BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini penulis akan melakukan analisis perhitungan Pengaruh Size, Profitabilitas, Kepemilikan Saham Oleh Publik dan Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Dalam analisis perhitungan tersebut penulis menggunakan beberapa tekhnik atau metode untuk mendapatkan hasil perhitungan. Adapun pembahasan dari tekhnik atau metode tersebut, yaitu:
A. ANALISIS HASIL 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean, dan standard deviasi dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian, perusahaan yang memenuhi kriteria dari penelitian ini sebanyak 15 sampel dengan periode 2009-2012. Berikut hasil analisis deskriptif yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut :
61
62
Tabel 4.1 STATISTIK DESKRIPTIF Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
SIZE
60
12.54
14.80
13.9187
.56352
PROFITABILITAS
60
.01
.06
.0178
.00917
KEP.SAHAM
60
.02
.50
.2990
.12845
LEVERAGE
60
4.42
15.42
8.7018
2.19798
CSR
60
.25
.76
.4711
.12761
Valid N (listwise)
60
Sumber : Output Perhitungan SPSS 21.0
Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada tabel 4.1, menunjukkan jumlah sampel (N) 60 yang terdiri dari 15 perusahaan perbankan selasa 4 tahun (2009-2012) yang terdiri dari variabel size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik dan leverage. Tabel 4.1 menyatakan hasil statistik deskriptif dari variabel yang telah diteliti. Hasil statistik deskriptif disajikan sebagai berikut: 1) Variabel
Size memiliki nilai minimum 12.54 dan maksimum 14.80
dengan rata-rata Size
adalah 13.9187 sedangkan standar deviasinya
sebesar 0. 56352 dengan jumlah data sebanyak 60. 2) Variabel Profitabilitas memiliki nilai minimum 0.01 dan maksimum 0.06 dengan rata-rata profitabilitas 0.0178 sedangkan standar deviasinya sebesar 0.00917 dengan jumlah data sebanyak 60. 3) Variabel Kepemilikan Saham oleh Publik memiliki nilai minimum 0.02 dan maksimum 0.50 dengan rata-rata Kepemilikan Saham oleh Publik
63
0.2990 sedangkan standar deviasinya sebesar 0.12845 dengan jumlah data sebanyak 60. 4) Variabel Leverage memiliki nilai minimum 4.42 dan maksimum 15.42 dengan rata-rata Leverage 8.7018 sedangkan standar deviasinya sebesar 2.19798 dengan jumlah data sebanyak 60. 5) Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki nilai minimum 0.25 dan maksimum 0.76 dengan rata-rata CSR 0.4711 sedangkan standar deviasinya sebesar 0.12761 dengan jumlah data sebanyak 60.
2. Uji Asumsi Klasik Beberapa hal yang mendasari tentang perlunya melakukan uji asumsi klasik atau uji persyaratan regresi linier berganda adalah agar besaran dan koefisien statistik yag diaperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat dipertanggung jawabkan atau akurat. Pengujian terhadap penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, error yang dihasilkan mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Singgih Santoo. 2012:230). Tujuan dari normalitas data adalah untuk mengetahui
64
variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Jika distribusi dari nilai-nilai residual tersebut tidak dapat dianggap berdistribusi normal, maka dikatakan ada masalah terhadap normalitas. Data berdistribusi normal dilihat melalui normal probability plot dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : jika data menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari arah diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil Uji Normalitas disajikan pada gambar 4.1.
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0 Gambar 4.1 Normal P-P Plot
65
Dengan melihat gambar 4.1, maka dapat disimpulkan uji normalitas dengan PPlot memberikan pola distribusi mendekati normal.Dengan demikian model persamaan regresi memenuhi asumsi normalitas. Untuk mendeteksi normalitas data juga dapat menggunakan uji KolmogorovSmirnov (K-S) melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution) version 21,0 for window. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0
: Data residual berdistribusi normal
Ha
: Data residual tidak berdistribusi mormal
Apabila nilai Asymmtoticn significant > alpha (α) 0,05 maka data dikatakan telah terdistribusi secara normal. Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
.0000000 .11000750
Absolute
.062
Positive
.062
Negative
-.057
Kolmogorov-Smirnov Z
.478
Asymp. Sig. (2-tailed)
.977
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0
66
Hasil penelitian (output) dari tabel 4.2 dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari tabel diatas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal, dimana variabel memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang lebih besar dari 0.05 yaitu 0.977 (0.977 > 0.05) sehingga data telah berdistribusi secara normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dalam hal ini peneliti memilih Uji Durbin – Watson (DW test) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Menurut Santosa (2005:175), dasar pengambilan keputusan dengan uji Durbin Watson adalah: 1) Angka Durbin Watson dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif 2) Angka Durbin Watson diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
67
Tabel 4.3 Model Summary Durbin-Watson b
Model Summary Model
1
R
.507
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.257
.203
Durbin-Watson
.11394
.745
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, KEP.SAHAM, SIZE, PROFITABILITAS b. Dependent Variable: CSR
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0
Dari data di atas didapat nilai Durbin-Watson dari model regresi adalah 0.745 dan pedoman suatu model regresi yang bebas dari autokorelasi jika angka Durbinwatson di antara -2 dan +2. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil ini menunjukkan tidak adanya autokorelasi
c. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinoeritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah Jika nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolonieritas adalah tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
68
Dalam penelitian ini, hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas Coefficients Model
a
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
SIZE
.767
1.304
PROFITABILITAS
.710
1.409
KEP.SAHAM
.957
1.045
LEVERAGE
.944
1.059
1
a. Dependent Variable: CSR
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0 Berdasarkan tabel 4.4 nilai Tolerance dan VIF, terlihat bahwa: 1) Angka Tolerance Size sebesar 0.767 > 0.1, demikian pula dengan nilai VIF Size sebesar 1.304 < 10. 2) Angka Tolerance Profitabilitas sebesar 0.710 > 0.1, demikian pula dengan nilai VIF Profitabilitas sebesar 1.409 < 10. 3) Angka Tolerance Kepemilikan saham oleh publik sebesar 0.957 > 0.1, demikian pula dengan VIF Kepemilikan saham oleh publik sebesar 1.045 < 10. 4) Angka Tolerance Leverage sebesar 0.944 > 0.1, demikian pula dengan VIF Leverage sebesar 1.059 < 10.
69
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai Tolerance menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang daro 0.1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah
tidak
homokedastisitas.
terjadi
Pada
heterokedastisitas
penelitian
ini
atau
untuk
model
mengetahui
regresi ada
yang
tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat gambar Scatterplot dengan dasar analisis: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
terarur
(bergelombang,
melebar
kemudian
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
menyempit),
maka
70
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.2.
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0 Gambar 4.2 Scatterplot
Dari scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 dan sumbu Y, maka hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini, sehingga model regresi layak digunakan dalam penelitian ini.
71
Pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas juga digunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Dengan dasar analisis: a. Tingkat
signifikansi
>
5%,
maka
disimpulkan
tidak
terjadi
heterokedastisitas. b. Tingkat signifikansi < 5%, maka terjadi heterokedastisitas. Tabel 4.5 Uji Glejser Coefficients Model
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.086
.009
Unstandardized Residual
.073
.080
t
Sig.
Beta 9.829
.000
.911
.366
1 .119
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0
Dari hasil tampilan output SPSS diatas dengan jelas menunjukkan bahwa secara keseluruhan tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 0.05 atau 5% yaitu 0.366 > 0.05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung Heteroskedastisitas.
72
3. Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antar 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary Model
1
R
.507
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.257
.203
.11394
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, KEP.SAHAM, SIZE, PROFITABILITAS b. Dependent Variable: CSR
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa angka koefisien determinasi atau Adjusted R Square adalah 0.203 atau sebesar 20.3%. Hal ini menyatakan bahwa presentase kontribusi variabel antara Size, Profitabilitas, Kepemilikan saham Oleh Publik dan Leverage terhadap pengungkapan Corporate Social responsibility (CSR) sebesar 20.3%. Sedangkan sisanya merupakan Standard error of the Estimate (SEE) sebesar 79.7% dipengaruhi variabel lain diluar variabel penelitian
73
ini, antara lain dewan komisaris, growth perusahaan, profil perusahaan, umur perusahaan, sensitivitas industri, international listing, dan lain lain. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
b. Uji Signifikansi Simultan ANOVA (Uji F) Uji simultan (Uji F) ini dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas atau independen (Size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik dan leverage) secara bersama-sama dalam menerangkan variabel terikat atau dependen (Corporate Social Responsibility). Kriteria uji hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan probabilitas: a) Jika p-value < 0,05. Maka Ho ditolak, ini berarti bahwa secara bersama-sama empat (4) variabel independen tersebut yaitu size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik, dan leverage, mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (CSR). b) Jika p-value > 0,05. Maka H0 diterima, ini berarti bahwa secara bersama-sama empat (4) variabel independen tersebut yaitu size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik, dan leverage, tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (CSR).
74
2) Berdasarkan F hitung terhadap F tabel a) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak, ini berarti bahwa secara bersama-sama empat (4) variabel independen tersebut yaitu size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik, dan leverage, mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (CSR). b) Jika F hitung < F tabel. Maka H0 diterima, ini berarti bahwa secara bersama-sama empat (4) variabel independen tersebut yaitu size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik, dan leverage, tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (CSR) Berikut ini adalah hasil uji F (Uji Simultan/bersama-sama) sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji F a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.247
4
.062
Residual
.714
55
.013
Total
.961
59
F 4.752
Sig. .002
b
a. Dependent Variable: CSR b. Predictors: (Constant), LEVERAGE, KEP.SAHAM, SIZE, PROFITABILITAS
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai Fhitung 4.752 dan Ftabel (α: 0.05, df: 55), maka Fhitung 4.752 > Ftabel 2.539 dan dapat dilihat dari nilai signifikan atau probabilitas (kolom Sig.) sebesar 0.002 < 0.005. Hasil tersebut
75
menunjukkan bahwa H0 ditolak, yang artinya bahwa secara bersama-sama ke empat variabel independen tersebut yaitu size, profitabilitas, kepemilkan saham oleh publik dan leverage mempunyai pengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap variabel dependen (CSR). c. Uji Parsial (Uji t-test) Pengujian dilakukan dengan menggunakan level signifikan 0,05 (a=5%), penerimaan dan penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Berdasarkan probabilitas: a) Jika p-value < 0,05. Maka H0 ditolak, ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. b) Jika p-value > 0,05. Maka H0 diterima, ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
2) Berdasarkan t-hitung terhadap t-tabel a) Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak, ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.
76
b) Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima, ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil uji parsial (uji t-test) sebagai berikut: Tabel 4.8 Uji Parsial (Uji t-test)
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error -.778
.412
SIZE
.098
.030
PROFITABILITAS
.657
KEP.SAHAM LEVERAGE
Beta -1.889
.064
.431
3.246
.002
1.920
.047
.342
.734
-.187
.118
-.188
-1.583
.119
-.007
.007
-.128
-1.073
.288
a. Dependent Variable: CSR
Sumber : Output perhitungan SPSS 21.0
Untuk menguji hasil yang didapat dari persamaan regresi linear, maka dilakukan uji parsial (uji t-test) dengan ketentuan p-value < 0.05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak, begitupun sebaliknya jika p-value > 0.05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima. a) Pengujian parsial variabel Size perusahaan. Hipotesis:
77
H01
: Tidak terdapat pengaruh secara parsial Size terhadap
pengungkapan CSR. Ha1
: Terdapat pengaruh secara parsial Size terhadap pengungkapan
CSR. Berdasarkan tabel 4.8, hasil perbandingan antara thitung (3.246) > ttabel (2.004) dengan nilai signifikansi atau p-value (0.002 < 0.05), maka H01 ditolak dan Ha1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara Size perusahaan terhadap pengungkapan CSR. b) Pengujian parsial variabel Profitabilitas. Hipotesis: H02
: Tidak terdapat pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap
pengungkapan CSR. Ha2
: Terdapat pengaruh secara parsial Profitabilitas terhadap
pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.8, hasil perbandingan antara thitung (0.342) < ttabel (2.004) dengan nilai signifikansi atau p-value (0.734 > 0.05), maka H02 diterima dan Ha2 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Profitabilitas terhadap pengungkapan CSR
78
c) Pengujian parsial variabel Kepemilikan Saham Oleh Publik. Hipotesis: H03
: Tidak terdapat pengaruh secara parsial Kepemilikan saham
oleh publik terhadap pengungkapan CSR. Ha3
: Terdapat pengaruh secara parsial Kepemilikan saham oleh
publik terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.8, hasil perbandingan antara thitung (-1.583) < ttabel (2.004) dengan nilai signifikansi atau p-value (0.119 > 0.05), maka H03 diterima dan Ha3 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemilikan saham oleh publik terhadap pengungkapan CSR. d) Pengujian parsial variabel Leverage. Hipotesis: H04
: Tidak terdapat pengaruh secara parsial Leverage terhadap
pengungkapan CSR. Ha4
: Terdapat pengaruh secara parsial Leverage terhadap
pengungkapan CSR. Berdasarkan tabel 4.8, hasil perbandingan antara thitung (-1.073) < ttabel (2.004) dengan nilai signifikansi atau p-value (0. 288 > 0.05), maka H04 diterima dan Ha4 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak
79
terdapat pengaruh yang signifikan antara Leverage terhadap pengungkapan CSR.
4. Analisis Regresi Berganda Dari tabel 4.7 dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut: CSR = a1 + b1size + b2Profit + b3KP + b4lev + e
CSR = -0.778 + 0.098size + 0.657Profit -0.187KP -0.07lev + e
Keterangan: CSR
: Presentase Corporate Social Responsibility
a
: Konstanta
b1-5
: Koefisien X1 – X5
Size
: Ukuran Perusahaan
Profit
: Profitabilitas
KP
: Kepemilikan Saham Oleh Publik
Lev
: Leverage
e
: Error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian
80
Persamaan regresi pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Konstanta sebesar -0.778 artinya jika Size (X1), Profitabilitas (X2), Kepemilikan Saham Oleh Publik (X3) dan Leverage (X4) nilainya 0, maka CSR (Y) nilainya adalah -0.778. 2) Koefisien regresi Size (X1) sebesar 0.098 artinya pada variabel Size perusahaan terdapat hubungan positif dengan luas pengungkapan CSR. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1% dari size perusahaan maka akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan sebesar 0.098. 3) Koefisien regresi Profitabilitas (X2) sebesar 0.657 artinya pada variabel Profitabilitas terdapat hubungan positif dengan luas pengungkapan CSR. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1% dari Profitabilitas
maka
akan
menyebabkan
bertambahnya
jumlah
pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan sebesar 0.657. 4) Koefisien regresi Kepemilikan Saham Oleh Publik(X3) sebesar -0.187 artinya pada variabel Kepemilikan saham oleh publik terdapat hubungan negatif dengan luas pengungkapan CSR. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1% dari kepemilikan saham oleh publik maka akan menyebabkan menurunnya jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan sebesar 0.187. 5) Koefisien regresi Leverage (X4) sebesar -0.07 artinya pada variabel Leverage terdapat hubungan negatif dengan luas pengungkapan CSR.
81
Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1% dari Leverage maka akan menyebabkan menurunnya jumlah pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan sebesar 0.07.
B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji-F yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan antara Size, Profitabilitas, Kepemilikan Saham Oleh Publik dan Leverage terhadap pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Dalam uji Koefisien determinasi atau Adjusted R Square juga telah didapatkan hasil bahwa 20.3% variabel dependen yaitu Corporate Social Responsibility dipengaruhi oleh keempat variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini seperti Size, Profitabilitas, Kepemilikan saham Oleh Publik dan Leverage Sedangkan sisanya merupakan Standard error of the Estimate (SEE) sebesar 79.7% dipengaruhi variabel lain diluar variabel penelitian ini, Pembahasan mengenai uji-t untuk mengetahui adanya hubungan secara parsial antara variabel dependen dan independen adalah sebagai berikut:
1. Analisis Pengaruh Size perusahaan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa Size yang diwakili oleh SIZE (X1) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Size
82
perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini mengartikan bahwa besar kecilnya Size perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sesuai dengan teori stakeholder, semakin besar ukuran perusahaan maka tuntutan stakeholder atas manfaat keberadaan perusahaan tersebut cenderung lebih besar. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Irma Rahmayanti (2012), Agatha Aprinda Kristi (2011), dan Belkoui & Karpik (1989) yang menyatakan bahwa secara bersama-sama maupun secara parsial Size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Perusahaan besar akan berusaha mempengaruhi opini publik dan mengurangi tekanan stakeholder dengan jalan pengungkapan yang lebih beragam, salah satunya adalah dengan melakukan pengungkapan corporate social responsibility.
2. Analisis Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa Profitabilitas yang diwakili oleh PROFITABILITAS (X2) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara profitabilitas dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang
83
menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha diterima. Ini berarti bahwa besar kecilnya profitabilitas sebuah perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil penelitian ini tidak mampu mendukung teori Stakeholder bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility lebih banyak. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi pada laba semata. Manajemen lebih tertarik untuk memfokuskan pengungkapan informasi keuangan saja dan menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan seperti corporate social (Sembiring,2005). Argumen
lain
adalah
manajemen
merasa
tidak
perlu
memberikan
pengungkapan lingkungan karena tidak mempengaruhi posisi dan kompensasi yang diterimanya. Menurut Belkaoui & Karpik (1989) tuntutan terkait pengungkapan lingkungan yang lebih banyak akan ditujukan terhadap perusahaan dengan ukuran besar, bukan kepada perusahaan dengan prifitabilitas tinggi. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irma Rahmayanti (2012) dan Agatha Aprinda Kristi (2011) yang menyatakan bahwa secara bersama-sama profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, namun secara parsial profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
84
3. Analisis
Pengaruh
Kepemilikan
Saham
Oleh
Publik
terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa Kepemilikan Saham Oleh Publik yang diwakili oleh KEP.SAHAM (X3) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Kepemilikan saham oleh publik dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa besar kecilnya presentase kepemilikan saham oleh publik tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility. Menurut teori stakeholder, pemilik saham publik akan menuntut perusahaan untuk mengungkapan Corporate Social Responsibility lebih banyak. Namun hasil penelitian ini tidak mampu mendukung teori stakeholder dan konsisten dengan penelitian Cahyono (2010) dan Mulyono (2010) yang menunjukkan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan lingkungan. Hasil penelitian yang tidak berpengaruh ini dilatar belakangi oleh presentase kepemilikan saham publik pada perusahaan sampel masih relatif kecil. Rendahnya komposisi tersebut menyebabkan pemegang saham publik memiliki pengaruh yang lemah terhadap keputusan manajerial, termaksud dalam keputusan pengungkapan Corporate Social Responsibity.
85
4. Analisis Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa Leverage yang diwakili oleh LEVERAGE (X4) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Leverage dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility, yang menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa besar kecilnya Leverage tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility. Menurut Maria Ulfa (2009), hal tersebut dimungkinkan terjadi karena untuk melakukan Corporate Social Responsibility tidak tergantung pada tingkat leverage, namun tergantung pada tingkat kepekaan peusahaan terhadap kepedulian sosial dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa meskipun jumlah utang perusahaan besar namun jika perusahaan memiliki kepedulian dan tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan sosialnya maka perusahaan tersebut akan tetap melakukan Corporate Social Responsibility. Hubungan yang baik dengan antara perusahaan yang memiliki utang dengan debtholders diperkirakan menjadi penyebab tidak adanya pengaruh leverage terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sehingga leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sembiring (2005) yang dalam penelitiannya tidak menemukan hasil terdapatnya hubungan antara tingkat leverage perusahaan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility yang
86
dilakukan oleh perusahaan. Dan penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Belkoui & Karpik (1989) yang menemukan hubungan antara tingkat
leverage
Responsibility.
perusahaan
terhadap
pengungkapan
Corporate
Social