BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Pengantar Pada bab terakhir ini, akan dijelaskan simpulan dari penelitian ini. Bab ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah simpulan yang didasarkan pada pertanyaan penelitian. Simpulan ini berisi hasil dari penelitian
yang
telah
dilakukan
disusun
berdasarkan
pertanyaan
penelitiannya, yaitu cara anak ADHD menginisiasi topik dalam percakapan, dan bentuk respons yang dimunculkan anak ADHD ketika merespons inisiasi topik dari lawan tuturnya. Sementara itu, bagian kedua dalam bab ini adalah saran. Saran atau rekomendasi berdasarkan simpulan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Saran atau rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi bekal atau titik awal untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 5.2 Simpulan Pertanyaan penelitian pertama yang dibahas dalam penelitian ini adlah bagaimana cara anak dengan ADHD menginisiasi topik percakapan. Semua percakapan yang menjadi data dalam penelitian ini diidentifikasi dan dikaji berdasarkan teori topical transition yang digagas oleh Sacks (1992). Sacks menyatakan bahwa percakapan biasanya dibentuk dari berbagai transisi. Ia membagi transisi tersebut menjadi dua jenis, yaitu topical boundaried transition dan stepwise topical transition.
Andini Eka Prastiwi, 2014 Inisiasi dan Respons terhadap Topik pada Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
100
Dalam penelitian ini, informan menginisiasi topik dengan enam cara. Lima cara termasuk dalam topical boundaried transition dan sisanya termasuk dalam stepwise topical movement. Enam cara tersebut adalah menginisiasi topik dengan kalimat tanya, menginisiasi topik dengan kalimat pernyataan, menginisiasi topik dengan penanda eksplisit, menginisiasi topik dengan membawa kembali topik sebelumnya (re-introduce), menginisiasi secara tiba-tiba (topic abruption), dan mengalihkan topik secara bertahap (stepwise topical transition). Keenam pergerakan topik tersebut dilakukan oleh informan ketika menemui kondisi-kondisi tertentu. Pertanyaan yang kedua yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk respons yang dimunculkan anak ADHD ketika merespons inisiasi topik dari lawan tuturnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori respons dalam pragmatik kognitif yang digagas oleh Bara (2010) untuk mengidentifikasi dan menganalisis data percakapan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, informan dalam penelitian ini merespons inisiasi topik dari lawan tuturnya dengan lima bentuk. Bentuk yang pertama adalah respons berupa jawaban yang sesuai. Bentuk kedua adalah respons berupa jawaban yang tidak sesuai. Bentuk ketiga adalah respons berupa tuturan tidak langsung. Bentuk keempat adalah respons berupa penanda paralinguistik, dan yang terakhir adalah respons ganda. Hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah semua ciri ADHD yang dimiliki oleh informan memberi pengaruh yang cukup besar pada kemampuan informan mengelola percakapan. Hasil penelitian ini juga Andini Eka Prastiwi, 2014 Inisiasi dan Respons terhadap Topik pada Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
101
menunjukkan kesesuaian antara hasil penelitian dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para ahli. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan ADHD memiliki karakteristik tertentu dalam percakapan. Karakteristik tersebut khususnya terlihat pada keakuratan informan memahami dan merespons topik dalam percakapan. Karakteristik tersebut memberi warna dan pengaruh terhadap berkembangnya topik dalam percakapan. Namun, berbagai karakteristik yang muncul dalam percakapan tersebut tidak lain adalah bentuk usaha informan untuk terlibat secara aktif dalam percakapan. Dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya, informan berusaha dengan keras untuk melakukan percakapan dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. 5.3 Saran 1). Metodologis Terdapat beberapa saran yang direkomendasikan berdasarkan hasil dari penelitian. Saran yang pertama adalah penelitian bahasa dan komunikasi yang terjadi pada anak ADHD harus dikembangkan lagi lebih lanjut. Penelitian bahasa pada anak ADHD ini harus dikembangkan tidak hanya dari segi kuantitatif, tetapi juga kualitatif. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya jumlah anak yang memiliki gangguan ADHD dalam perkembangannya. Penelitian tentang inisiasi dan respons terhadap topik pada anak ADHD ini dapat menjadi titik awal penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang berbeda. Dari segi kemampuan berbahasa pada anak dengan Andini Eka Prastiwi, 2014 Inisiasi dan Respons terhadap Topik pada Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
102
ADHD, perlu banyak sekali penelitian yang berhubungan dengan berbagai aspek bahasa. Penelitian kemampuan berbahasa pada anak ADHD ini dapat dikembangkan pada topik penelitian lain. Penelitian kemampuan berbahasa pada anak ADHD dapat diperluas pada stuktur kalimat yang digunakan anak ADHD dalam berkomunikasi. Penelitian lain untuk kemampuan berbahasa pada anak ADHD juga dapat dititikberatkan pada kemampuan pragmatik lain, seperti pematuhan dan pelanggaran Prinsip Kerja Sama. Anak dengan ADHD juga cenderung sering melakukan pelanggaran Prinsip Kerja Sama, juga kesantunan. Topik tersebut dapat digunakan sebagai bahasan untuk penelitian selanjutnya.
2). Praktis Pada
dasarnya,
setiap
orang
memiliki
keinginan
untuk
berkomunikasi, untuk menyampaikan pendapat dan didengarkan oleh orang lain. Hal itu juga dirasakan oleh anak dengan ADHD. Dengan berbagai kondisi emosi dan perkembangan yang dimiliki, anak ADHD juga memiliki keinginan untuk berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya secara normal. Namun, selama ini, justru banyak yang belum memahami hal tersebut. Banyak orang tua yang tidak menyadari kondisi ADHD ini dan menganggap bahwa anak dengan ADHD ini nakal dan tidak bisa diatur. Pada akhirnya, anak ADHD sering diperlakukan dengan keras, sering dimarahi, dan sering disalahkan. Padahal, hal tersebut dapat membuat kondisi emosi anak ADHD menjadi lebih parah. Andini Eka Prastiwi, 2014 Inisiasi dan Respons terhadap Topik pada Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
103
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang baik dengan anak ADHD. Dengan komunikasi yang baik, anak ADHD merasa lebih didengarkan. Oleh karena itu, orang-orang di sekitar anak ADHD, seperti orang tua, guru, dan teman-temannya harus memahami karakteristik berbahasa dan komunikasi yang dimiliki anak ADHD. Tentunya, komunikasi tersebut juga harus dilakukan dengan kesabaran yang lebih. Dengan komunikasi yang lebih baik, diharapkan dapat membantu anak ADHD menajdi lebih mandiri dan berbaur dalam berkomunikasi. komunikasi yang baik juga diharapkan dapat membantu jalannya terapi sebagai usaha untuk menyembuhkan ADHD dari segi nonmedis.
Andini Eka Prastiwi, 2014 Inisiasi dan Respons terhadap Topik pada Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu