, karakteristik yang berkaitan dengan peran, karakteristik struktural, rasa memiliki terhadap organisasi, rasa senang terhadap pekerjaan, karakteristik keluarga, harapan pengembangan karir, gaji, tunjangan dan lingkungan kerja. 6.2. Pengaruh Kepemilikan Saham Perdana Terhadap Komitmen Organisasi Saham perdana adalah saham perusahaan yang diberikan kepada karyawan secara gratis yang besarnya sesuai dengan grade (tingkat) atau jabatan karyawan. Rentang grade di PT Telkom Tbk adalah 1 – 25. Jumlah saham perdana yang diberikan sebesar 1.700 lembar untuk grade 25 (terendah) hingga 10.000 lembar untuk jajaran direksi (Keputusan Direksi PT Telkom Tbk. No. KD.Tel 1/PS600/SDM-12/96). Rp 2050.
Harga nominal per lembar saham sebesar
Saham ini diperoleh karyawan sebagai bonus atau insentif melalui Program
Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan (Employee Stock Ownership Plan atau disingkat ESOP). Riset mengemukakan bahwa program kepemilikan saham karyawan mendorong karyawan untuk mengembangkan rasa kepemilikan dan komitmen terhadap perusahaan. Karyawan berbuat demikian sebagian karena mereka memberi peluang untuk meningkatkan insentif keuangan, menciptakan rasa kepemilikan baru dan membantu membangun kerja tim (Dessler, 1998:155).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saham perdana yang dimiliki karyawan mempunyai sumbangan terhadap komitmen organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM). Sumbangan ini dapat dilihat dari nilai beta sebesar 0,261 dengan p = 0,028. Karena nilai p lebih kecil dari 0,05, maka berarti ada pengaruh yang signifikan. Nilai koefisien beta sebesar 0,261 menunjukkan nilai positif. Ini berarti hubungan antara kepemilikan saham perdana yang dimiliki karyawan dengan komitmen organisasinya berbanding lurus. 6.3. Pengaruh Kepemilikan Saham Insentif Terhadap Komitmen Organisasi Saham insentif adalah saham perusahaan yang dibeli oleh karyawan dengan harga di bawah harga pasar dan jumlah pembeliannya dibatasi sesuai dengan grade atau jabatan karyawan. Jumlah saham insentif yang diberikan sebesar 100 lembar untuk grade 25 hingga 1.800 lembar untuk grade 1 (Surat Edaran Direktur SDM PT Telkom Tbk. No. ER.05/PS600/SDM-12/96). Hasil penelitian menunjukkan bahwa saham insentif yang dimiliki karyawan mempunyai sumbangan terhadap komitmen organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM). Sumbangan ini dapat dilihat dari nilai koefisien beta sebesar -0,358 dengan p = 0,003. Karena nilai p lebih kecil dari 0,05, maka berarti ada pengaruh yang signifikan. Nilai koefisien beta sebesar -0,358 menunjukkan nilai negatif. Secara statistik ini berarti menunjukkan hubungan yang berlawanan. Hal ini terjadi karena responden yang memiliki saham insentif dalam jumlah besar memiliki skor komitmen yang kecil, demikian
juga sebaliknya. Selain penjelasan secara statistik, berikut ini penjelasan dari sudut pandang lain. Hal ini bisa dilakukan karena Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan multi disiplin ilmu, sehingga dalam mengupas suatu permasalahan bisa ditinjau dari berbagai bidang keilmuan, misalnya ekonomi, psikologi, sosial dan lain-lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah saham insentif yang dimiliki karyawan tidak berbanding lurus atau berlawanan dengan komitmen organisasinya. Hal ini karena mayoritas responden adalah staf karyawan (bukan manajer/eksekutif), sehingga kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan belum mampu meningkatkan komitmennya terhadap organisasi.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Armstrong dan Murlis
(Armstrong dan Murlis, 2003b: 163) yang menyatakan bahwa dasar kepemilikan saham perusahaan untuk semua karyawan belum begitu jelas, masih ada pro dan kontra mengenai perlu tidaknya karyawan memiliki saham.
Umumnya alasan pemberian saham kepada
karyawan adalah untuk meningkatkan rasa memiliki. Namun demikian, sebenarnya ada banyak alternatif untuk meningkatkan rasa memiliki, yaitu keterlibatan, partisipasi dan motivasi. Mereka juga menyatakan bahwa dasar kepemilikan saham perusahaan bagi eksekutif sudah sangat jelas, yaitu merupakan salah satu cara untuk mengikat kepentingan eksekutif dengan tujuan bisnis perusahaan.
Sebagai pemegang saham yang akan menerima
keuntungan dari keberhasilan organisasi lebih dari sekedar gaji, maka cara pandang mereka terhadap peran yang dijalankannya akan berubah.
Dengan cara ini mereka memiliki
komitmen untuk memperjuangkan keberhasilan jangka panjang organisasi. Pendapat ini telah dibuktikan kebenarannya oleh kenyataan bahwa banyak organisasi yang memberikan sebagian sahamnya kepada para eksekutifnya sebagai bagian dari unsur remunerasi.
Schuler dan Jackson menyatakan bahwa berdasarkan survey Dewan Konferensi terhadap 580 perusahaan besar di Amerika Serikat, pilihan saham merupakan cara terpopuler kedua setelah bonus untuk memberi imbalan gaji eksekutif (Schuler dan Jackson, 1999: 171). 6.4. Pengaruh Kepemilikan Saham Bebas Terhadap Komitmen Organisasi Saham bebas adalah saham perusahaan yang dibeli oleh karyawan dengan harga sesuai dengan harga pasar yang jumlahnya tidak terbatas atau tidak berkait dengan grade atau jabatan karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saham bebas yang dimiliki karyawan tidak mempunyai sumbangan terhadap komitmen organisasi di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM). Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien beta sebesar -0,148 dengan p = 0,165. Karena nilai p lebih besar dari 0,05, maka berarti tidak ada pengaruh yang signifikan. Tidak adanya sumbangan ini secara statistik dapat dijelaskan di bawah ini. Responden yang memiliki saham bebas dalam jumlah besar, memiliki skor komitmen organisasi yang rendah. Ini menunjukkan pola hubungan yang tidak jelas. Berdasarkan hasil penelitian, saham bebas di kalangan karyawan kurang diminati, hal ini terbukti dari 84 responden penelitian, yang memiliki saham bebas hanya satu orang. Hal ini terjadi karena mayoritas responden adalah staf karyawan yaitu sebanyak 49 orang (73,14%). Hanya 5 orang (7,46%) yang menjabat sebagai manajer. Para staf karyawan ini memiliki keterbatasan dana untuk berinvestasi dibanding dengan para manajer/eksekutif yang tentu memiliki gaji yang lebih besar. Di samping itu berdasarkan penelitian tentang persepsi karyawan tentang ESOP menyatakan bahwa dividen saham belum menjadi sumber
penghasilan yang berarti bagi sebagian besar responden, hal ini dinyatakan oleh 44 karyawan (52,38%).
Hal ini berarti bahwa dividen saham belum menjadi alternatif investasi yang
menguntungkan bagi sebagian besar karyawan sehingga mereka enggan menginvestasikan uangnya dalam bentuk saham bila tidak ada insentif dari perusahaan. Flippo mengemukakan bahwa hak beli saham lebih banyak digunakan dalam paket kompensasi eksekutif daripada paket kompensasi untuk karyawan biasa (Flippo, 1997: 51). Jadi, ada kesesuaian antara temuan hasil penelitian ini dengan pendapat Flippo, mengingat sebagian besar responden adalah karyawan biasa. Menurut Jon L. Pierce dkk (Academy of Management Review, 1991: 127), agar kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan ini mempunyai pengaruh terhadap sikap dan perilaku karyawan, maka ada sejumlah prakondisi yang harus dipenuhi. Prakondisi yang dimaksud adalah: a) Ownership expectations.
Perlunya kesesuaian antara harapan karyawan dengan
kepemilikan formal (dalam hal perolehan persamaan, informasi dan pengaruh) sehingga memperkuat kepemilikan psikologis. b) Sense of legitimacy. Diperlukan terciptanya perasaan legitimasi kepemilikan yang kuat sehingga menimbulkan hubungan yang positif antara kepemilikan formal dan psikologis. c) Management’s philosophical commitment to employee ownership. Perlu adanya komitmen filosofis manajemen terhadap kepemilikan karyawan yang mencerminkan ESOP sebagai bagian sentral dalam filosofi manajemen dan strategi SDM serta merupakan bagian terpadu dari integritas dan budaya organisasi. d) Financial Orientation. Agar dihindari derajat pendekatan pekerja terhadap sistem kepemilikan karyawan terutama dengan harapan pembagian investasi (memandang
kepemillikan dalam perspektif instrumental) karena justru menyebabkan individu tidak akan mengalami kepemilikan secara psikologis. e) Type of plan and context origin. ESOP sebagai sebuah bentuk remunerasi yang dalam konteks awalnya dibentuk dengan berpusat pada pekerja itu sendiri (sesuai komitmen filosofisnya). Bila hal ini dilaksanakan secara konsekuen akan lebih memberikan kepuasan terhadap karyawan dalam penerapan ESOP. Prakondisi ini kemungkinan besar tidak sulit diterapkan di PT Telkom Tbk Kantor Divre V (Bidang Performansi dan SDM), mengingat sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir tingkat sarjana (S1), yaitu sebanyak 27 karyawan (40,30%). Berdasarkan Tabel 5.6 secara keseluruhan responden yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi (tingkat diploma hingga pascasarjana) sebanyak 55 orang (82,09%). Karyawan dengan pendidikan tinggi kemungkinan besar memiliki pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan karyawan yang berpendidikan lebih rendah. Keluasan pengetahuan membuat karyawan bisa mengembangkan berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan lebih mudah diajak membahas masalah-masalah yang dihadapi perusahaan. Di samping penjelasan secara statistik dan teoritis, tidak adanya sumbangan saham bebas terhadap komitmen organisasi bisa disebabkan oleh jumlah responden (N) yang relatif kecil. Bila jumlah respondennya besar kemungkinan variabel ini akan mempunyai sumbangan terhadap komitmen organisasi. Selain itu, bisa disebabkan oleh metode atau alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, bila misalnya digunakan analisis regresi non linier maka hasilnya akan berbeda dari temuan dalam penelitian ini.