5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 4, disertai dengan hubungannya dengan teori penunjang, data-data empiris, hipotesis penelitian dan kondisi masyarakat pedesaan yang menjadi objek penelitian.
5.1.
Analisis Faktor dan Reliabilitas
Data mentah yang telah ditransformasikan menjadi data berskala inetrval kemudian dioperasionalisasikan dengan menggunakan analisis faktor untuk mengetahui variabel apa saja yang mengelompok dan dapat mewaili setiap beliefs dalam attitude towards behavior, subjective norm dan perceived behavior control. Hal ini dilakukan sebagai tahapan untuk dapat memecahkan masalah pertama dalam penelitian. Hasil yang didapatkan dari analisis faktor kemudian dianalisis reliabilitasnya untuk mengetahui keterhandalan pernyataan yang sudah diekstraksi oleh faktor. Tabel 5.1 memperlihatkan rekapitulasi hasil analisis faktor dan reliability yang telah dilakukan sebelumnya pada bab pengolahan data.
Pada behavioral beliefs, terdapat tiga pernyataan dengan cronbach alpha 0,78, menandakan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini memiliki keterandalan tinggi untuk mengukur behavioral beliefs. Salah satu item pertanyaan yang tersisih adalah pertanyaan AB4 yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat pedesaan bahwa memiliki telepon akan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Butir pertanyaan ini tersisih karena memiliki factor loading yang rendah, yang berarti memiliki korelasi yang rendah dengan faktornya. Tersisihnya pernyataan ini menggambarkan bahwa bagi masyarakat pedesaan, pendapat tentang pentingnya memiliki telepon agar lebih percaya diri
belum mewakili keyakinan mereka
terhadap salah satu manfaat telepon. Keyakinan tentang hal-hal sepeti kemampuan telepon untuk mempermudah komunikasi (menghubungi), menghemat waktu dan
108
menghemat biaya lebih dapat mewakili behavioral beliefs mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Faktor dan Reliability Setelah Analisis Faktor Variabel
Awal
Reliability Faktor
Kode
Behavioral Beliefs
AB1, AB2, AB3, AB4
1
AB1, AB2, AB3
Normative Beliefs
SN1, SN2, SN3, SN4
2
SNF1, SNF2
0,821
Control Beliefs
PBC1, PBC2, PBC3, PBC4, PBC5, PBC6
1
PBC1, PBC2, PBC3, PBC4, PBC5, PBC6
0,840
Attitude Towards Behavior
ABD1, ABD2, ABD3
1
ABD2, ABD3
Subjective Norm
SND1, SND2, SND3, SND4
2
SNDF1, SNDF2
0,590
Perceived Behavior Control
PBDC1, PDBC2, PDBC3
1
PBDC1, PDBC2, PDBC3
0,580
Intention
I1, I2, I3
1
I1, I2, I3
0,780
Untuk normative beliefs, analisis faktor mnegelompokkan empat pernyataan ke dalam dua kelompok. Kelompok yang pertama (SNF1) berisi keyakinan tentang pengaruh pendapat teman dalam membeli kartu telepon dan keyakinan pengaruh pendapat teman dalam membeli telepon. Dua pernyataan ini memiliki kesamaan pada hal pendapat teman, sehingga faktor yang terbentuk dinyatakan sebagai keyakinan tentang pengaruh pendapat teman dalam membeli telepon dan kartunya. Sementara kelompok kedua (SNF2) berisi tentang keyakinan mengenai pengaruh pendapat keluarga dalam membeli telepon dan keyakinan menegnai pengaruh pendapat keluarga dalam membeli kartu telepon. Dua pernyataan pada kelompok kedua juga memiliki persamaan dalam hal pengaruh pendapat keluarga, sehingga faktor yang terbentuk dinyatakan sebagai keyakinan mengenai pengaruh pendapat
109
keluarga dalam membeli telepon dan kartunya. Seluruh pernyataan juga memiliki loading yang tinggi pada kelompoknya sehingga dapat dinyatakan bahwa masingmasing pernyataan berkorealasi kuat dengan kelompoknya. Empat pernyataan ini memiliki reliability yang tinggi untuk mengukur normative beliefs karena memiliki nilai Cronbach’s alpha 0,821.
Pada enam pertanyaan yang mewakili control beliefs, tidak ada satu pertanyaanpun yang tersisihkan dalam analisis faktor. Seluruh pertanyaan memiliki korelasi yang baik terhadap kelompoknya, dengan nilai loading terkecil 0,686. Keenam pernyataan mewakili keyakinan mengenai masih mahalnya harga, jauhnya jarak untuk membeli dan masih minimnya informasi mengenai telepon dan kartunya. Keenam pernyataan memiliki keterandalan tinggi untuk mengukur control beliefs dengan Cronbach’s alpha 0,840.
Pada variabel attitude towards behavior, terdapat satu pernyataan yang disisihkan karena memiliki faktor loading yang rendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa pernyataan ini berkorelasi rendah dengan kelompoknya. Pernyataan yang disisihkan adalah pernyataan yang berhubungan dengan keyakinan masyarakat pedesaan bahwa telepon memberikan keuntungan. Dari hasil pengamatan peneliti ketika melakukan pengambilan data, banyak dari responden memang secara lisan menyatakan bahwa meskipun telepon memberikan manfaat yang besar untuk berkomunikasi, namun telepon juga bisa sangat merugikan jika yang bersangkutan tidak mampu menahan diri untuk menggunakannya sehingga menjadi beban penegluaran tambahan yang harus dikeluarkan. Karena hanya terdapat dua pernyataan yang mewakili pertanyaan, peneliti tidak melakukan analisa reliability, karena kelompok ini hanya terdiri dari dua pernyataan. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian McCarthy et.al (2003) yang tidak melakukan analisis reliability untuk variabel yang hanya terdiri dari dua pernyataan.
110
Analisis faktor pada variabel subjective norm juga mengelompokkan pernyataan menjadi dua kelompok atau faktor. Kelompok pertama diberikan kode SNDF1 yang terdiri dari dua pernyataan, masing masing adalah pernyataan mengenai pentingnya ijin dari orang-orang yang berarti bagi masyarakat pedesaan ketika mereka akan membeli telepon, kartu dan pulsanya. Sementara pada faktor yang kedua dengan kode SNDF2 terdapat pernyataan mengenai keinginan dan tuntutan dari orang-orang yang penting untuk mereka bahwa mereka perlu memiliki dan menggunakan teknologi telepon. Meskipun memiliki loading yang tinggi pada setiap kelompoknya, dan dapat menjelaskan 79,935% variansi,
namun pada tes
reliability pernyataan-pernyataan ini hanya memiliki keandalan yang sedang dengan Cronbah’s alpha 0,590.
Tes reliability yang menunjukkan tingkat keterandalan yang sedang juga terjadi pada pernyataan-pernyataan yang mewakili perceived behavioral control karena Croanbach’s alpha-nya hanya pada tingkat 0,580. Meskipun demikian, tidak ada satupun pernyataan yang tersisih pada proses analisis faktor dengan total variansi yang berhasil dijelaskan sebanyak 54,774%. Pernyataan pada kelompok ini menunjukkan setinggi apakah kepercayaan diri masyarakat pedesaan untuk dapat memiliki dan menggunakan teknologi telepon dikemudian hari. Sementara itu pada variabel intention, keterandalan alat ukurnya masih lebih baik daripada variabel perceived behavior control karena nilai Cronbach’s alphanya mencapai 0,629. Tidak ada satupun pernyataan yang tersisih pada saat dilakukan analisis faktor sehingga konstruk dari variabel ini masih terdiri dari pernyataan yang berhubungan dengan pertanyaan langsung tentang niat, usaha dan komitmen masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi.
111
5.2.
Analisis Variabel yang Mempengaruhi Attitude, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control
Analisis yang akan dilakukan berikut ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan enelitian yang pertana, yaitu untuk mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi subjective norm dan perceived behavioral control masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon. Variabel-variabel tersebut telah berusaha untuk dirumuskan pada penelitian pendahuluan, kemudian dijadikan kuesioner yang diharapkan mampu menampung pendapat masyarakat pedesaan. Hasil dari proses tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis faktor untuk mengetahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi, dan pada bagian ini akan diuraikan variabel mana saja yang berpengaruh terhadap attitude, subjective norm dan perceived behavioral control masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon. 5.2.1. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Attitude Towards Behavior
Dari analisis regresi yang telah dilakukan, keyakinan tentang telepon memudahkan untuk menghubungi seseorang (AB1), keyakinan tentang manfaat telepon untuk menghemat waktu (AB2) dan keyakinan tentang manfaat telepon untuk menghemat biaya (AB2) terbukti signifikan (F Change = 0,000) dapat menjelaskan 12,3% variansi sikap masyarakat pedesaan terhadap kepemilikan dan penggunaan teknologi telekomunikasi telepon, sementara 87,7% lainnya disebabkan oleh hal lain. Signifikansi model dapat dilihat dari nilai F Change yang lebih kecil dari 0,05 dan besarnya kemampuan untuk menjelaskan variansi sikap dilihat dari nilai adjusted R square sebesar 0,123. Dari ketiga variabel prediktor, hanya variabel AB1 yang berpengaruh negatif ( β = -0,025), sementara dua variabel lainnya berpengaruh positif dan dari ketiga variabel tersebut, hanya variabel AB2 yang memiliki pangaruh yang signifikan terhadap perubahan sikap masyarakat terhadap
112
kepemilikan danpenggunaan teknologi telepon dengan nilai partial sig. 0,012 (<0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa variansi keyakinan masyarakat pedesaan tentang manfaat telepon untuk menghemat waktu yang dibutuhkan untuk menhubungi seseorang adalah prediktor yang paling berpengaruh terhadap sikap mereka terhadap teknologi telekomunikasi telepon.
Analisis regresi mensyaratkan tidak terjadinya multikolinearitas, karena hal ini dapat mengaburkan hubungan yang dianalisis dalam regresi berganda. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinearitas pada variabel-variabel di dalam model, maka digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai toleransi pada menu pengolahan dalam SPSS 15. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada variabel dalam model yang memiliki nilai VIF > 5, sementara hanya satu variabel yaitu AB2 yang memiliki nilai toleransi lebih besar dari 0,2 (tolerance = 0,215). Hal ini berarti model masih dikatakan cukup baik dan tidak memiliki multikolinearitas yang tinggi.
5.2.2. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Subjective Norm
Hasil analisis regresi berganda pernyataan pada dua faktor normative beliefs memperlihatkan bahwa baik keyakinan tentang pengaruh pendapat teman (SNF1) maupun keyakinan tentang pengaruh pendapat keluarga (SNF2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap norma subjektif seseorang atas kepemilikan dan penggunaan teknologi telekomunikasi telepon. Masing-masing SNF1 dan SNF2 memiliki
β
sebesar 0,214 dan 0,207. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
satupun dari faktor ini yang berpengaruh negatif terhadap pembentukan subjective norm masyarakat pedesaan untuk membeli dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon.
113
Pada model ini, variansi pendapat teman (SNF1) dan keluarga (SNF2) secara signifikan (F change < 0,05) dapat menjelaskan 11,5% variansi Subjective Norm masyarakat pedesaan dalam hal kepemilikan dan penggunaan teknologi telepon. Dengan demikian maka masih terdapat 89,5% variansi lain yang dapat menentukan subjective norm masyarakat pedesaan dalam memiliki dan menggunakan teknologi telepon. Variabel SNF1 dan SNF2 pada model hubungan ini memiliki VIF dan tolerance yang rendah, hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model hubungan antara SNF1, SNF2 dengan SN. 5.2.3. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Perceived Behavior Control
Berbeda dengan dua model yang dibahas sebelumnya, yaitu model mengenai hubungan yang behavioral beliefs dengan attitude serta hubungan antara normative beliefs dan subjective norm, model hubungan control beliefs dengan perceived behavioral control yang dianalisis dengan menggunakan regresi berganda tidak menunjukan model yang signifikan. Kemampuan model ini untuk menjelaskan variansi perceived behavior control bahkan tidak mencapai 1% (addjusted R square = 0,009). Padahal seluruh proses analisis yang dilakukan pada hubungan ini sama persis dengan dua model lain yang memperlihatkan kemampuan yang signifikan. Analisis reliabilitas yang telah dlakukan sebelumnya juga menunjukan angka yang cukup tinggi (Cronbach’s alpha 0,840).
Gejala tidak signifikannya model ini untuk menjelaskan subjective norm dapat diidentifikasi pada korelasi pearson yang menunjukkan tingkat korelasi yang rendah antara 6 variabel independen dengan perceived behavior control. Jika dilihat satu persatu, dari keenam variabel prediktor, hanya variansi keyakinan mengenai jauhnya tempat membeli kartu dan pulsa telepon (PBC4) yang signifikan berpengaruh ( β = −0,233 ) pada perceived behavior control. Keyakinan ini melemahkan kepercayaan diri masyarakat desa untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon.
114
5.3.
Analisis Pengaruh Variabel Attitude Toward Behavior, Subjective Norm dan Perceived Behavior Control terhadap Intention
Pada bagian ini, analisis yang dilakukan oleh peneliti diuraikan sehubungan dengan usaha peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian yang kedua, yaitu mengetahui pengaruh variabel attitude, subjective norm dan perceived behavioral
control masyarakat pedesaan terhadap intensi mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon. Bagian ini merupakan model asal TPB yang dikembangkan oleh Ajzen pada 1991.
Dari hasil analisis faktor teridentifikasi bahwa dalam pengukuran terhadap variabel
subjective norm terdapat dua faktor yang dapat mengukur (SNDF1 dan SNDF2), sementara pada variabel attitude toward behavior dan perceived behavior control hanya terdapat satu faktor. Nilai attitude towards behavior (AB) merupakan ratarata dari variansi jawaban ABD2 dan ABD3, dan nilai perceived behavior control (PBC) merupakan rata-rata dari variansi jawaban PBCD1, PBCD2 dan PBCD3.
Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa variansi variabel independen pada model ini secara signifikan mampu menjelaskan 16% variansi niat masyarakat untuk membeli dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon. Setiap variabel
independennya
juga
memiliki
pengaruh
yang
positif
terhadap
pembentukan intensi, AB memiliki β 0,217, SNDF1 memiliki β 0,107, SNDF2 memiliki β 140 dan PBC memiliki β 209. Dari nilai β yang dimiliki variabel prediktor, variabel sikap memilliki pengaruh yang paling besar dan signifikan terhadap niat masyarakat pedesaan untuk membeli dan memiliki teknologi telepon. Dari test multikolinearitas, terlihat bahwa tidak satupun dari variabel ini yang memiliki tingkat VIF yang lebih besar dari 5, dan hanya dua variabel yang memiliki sedikit kelebihan tingkat toleransi, yaitu 0, o95 pada variabel AB dan 0,017 pada variabel PBC. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model ini
115
memiliki multikolinearitas yang rendah. Hal ini juga dapat terlihat dari nilai korelasi antar variabel prediktor yang tidak satupun mencapai korelasi pearson 0,3.
Dari uraian di atas, maka terdapat dua hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau diterima. Yang pertama adalah hipotesis H1 yang menyatakan bahwa “sikap masyarakat pedesaan terhadap telepon berpengaruh positif terhadap intensi mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon”. Dan yang kedua adalah hipotesis H3.1 yang menyatakan bahwa “Peceived behavior control masyarakat pedesaan terhadap telepon berpengaruh positif terhadap intensi mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon”. Sementara hipotesis penelitian H2 yang menyatakan bahwa “norma subjektif masyarakat pedesaan terhadap telepon berpengaruh positif terhadap intensi mereka untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon” tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini sehingga hipotesis tersebut ditolak. Meskipun kedua dimensi yang mengukur subjective norm berpengaruh positif terhadap variansi intensi masyarakat untuk memiliki dan menggunakan teknologi telepon, namun pengaruh tersebut tidak terbukti signifikan (>0,05).
5.4.
Analisis Pengaruh Moderasi Perceived Behavior Control terhadap Hubungan Atitude Toward Behavior dan Subjective Norm terhadap Intention
Pada beberapa penelitian lain yang menggunakan TPB ditemukan bahwa variabel PBC
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
niat
(Nasco
et.al,
2007;
Riemenschneider et.al, 2003). Telah banyak peneliti melakukan penelitian yang berhubungan dengan niat dalam berbagai kajian dan bahasan mengenai perilaku. Berbagai variasi hubungan ditemukan dan Celuch et. al (2007) pada penelitiannya menyarankan bagi penelitian lanjutan untuk meneliti kemungkinan variabelvariabel dalam TPB memiliki kemampuan untuk memoderasi hubungan antara variabel-variabel tersebut terhadap intention. Berangkat dari hal tersebut, maka
116
salah satu yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah apakah variabel TPB yang pada penelitian-penelitian mengenai teknologi sebelumnya tidak terbukti signifikan dapat menjadi variabel moderator yang mempengaruhi hubungan antara variabel attitude dengan intention dan variabel subjective norm dan intention.
Dari analisis regresi yang dilakukan untuk menjelaskan pengaruh moderator didapatkan bahwa masuknya variabel moderator PBC, tidak memberikan pengaruh yang signifikan (Sig. F change > 0,05), meskipun kemampuan variansi variabel prediktor untuk menjelaskan intensi meningkat menjadi 18,6% dari asalnya semula hanya 12,5% ketika variabel PBC tidak dimasukkan sebagai variabel moderator. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis H3.2 yang menyatakan bahwa PBC masyarakat
pedesaan
terhadap
kepemilikan
dan
penggunaan
telepon
mempengaruhi hubungan antara sikap dan intensi serta hubungan antara norma subjektif dan intensi masyarakat pedesaan untuk memiliki dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon tidak dapat dibuktikan sehingga hipotesis ditolak.
5.5.
Analisis Model Theory of Planned Behavior Ajzen dan Fishbein
Hasil analisis dengan menggunakan regresi berganda dapat menerangkan bahwa variansi model TPB, yang merupakan penyempurnaan dari model TRA dapat menjelaskan 16% variansi intensi masyarakat pedesaan untuk membeli dan menggunakan teknologi telekomunikasi telepon, sementara 84% lainnya disebabkan oleh hal lainnya. Meskipun signifikan, variansi intensi yang belum dapat dijelaskan pada kasus ini masih besar. Apalagi dalam model turunannya terdapat beberapa variabel beliefs yang tidak berpengaruh signifikan dalam menjelaskan variabel latentnya (gambar 5.1). Hal ini dimunkinkan salah satunya karena TPB berasal dari pengembangan model TRA yang termasuk ke dalam golongan multiatribut, sehingga model ini dimungkinkan memiliki masalah pada
117
situasi dimana dimensi yang diolah mempergunakan data yang diskrit (Lustz dan Bettman dalam Koncara, 2004).
Gambar 5.1.Gambaran Hasil Regresi Berganda Keseluruhan
β = 0,217
β = 0,278
β =0 ,214
β=
07 0,2
β = −1,670
β = −0,233 β = 0,209
β
Jika pada beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi (Nasco et.al, 2007; Riemenschneider et.al, 2003) ditemukan bahwa PBC tidak signifikan mempengaruhi intention, maka dalam kasus intensi masyarakat pedesaan terhadap pembelian dan penggunaan teknologi telekomunikasi pedesaan, dimensi SN lah yang tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap intensi. Dalam study kasus ini juga terbukti bahwa saran dari Celuch (2007) agar penelitian selanjutnya dapat menggali hubungan moderator antar variabel tidak dapat
118
dibuktikan, sehingga hiotesis yang diajukan ditolak. Gambar 5.1 memperlihatkan hasil analisis regresi berganda dalam setiap hubungan yang terdapat dalam model penelitian.
119