5.1
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Hidrologi Data curah hujan dari stasiun pengamat Gubeng, Larangan dan Keputih. Stasiun tersebut dapat mewakili curah hujan pada daerah perumahan Sukolilo Dian Regency 2. Tabel 5.1 Tabel Curah Hujan Hari Maksimum No
Tahun
St. Gubeng
St. Larangan
St. Keputih
2003 68 65 1 2004 86 61 2 2005 89 64 3 2006 106 72 4 2007 104 64 5 2008 98 84 6 2009 75 70 7 2010 106 113 8 2011 81 72 9 2012 70 71 10 Sumber: Balai PSWAS Butung Paketingan, 2013
102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
Ratarata
78,33 68,33 87,67 106,00 98,33 90,67 88,33 103,00 77,00 75,33
5.1.1 Uji Konsistensi Semua data curah hujan yang dianalisis harus konsisten seperti data stasiun pembanding, karena bila dalam data curah hujan terdapat ketidak konsistenan maka dapat mengakibatkan penyimpangan pada hasil perhitungan. Oleh karena itu untuk mengetahui konsisten atau tidaknya data tersebut dilakukan uji konsistensi. Berikut adalah hasil uji konsistensi dari masingmasing stasiun 1. Uji Konsistensi Stasiun Gubeng Pengujian konsistensi data curah hujan pada stasiun Gubeng dilakukan dengan cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun Gubeng dengan akumulasi rata-rata data hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun Larangan dan Keputih. Hasil perhitungan uji konsistensi 49
50 stasiun Gubeng bisa dilihat dalam Tabel 5.2 dan Gambar 5.1. Tabel 5.2 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Gubeng No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
St. Gubeng 68 86 89 106 104 98 75 106 81 70
Akumulasi 68 154 243 349 453 551 626 732 813 883
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
St. Larangan 65 61 64 72 64 84 70 113 72 71
St. Keputih 102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
ratarata 83,5 59,5 87 106 95,5 87 95 101,5 75 78
akumulasi
Uji Konsistensi St. Gubeng
1000 Akumulasi St. Gubeng
800 600 y = 1.0253x + 2.318 R² = 0.9987
400 200 0 0
200
400
600
Akumulasi St. Pembanding
800
1000
Gambar 5.1 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Gubeng 2. Uji Konsistensi Stasiun Gubeng Pengujian konsistensi data curah hujan pada stasiun Larangan dilakukan dengan cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun Larangan dengan akumulasi rata-rata data hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun Gubeng dan Keputih. Hasil perhitungan uji
83,5 143 230 336 431,5 518,5 613,5 715 790 868
51 konsistensi stasiun Larangan bisa dilihat dalam Tabel 5.3 dan Gambar 5.2. Tabel 5.3 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Larangan
No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
St. Larangan 65 61 64 72 64 84 70 113 72 71
Akumulasi 65 126 190 262 326 410 480 593 665 736
Sumber: Hasil Perhitungan
St. Gubeng 68 86 89 106 104 98 75 106 81 70
St. Keputih 102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
ratarata 85 72 99,5 123 115,5 94 97,5 98 79,5 77,5
akumulasi 85 157 256,5 379,5 495 589 686,5 784,5 864 941,5
Uji Konsistensi St. Larangan
800 Akumulasi St. Larangan
600 400
y = 0.7665x - 16.235 R² = 0.989
200 0 0
200
400
600
Akumulasi St. Pembanding
800
1000
Gambar 5.2 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Larangan 3. Uji Konsistensi Stasiun Keputih Pengujian konsistensi data curah hujan pada stasiun Keputih dilakukan dengan cara membandingkan akumulasi data hujan stasiun Keputih dengan akumulasi rata-rata data hujan stasiun pembanding, yaitu stasiun Gubeng dan Larangan. Hasil perhitungan uji konsistensi
52 stasiun Keputih bisa dilihat dalam Tabel 5.4 dan Gambar 5.3. Tabel 5.4 Perhitungan uji konsistensi Stasiun Keputih
No
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
St. Keputih 102 58 110 140 127 90 120 90 78 85
Akumulasi 102 160 270 410 537 627 747 837 915 1000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
St. Larangan 65 61 64 72 64 84 70 113 72 71
St. Gubeng 68 86 89 106 104 98 75 106 81 70
ratarata 66,5 73,5 76,5 89 84 91 72,5 109,5 76,5 70,5
akumulasi 66,5 140 216,5 305,5 389,5 480,5 553 662,5 739 809,5
Uji Konsistensi St. Keputih
1200 Akumulasi St. Keputih
1000 800 600
y = 1.2401x + 19.489 R² = 0.9938
400 200 0 0
200
400
600
Akumulasi St. Pembanding
800
1000
Gambar 5.3 Grafik Uji Konsistensi Stasiun Keputih 5.1.2
Uji Homogenitas Pengujian homogenitas data curah hujan dari ketigastasiun pengamat dilakukan untuk memastikan bahwa pada masingmasing stasiun tidak terdapat penyimpangan data curah hujan yang cukup signifikan. Hal tersebut sangat berpotensi terjadi di lapangan karena disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
53 pemindahan stasiun hujan, stasiun hujan hilang, maintenance stasiun curah hujan, bencana alam, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut menyebabkan data yang ada pada stasiun menjadi tidak homogen sedangkan data yang dibutuhkan adalah data curah hujan yang homogen. Oleh karena itu diperlukan uji homogenitas. Data curah hujan yang digunakan merupakan data yang telah didapatkan dari rata-rata curah hujan metode aljabar. 1. Mula-mula cari rata-rata dari R rata-rata curah hujan. 2. Lalu R rata-rata tersebut di ranking dari nilai terbesar ke terkecil Tabel 5.5 Perhitungan ranking homogenitas n=10 Tahun
R
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Rata-rata
78,33 68,33 87,67 106,00 98,33 90,67 88,33 103,00 77,00 75,33 873,00 87,30
R rata-rata (mm) rangking 106,00 103,00 98,33 90,67 88,33 87,67 78,33 77,00 75,33 68,33
(R rangking - R ratarata)2 349,69 246,49 121,73 11,33 1,07 0,13 80,40 106,09 143,20 359,73 1419,88 141,99
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 3. Ditentukan besarnya standart deviasi (d) dari data tersebut 1
n 2 2 R i R d = i 1 n 1 =√
,
= 12,56
54 4. Ditentukan nilai dari Table of Reduced Mean (Yn) dan Reduced Standart Deviation (σn) dengan n = 10 dan didapatkan :
10 = 0,9496 Y10 = 0,4952
R 12,56 13,226 10 0,9496 1 6. Tentukan μ = R Y10 87,3–13,226(0,4952)= 80,75 1
5. Tentukan
7. Tentukan persamaan regresi liniernya R=
1
Yn
= 80,75+ 13,226 Yn Bila Y1 = 0 maka nilai R1 = 80,75+ 13,226 (0) = 80,75 Bila Y2 = 5 maka nilai R2 = 80,75+ 13,226 (5) = 146,87 Kemudian R1 dan R5 diplot pada Gumbels Probability Paper (Lampiran 4), lalu kedua titik tesebut dihubungkan maka diperoleh : Tr = 2,24 tahun R10 = 113 8. Kemudian dilakukan uji homogenitas pada homogenity test graph dengan R 113 2,24 = 2,89 Ordinat = 10 Tr = R 87,3 Absis = 10 9. Kemudian koordinat ordinat dan absis dimasukkan dalam grafik homogenitas data curah hujan (Lampiran 5), untuk mengetahui bahwa data tersebut sudah homogen atau belum.
55 Setelah ordinat dan absis dimasukkan dalam grafik homogenitas data curah hujan, didapatkan bahwa data hujan homogen karena titik temu absis dan ordinat berada dalam range homogenitas sehingga dapat dilanjutkan ke perhitungan curah hujan harian maksimum. 5.1.3
Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata Untuk menghitung hujan harian maksimum digunakan tiga metode yaitu : Metode Gumbel, Metode Log Person Tipe III dan Metode Iwai Kadoya. 5.1.3.1 Metode Gumbel Dalam metode ini, data curah hujan rata-rata daerah disusun secara peringkat, yakni dari data hujan yang terbesar menuju yang terkecil. Tabel 5.6 Data R Metode Gumbel No Ri (Ri-R) (Ri-R)2 106 18,70 349,69 1 103 15,70 246,49 2 98 11,03 121,73 3 91 3,37 11,33 4 88 1,03 1,07 5 88 0,37 0,13 6 78 -8,97 80,40 7 77 -10,30 106,09 8 75 -11,97 143,20 9 68 -18,97 359,73 10 873 1419,88 Total 141,99 Rata-rata 87,30 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dari tabel di atas, dapat ditentukan :
R
873 1 Ri = = 87,3 n 10
Menentukan standar deviasi (d) :
56 1
2 2 n R R i d = i 1 n 1
=√
,
= 12,56
Untuk n = 10, dari Table of Reduced Mean ( Yn ) and Reduced Standard Deviation ( 10) didapatkan :
10 = 0,9496 Y10 = 0,4952
Curah hujan harian maksimum dihitung dengan menggunakan rumus :
RT R
R Yt Yn n
Dimana R = tinggi hujan rata-rata RT = standar deviasi n & Yn = didapat dari tabel reduced mean dan standar deviation Yt = dididapat dari tabel reduced variety of PUH t tahun Tabel 5.7 Nilai Reduce Variate (Yt) pada PUH t tahun T Yt 2 0,3665 5 1,4999 10 2,2502 25 3,1985 50 3,9019 100 4,6001 Sumber: Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan 2004
57 Contoh Perhitungan PUH (t) = 2 tahun Maka RT R R Y2 Y10
Y2 = 0,3665
10
= 87 ,3 12 ,56 0,3665 0, 4952 0 ,9496
= 85,6 mm Rentang keyakinan (Convidence Interval) Untuk : = 90% t (a) = 1,64 = 80% t (a) = 1,282 = 68% t (a) = 1,000 Rentang keyakinan yang dipakai pada metode ini adalah 90 % = 90 % t (α) = 1,64
k
Y2 Y10
10
0,3665 0,4952 = -0,14 0,9496
b 1 1,3k 1,1 k 2 = 1 1,3( -0,14 ) 1,1 ( -0,14 ) 2 = 0,92
b R
0,92 x12,56 = 3,65 10 N Rk 1,64 x3,65 = 5,98 RT dengan a (90%) = 85,60 ± 5,98 Untuk hasil selengkapnya perhitungan Gumbel bisa dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5.8 HHM metode Gumbel dan rentang keyakinannya PUH R k b Se Rk batas batas atas bawah 85,60 -0,14 0,92 3,65 5,98 91,58 79,61 2 100,59 1,06 1,90 7,54 12,37 112,96 88,22 5 110,51 1,85 2,68 10,63 17,43 127,94 93,08 10 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Se
=
58 5.1.3.2 Metode Log Person Type 3 Pada perhitungan hujan harian maksimum dengan metode Log Person Type III, mula-mula diurutkan dulu dari data yang terbesar ke terkecil kemudian dihitung dengan menggunakan log dari rata-rata hujan tersebut. Tabel 5.9 Peringkat Curah Hujan Untuk Metode Log person Type III No Ri Xi= Log Ri (Xi- x ) (Xi- x )2 (Xi- x )3 106 2,03 0,09 0,01 0,00 1 103 2,01 0,08 0,01 0,00 2 98 1,99 0,06 0,00 0,00 3 91 1,96 0,02 0,00 0,00 4 88 1,95 0,01 0,00 0,00 5 88 1,94 0,01 0,00 0,00 6 78 1,89 -0,04 0,00 0,00 7 77 1,89 -0,05 0,00 0,00 8 75 1,88 -0,06 0,00 0,00 9 68 1,83 -0,10 0,01 0,00 10 873 19 0.00 0.04 0.00 Total 87,30 1,94 Ratarata Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Berdasarkan tabel di atas maka dapat ditentukan nilai
x
x n
i
=
19 1,9 10
Menghitung besarnya standar deviasi (d) rata-rata dengan rumus berikut:
d
x
i
x
N 1
2
=
0,04 0,063 9
Menghitung harga skew coefficient dengan rumus berikut:
59
Cs
N xi x
3
N 1 N 2 x
3
=
10(0,00) = - 0,00000041 980,063 3
Berdasarkan harga skew coeffitient (Cs) yang diperoleh dan harga periode ulang (T) yang ditentukan, dapat diketahui nilai Kx dengan menggunakan tabel Grafik uji homogenitas curah hujan (terlampir): Contoh perhitungan : Menghitung Xt dengan rumus berikut X t X Kx x = 1,9 + 0 x -0,00000041 = 1,9 Menghitung perkiraan harga HHM untuk PUH (T) dengan rumus berikut : RT 10XT = 101,94 = 86,48 mm Untuk hasil perhitungan selengkapnya dari masing-masing PUH bisa dibuat dalam tabel di bawah Tabel 5.10 HHM Metode Log Person Type III PUH Kx Kx . σx Xt Rt (mm/24 jam) 0 0 1.94 86.48 2 0.842 0.05301 1.99 97.71 5 1.282 0.080711 2.02 104.15 10 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.1.3.3 Iway Kadoya Metode iwai kadoya dilakukan mula-mula dengan mengurutkan dahulu data curah hujan yang homogen dari terbesar ke terkecil kemudian dicari log dari curah hujan tesebut. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 5.11 Peringkat Curah Hujan Metode Iwai Kadoya No Ri Xi= Log Ri 106 2.03 1 103 2.01 2
60 No Ri Xi= Log Ri 98 1.99 3 91 1.96 4 88 1.95 5 88 1.94 6 78 1.89 7 77 1.89 8 75 1.88 9 68 1.83 10 873 19 Total 87.30 1.94 Rata-rata Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Memperkirakan harga Xo dengan rumus
log xo
1 1 n x19 = 0,96 log xi = 10 n i 1
Xo = antilog 0,96 = 9,299 mm Memperkirakan harga bi dengan rumus 2
Xs Xt X0 bi 2 X 0 X s X T Xs
Xt
Xs.Xt
165 82 13530 163 89 14507
Tabel 5.12 Penentuan Nilai bi
Xs + Xt
247 252
(Xs . Xt) - Xo2
13443.51699 14420.51699
2Xo - (Xt+Xs)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Memperkirakan harga b dengan rumus
-228.401 -233.401 jumlah b
n 10 1 n ; m = = 1 bi 10 10 m i 1 1 b = .( 120.644 ) = -120.644 1 b
bi
-58.8593 -61.7844 -120.644 -120.644
61 Karena b bernilai negatif maka Log (Xi+b) tidak mempunyai nilai sehingga pada perhitungan HHM menggunakan Iwai Kadoya tidak terdapat HHM rencana. Dari ketiga metode perhitungan HHM tersebut, dipilih HHM yang mempunyai cakupan nilai yang paling besar. Berdasarkan HHM yang telah dihitung dengan metode Gumbel, Log Person tipe III, dan Iwai Kadoya. Didapatkan bahwa HHM dengan metode Gumbel mempunyai rentang cakupan nilai yang paling besar sehingga HHM dengan metode Log Person pun tercangkup di dalamnya. Sedangkan pada HHM dengan menggunakan metode Iwai Kadoya tidak bisa dimasukkan karena hasil perhitungan adalah negatif dan tidak punya nilai HHM. Tabel 5.13 Perbandingan Metode HHM dengan berbagai metode Rentang Log keyakinan PUH Iway Gumbel person Gumbel tahun Kadoya III (+) (-) 85.60 ± 5.98 91.58 79.61 86.48 2 100.59 ± 12.37 112.96 88.22 97.71 5 110.51 ± 17.43 127.94 93.08 104.15 10 Sumber:Hasil Perhitungan, 2014 Dari Tabel 5.13 dapat diketahui bahwa nilai HHM yang dipakai adalah HHM dengan metode Gumbel karena rentang nilai paling besar. 5.1.4
Uji Keselarasan (Goodness of fit) Uji Keselarasan distribusi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari sample data terhadap fungsi jenis peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan/ mewakili distribusi frekuensi tersebut, sehingga diperlukan pengujian parameter.
62 5.1.4.1 Uji Chi Square Diketahui : Jumlah data (n) = 10 Menentukan probibilitas dari data Debit banjir dengan melakukan peringkat terlebh dahulu: Tabel 5.14 Nilai Peringkat dan Probability No R Peringkat Probability 106 1 0.0909 1 103 2 0.1818 2 98 3 0.2727 3 91 4 0.3636 4 88 5 0.4545 5 88 6 0.5455 6 78 7 0.6364 7 77 8 0.7273 8 75 9 0.8182 9 68 10 0.9091 10 Sumber:Hasil Perhitungan, 2014
Jumlah kelas (k)
= 1+3,32 log (n) = 1+3,32 log (10) = 4,32 (pakai 4) Derajat kepercayaan(α) = 5% Derajat kebebasan (γ) = k-(R-1) = 4-(1-1) =2 (nilai R untuk distribusi gumbel=2) Of = merupakan frekuensi data pada interval setiap kelas Ef = jumlah data/ kelas = 10/4 = 2,5
63 Dengan derajat kepercayaan (α) = 5 % dan derajat bebas (γ) = 2, maka dperoleh nilai krisis untuk distribusi Chi Square (∆ kritis) adalah 5,991 (tabel nilai ∆ kritis Chi Square). Nilai uji kecocokan Chi Square distribusi Gumbel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.15 Nilai uji Chi Square Expected Frequency (Ef) 2,5
Obsrved Frequency (Of) 2,0
2,5
0,51 < P ≤ 0,75 0,76 < P ≤ 1 JUMLAH
No
Probability
1
0,00 < P ≤ 0,25 0,26 < P ≤ 0,5
2 3 4
Ef-Of
(Ef-Of)2/ EF
0,5
0,1
3,0
-0,5
0,1
2,5
3,0
-0,5
0,1
2,5
2,0
0,5
0,1
10
10
0,4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dari hasil tabel diatas x2 terhiung lebih kecil dari X2,yaitu 0,4 < 5,991. maka distribusi Gumbel dapat diterima. 5.1.4.2 Uji Smirnof-Kolmogorof Diketahui : Jumlah data (n) = 10 Rata-rata R (debit banjir) = 87,3 m3/dtk Standar Deviasi (d) = 12,56 m3/dtk Z = (Ri- Ṝ)/ d No 1 2 3
Tabel 5.16 Nilai uji Smirnov-Kolmogorof R Z Peringkat Pe Pt 106 1.49 1 0.090909 0.9319 103 1.25 2 0.181818 0.8944 98 0.88 3 0.272727 0.8106
Pe-Pt -0.84099 -0.71258 -0.53787
64 No 4 5 6 7 8 9 10
R 91 88 88 78 77 75 68
Z 0.27 0.08 0.03 -0.71 -0.82 -0.95 -1.51
Peringkat 4 5 6 7 8 9 10
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Pe 0.363636 0.454545 0.545455 0.636364 0.727273 0.818182 0.909091
Pt 0.6064 0.5319 0.488 0.2389 0.2061 0.1711 0.0655 max
Pe-Pt -0.24276 -0.07735 0.057455 0.397464 0.521173 0.647082 0.843591 0.0552
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai max = 0,0552. Pada derajat kepercayaan 20%, 10%, 5% dan 1 % diperoleh D dari tabel nilai krisis D (kritis) dengan n=10 berturut-turut adalah 0,32; 0,37; 0,41 dan 0,49. Nilai max < kritis maka keputusan distribusi Gumbel dapat diterima. 5.1.5
Analisis Intensitas Hujan Dalam menentukan intensitas hujan digunakan tiga metode yaitu metode Van Breen, metode Hasper Weduwen dan metode Bell. 5.1.5.1 Metode Van Breen Untuk perhitungan dipakai HHM dengan metode gumbel dan dicari intensitas hujan. Contoh perhitungan PUH = 2 tahun R24 = 85,6 mm 90% x85,6 90% R 24 = = 19,26 I 4 4 Untuk hasil selengkapnya dari perhitungan analisis intensitas hujan dengan menggunakan metode Van Breen dapat dilihat hasilnya pada tabel dibawah ini.
65
Tabel 5.17 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Van Breen HHM PUH gumbel I 2 85.60 19.26 5 100.59 22.63 10 110.51 24.87 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dengan membandingkan intensitas tersebut dengan intensitas hujan kota jakarta, maka intensitas hujan pada durasi tertentu diperoleh. Tabel 5.18 Intensitas hujan jakarta INTENSITAS HUJAN JAKARTA (mm/jam) Durasi Untuk Periode Ulang Hujan (Tahun) (menit) 2 5 10 25 50 5 126 148 155 180 191 10 114 126 138 156 168 20 102 114 123 135 144 40 76 87 96 105 114 60 61 73 81 91 100 120 36 45 51 58 63 240 21 27 30 35 40 Contoh perhitungan perbandingan intensitas curah hujan kota jakarta Intensitas PUH 2 tahun = 19,26 mm/jam Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta pada durasi 5 menit = 126 mm/jam Intensitas PUH 2 tahun Kota Jakarta pada durasi 240 menit = 21 mm/jam Untuk PUH 2 tahun durasi 5 menit :
66
I(2,120) =
19,26 x126 116 mm/jam 21
Perhitungan lengkap intensitas hujan dengan metode Van Breen dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19 Intensitas Hujan metode Van Breen INTENSITAS HUJAN (mm/jam) Durasi Untuk Periode Ulang Hujan (menit) (Tahun) 2 5 10 116 124 128 5 105 106 114 10 94 96 102 20 70 73 80 40 56 61 67 60 33 38 42 120 19 23 25 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.1.5.2 Metode Hasper Waduwen Pada metode ini, perhitungan intensitas hujan didasarkan pada HHM terpilih, yaitu HHM dengan metode Gumbel. Intensitas hujan pada metode hasper waduwen dihitung dengan menggunakan rumus 1 t 24 , maka
11.300 t Xt R 100 t 3 , 12 0 t 1 , maka 11.300 t Ri R 100 t 3 , 12
67
1218 t 54 Ri X T X 1 t 1272 t T
I
R t
Dimana : XT: HHM (Gumbel) T : durasi (jam) R,Ri : Curah Hujan Contoh perhitungan : Untuk PUH = 2 tahun ; t= 5 menit= 0,0833 jam ; XT = 85,6 mm/24 jam Ri = 85,6
(1218 0.0833) 54 85,6 (1 0.0833) (1272 0.0833)
= 72,16 1
72,16 11300 0.0833 2 R 100 (0.0833 3.12) = 12,37
I
R 12,37 = = 148,49 mm/jam t 0.0833
Perhitungan selengkapnya Ri bisa dilihat pada Tabel 5.20. Tabel 5.20 Perhitungan Nilai Ri Durasi Nilai Ri tiap PUH (menit ) t (jam ) 2 5 10 5 0,0833 72.16 78.92 82.90 10 0,1667 77.64 87.39 93.40 20 0,3333 81.85 94.23 102.15 40 0,6667 84.57 98.82 108.16 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
68 Sedangkan untuk hasil perhitungan R selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21 Perhitungan Nilai R Durasi Nilai R tiap PUH ( menit ) t (jam) 2 5 10 5 0,0833 12.37 13.53 14.21 10 0,1667 18.59 20.92 22.36 20 0,3333 27.03 31.12 33.73 40 0,6667 37.72 44.08 48.24 60 1 44.83 52.68 57.88 120 2 56.87 66.83 73.42 240 3 63.71 74.86 82.25 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Setelah diketahui R maka dapat dihitung intensitas hujan menggunakan metode Hasper Waduwen. Tabel 5.22 Intensitas Hujan Metode Hasper Weduwen Durasi I (mm/jam) PUH tahun ( menit ) t ( jam ) 2 5 10 0,0833 148.49 162.40 170.59 5 0,1667 111.50 125.50 134.13 10 0,3333 81.10 93.36 101.21 20 0,6667 56.58 66.11 72.36 40 1 44.83 52.68 57.88 60 2 28.43 33.41 36.71 120 3 21.24 24.95 27.42 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.1.5.3 Metode Bell Data hujan selama selang waktu yang cukup panjang harus tersedia untuk keperluan analisis frekuensi hujan. Bila data ini tak tersedia, bila diketahui besarnya curah hujan 1 jam (60 menit)
69 dengan periode ulang 10 tahun sebagai dasar, maka suatu rumus empiris yang diberikan oleh Bell dapat dipakai untuk menentukan curah hujan dari 5–120 menit dengan periode ulang 2–100 tahun. Menurut Tanimoto yang didasarkan pada penelitian Dr. Borema bahwa untuk daerah Jawa, distribusi curah hujan setiap jam diperkirakan sebagai berikut Tabel 5.23 Distribusi Hujan Menurut Tanimoto Jam ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
170 87 28 18 11 8 6 6 4 2 -
Hujan (mm) 230 350 90 96 31 36 20 26 14 20 11 16 9 14 8 13 7 12 5 10 5 10 4 9 4 9 4 9 4 9 3 8 3 8 3 7 3 7 2 7 7 7 6 4
470 101 42 31 25 22 20 19 18 15 15 14 14 14 14 13 13 13 12 11 11 11 11 10
Sumber: Hasil Perhitungan Perkiraan pola distribusi curah hujan ini dilakukan apabila durasi hujan tidak ada, sehingga dalam mencari hubungan intensitas pada setiap durasi dilakukan dengan cara empiris. Perumusan secara empiris didasarkan pada data curah hujan
70 durasi 60 menit (1 jam). Untuk data hujan yang telah dianalisis berdasarkan metode Gumbel, pola distribusi curah hujan harian untuk setiap jam adalah hanya sampai ranking 1 jam ke-4. Contoh perhitungan : PUH = 2 tahun Rangking 1 :
170x 85,6 87 x 43,81 170 x 85,6 28 jam ke – 2 : x 14,1 170 x 85,6 18 jam ke – 3 : x 9,06 170 x 85,6 11 jam ke – 4 : x 5,54 jam ke – 1 :
Untuk perhitungan HHM dengan PUH 2-10 tahun dapat dihitung dengan cara yang sama, Hasil perhitungan dapt dilihat pada Tabel 5.24 Tabel 5.24 Pola Distribusi HHM per jam Rangking 1-4 HHM (mm/jam) dengan PUH (tahun) Rangking 1 Jam ke - 4 2 5 10 1 43.81 51.48 56.56 2 14.10 16.57 18.20 3 9.06 10.65 11.70 4 5.54 6.51 7.15 Rata-rata 18.13 21.30 23.40 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dalam menghitung intensitas hujan dengan metode Bell, digunakan rumus menit RTt 0, 21 Ln T 0,52 0,54 t 0 , 25 0,50 R1060tahun Dengan menggunakan pedoman perhitungan di atas,
71 maka untuk data HHM ( R 1060 ) digunakan rata-rata dari distribusi hujan 2 jam pertama pada PUH 10, yaitu :
R1060
56,56 18,20 37,38 2
Contoh perhitungan bila diambil PUH = 2 tahun (T). Durasi = 5 menit (t) 0, 25 R25 0,21 Ln2 0,52 0,545 0,5 37,38 7,65
I 25
60 7,65 91,8 mm/jam 5
Dengan cara yang sama untuk PUH lain dapat dilihat pada Tabel 5.25. Tabel 5.25 Hasil Perhitungan R Tanimoto Durasi Nilai R pada tiap PUH (menit ) 2 5 10 5 7.65 9.86 11.53 10 11.45 14.76 17.27 20 15.97 20.59 24.08 40 21.35 27.52 32.19 60 24.95 32.16 37.62 120 32.03 41.28 48.29 240 40.44 52.13 60.97 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dari nilai R tanimoto di atas dapat dihitung intensitas hujan menurut metode bell. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.26. Tabel 5.26 Intenaitas Hujan Metode Bell Intensitas Hujan ( mm/jam ) Durasi pada masing-masing PUH (menit) 2 5 10
72 Intensitas Hujan ( mm/jam ) pada masing-masing PUH 2 5 10 91.80 118.34 138.41 5 68.70 88.57 103.59 10 47.91 61.76 72.24 20 32.02 41.28 48.28 40 24.95 32.16 37.62 60 16.01 20.64 24.14 120 10.11 13.03 15.24 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 dapat dipilih metode perhitungan intensitas hujan yang memiliki rata-rata intensitas hujan cakupan yang paling luas hal ini dapat dilihat pada grafik yang membandingkan ketiga metode pada tiap PUH. Durasi (menit)
PUH 2
300 250 200 Durasi (menit)
150 100 50 0 0
Intensitas (mm/jam)
50 Van Breen
100 150 Hasper Weduween
200 Bell
Gambar 5.4 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 2
73
PUH 5
300 250 200 Durasi (menit)
150 100 50 0
Intensitas (mm/jam)
0
50 Van Breen
100 150 Hasper Weduween
200 Bell
Gambar 5.5 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 5
PUH 10
300 250
150 100 50 0
Durasi (menit)
200
Intensitas (mm/jam)
0
50 Van Breen
100 150 Hasper Weduween
200 Bell
Gambar 5.6 Grafik rentang intensitas hujan pada PUH 10 5.1.6
Pemilihan Rumus Lengkung Intensitas Hujan Dalam perhitungan pemilihan rumus intensitas hujan, digunakan 3 metode, yaitu metode Talbot, metode Sherman, dan metode Ishiguro.
74 Dari ketiga metode tersebut, yang akan digunakan adalah metode yang memiliki nilai lengkung intensitas paling kecil. Dari perhitungan distribusi intensitas hujan sebelumnya, yang menggunakan metode Van Breen. Sedangkan PUH yang digunakan adalah 5 karena PUH tersebut dianggap sesuai untuk perencanaan saluran tersier pada perumahan. Perhitungan tersebut dilakukan dengan durasi 5, 10, 20, 40, 60, 120 dan 240 menit. Data yang digunakan tertera pada Tabel 5.28. Tabel 5.27 Intensitas Hujan INTENSITAS HUJAN (mm/jam) Durasi Untuk Periode Ulang Hujan (menit) (Tahun) 2 5 10 116 124 128 5 105 106 114 10 94 96 102 20 70 73 80 40 56 61 67 60 33 38 42 120 19 23 25 240 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Perumusan intensitas dapat dihitung sebagai berikut : a) Metode Talbot a
b
I
(18223.13) 42484.23 953039.66 491.5752 = 5484.148 2 7 ( 42484.23 ) 491.5752
491.5752 18223.13 7 953039.66 7 ( 42484.23 ) 491.5752
5484.148 t 41,02
b) Metode Sherman
2
= 41.02
75
log a
12.4475218.89806 (18.3017129)(10.8396) = 718.89806 (10.8396) 2
a = antilog (2,52) = 310.2345 (12.44752)(10.8396) 7(18.3017129) = 0,46 n 7(18,89806) (10.8396) 2 I
310.2345 t 0 , 46
c) Metode Ishiguro 2541.575(42484.23) (176217.6)(491.5752) = 415,96 a 7(42484.23) (491.5752) 2 (491.5752)2541.575 7(176217.6) = 0,28 b 7(50099,23) (491.5752) 2 383.0526 I t 0,28 dimana t
= durasi
N
= jumlah data
a, b, n
= konstanta
I
= Intensitas hujan (mm/jam)
2.49
76 “ Halaman ini sengaja dikosongkan”
Tabel 5.28 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 2 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I 128 114 102 80 67 42 25 ∑ 558.6457 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I.t 642.36 1143.81 2038.97 3182.79 4028.22 5072.57 5967.73 22076.45
I2 I2t 16505.04 82525.20 13083.12 130831.21 10393.54 207870.77 6331.34 253253.62 4507.37 270442.22 1786.87 214424.69 618.29 148390.79 53225.58 1307738.50
Log t 0.70 1.00 1.30 1.60 1.78 2.08 2.38 10.84
Log I 2.11 2.06 2.01 1.90 1.83 1.63 1.40 12.92
Log t Log I 1.47 2.06 2.61 3.05 3.25 3.38 3.32 19.14
(Log t)2 0.49 1.00 1.69 2.57 3.16 4.32 5.67 18.90
t1/2 2.24 3.16 4.47 6.32 7.75 10.95 15.49 50.39
I.t1/2 287.27 361.71 455.93 503.24 520.04 463.06 385.22 2976.47
I2. t1/2 36906.39 41372.46 46481.32 40042.91 34913.94 19574.21 9578.58 228869.82
t1/2 2.24 3.16 4.47 6.32 7.75 10.95 15.49 50.39
I.t1/2 318.40 390.25 477.60 525.34 557.62 502.62 428.94 3200.77
I2. t1/2 45338.76 48160.26 51006.11 43636.33 40141.91 23061.43 11876.31 263221.13
Tabel 5.29 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 5 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I I.t 142 711.97 123 1234.08 107 2135.91 83 3322.53 72 4319.29 46 5505.91 28 6645.06 ∑ 601.22 23874.76 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I2 I2t 20276.11 101380.56 15229.61 152296.13 11405.31 228106.26 6899.51 275980.41 5182.30 310937.93 2105.21 252625.34 766.61 183986.94 61864.67 1505313.57
Log t 0.70 1.00 1.30 1.60 1.78 2.08 2.38 10.84
Log I 2.15 2.09 2.03 1.92 1.86 1.66 1.44 13.15
Log t Log I 1.51 2.09 2.64 3.08 3.30 3.45 3.43 19.50
(Log t)2 0.49 1.00 1.69 2.57 3.16 4.32 5.67 18.90
77
78 Tabel 5.30 Perhitungan rumus lengkung intensitas hujan PUH 10 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I 142 125 107 85 74 47 30 ∑ 610.5135 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I.t 711.02 1250.81 2144.24 3395.05 4467.17 5628.64 7147.47 24744.41
I2 I2t 20222.25 101111.27 15645.21 156452.09 11494.44 229888.79 7203.98 288159.21 5543.23 332593.73 2200.11 264012.90 886.92 212859.99 63196.13 1585077.97
Log t 0.70 1.00 1.30 1.60 1.78 2.08 2.38 10.84
Log I 2.15 2.10 2.03 1.93 1.87 1.67 1.47 13.23
Log t Log I 1.50 2.10 2.64 3.09 3.33 3.47 3.51 19.65
(Log t)2 0.49 1.00 1.69 2.57 3.16 4.32 5.67 18.90
t1/2 2.24 3.16 4.47 6.32 7.75 10.95 15.49 50.39
I.t1/2 317.98 395.54 479.47 536.80 576.71 513.82 461.37 3281.69
I2. t1/2 45218.33 49474.50 51404.70 45561.97 42937.67 24100.97 13740.05 272438.18
Setelah didapatkan semua rumus intensitas PUH, kemudian dimasukkan nilai tiap durasi (t) ke dalam rumus sehingga akan diperoleh intensitas dengan metode tersebut. Setelah itu intensitasnya dicari dengan intensitas data. Contoh perhitungan Intensitas hujan PUH 5; t = 5 menit I data = 116 mm/jam a) I talbot 5484.148 = 129,4mm/jam I t 41,02 ∆ I= I data – I talbot = 116 – 129,4 = 13,84 b) I Sherman 310.2345 = 160,49 I t 0 , 46
∆ I= I data – I Sherman = 116 – 160,49 = 44,93 c) I Ishiguro 383.0526 = 165,04 I t 0,28 ∆ I= I data – I Ishiguro = 116 – 165,04 = 49,48 Untuk perhitungan seluruh PUH dengan waktu tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.32.
79
80 Tabel 5.31 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 2 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I I (Data) (Talbot) 116 129.40 105 116.72 94 97.59 70 73.50 56 58.95 33 36.98 19 21.19 ∑ Rata-Rata
∆I1 13.84 12.17 4.05 3.80 3.01 3.97 1.93 42.77 6.11
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I (Sherman) 160.49 116.61 84.73 61.57 51.08 37.11 26.97 ∑ Rata-Rata
∆I2 44.93 12.06 8.81 8.13 4.87 4.10 7.71 90.61 12.94
I (Ishiguro) 165.04 120.69 87.45 62.94 51.80 37.01 26.37 ∑ Rata-Rata
Lengkung Intensitas PUH 2 tahun
180.00 160.00 140.00 Intensitas Hujan (mm)
120.00 100.00
Talbot
80.00
Sherman
60.00
Ishiguro
40.00 20.00 0.00 0
100
200 Waktu (menit)
300
Gambar 5.7 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 2 Pada PUH 2, ∆I terkecil adalah ∆I Talbot, dengan demikian untuk PUH 2 rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot.
∆I3 49.48 16.14 6.09 6.76 4.14 4.00 7.11 93.72 13.39
81
5484.148 t 41,02 Tabel 5.32 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 5 Talbot PUH 2= I
No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I (Data) 124 106 96 73 61 38 23 ∑ Rata-Rata
I (Talbot) 137.43 125.69 107.35 83.10 67.79 43.66 25.50
∆I1 13.37 20.08 11.79 10.18 6.60 5.93 2.87 70.82 10.12
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I (Sherman) 170.00 126.31 93.85 69.73 58.61 43.55 32.36 ∑ Rata-Rata
∆I2 45.94 20.69 1.71 3.19 2.58 5.83 9.73 89.66 12.81
I (Ishiguro) 168.13 128.96 97.00 71.82 59.89 43.56 31.44 ∑ Rata-Rata
Lengkung Intensitas PUH 5 tahun
180.00 160.00 Intensitas Hujan (mm)
140.00 120.00
Talbot Sherman Ishiguro
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 0
100
200 Waktu (menit)
300
Gambar 5.8 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 5
∆I3 44.07 23.34 1.44 1.11 1.30 5.84 8.81 85.90 12.27
82 Pada PUH 5, ∆I terkecil adalah ∆I Talbot, dengan demikian untuk PUH 5 rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot 6479.88 Talbot PUH 5= I t 48,54 Tabel 5.33 Perbandingan Kesesuaian Rumus Intensitas Curah Hujan PUH 10 No 1 2 3 4 5 6 7
t 5 10 20 40 60 120 240
I I (Data) (Talbot) 128 148.21 114 136.36 102 117.57 80 92.16 67 75.78 42 49.43 25 29.15 ∑ Rata-Rata
∆I1 19.74 21.98 15.62 12.59 8.65 7.16 4.29 90.02 12.86
Intensitas Hujan (mm)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
I (Sherman) 182.85 137.33 103.14 77.46 65.51 49.20 36.95 ∑ Rata-Rata
∆I2 54.38 22.94 1.19 2.11 1.62 6.93 12.09 101.26 14.47
I (Ishiguro) 181.07 140.81 107.12 80.04 67.04 49.05 35.56 ∑ Rata-Rata
Lengkung Intensitas PUH 10 tahun
200.00 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
Talbot Sherman Ishiguro
0
100
200 Waktu (menit)
300
Gambar 5.9 Grafik lengkung intensitas hujan pada PUH 10
∆I3 52.59 26.43 5.17 0.47 0.10 6.78 10.69 102.24 14.61
83 Pada PUH 10, ∆I terkecil adalah ∆I Talbot, dengan demikian untuk PUH 10 rumus intensitas yang digunakan adalah metode Talbot 7347.33 Talbot PUH 10= I t 52,55 Pada perhitungan kajian ini menggunakan PUH 5 tahun disesuaikan dengan saluran drainase perumahan. Jadi rumus PUH yang digunakan adalah rumus PUH 5 metode Talbot: 6479.88 Talbot PUH 5= I t 48,54
84 Perhitungan Run Off Perumahan Dian Regency 2 Pembagian blok dimaksudkan agar nilai run off yang akan diketahui efektif sesuai dengan kondisi aliran yang terdapat pada daerah blok tersebut. 5.2
1
Fasum 1
Fasum 2 2 3
Blok 1
Blok 2
Gambar 5.10 Gambar pembagian blok Selanjutnya menghitung C dari luas yang ada dari masingmasing blok dan dapat dihitung untuk mendapatkan C per blok. Koefisien C didapat dari tabel yang ada untuk masing-masing jenis lahan pada tabel. Setelah diketahui nilai C kemudian dapat dihitung nilai C kumulatif. Hasil perhitungan C bisa dilihat pada Tabel 5.35.
85 Tabel 5.34 Nilai C per Blok Blok
Blok 1
Luas (Ha) 5,3
Fasum 1
1,7415
Blok 2
6,38
Tipe daerah aliran
C
%L
C
Multiunit tergabung
0,75
70%
0,525
Jalan Paving
0,7
20%
0,14
Halaman
0,1
10%
0,01
Multinit, terpisah
0,6
60%
0,36
Jalan Paving
0,7
40%
0,28
Halaman
0,1
10%
0,01
Multiunit tergabung
Fasum 2
0,75
70%
0,525
Jalan Paving
0,7
20%
0,14
Halaman
0,1
10%
0,01
Multinit, terpisah
0,6
50%
0,3
0,7 0,1
40% 10%
0,28 0,01
3,45
Jalan Paving Halaman Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
C total
0,675
0,65
0,675
Contoh perhitungan: Panjang limpasan terjauh (Lo) inlet 1 = 176,4 m Beda tinggi muka tanah antara limpasan terjauh dengan saluran (Ho) = 1,5 – 0,8 = 0,7 m , Slope limpasan (So) = Ho/Lo = = 0,004 , Untuk lapisan lahan nilai n V yang diasumsikan adalah Nilai C inlet 1
= 0,015 = 0,4 m/dt (datar) = 0,65
Karena panjang limpasan 176,4m maka digunakan rumus limpasan untuk saluran kurang dari 1000 m
0,56
86 108.n.Lo So
1
1
3
to
=
to
= 108.0,015.176,4
5
0,4
1 3
1 5
= 10,93 menit =
,
td
=
tc
= to+td = 10,93+3,81 = 14,74 menit
,
= 3,81 menit
Nilai yang digunakan untuk saluran sekunder adalah PUH 5 tahun. Dari perhitungan lengkung intensitas terkecil didapatkan bahwa untuk PUH 5 tahun metode yang cocok adalah metode Talbot dengan rumus sebagai berikut: 6479.88 I = t 48,54 6479.88 I I
= 14,74 48,54 = 102,41 mm/jam
Rumus perhitungan debit adalah Q =(1/3,6 . I(mm/jam) . A(km2) . C) Q = (0,278 . 102,41. 0,0174 . 0,65) Q = 0,32 m3/dt Selanjutnya run off yang di hasilkan per unit rumah tipe 49,59 dan 79 dihitung dengan menghitung nilai C per tipe rumah dahulu selanjutnya didapatkan nilai run off. Tabel 5.35 menunjukkan nilai c pada setiap tipe rumah
87 Tabel 5.35 Nilai C tiap tipe rumah Katakter Nilai C %L C atap 0.9 0.625 0.5625 Tipe Paving 0.7 0.1 0.07 49 Halaman tanah 0.17 0.275 0.04675 berat datar atap 0.9 0.57 0.513 Tipe Paving 0.7 0.23 0.161 59 Halaman tanah 0.17 0.2 0.034 berat datar atap 0.9 0.73 0.657 T Paving 0.7 0.1 0.07 ipe Halaman tanah 79 0.17 0.17 0.0289 berat datar Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
C total 0.679
0.708
0.756
Panjang limpasan terjauh dari tiap rumah merupakan panjang yang diambil dari atap hingga masuk ke saluran. Untuk kemiringan slope digunakan asumsi dengan nilai 1%. Didapatkan nilai run off yang dihasilkan dari tiap tipe rumah yang hasilnya dapat dilihat dari Tabel 5.38:
Perhitungan selengkapnya untuk masing-masing saluran dapat dilihat pada Tabel 5.37 Tabel 5.36 Menentukan Q limpasan dengan V asumsi
Zona
Elevasi Saluran (m)
Ho (m)
Lo (m)
So
n
to (menit)
Ld (m)
V Asumsi (m/dtk)
td (menit)
tc (menit)
C
A (Km2)
I (mm/jam)
Q limpasan (m3/detik)
Awal
Akhir
Inlet 1
1,5
0,8
0,7
176,4
0,40
0,015
10,93
91,4
0,4
3,81
14,74
0,65
0,0174
102,41
0,32
Inlet 2
2
0,7
1,3
266,3
0,49
0,015
12,03
187,7
0,4
7,82
22,56
0,66
0,0704
91,14
1,18
Inlet 3
2
0,1
1,9
272
0,70
0,015
11,28
261,5
0,6
7,26
29,82
0,64
0,0168
82,69
2,48
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Berikut disajikan perhitungan limpasan yang terjadi pada setiap tipe rumah: Tabel 5.37 Q limpasan per tipe rumah Tipe
Jumlah Unit
Lo (m)
So (m)
to (menit)
V (m/dtk)
tc (menit)
A (Ha)
I (mm/jam)
49 59 79
241 198 145
22 25,5 30
0,01 0,01 0,01
20,34 20,41 19,43
0,4 0,4 0,4
20,34 20,41 19,43
0,000080 0,000096 0,000119
94,07 93,99 95.34
Q limpasan (m3/detik) 0.000014 0.000018 0.000024
Q total per unit (m3/detik) 295,9 303,8 298,7
88
5.3
Perhitungan Jumlah Air Hujan Yang Ditampung Salah satu metode pengurangan run off pada bulan hujan yang juga termasuk metode ecodrainage adalah pembuatan bak penampung air hujan. Dalam hal ini, metode pengurangan run off akan di terapkan pada lokasi perumahan dengan pembuatan bak penampung air hujan. Air hujan yang jatuh pada satu lokasi rumah ada yang jatuh langsung ke tanah dan terserap, jatuh di atas atap lalu dialirkan ke drainase ataupun langsung mengalir ke saluran drainase tanpa adanya penyerapan. Air hujan yang jatuh ke atap akan di tampung ke dalam bak sehingga air hujan yang menjadi run off berkurang dari semestinya. Air hujan yang jatuh di atap akan mengalir sesuai arah kemiringan atap kemudian masuk kedalam saluran talang atap. Dari saluran talang atap, air hujan dialirkan menuju tangki di halaman belakang. Beberapa hal yang dibutuhkan dalam perhitungan jumlah air hujan yang ditampung antara lain adalah curah hujan, luas penampang (pada kasus ini adalah atap), dan koefisien pengaliran. Pada pembahasan perhitungan jumlah air hujan yang akan ditampung menggunakan curah hujan dari stasiun keputih karena lokasi studi yang berada di sekitar stasiun tersebut. Data curah hujan yang didapat dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (PSAWS) Butung Paketingan, Surabaya diambil selama 10 tahun terakhir. Selanjutnya dirangking dari yang terbesar hingga terkecil lalu dihitung median tiap bulan untuk menentukan curah hujan yang selanjutnya akan dihitung sebagai curah hujan perwakilan. Berikut hasil perhitungan median dari curah hujan 10 tahun terakhir pada tiap bulan: Tabel 5.38 Median hujan di Stasiun Keputih No Jan Feb Mar Apr
1 551 481 448 440
Data Curah Hujan Stasiun Keputih 2 3 4 5 6 7 8 477 427 378 338 289 256 242 424 373 368 317 285 247 229 414 395 372 320 246 235 209 425 158 102 83 80 50 34
9 175 228 201 27
10 169 207 196 0
Median (mm) 314 301 283 81.5
89
90
No Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des
1 336 128 90 20 117 142 281 526
Data Curah Hujan Stasiun Keputih 2 3 4 5 6 7 8 166 107 97 64 64 55 50 103 50 45 41 15 5 0 36 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48 33 23 14 4 0 0 276 203 133 125 75 72 33 430 404 388 314 224 191 157
9 17 0 0 0 0 0 0 0
10 15 0 0 0 0 0 0 0
Median (mm) 64 28 0 0 0 9 100 269
Sumber: Hasil perhitungan, 2014 Dari perhitungan Tabel 5.37 dapat diketahui bahwa terdapat bulan hujan (basah) yaitu antara bulan November-Maret dan bulan kering antara April-Oktober. Maka peristiwa run off terjadi pada kisaran bulan hujan (basah) yaitu antara bulan November-Maret. Perhitungan jumlah air hujan yang tertampung dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: V=AxRxC Dimana: V = volume air yang dapat ditampung (m3) A = luas areal penangkap air hujan (m2) R = curah hujan daerah tersebut (mm/bulan) (Median) C = Koefisien pengaliran atap Pada kajian ini luas areal penangkap air hujan melalui atap rumah yang kemudian disalurkan ke tangki elevasi. Berikut contoh perhitungan jumlah penangkapan air hujan: Tipe 49 Diketahui A = 49,82 m2 R = 314 (mm/tahun) C = 0,9 V=AxRxC V = 49,82 m2 x 314 mm/bulan x 0,9 V= 14,06 m3/ bulan = 468,54 l/hari Hasil Volume tangkapan air hujan sesuai dengan luasan atap rumah pertipe disajikan pada Tabel 5.40.
91
Tacbel 5.39 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 49 Volume Median Luas C Bulan (mm) Atap Atap m3/bulan m3/hari l/hari 314 49,82 0,9 14,06 0,47 468,54 Jan 301 49,82 0,9 13,50 0,45 449,86 Feb 283 49,82 0,9 12,69 0,42 422,95 Mar 82 49,82 0,9 3,65 0,12 121,80 April 64 49,82 0,9 2,87 0,10 95,65 Mei 28 49,82 0,9 1,26 0,04 41,85 Juni 0 49,82 0,9 0 0 0 Juli 0 49,82 0,9 0 0 0 Agst 0 49,82 0,9 0 0 0 Sep 9 49,82 0,9 0,40 0,01 13,45 Okt 100 49,82 0,9 4,48 0,15 149,45 Nop 269 49,82 0,9 12,06 0,40 402,03 Des Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Pada Tabel 5.41 merupakan hasil perhitungan volume air hujan yang tertampung pada rumah tipe 59: Tabel 5.40 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 59 Bulan Median Luas C Volume mm Atap Atap m3/bulan m3/hari l/hari 314 70,45 0,9 19,88 0,66 662,54 Jan 301 70,45 0,9 19,08 0,64 636,13 Feb 283 70,45 0,9 17,94 0,60 598,08 Mar 82 70,45 0,9 5,17 0,17 172,24 April 64 70,45 0,9 4,06 0,14 135,26 Mei 28 70,45 0,9 1,78 0,06 59,17 Juni 0 70,45 0,9 0 0 0 Juli 0 70,45 0,9 0 0 0 Agst 0 70,45 0,9 0 0 0 Sep
92 Bulan
Median mm
Luas Atap
C Volume Atap m3/bulan m3/hari l/hari 9 70,45 0,9 0,57 0,02 19,02 Okt 100 70,45 0,9 6,34 0,21 211,34 Nop 269 70,45 0,9 17,05 0,57 568,50 Des Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Pada Tabel 5.42 merupakan perhitungan volume air hujan yang tertampung pada rumah tipe 79: Tabel 5.41 Volume Air hujan yang tertampung pada tipe 79 Bulan Median Luas C Volume (mm) Atap Atap m3/bulan m3/hari l/hari 314 89,38 0,9 25,22 0,84 840,65 Jan 301 89,38 0,9 24,21 0,81 807.13 Feb 283 89.38 0.9 22.77 0.76 758.86 Mar 82 89.38 0.9 6.56 0,22 218,54 April 64 89,38 0,9 5,15 0,17 171,62 Mei 28 89,38 0,9 2,25 0,08 75,08 Juni 0 89,38 0,9 0 0 0 Juli 0 89,38 0,9 0 0 0 Agst 0 89,38 0,9 0 0 0 Sep 9 89,38 0,9 0,72 0,02 24,13 Okt 100 89,38 0,9 8,04 0,27 268,15 Nop 269 89,38 0,9 21,64 0,72 721,32 Des Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 5.4
Perhitungan Kebutuhan Air Yang Dibutuhkan Perhitungan kebutuhan air tersebut dimaksudkan agar air hujan yang tertampung dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penghuni sebanyak air hujan yang tertampung, dalam kajian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air penggunaan water closet dan wastafel. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing dapat diketahui kebutuhan air yang dapat
93 dilayani dengan menggunakan air tangkapan air hujan. Perhitungan juga mengasumsikan jumlah penghuni sesuai dengan kamar yang tersedia. Pemakaian air untuk setiap alat plambing dapat digunakan Tabel 2.10 Berikut hasil yang didapat: Tabel 5.42 Kebutuhan air bersih menurut jumlah alat plambing Jenis alat plambing
Jumlah alat plambing
Pemakaian air (L)
Pemakai an/hari
Kebutuha n air (L)
Tipe 49 (penghuni 3-4 orang) Water Closet (tangki) 1
15
8
120
Wastafel
10
12
240
2
Jumlah Tipe 59 (penghuni 3-4 orang) Water Closet (tangki) 1
15
8
120
Wastafel
10
12
240
2
360
Jumlah Tipe 79 (penghuni 4-5 orang) Water Closet (tangki) 2
15
10
300
Wastafel
10
14
280
Jumlah
2
360
580
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Dilihat dari Tabel 5.43 kebutuhan air bersih, dapat diketahui kebutuhan air bersih untuk water closet serta wastafel dengan penghuni per tipe sekitar 3-5 orang. Jika dibandingkan dengan air hujan yang tertampung dengan elevated tank pada tabel 5.40-5.43 sesuai dengan tipe rumah masing-masing, maka kebutuhan air bersih untuk water closet dan wastafel dengan penghuni sekitar 3-5 orang untuk tipe rumah 49, 59 dan 79 tercukupi. Hal demikian, penggunaan air bersih dari tampungan air hujan dapat menghemat penggunaan air PDAM.
94
5.5
Penentuan Kapasitas Tangki Dan Perencanaan Talang, Dan Letak Elevated Tank 5.5.1 Penentuan Kapasitas Tangki Penentuan kapasitas volume bak penampung disesuaikan dengan air hujan yang ditangkap. Penampung air hujan yang di gunakan adalah jenis tangki. Berikut rangkuman volume air hujan yang tertangkap pada tiap tipe rumah: Tabel 5.43 Volume Air hujan yang tertampung No
Tipe 49 Volume l/hari
Tipe 59 Volume l/hari
Tipe 79 Volume l/hari
468,54 662,54 840,65 449,86 636,13 807.13 422,95 598,08 758.86 121,80 172,24 218,54 95,65 135,26 171,62 41,85 59,17 75,08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13,45 19,02 24,13 149,45 211,34 268,15 402,03 568,50 721,32 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Pada Tabel 5.44 tersebut menjelaskan bahwa bulan Januari merupakan bulan dengan tangkapan air hujan terbesar. Kapasitas penampungan air hujan mengikuti hasil tangkapan terbesar. Maka pada tipe 49, 59 dan 79 menggunakan hasil tangkapan bulan Januari untuk menentukan kapasitas tangki. Tangki yang digunakan merupakan tangki portabel yang terbuat dari polyethylene. Kapasitas tangki yang dipilih dengan ukuran 2 kali lipat dari kapasitas air hujan yang tertampung, dengan asumsi bahwa curah hujan tersebut merupakan curah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
95 hujan median sehingga masih terdapat curah hujan maksimum. Disajikan pada Tabel 5.43 tangki jenis klasik yang tersedia di pasaran yang digunakan untuk menampung air hujan Tabel 5.44 Kapasitas tangki terpakai Tipe Runah Volume (l) Kapasitas Tangki (l) 468,54 1050 49 662,54 1200 59 840,65 1550 79 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Spesifikasi tangki yang digunakan untuk menampung air hujan per tipe dapat dilihat pada Tabel 5.44-5.45. Tabel 5.45 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 49 TIPE 49 Jenis Tangki TB 110 1050 l Kapasitas 1,265 m Tinggi (T) 0,4 m Ө tutup 1,06 m Ө tangki 9-11 mm Tebal dinding ¾-1 inch Ө fitting Rp 1.625.000 Harga
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
96 Tabel 5.46 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 59 TIPE 59 Jenis Tangki TB 120 1200 l Kapasitas 1,395 m Tinggi (T) 0,4 m Ө tutup 1,06 m Ө tangki 9-11 mm Tebal dinding ¾-1 inch Ө fitting Rp 1.750.000 Harga
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Tabel 5.47 Spesifikasi Tangki yang digunakan rumah tipe 79 TIPE 79 Jenis Tangki TB 160 1550 l Kapasitas 1,575 m Tinggi (T) 0,4 m Ө tutup 1,16 m Ө tangki 10-12 mm Tebal dinding 1 inch Ө fitting Rp 2.300.000 Harga
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
97 Perencanaan Talang dan Letak Elevated Tank Sistem penyaluran air hujan dilakukan secara integrasi antar talang dengan elevated tank. Air hujan yang jatuh ke atap akan mengalir ke talang bagian depan maupun belakang selanjutnya dialirkan dan ditampung ke elevated tank yang terletak di bagian halaman belakang rumah. Perumahan di Sukolilo Dian Regency 2 berupa multiunit yang saling menempel satu sama lainnya, sehingga tidak ada celah antara satu rumah dengan rumah lainnya untuk jalur talang. Oleh karena itu, jalur talang dari sisi depan rumah masuk kedalam rumah dan kemudian masuk ke jalur talang bagian belakang yang selanjutnya ditampung ke dalam tangki. Dari tangki air akan disalurkan ke unit plambing secara gravitasi. Talang yang digunakan berbentuk setengah lingkaran yang berbahan galvanis. Dibandingkan talang yang terbuat dari bahan pvc dan bentuk persegi, talang berbahan galvanis lebih kuat terhadap perubahan cuaca sehingga tidak mudah retak dengan standar harga yang tidak berbeda jauh dengan bahan PVC. Sedangkan talang berbentuk setengah lingkaran mengalirkan air lebih baik dan cenderung tidak menampung kotoran. Spesifikasi penggunaan talang pada setiap rumah menggunakan talang berbentuk setengah lingkaran berbahan galvanis dengan diameter 15 cm. Sedangkan pipa penyalur air hujan yang masuk kedalam rumah digunakan diameter 87,5 mm. Letak tangki berada pada halaman belakang setiap rumah tepat dibawah posisi atap, oleh karena itu dibutuhkan menara dalam peletakannya. Menara yang direncanakan dibuat dengan konstruksi baja profil L. Detail gambar perencanaan talang dan letak elevated tank untuk masing-masing tipe rumah pada gambar 5.12 sampai 5.20. 5.5.2
5.6
Proses Penampungan Air Hujan Proses penampungan air hujan yang terjadi yaitu, air hujan yang turun dan jatuh ke atap akan mengalir masuk ke talang air hujan. Talang tersebut menyalurkan air hujan ke dalam bak
98 penampung yang terletak di belakang bangunan rumah. Jumlah air hujan yang tertampung ditunjukkan seperti pada Tabel 5.44. Sesuai dengan kapasitas tangki air hujan yang dipilih, tangki memiliki kapasitas yang lebih besar dari debit air hujan yang tertampung per harinya. Hal demikian untuk menampung air tangkapan yang curahnya lebih besar dan menampung air hingga 2 hari hujan. Air yang telah tertampung akan digunakan untuk keperluan sehari-hari yaitu untuk penggelontoran closet dan penggunaan air di wastafel. Apabila air hujan yang telah tertampung tersebut pada hari yang sama digunakan untuk keperluan sehari-hari, maka tangki penampung akan kembali kosong sehingga dapat menampung kembali air hujan di hari berikutnya Apabila tangki tersebut sudah penuh, maka air yang masuk kedalam tanki akan tumpah kedalam pipa overflow dan kemudian masuk ke saluran drainase halaman belakang untuk selanjutnya dibawa ke saluran drainase kawasan perumahan. Berikut ini disajikan gambar proses air hujan yang ditampung ke dalam tangki.
belakang
Gambar 5.11 Proses penampungan dan arah aliran air
depan
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109 5.7
Perhitungan Efisiensi Bak Penampung Serta BOQ dan RAB 5.7.1 Perhitngan Efisiensi Bak Penampung dalam mengurangi run off Efiseinsi dari bak penampung air hujan (elevated tank) dalam pengurangan run off pada studi kasus lokasi Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 ini dilakukan dengan cara membandingkan debit limpasan air hujan (run off) awal tanpa adanya bak tangkapan air hujan dengan debit limpasan air hujan (run off) dengan adanya reduksi limpasan melalui bak tangkapan air hujan yang dipasang pada setiap rumah tipe 49,59 dan 79. Perhitungan efisiensi ini guna mengetahui seberapa besar peran bak tangkapan air hujan dalam mereduksi run off di kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2. Semakin besar nilai efisiensi maka semakin kecil nilai run off sehingga beban drainase kawasan semakin ringan dan kemungkinan banjir yang disebabkan pembangunan perumahan Sukolilo Dian Regency 2 pun kecil. Berikut perhitungan efisiensi bak penampung air hujan dalam mereduksi run off di kawasan Perumahan Dian Sukolilo Regency 2: Debit limpasan air hujan kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 tanpa adanya bak penampung air hujan = 214.471.941,58 l/hari (Tabel 5.37) Debit limpasan tiap tipe rumah (49,59 dan 79) tanpa adanya bak penampung air hujan adalah: Tabel 5.48 Total Q limpasan rumah tanpa bak penampung Tipe Jumlah Q limpasan Rumah (l/hari) 241 49 198 59 145 79 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
295914,3 303814,47 298688,02
110 Debit limpasan yang tertampung oleh bak tangkapan air hujan elevated tank adalah:
Tabel 5.49 Total air hujan yang tertampung Volume Tipe Volume Jumlah total Rumah (l/hari) rumah (l/hari) 470 241 113097,48 49 517 198 131392,65 59 818 145 122088,64 79 TOTAL 366578,76 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 = =
.
.
.
,
= 0,17 %
,
100%
100%
Maka efisiensi bak penampung air hujan dalam mengurangi run off yang diterapkan pada setiap unit rumah tipe 49,59 dan 79 di kawasan Perumahan Sukolilo Dian Regency 2 adalah sebesar 0,17%. Sedangkan efisiensi bak penampung air hujan dalam mengurangi run off per tipe 49, 59 dan 79 adalah: Tipe 49 . , = 100% .
,
= 38,2 %
Tipe 59 . , = . ,
100%
111 = 43,24 %
Tipe 79 . , = ,
= 40,8 %
100%
5.7.2
BOQ dan RAB dalam membangun bak tangkapan air hujan (elevated tank) Tahapan akhir dari kajian ini adalah melakukan perhitungan jenis dan jumlah material yang dipelukan untuk pemasangan sistem di lapangan (rumah). Perhitungan jenis dan jumlah material didasarkan pada perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan BOQ dan RAB ini meliputi: 1. Perhitungan BOQ dan RAB untuk Talang dan Pipa 2. Perhitungan BOQ dan RAB untuk Aksesoris Talang dan Pipa 3. Perhitungan BOQ dan RAB untuk Tangki dan Menara Air A. Bill of Quantity (BOQ) Bill of Quantity ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam perencanaan pembuatan sistem penampung air hujan sehingga dapat mempermudah dalam menghitung dan merencanakan biayanya. No
BOQ Talang dan Pipa Tabel 5.50 BOQ Talang dan Pipa
Jenis Barang
Tipe 49 1 Talang Datar @ 3m 2 Pipa Ø 80mm (3")@ 4m
Material
Satuan
Galvalum PVC
meter meter
Panjang
Jumlah
10 14.083
4 4
112 No
Jenis Barang
Tipe 59 1 Talang Datar @ 3m 2 Pipa Ø 80mm (3")@ 4m Tipe79 1 Talang Datar @ 3m 2 Pipa Ø 80mm (3")@ 4m
Material
Satuan
Panjang
Jumlah
Galvalum PVC
meter meter
9 13.34
3 4
Galvalum PVC
meter meter
10 15.75
4 4
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 No
BOQ Aksesoris Talang dan Pipa Tabel 5.51 BOQ Aksesoris Talang dan Pipa
Jenis Barang
Tipe 49 Talang Sudut Dalam 1 Talang Sudut Luar 2 Pipa Lengkung 3 Corong Penyambung 4 Penutup talang 5 Penahan pipa 6 Penggantung Talang 7 Spacer 8 Penyambung talang 9 10 Sepatu pipa 11 Tee (3") 12 Saringan 13 Valve 3" 14 Paku Asbes skrup Tipe 59 Talang Sudut Dalam 1 Talang Sudut Luar 2 Pipa Lengkung 3
Material
Satuan
Jumlah
Galvalum Galvalum PVC Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum PVC Kawat PVC
buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
4 2 4 4 6 6 2 1 2
buah buah buah
3 1 26
Galvalum Galvalum PVC
buah buah buah
4
113 No
Jenis Barang
Corong Penyambung 4 Penutup talang 5 Penahan pipa 6 Penggantung Talang 7 Spacer 8 Penyambung talang 9 10 Sepatu pipa 11 Tee (3") 12 Saringan 13 Valve 3" 14 Paku Asbes skrup Tipe79 Talang Sudut Dalam 1 Talang Sudut Luar 2 Pipa Lengkung 3 Corong Penyambung 4 Penutup talang 5 Penahan pipa 6 Penggantung Talang 7 Spacer 8 Penyambung talang 9 10 Sepatu pipa 11 Tee (3") 12 Saringan 13 Valve 3" 14 Paku Asbes skrup
Material Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum PVC Kawat PVC
Satuan buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
3 1 21
Galvalum Galvalum PVC Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum Galvalum PVC Kawat PVC
buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah buah
6 3 6 4 9 9 3 1 2 4 1 35
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
buah buah buah
Jumlah 2 4 3 5 5 1 1 2
114 No
BOQ Tangki dan Menara Air Tabel 5.52 BOQ Tangki dan Menara Air Jenis Barang
Tipe 49 Tangki 1 Menara air 2 (120x120x230) Tipe 59 Tangki 1 Menara air 2 (120x120x230) Tipe 79 Tangki 1 Menara air 2 (120x120x230)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Material
Satuan
Jumlah
Fiber Siku 5x5x5cm
buah
1
buah
1
Fiber Siku 5x5x5cm
buah
1
buah
1
Fiber Siku 5x5x5cm
buah
1
buah
1
B. Cost Estimates/Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya ini didapatkan dari daftar jenis dan jumlah material yang dibutuhkan dalam perencanaan pembuatan sistem penampung air hujan sehingga didapatkan total biaya yang diperlukan dalam pemasangan sistem. - RAB Rumah tipe 49 Tabel 5.53 RAB Rumah tipe 49 No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
a. Bahan 1
4
btg
Talang Datar
89,500
358,000
2
4
btg
Pipa Tegak (3")
85,400
341,600
3
4
btg
Pipa Lengkung
28,560
114,240
4
2
btg
Corong Penyambung
82,500
165,000
5
4
btg
Penutup talang
38,500
154,000
115
No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp) 35,500
JUMLAH HARGA (Rp) 142,000
6
4
btg
Penahan pipa
7
6
btg
Penggantung Talang
32,500
195,000
8
6
btg
Spacer
16,000
96,000
9
2
btg
Penyambung talang
35,500
71,000
10
1
btg
Sepatu pipa
98,500
98,500
11
2
btg
Tee (3")
57,120
114,240
12
3
btg
Saringan
15,000
45,000
Valve 3"
17,900
17,900
3,700
96,200
13
1
btg
14
26
buah
Paku Asbes skrup
15
1
buah
Tangki
1,625,000
1,625,000
1
buah
Menara air (120x120x230)
2,000,000
2,000,000
Sub Jumlah
5,633,680
16
b. upah Pemasangan Talang 1
0,025
org/hari
Mandor
119,500
29.875
2
0,8
org/hari
Tukang
99,400
795.200
0,500
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
472.000
3
Pemasangan Talang Pembuluh Pipa Pvc 3" 1
0,0675
org/hari
Tukang
99,400
94.490
2
0,034
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
44.802
Sub Jumlah
2,436,367
TOTAL
6,635,116
Pemasangan Menara dan Distribusi Menara
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
1,000,000
116
-
RAB Rumah tipe 59 Tabel 5.54 RAB Rumah tipe 59
No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
a. Bahan 1
3
btg
Talang Datar
89,500
268,500
2
4
btg
Pipa Tegak (3")
85,400
341,600
3
4
btg
Pipa Lengkung
28,560
114,240
4
2
btg
Corong Penyambung
82,500
165,000
5
4
btg
Penutup talang
38,500
154,000
6
3
btg
Penahan pipa
35,500
106,500
7
5
btg
Penggantung Talang
32,500
162,500
8
5
btg
Spacer
16,000
80,000
9
1
btg
Penyambung talang
35,500
35,500
10
1
btg
Sepatu pipa
98,500
98,500
11
2
btg
Tee (3")
57,120
114,240
12
3
btg
Saringan
15,000
45,000
Valve 3"
17,900
17,900
3,700
77,700
13
1
btg
14
21
buah
Paku Asbes skrup
15
1
buah
Tangki
1,750,000
1,750,000
16
1
buah
Menara air (120x120x230)
2,000,000
2,000,000
Sub Jumlah
5,531,180
b, upah Pemasangan Talang 0,025
org/hari
Mandor
119,500
26,888
2
0,8
org/hari
Tukang
99,400
715,680
3
0,500
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
424,800
1
Pemasangan Talang Pembuluh Pipa Pvc 3" 1
0,0675
org/hari
Tukang
99,400
89,505
2
0,034
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
42,438
117
No.
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp) 1,000,000
Sub Jumlah
2,299,311
TOTAL
6,532,479
Pemasangan Menara dan Distribusi Menara
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 -
RAB Rumah tipe 79 Tabel 5.55 Rumah tipe 79
No
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
a. Bahan 1
4
btg
Talang Datar
89,500
358,000
2
4
btg
Pipa Tegak (3")
85,400
341,600
3
6
btg
Pipa Lengkung
28,560
171,360
4
3
btg
Corong Penyambung
82,500
247,500
5
6
btg
Penutup talang
38,500
231,000
6
4
btg
Penahan pipa
35,500
142,000
7
9
btg
Penggantung Talang
32,500
292,500
8
9
btg
Spacer
16,000
144,000
9
3
btg
Penyambung talang
35,500
106,500
10
1
btg
Sepatu pipa
98,500
98,500
11
2
btg
Tee (3")
57,120
114,240
12
4
btg
Saringan
15,000
60,000
13
1
btg
Valve 3"
17,900
17,900
14
35
buah
Paku Asbes skrup
3,700
129,500
15
1
buah
Tangki
2,300,000
2,300,000
16
1
buah
Menara air (120x120x230)
2,000,000
2,000,000
Sub Jumlah
6,754,600
b. upah
118
No
DETAIL
HARGA SATUAN (Rp)
JUMLAH HARGA (Rp)
Pemasangan Talang 0,025
org/hari
Mandor
119,500
29,875
2
0,8
org/hari
Tukang
99,400
795,200
3
0,500
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
472,000
105,675
1
Pemasangan Talang Pembuluh Pipa Pvc 3" 1 2
0,0675
org/hari
Tukang
99,400
0,034
org/hari
Pembantu Tukang
94,400
Pemasangan Menara dan Distribusi Menara
50,105 1,000,000
Sub Jumlah
2,452,855
TOTAL
7,756,053
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014 Sehingga didapatkan Racangan Anggaran Biaya Total per unit rumah seperti yang disajikan pada Tabel 5.57 berikut: Tabel 5.56 RAB Total No Tipe Rumah 1 Tipe 49 2 Tipe 59 3 Tipe 79 Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Total (Rp) 6,635,116 6,532,479 7,756,053