BAB 4 PEMBAHASAN
Pada bab ini, Pertama penulis akan membahas mengenai apakah pengakuan pendapatan dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik yang digunakan oleh PT. MSU telah sesuai dengan PSAK No. 34 (Revisi 2010). Kedua, penulis akan membahas mengenai bagaimana dampak perbedaan antara pengakuan pendapatan dengan
menggunakan
metode
persentase
penyelesaian
berdasarkan
pendekatan fisik yang digunakan oleh PT. MSU dan penerapan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost) pada PT. MSU.
4.1
Kontrak Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau
PT.MSU mengadakan sebuah perjanjian dan kontrak dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau untuk pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Batam (Tahap II) yang berada dalam wilayah free trade zone pada tahun 2011 dan Pembangunan Kantor Camat Bunut pada tahun 2012. Dalam kontrak yang telah dibuat, PT. MSU dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau telah menyetujui bahwa jangka waktu pelaksanaan proyek di tahun 2011 akan berlangsung selama 150 ( Seratus lima puluh) hari kalender, terhitung mulai tanggal 22 Juli 2011 sampai dengan tanggal 18 Desember 2011. Dengan keseluruhan kontrak yang telah disetujui sesuai dengan surat perjanjian kontrak, maka diketahui nilai kontrak atau nilai pekerjaan yang akan didapatkan oleh PT. MSU pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 8.156.688.000,- (sudah termasuk pajak 2%) dan keuntungan pemborongan pada tahun 2011 sebesar 11,66%. Dan untuk kontrak yang telah dibuat pada tahun 2012, PT. MSU dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau telah menyetujui bahwa jangka waktu pelaksanaan proyek di tahun 2012 akan berlangsung selama 79 ( Tujuh puluh sembilan) hari kalender, terhitung mulai tanggal 27 September 2012 sampai dengan tanggal 15 Desember 2012.
37
38
Berdasarkan keseluruhan kontrak yang telah disetujui sesuai dengan surat perjanjian kontrak tahun 2012, maka diketahui nilai kontrak pekerjaan yang akan diterima oleh PT. MSU adalah sebesar Rp 750.011.252,34 (sudah termasuk pajak sebesar 10%) dengan keuntungan pemborongan yang akan diterima oleh PT. MSU adalah sebesar 16.24%. PT. MSU dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau telah menyetujui besarnya persentase uang muka sebesar 20% untuk nilai kontrak pekerjaan yang telah dianggarkan lebih dari Rp 2.500.000.000,- sedangkan untuk nilai kontrak pekerjaan yang telah dianggarkan kurang dari Rp 2.500.000.000,- besarnya persentase uang muka akan lebih dari 20%. Untuk besarnya persentase uang retensi atau uang jaminan pemeliharaan pekerjaan,yaitu sebesar 5% dari nilai kontrak pekerjaan yang telah dianggarkan. Pembayaran atas nilai kontrak pekerjaan untuk pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Batam (Tahap II) pada tahun 2011 dilaksanakan secara progress bulanan (monthly progress payment) dengan pencapaian prestasi pekerjaan minimal 25% yang dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan prestasi pekerjaan dan memperhitungkan potongan angsuran uang muka dan uang retensi 5% dari nilai kontrak pekerjaan secara proporsional. Pembayaran atas nilai kontrak untuk pekerjaan Pembangunan Kantor Camat Bunut pada tahun 2012 dilakukan dengan cara sistem sertifikat bulanan (monthly certificate) sesuai dengan kemajuan pekerjaan fisik dan memperhitungkan potongan angsuran pembayaran sebelumnya, angsuran uang muka dan uang retensi 5% dari nilai kontrak pekerjaan secara proporsional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada kontrak terhadap Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau untuk kontrak pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Batam (Tahap II) tahun 2011 dan Pembangunan Kantor Camat Bunut tahun 2012, PT. MSU menggunakan kontrak harga tetap (kontrak lump sum). Berikut ini adalah tabel rincian kontrak pekerjaan PT. MSU dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau pada tahun 2011 dan 2012.
39
Tabel 4.1 Kontrak Pekerjaan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau Keterangan
Tahun 2011
Tahun 2012
1. Nilai Kontrak Pekerjaan (sudah termasuk pajak 2%
Rp 8.156.688.000,-
untuk proyek tahun 2011
Rp 750.011.252,34
dan 10% untuk tahun 2012)
2. Jangka Waktu Pelaksanaan
150 ( Seratus lima puluh) hari
79 ( Tujuh puluh sembilan) hari
kalender, terhitung mulai tanggal
kalender, terhitung mulai
22 Juli 2011 sampai dengan tanggal
tanggal 27 September 2012
18 Desember 2011.
sampai dengan tanggal 15 Desember 2012 .
3. Masa pemeliharaan atas hasil pekerjaan yang
180 (Seraius Delapan Puluh) hari
180 (Seraius Delapan Puluh)
terhitung sejak tanggal
kalender.
hari kalender.
pekerjaan selesai 100%. 4. Keuntungan Pemborongan
11,66%
16,24%
progress bulanan (monthly progress
5. Pembayaran Kontrak
payment) dengan pencapaian
sistem sertifikat bulanan
prestasi pekerjaan minimal 25%
(monthly certificate) sesuai
yang dinyatakan dalam berita acara
dengan kemajuan pekerjaan
pemeriksaan prestasi pekerjaan dan
fisik dikurangi 5% uang
memperhitungkan potongan
retensi, angsuran pembayaran
angsuran uang muka dan retensi
sebelumnya, dan angsuran
5% dari nilai pekerjaan secara
pengembalian uang muka.
proporsional 6. Besarnya Persentase Uang Muka dari nilai kontrak yang telah dianggarkan berdasarkan dengan surat perjanjian kontrak, yaitu :
Rp 1.631.337.600
-
a) Proyek dengan nilai kontrak diatas Rp 2.500.000.000,besarnya presentase uang muka sebesar 20%. b) Proyek dengan nilai kontrak dibawah Rp 2.500.000.000,besarnya presentase uang
-
Rp 225.003.375,70 (Uang Muka 30%)
muka akan lebih dari 20%. 7. Besarnya Persentase Retensi atau jaminan Pemeriharaan Pekerjaan sebesar 5% dari nilai kontrak yang telah dianggarkan. Sumber: PT. MSU
Rp 407.834.400,-
Rp 37.500.562,62
40
4.2
Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak Metode pengakuan pendapatan perusahaan yang digunakan oleh PT. MSU adalah metode persentase penyelesaian (percentage of completion) berdasarkan pendekatan kemajuan fisik (progress). Yang dimaksud dengan pendekatan kemajuan fisik (progress) adalah pendekatan yang berdasarkan hasil unit keluaran (output measures) atau kemajuan fisik yang telah dicapai dan dilakukan di lapangan pekerjaan atas suatu pelaksanaan proyek. Pada PT. MSU, persentase penyelesaian konstruksi berdasarkan atas tingkat kemajuan fisik proyek. Bobot persentase setiap kemajuan fisik adalah hasil opname pekerjaan yang ada di lapangan yang dilaporkan oleh pengawas lapangan. Petugas pengawas lapangan membuat laporan kemajuan fisik (progress) harian berdasarkan prestasi fisik yang telah dicapai. Kemudian, petugas pengawas lapangan membuat laporan kemajuan fisik (progress) mingguan dan kemudian akan digunakan pada Laporan Prestasi Proyek yang dilaporkan dalam progress report yang telah diketahui dan disetujui oleh manajer proyek dan pihak yang terkait. Pencatatan pengakuan pendapatan perusahaan dilakukan berdasarkan progress report sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 (2010: par.11) mengenai Pendapatan kontrak terdiri dari: 1) Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan 2) Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran insentif; i. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan; dan ii. Dapat diukur secara andal. Sedangkan untuk pengakuan dan pencatatan beban – beban yang berkaitan dengan proyek konstruksi dilakukan pada saat terjadinya (accrual basis) atau saat terutang atas masing – masing beban tersebut. Beban/biaya usaha yang berhubungan dengan pencapaian tingkat penyelesaian pekerjaan harus dilaporkan/diakui sebagai beban / biaya usaha pada periode pendapatan diakui, sehingga perusahaan mengakui pendapatannya tidak menghubungkan biaya – biaya konstruksi yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian kontrak tersebut. Menurut Ikatan Akuntasnsi Keuangan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 (2010: par. 21) menyatakan bahwa, Biaya kontrak meliputi biaya – biaya yang dapat diatribusikan pada suatu
41
kontrak selama periode sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak. Akan tetapi, biaya – biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari biaya kontrak jika biaya – biaya ini dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan kemungkinan besar kontrak tersebut dapat diperoleh. Jika biaya – biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak ketika kontrak tersebut diperoleh pada periode berikut. PT. MSU melakukan perhitungan pendapatan yang diakui pada periode berjalan atau pada periode yang bersangkutan dengan cara mengalikan persentase penyelesaian fisik yang sudah disetujui dengan nilai kontrak bersih, lalu hasil dari perkalian tersebut akan dicatat sebagai pendapatan konstruksi (piutang usaha). Pada PT. MSU pendapatan konstruksi (piutang usaha) diakui pada saat keluar atau terbitnya invoice penagihan atas pekerjaan kontrak kepada pemberi kerja.
4.2.1
Metode Persentase Penyelesaian
Metode yang digunakan oleh PT. MSU untuk mengakui pendapatan pada kontrak dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau adalah dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik. Terdapat kelemahan dalam menggunakan pendekatan fisik seperti yang telah dibahas pada Bab 2, maka dari itu penulis ingin menggunakan pendekatan biaya (cost to cost) pada PT. MSU. Dalam pendekatan biaya (cost to cost) perusahaan harus bisa mendapatkan data dan juga menggolongkan atau mengkategorikan biaya, seperti costs to date, estimated costs to complete, progress billings during the year/month, cash collected during the year/month. Dalam menjalani sebuah proyek, terdapat biaya-biaya yang akan muncul pada proyek tersebut. Maka PT. MSU telah mengelompokkan biaya menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) Biaya proyek, terdiri dari:
42
a) Biaya material langsung adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian material yang digunakan secara langsung dalam pelaksanaan suatu proyek. Termasuk didalam biaya material langsung adalah biaya bahan pokok maupun biaya bahan pembantu. b) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar tenaga kerja atau karyawan yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan proyek. Biaya ini terdiri dari, biaya tenaga kerja lepas, biaya tenaga kerja borongan, dan biaya tenaga kerja/karyawan harian tetap. c) Biaya sub kontraktor adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar atas prestasi penyelesaian pekerjaan sub kontraktor yang membantu pelaksanaan pekerjaan proyek perusahaan untuk menjamin kualitas dan jadwal penyelesaian kontrak. d) Biaya overhead adalah biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam kelompok biaya material langsung maupun tenaga kerja langsung. 2) Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan operasional yang terdiri dari: a) Biaya gaji karyawan. b) Biaya administrasi dan umum. c) Biaya depresiasi. d) Biaya penjualan. e) Biaya pemeliharaan. 3) Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak termasuk didalam biaya operasional maupun biaya proyek diantaranya biaya pajak atas bunga bank. Pada PT. MSU biaya-biaya yang terjadi selama kontrak terhadap Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau pada tahun 2011 dan 2012 dari mulai penandatanganan kontrak hingga selesai telah dikelompokkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 (Revisi 2010). Pada saat pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Batam (Tahap II) Tahun 2011 dan Pembangunan Kantor Camat Bunut Tahun 2012 berjalan,
43
salah satu aktivitas-aktivitas biaya yang terjadi adalah costs to date. Berikut adalah data dari perusahaan mengenai pendapatan yang diakui dan biaya yang dikeluarkan selama pengerjaan proyek (costs to date).
Tabel 4.2 Pendapatan yang diakui dan Biaya yang dikeluarkan Selama Pengerjaan Proyek Tahun 2011 (Pendekatan Fisik dan Pendekatan Biaya)
Pendekatan Fisik Pendapatan yang diakui
Percentage
Cost To Date
Percentage
-
-
-
-
Agustus September
Rp
2.400.704.144,90
30.03%
Rp
2.120.782.041,60
30.03%
Oktober
Rp
4.396.454.832,00
55.00%
Rp
3.883.828.198,59
55%
November
Rp
6.394.843.392,00
80.00%
Rp
5.649.204.652,49
80%
100%
Rp
7.061.505.815,62
100%
Desember
Rp
7.993.554.240,00
Sumber: PT. MSU Pendekatan Biaya (cost to cost) Pendapatan yang diakui
Percentage
Cost To Date
Percentage
Agustus
Rp
2.446.826.952,86
30.61%
Rp
2.161.526.930,16
30.61%
September
Rp
4.517.956.856,45
56.52%
Rp
3.991.163.086,99
56.52%
Oktober
Rp
6.565.905.452,74
82.14%
Rp
5.800.320.876,95
82.14%
November
Rp
7.900.829.010,82
98.84%
Rp
6.979.592.348,15
98.84%
Desember
Rp
7.993.554.240,00
100%
Rp
7.061.505.815,62
100%
Sumber: PT. MSU (Data diolah)
Pendapatan dan biaya yang terdapat pada tabel 4.2 adalah pendapatan yang diakui beserta biaya yang dikeluarkan selama 150 hari kalender sesuai dengan kontrak di tahun 2011 untuk pelaksanaan proyek Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Pada tabel berdasarkan pendekatan fisik menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2011 belum ada pendapatan yang diakui dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek , sehingga untuk pencatatan costs to date akan dimulai dari bulan September 2011. Sedangkan tabel berdasarkan pendekatan biaya menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2011 sudah ada pendapatan yang diakui dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek, sehingga untuk pencatatan costs to date tidak dimulai dari bulan September 2011, tetapi di bulan Agustus 2011.
44
Tabel 4.3 Pendapatan yang diakui dan Biaya yang dikeluarkan Selama Pengerjaan Proyek Tahun 2012 (Pendekatan Fisik dan Pendekatan Biaya)
Pendekatan fisik Pendapatan yang diakui
Percentage
Cost To Date
Percentage
Oktober
Rp
-
0.00%
Rp
-
0.00%
November
Rp
282.829.243,26
41.90%
Rp
236.897.774,15
41.90%
Desember
Rp
675.010.127,11
100.00%
Rp
565.388.482,46
100.00%
Sumber: PT. MSU Pendekatan Biaya (cost to cost) Pendapatan yang diakui
Percentage
Cost To Date
Percentage
Oktober
Rp
270.004.050,84
40.00%
Rp
226.155.392,99
40.00%
November
Rp
623.439.353,40
92.36%
Rp
522.192.802,40
92.36%
Desember
Rp
675.010.127,11
100.00%
Rp
565.388.482,46
100.00%
Sumber: PT. MSU (Data diolah)
Pendapatan dan biaya yang terdapat pada tabel 4.3 adalah pendapatan yang diakui dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama 79 hari kalender sesuai dengan kontrak di tahun 2012 untuk pelaksanaan proyek Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Pada tabel berdasarkan pendekatan fisik menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2012 belum ada pendapatan yang diakui dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek, sehingga untuk pencatatan costs to date akan dimulai dari bulan November 2012. Berbeda dengan tabel yang berdasarkan pendekatan biaya menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2012 sudah ada pendapatan yang diakui beserta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek, sehingga untuk pencatatan costs to date tidak dimulai dari bulan November 2012, tetapi di bulan Oktober 2012. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan tentang estimasi-estimasi atau perkiraan-perkiraan biaya yang dibutuhkan sampai kontrak antara PT. MSU dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau selesai, dan juga tagihan termin yang terjadi perbulan, serta kas yang diperoleh PT. MSU dari awal kontrak hingga kontrak selesai.
45
Tabel 4.4 Estimasi Biaya, Termin, Kas Yang Diperoleh Pada Tahun 2011
Estimated Costs to Complete
Progress Billing During The
Cash Collected During The
Month
Month
Agustus
Rp 4.899.978.885,46
September
Rp 3.070.342.728,63
Rp
2.400.704.144,90
Oktober
Rp 1.261.184.938,67
Rp
1.995.750.687,10
Rp
1.496.813.015,33
Rp
Rp
1.998.388.560,00
Rp
1.498.791.420,00
Rp
1.598.710.848,00
Rp
1.199.033.136,00
November Desember
81.913.467,46 0
Desember
0
Uang Retensi Rp
Total
7.993.554.240,00
Rp
1.598.710.848,00
Rp
1.800.528.108,67
Rp
399.677.712,00
Rp
7.993.554.240,00
Sumber: PT. MSU
Tabel 4.5 Estimasi Biaya, Termin, Kas Yang Diperoleh Pada Tahun 2012
Estimated Costs to Complete
Progress Billing During
Cash Collected During
The Month
The Month
Oktober
Rp
339.233.089,48
0
Rp 202.503.038,13
November
Rp
43.195.680,06
Rp 282.829.243,26
Rp 183.839.008,12
Rp 392.180.883,85
Rp 254.917.574,50
Desember
0
Desember
Uang Retensi Total
Rp
Rp 675.010.127,11
Rp
33.750.506,36 675.010.127,11
Sumber: PT. MSU
Berdasarkan tabel 4.4 dan tabel 4.5 yang sudah ditampilkan diatas, maka bisa diartikan bahwa estimated costs to complete adalah RAB dalam sebuah proyek atau kontrak. RAB itu sendiri adalah Rencana Anggaran Biaya. RAB biasanya dibuat oleh perusahaan diawal proyek tersebut dijalankan. Suatu perusahaan harus membuat RAB yang seimbang, dimana RAB adalah salah satu elemen terpenting didalam sebuah kontrak konstruksi. Berdasarkan tabel 4.4 yang sudah ditampilkan diatas, progress billing during the month bisa disebut juga dengan termin yang ditagih tiap bulannya. Pada bulan Agustus 2011 berjumlah 0 karena di bulan tersebut belum ada termin yang akan ditagih atas proyek yang dijalankan. Untuk kas atau uang yang diterima oleh PT. MSU selama bulan tersebut atau bulan berjalan (cash collected during the month) pada bulan Agustus 2011 terdapat jumlah sebesar Rp 1.598.710.848,- Jumlah tersebut
46
adalah uang muka yang diterima oleh PT. MSU, yang berarti uang tersebut menjadi pemasukan kas dalam perusahaan. Pada bulan Desember 2011 pada saat kontrak seharusnya selesai, keluar tagihan yang langsung cair dibulan tersebut sebesar Rp Rp 1.598.710.848. Di bulan yang sama yaitu bulan Desember 2011, terdapat kas masuk
sebesar Rp 399.677.712. Jumlah
tersebut adalah cairnya uang retensi sebesar 5% dari nilai kontrak. Berdasarkan tabel 4.5 yang sudah ditampilkan diatas, progress billing during the month bisa disebut juga dengan termin yang ditagih tiap bulannya. Pada bulan September 2012 berjumlah 0 karena di bulan tersebut belum ada termin yang akan ditagih atas proyek yang dijalankan. Untuk kas atau uang yang diterima oleh PT. MSU selama bulan tersebut atau bulan berjalan (cash collected during the month) pada bulan September 2012 terdapat jumlah sebesar Rp 202.503.038,13. Jumlah tersebut adalah uang muka yang diterima oleh PT. MSU, yang berarti uang tersebut menjadi pemasukan kas dalam perusahaan. Pada bulan Desember 2012 pada saat kontrak seharusnya selesai, keluar tagihan yang langsung cair di bulan tersebut sebesar Rp 392.180.883,85. Di bulan yang sama yaitu bulan Desember 2012, terdapat kas masuk sebesar Rp 33.750.506,36. Jumlah tersebut adalah cairnya uang retensi sebesar 5% dari nilai kontrak.
4.2.2
Penerapan Metode Persentase Penyelesaian Menggunakan Pendekatan Fisik dan Pendekatan Biaya
Perbedaan
perhitungan
antara
metode
pengakuan
pendapatan
berdasarkan pendekatan kemajuan fisik dan metode pengakuan pendapatan berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost) disebabkan karena dasar yang digunakan dalam perhitungan untuk menentukan persentase selesai. Metode pengakuan pendapatan berdasarkan pendekatan kemajuan fisik (progress) adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan besarnya persentase penyelesaian hanya berdasarkan kemajuan fisik atau hasil yang telah dicapai (output measure) dengan mengabaikan usaha-usaha atau biaya yang dicurahkan dalam pelaksanaan pekerjaan (input measure). Sedangkan metode pengakuan pendapatan berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost) adalah suatu pendekatan yang menentukan besarnya
47
persentase penyelesaian berdasarkan pada ukuran masukan (input measures), yaitu besarnya usaha – usaha dan biaya – biaya yang dicurahkan dalam pelaksanaan pekerjaan suatu kontrak. Metode pengakuan pendapatan dengan menggunakan pendekatan biaya ini menentukan besarnya persentase dengan cara membandingkan total biaya aktual yang dikeluarkan pada periode tersebut dengan taksiran total biaya keseluruhan untuk menyelesaikan proyek. Sehingga dalam pendekatan biaya (cost-to-cost), diperlukan estimasi atau rencana anggaran biaya untuk setiap proyek yang dikerjakan. Perhitungan pengakuan pendapatan yang dilakukan perusahaan dengan metode pendekatan fisik yang tertuang dalam tabel 4.6 ternyata berbeda dengan perhitungan pengakuan pendapatan dengan metode cost-to-cost pada tabel 4.7. Hal tersebut disebabkan karena nilai persentase selesai yang berbeda. Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost), nilai persentase selesai yang dihasilkan cenderung lebih rendah daripada dengan menggunakan pendekatan fisik, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan dan laba kotor yang diakui pada periode tersebut. Berikut dibawah ini penulis akan menampilkan perhitungan dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik dan pendekatan biaya. Karena kontrak kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau tidak mencapai satu tahun, maka PT. MSU tidak menggunakan progress tahunan (annually progress), melainkan menggunakan progress bulanan (monthly progress). Pada tabel 4.6, penulis menyajikan bagaimana perlakuan perusahaan dalam mencari progress atau persentase prestasi pekerjaan dengan menggunakan atau berdasarkan pendekatan fisik. Diketahui bahwa pada bulan Agustus 2011 persentase prestasi pekerjaan yang didapat adalah sebesar 0%, dikarenakan fisik pada bulan ini belum ada. Uang muka pun cair pada akhir bulan Agustus 2011, sehingga pekerjaan yang dikerjakan dan yang diakui adalah setelah uang muka tersebut cair. Pada bulan September 2011, progress persentasenya telah mencapai 30.033%. Pada bulan ini sudah bisa ditagih karena sudah melewati termin sebesar 25%. Bulan November 2011, peningkatan prestasi fisik adalah peningkatan yang paling signifikan sebesar 24.967%, yaitu menjadi 55%. Pada bulan November 2011, progress persentasenya sebesar 80%. Kemudian,
48
pada bulan Desember 2011, dimana pada bulan itu adalah bulan habisnya jangka waktu pelaksanaan kontrak dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan berdasarkan fisik, sebesar 100%.
Tabel 4.6 Persentase Prestasi Pekerjaan Tahun 2011 (Pendekatan Fisik)
Rangkuman Data Keuangan Selama Periode Konstruksi Agustus 2011
September 2011
Oktober 2011
Rp 7.993.554.240,00
Rp 7.993.554.240,00
Rp 7.993.554.240,00
-
Rp 2.120.782.041,60
Rp 3.883.828.198,59
Estimated costs to complete
Rp 7.061.505.815,62
Rp 4.940.723.774,01
Rp 3.177.677.617,03
Estimated total costs
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Estimated total gross profit
Rp 932.048.424,38
Rp
Rp
Contract price Less estimated cost: Cost to date
Percent complete
Contract price Less estimated cost:
932.048.424,38
0.00%
30.033%
55.00%
-
Rp 2.120.782.041,60
Rp 3.883.828.198,59
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
November 2011
Desember 2011
Rp 7.993.554.240,00
Rp 7.993.554.240,00
Cost to date
Rp 5.649.204.652,49
Rp 7.061.505.815,62
Estimated costs to complete
Rp 1.412.301.163,12
Rp
Estimated total costs
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 932.048.424,38
Rp
Estimated total gross profit
Percent complete
932.048.424,38
-
932.048.424,38
80.00%
100.00%
Rp 5.649.204.652,49
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Berikut ini adalah tabel 4.7 yang menyajikan bagaimana perlakuan perusahaan seharusnya dalam mencari atau menentukan progress pekerjaan tiap periode. Progress yang dimaksud adalah progress biaya, karena PT. MSU sudah menggunakan pendekatan kemajuan fisik seperti yang telah dijelaskan pada tabel 4.6. Maka, penulis menampilkan perhitungan dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost).
49
Tabel 4.7 Persentase Prestasi Pekerjaan Tahun 2011 (Pendekatan Biaya) Rangkuman Data Keuangan Selama Periode Konstruksi
Contract price
Agustus 2011
September 2011
Oktober 2011
Rp 7.993.554.240,00
Rp 7.993.554.240,00
Rp 7.993.554.240,00
Rp 2.161.526.930,16
Rp 3.991.163.086,99
Rp 5.800.320.876,95
Rp 4.899.978.885,46
Rp 3.070.342.728,63
Rp 1.261.184.938,67
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 932.048.424,38
Rp
Rp
Less estimated cost: Cost to date Estimated costs to complete Estimated total costs Estimated total gross profit
Percent complete
Contract price
932.048.424,38
932.048.424,38
30.61%
56.52%
82.14%
Rp 2.161.526.930,16
Rp 3.991.163.086,99
Rp 5.800.320.876,95
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
November 2011
Desember 2011
Rp 7.993.554.240,00
Rp 7.993.554.240,00
Rp 6.979.592.348,15
Rp 7.061.505.815,62
Less estimated cost: Cost to date Estimated costs to complete Estimated total costs Estimated total gross profit
Percent complete
Rp 81.913.467,46 Rp 7.061.505.815,62 Rp 932.048.424,38
Rp
-
Rp 7.061.505.815,62 Rp
932.048.424,38
98.84%
100.00%
Rp 6.979.592.348,15
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Rp 7.061.505.815,62
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat terlihat bagaimana urutannya, yaitu pada bulan Agustus 2011 progress sudah mencapai 30.61% karena pekerjaan belum dimulai, tetapi biaya-biaya pada bulan Agustus 2011 sudah keluar, sehingga persentase pada bulan Agustus 2011 adalah 30.61% . Pada bulan Agustus 2011 hanya terjadi pembayaran uang muka sebesar 20% dari total nilai kontrak yang tidak termasuk PPN sebesar 2%. Di bulan September 2011 sudah dimulai pekerjaan dan peningkatan pada bulan adalah yang paling signifikan dari peningkatan-peningkatan yang lainnya. Terjadi peningkatan sebesar 25.91%, yakni dari 30.61% ke 56.52%. Di bulan November 2011, persentase yang didapat oleh perusahaan adalah 82.14%. Selanjutnya, di bulan Desember 2011 perusahaan telah mencapai progress prestasi sebesar 98.84%.
50
Pada akhir bulan Desember 2011, perusahaan hanya mengalami kenaikan sebesar 1.16%, yakni dari 98.84% menjadi 100%. Hal ini dikarenakan proyek yang hampir selesai, hanya menyisakan sedikit pekerjaan yang sering disebut dengan finishing. Berikut dibawah ini adalah tabel 4.8,yang menyajikan bagaimana perlakuan perusahaan dalam mencari progress atau persentase prestasi pekerjaan berdasarkan pendekatan fisik pada proyek Pembangunan Kantor Camat Bunut pada tahun 2012. Diketahui bahwa pada bulan Oktober 2012 persentase prestasi pekerjaan yang didapat adalah sebesar 0%, dikarenakan fisik pada bulan ini belum ada. Uang muka pun cair pada akhir bulan Oktober 2012, sehingga pekerjaan yang dikerjakan dan yang diakui adalah setelah uang muka tersebut cair. Pada bulan berikutnya, bulan November 2012, progress persentasenya telah mencapai 41.6%. Kemudian, pada bulan Desember 2012, dimana pada bulan itu adalah bulan habisnya jangka waktu pelaksanaan kontrak dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan berdasarkan fisik, sebesar 100%.
Tabel 4.8 Persentase Prestasi Pekerjaan Tahun 2012 (Pendekatan Fisik)
Rangkuman Data Keuangan Selama Periode Konstruksi Oktober 2012 Contract price
November 2012
desember 2012
Rp 675.010.127,11
Rp
675.010.127,11
Rp 675.010.127,11
-
Rp
236.897.774,15
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp
328.490.708,31
-
Rp 565.388.482,46
Rp
565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp 109.621.644,64
Rp
109.621.644,64
Rp 109.621.644,64
Less estimated cost: Cost to date Estimated costs to complete Estimated total costs Estimated total gross profit
0.00% Percent complete
41.90%
100.00%
-
Rp
236.897.774,15
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp
565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Berikut ini adalah tabel 4.9, yang menyajikan bagaimana perlakuan perusahaan seharusnya dalam mencari atau menentukan progress pekerjaan tiap periode. Progress yang dimaksud adalah progress biaya. Karena PT. MSU sudah menggunakan pendekatan fisik seperti penjelasan yang telah diuraikan diatas. Oleh karena itu, penulis menampilkan perhitungan dengan menggunakan metode persentasi penyelesaian berdasarkan pendekatan biaya.
51
Tabel 4.9 Persentase Prestasi Pekerjaan Tahun 2012 (Pendekatan Biaya) Rangkuman Data Keuangan Selama Periode Konstruksi
Contract price
Oktober 2012
November 2012
desember 2012
Rp 675.010.127,11
Rp 675.010.127,11
Rp 675.010.127,11
Rp 226.155.392,99
Rp 522.192.802,40
Rp 565.388.482,46
Rp 339.233.089,48
Rp 43.195.680,06
Rp
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp 109.621.644,64
Rp 109.621.644,64
Rp 109.621.644,64
40.00%
92.36%
100.00%
Rp 226.155.392,99
Rp 522.192.802,40
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Rp 565.388.482,46
Less estimated cost: Cost to date Estimated costs to complete Estimated total costs Estimated total gross profit
Percent complete
-
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat terlihat bagaimana urutannya, yaitu pada bulan Oktober 2012 progress sudah mencapai 40% karena pekerjaan belum dimulai, tetapi biaya-biaya pada bulan Oktober 2012 sudah keluar, sehingga persentase pada bulan Oktober 2012 adalah 40%. Pada bulan Oktober 2012 hanya terjadi pembayaran uang muka sebesar 30% dari total nilai kontrak yang tidak termasuk PPN sebesar 10%. Di bulan November 2012 sudah dimulai pekerjaan dan peningkatan pada bulan adalah yang paling signifikan dari peningkatan-peningkatan yang lainnya. Pada bulan tersebut perusahaan telah mencapai progress prestasi sebesar 92.36%. Sehingga pada akhir bulan Desember 2011, perusahaan hanya mengalami kenaikan sebesar 7.68%, yakni dari 92.32% menjadi 100%. Hal ini dikarenakan proyek yang hampir selesai, hanya menyisakan sedikit pekerjaan yang sering disebut dengan finishing. Pada kontrak pekerjaan di tahun 2011 dan 2012, apabila pada akhir kontrak pekerjaan atau pada saat pekerjaan sudah selesai, persentase antara pendekatan fisik dan pendekatan biaya berbeda. Sehingga terjadi over atau under, maka kemungkinan yang terjadi ada tiga. Pertama, terjadi pekerjaan tambahan atau pengurangan pekerjaan dalam suatu kontrak. Kedua, terjadi kesalahan perhitungan estimasi. Ketiga, terjadi pemborosan dalam pembelian bahan-bahan konstruksi. Untuk kasus pertama, semua biaya ditanggung oleh
52
pelanggan, sesuai dengan kontrak. Untuk kasus kedua dan ketiga, semua biaya ditanggung oleh PT. MSU atau oleh perusahaan konstruksi.
4.3
Laporan Pendapatan dan Laba Kotor (Gross Profit)
Berikut ini adalah tabel 4.10 yang menyajikan pengakuan pendapatan atau laba kotor (Gross Profit) perusahaan di satu periode berdasarkan pendekatan fisik yang digunakan oleh PT. MSU, yang menggambarkan bahwa di bulan Agustus tahun 2011 tidak terdapat laba kotor yang diperoleh PT. MSU untuk pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Batam (Tahap II). Hal ini dikarenakan pada saat bulan Agustus tahun 2011, belum ada progress yang bisa dijadikan tagihan oleh PT. MSU kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Pada bulan berikutnya, yaitu bulan September tahun 2011, PT. MSU mendapatkan laba kotor sebesar Rp 279.922.103,30 yang prestasi persentasenya sebesar 30.033%. Di bulan Oktober tahun 2011 dengan prestasi sebesar 55%, PT. MSU telah mendapatkan laba kotor sebesar Rp
232.704.530,- Penurunan dari
bulan September tahun 2011 ke Oktober tahun 2011 adalah penurunan yang paling signifikan dalam metode pendekatan fisik. Penurunan ini akan berpengaruh kedalam laporan laba rugi (income statement) PT. MSU. Kemudian pada bulan berikutnya, yaitu bulan November tahun 2011, PT. MSU mendapatkan progres sebesar 80% yang berarti mendapat laba kotor sebesar Rp 233.012.106,10. Di masa akhir kontrak dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, yaitu di bulan Desember tahun 2011, PT. MSU telah menyelesaikan pekerjaan atau telah mencapai persentase 100% dimana laba kotor yang didapatkan oleh PT. MSU adalah sebesar Rp 186.409.684,88.
53
Tabel 4.10 Perhitungan Pengakuan Pendapatan Tahun 2011 (Pendekatan Fisik)
Pendapatan Yang Diakui Pada Bulan Berjalan (Fisik)
To Date
Recognized in
Recognized in
Prior Month
Current Month
Agustus 2011 Revenues (Rp7.993.554.240,-x 0%)
-
-
-
-
Costs Gross profit September 2011 Revenues (Rp7.993.554.240,-x 30.033%)
Rp 2.400.704.144,90
Costs
Rp 2.120.782.041,60
Rp 2.120.782.041,60
Rp 279.922.103,30
Rp 279.922.103,30
Gross profit
-
Rp 2.400.704.144,90
Oktober 2011 Revenues (Rp7.993.554.240,-x 55%)
Rp 4.396.454.832,00
Rp2.400.704.144,90
Rp 1.995.750.687,10
Costs
Rp 3.883.828.198,59
Rp2.120.782.041,60
Rp 1.763.046.156,98
Rp 512.626.633,41
Rp 279.922.103,30
Rp 232.704.530,12
80%)
Rp 6.394.843.392,00
Rp4.396.454.832,00
Rp 1.998.388.560,00
Costs
Rp 5.649.204.652,49
Rp3.883.828.198,59
Rp 1.765.376.453,90
Rp 745.638.739,51
Rp 512.626.633,41
Rp 233.012.106,10
100%)
Rp 7.993.554.240,00
Rp6.394.843.392,00
Rp 1.598.710.848,00
Costs
Rp 7.061.505.815,62
Rp5.649.204.652,49
Rp 1.412.301.163,12
Rp 932.048.424,38
Rp 745.638.739,51
Rp 186.409.684,88
Gross profit November 2011 Revenues (Rp7.993.554.240,-x
Gross profit Desember 2011 Revenues (Rp7.993.554.240,-x
Gross profit
54
Berikut ini adalah tabel 4.11 yang menyajikan pengakuan pendapatan atau laba kotor perusahaan di satu periode dengan menggunakan pendekatan biaya (cost-to-cost) yang menggambarkan bahwa pada saat bulan Agustus tahun 2011 perusahaan telah mencapai persentase sebesar 30.61%. Maka dari itu, hasil dari perkalian antara persentase dikurangi dengan biaya yang keluar adalah laba kotor (Gross Profit) dari perusahaan sebesar Rp 285.300.022,70. Pada bulan September tahun 2011, perlakuannya sama dengan bulan Agustus tahun 2011, tetapi perbedaannya adalah laba kotor bulan September tahun 2011 dikurangi dengan laba kotor di bulan sebelumnya, yaitu bulan Agustus tahun 2011. Maka, laba kotor yang sebenarnya diperoleh di bulan September tahun 2011 adalah Rp 241.493.746,76. Penurunan yang terjadi dari bulan Agustus tahun 2011 sampai bulan September tahun 2011 adalah penurunan yang paling signifikan dibandingkan dengan penurunan dari bulan satu ke bulan yang lainnya, yaitu sebesar Rp 43.806.275,94. Penurunan ini akan berpengaruh kedalam laporan laba rugi (income statement) PT. MSU. Pada bulan berikutnya, yaitu bulan Oktober tahun 2011, perlakuannya dan perhitungannya sama dengan bulan September tahun 2011, laba kotor bulan Oktober 2011 dikurangi dengan laba kotor bulan September tahun 2011. Dari hasil perhitungan tersebut telah menghasilkan laba kotor sebesar Rp 238.790.806,33 di bulan Oktober tahun 2011. Pada bulan November tahun 2011 laba kotor yang diperoleh PT. MSU adalah sebesar Rp 155.652.086,87. Kemudian, Laba kotor yang diperoleh PT. MSU pada bulan berikutnya, yaitu bulan Desember tahun 2011 adalah Rp 10.811.761,72. Perolehan laba kotor pada bulan Desember tahun 2011 adalah suatu penurunan laba kotor yang sangat besar. Selisih penurunan tersebut sangat besar daripada bulan sebelumnya, yaitu sebesar Rp 144.840.325,15. Laba kotor yang diperoleh PT, MSU pada bulan Desember tahun 2011 terhitung sangat kecil dibandingkan dengan laba kotor di bulan yang lainnya. Hal ini dikarenakan peningkatan persentase prestasi dari bulan November tahun 2011 ke bulan Desember tahun 2011 hanya sebesar 1.16%.
55
Tabel 4.11 Perhitungan Pengakuan Pendapatan Tahun 2011 (Pendekatan Biaya)
Pendapatan Yang Diakui Pada Bulan Berjalan (Biaya)
To Date
Recognized in
Recognized in
Prior Month
Current Month
Agustus 2011 Revenues (Rp 7.993.554.240,-x 30.61%)
Rp 2.446.826.952,86
Rp 2.446.826.952,86
Costs
Rp 2.161.526.930,16
Rp 2.161.526.930,16
Gross profit
Rp
285.300.022,70
Rp 285.300.022,70
September 2011 Revenues (Rp 7.993.554.240,-x 56.52%)
Rp 4.517.956.856,45
Rp
2.446.826.952,86
Rp 2.071.129.903,58
Costs
Rp 3.991.163.086,99
Rp
2.161.526.930,16
Rp 1.829.636.156,83
Gross profit
Rp
526.793.769,46
Rp
285.300.022,70
82.14%)
Rp 6.565.905.452,74
Rp
4.517.956.856,45
Rp 2.047.948.596,29
Costs
Rp 5.800.320.876,95
Rp
3.991.163.086,99
Rp 1.809.157.789,96
Gross profit
Rp
765.584.575,79
Rp
526.793.769,46
Rp 7.900.829.010,82
Rp
6.565.905.452,74
Rp 1.334.923.558,08
Costs
Rp 6.979.592.348,15
Rp
5.800.320.876,95
Rp 1.179.271.471,21
Gross profit
Rp
921.236.662,66
Rp
765.584.575,79
100%)
Rp 7.993.554.240,00
Rp
7.900.829.010,82
Rp 92.725.229,18
Costs
Rp 7.061.505.815,62
Rp
6.979.592.348,15
Rp 81.913.467,46
Gross profit
Rp
Rp
921.236.662,66
Rp 10.811.761,72
Rp 241.493.746,76
Oktober 2011 Revenues (Rp 7.993.554.240,-x
Rp 238.790.806,33
November 2011 Revenues (Rp 7.993.554.240,-x 98.84%)
Rp 155.652.086,87
Desember 2011 Revenues (Rp 7.993.554.240,-x
932.048.424,38
Berikut dibawah ini adalah tabel 4.12 yang menyajikan pengakuan pendapatan atau laba kotor perusahaan di satu periode dengan menggunakan pendekatan fisik, menggambarkan bahwa di bulan Oktober 2012 tidak terdapat laba kotor yang di dapat oleh PT. MSU. Hal ini dikarenakan pada saat bulan Oktober 2012, belum ada progress yang bisa dijadikan tagihan oleh PT. MSU kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Pada bulan
56
berikutnya, yaitu bulan November 2012, PT. MSU mendapatkan progress sebesar 41.6% yang berarti mendapat laba kotor sebesar Rp 45.931.469,11. Di masa akhir kontrak dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, yaitu di bulan Desember 2012, PT. MSU telah menyelesaikan pekerjaan atau telah mencapai persentase 100% dimana laba kotor yang didapatkan oleh PT. MSU adalah sebesar Rp 63.690.175,54. Peningkatan yang signifikan terjadi dari bulan November 2012 sampai bulan Desember 2012, yaitu sebesar Rp 17.758.706,43. Peningkatan yang signifikan dalam metode pendekatan fisik akan berpengaruh kedalam laporan laba rugi (income statement) PT. MSU.
Tabel 4.12 Perhitungan Pengakuan Pendapatan Tahun 2012 (Pendekatan Fisik)
Pendapatan Yang Diakui Pada Bulan Berjalan (Fisik)
To Date
Recognized in
Recognized in
Prior Month
Current Month
Oktober 2012 Revenues (Rp 675.010.127,-x 0%)
Rp
-
-
-
Costs
Rp
-
-
-
Gross profit
Rp
-
-
-
November 2012 Revenues (Rp 675.010.127,-x 41.6%)
Rp 282.829.243,26
-
Rp 282.829.243,26
Costs
Rp 236.897.774,15
-
Rp 236.897.774,15
Gross profit
Rp 45.931.469,11
-
Rp 45.931.469,11
100%)
Rp 675.010.127,11
Rp 282.829.243,26
Rp 392.180.883,85
Costs
Rp 565.388.482,46
Rp 236.897.774,15
Rp 328.490.708,31
Gross profit
Rp 109.621.644,64
Rp 45.931.469,11
Rp 63.690.175,54
Desember 2012 Revenues (Rp 675.010.127,-x
Berikut dibawah ini adalah tabel 4.13 yang menyajikan pengakuan pendapatan atau laba kotor perusahaan di satu periode dengan menggunakan pendekatan biaya yang menggambarkan bahwa pada saat bulan Oktober 2012, perusahaan telah mencapai persentase sebesar 40% maka dari itu, hasil
57
dari perkalian antara persentase dikurangi dengan biaya yang keluar adalah adalah laba kotor (Gross Profit) dari perusahaan sebesar Rp 43.848.657,86. Pada bulan November 2012, perlakuannya sama dengan bulan Oktober 2012, tetapi perbedaannya adalah laba kotor bulan November 2012 dikurangi dengan laba kotor di bulan sebelumnya, yaitu bulan Oktober 2012. Jadi, laba kotor yang sebenarnya diperoleh di bulan November 2012 adalah Rp Rp 57.397.893,13. Laba kotor yang diperoleh PT. MSU pada bulan berikutnya, yaitu bulan Desember 2012 adalah Rp 8.375.093,65. Perolehan laba kotor pada bulan Desember 2012 adalah suatu penurunan laba kotor yang sangat besar. Selisih penurunan tersebut sangat besar daripada bulan sebelumnya, yaitu senilai Rp 49.022.799,48. Laba kotor yang diperoleh PT, MSU pada bulan Desember 2012 terhitung sangat kecil dibandingkan dengan laba kotor di bulan yang lainnya. Hal ini tercermin dari peningkatan persentase prestasi dari bulan November 2012 ke bulan Desember 2012 hanya sebesar 7.64%.
Tabel 4.13 Perhitungan Pengakuan Pendapatan Tahun 2012 (Pendekatan Biaya)
To Date
Recognized in
Recognized in
Prior Month
Current Month
Oktober 2012 Revenues (Rp 675.010.127,-x 40%)
Rp 270.004.050,84
Rp 270.004.050,84
Costs
Rp 226.155.392,99
Rp 226.155.392,99
Gross profit
Rp 43.848.657,86
Rp 43.848.657,86
November 2012 Revenues (Rp 675.010.127,-x 92.36%)
Rp 623.439.353,40
Rp 270.004.050,84
Rp 353.435.302,55
Costs
Rp 522.192.802,40
Rp 226.155.392,99
Rp 296.037.409,42
Gross profit
Rp 101.246.550,99
Rp 43.848.657,86
Rp 57.397.893,13
100%)
Rp 675.010.127,11
Rp 623.439.353,40
Rp 51.570.773,71
Costs
Rp 565.388.482,46
Rp 522.192.802,40
Rp 43.195.680,06
Gross profit
Rp 109.621.644,64
Rp 101.246.550,99
Rp 8.375.093,65
Desember 2012 Revenues (Rp 675.010.127,-x
58
Berdasarkan perbandingan yang ditampilkan pada tabel 4.10 dan tabel 4.11 untuk proyek di tahun 2011 dan untuk proyek di tahun 2012 di tabel 4.12 dan tabel 4.13, terdapat selisih pada pengakuan pendapatan dan laba kotor dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan progress fisik dan pendekatan biaya (cost-to-cost). Pendapatan dan laba yang diakui dengan progress fisik cenderung disajikan lebih tinggi karena hanya mengandalkan penilaian atau estimasi kemajuan fisik saja. Maka, pendekatan yang lebih sesuai untuk mengakui pendapatan dan laba proyek tahun 2011 dan 2012 adalah pendekatan biaya (cost-to-cost). Dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost), pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. Terlihat dalam tabel 4.10 dan tabel 4.11 untuk proyek di tahun 2011 dan dalam tabel 4.12 dan tabel 4.13 untuk proyek di tahun 2012 pendapatan dan laba yang disajikan berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost) lebih konservatif atau disajikan lebih rendah sesuai dengan proporsi biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian proyek tersebut. Sehingga, dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan biaya (cost-to-cost) mencerminkan luas aktivitas pekerjaan serta kinerja yang sesungguhnya atas penyelesaian proyek dalam periode bersangkutan. Metode pengakuan pendapatan dengan pendekatan biaya (cost-to-cost) melakukan pencatatan nilai pendapatan berdasarkan perhitungan proporsi biaya kontrak yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan Prinsip penandingan (matching principle) yang menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan harus diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan sebagai satu kesatuan. Selain itu, pendapatan dan laba kotor konstruksi diakui lebih tepat dalam rangka penyajian laporan keuangan yang wajar yang berguna untuk memberikan informasi lebih akurat dalam pengambilan keputusan.
59
4.4
Pencatatan
Jurnal
Dengan
Menggunakan
Metode
Persentase
Penyelesaian
4.4.1
Pencatatan atas Kontrak Konstruksi di Tahun 2011
Berikut ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT. MSU untuk mencatat biaya konstruksi dengan menggunakan pendekatan fisik (Tabel 4.2):
September 2011: Biaya Konstruksi
Rp 2.120.782.041,60
Kas/Bank
Rp 2.120.782.041,60
Oktober 2011: Biaya Konstruksi
Rp 1.763.046.156,98
Kas/Bank
Rp 1.763.046.156,98
November 2011: Biaya Konstruksi
Rp 1.765.376.453,90
Kas/Bank
Rp 1.765.376.453,90
Desember 2011: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp `
1.412.301.163,12 Rp 1.412.301.163,12
Untuk bulan Agustus di tahun 2011, tidak ada pencatatan yang terjadi pada PT. MSU. Hal ini dikarenakan tidak ada prestasi fisik yang terjadi di bulan Agustus di tahun 2011. Jurnal-jurnal dibawah ini adalah jurnal yang seharusnya dibuat untuk mencatat biaya konstruksi dengan menggunakan pendekatan biaya (Tabel 4.2): Agustus 2011: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 2.161.526.930,16 Rp 2.161.526.930,16
September 2011: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 1.829.636.156,83 Rp 1.829.636.156,83
60
Oktober 2011: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 1.809.157.789,96 Rp 1.809.157.789,96
November 2011: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 1.179.271.471,21 Rp 1.179.271.471,21
Desember 2011: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 81.913.467,46 Rp 81.913.467,46
Jurnal dibawah ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT. MSU untuk mencatat tagihan termin berdasarkan pendekatan fisik (Tabel 4.4): September 2011: Piutang Usaha
Rp 2.400.704.144,90
Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi
Rp 2.400.704.144,90
Oktober 2011: Piutang Usaha
Rp 1.995.750.687,10
Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi
Rp 1.995.750.687,10
November 2011: Piutang Usaha
Rp 1.998.388.560,00
Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi
Rp 1.998.388.560,00
Desember 2011: Piutang Usaha
Rp 1.598.710.848,00
Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi
Rp 1.598.710.848,00
Jurnal untuk mencatat tagihan termin berdasarkan pendekatan biaya sama seperti jurnal untuk mencatat tagihan termin berdasarkan pendekatan fisik yang dibuat oleh PT. MSU. Pada bulan Agustus di tahun 2011 berdasarkan kedua pendekatan masih belum terdapat tagihan termin, hal ini dikarenakan pekerjaan belum dimulai pada bulan tersebut. Jurnal dibawah ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT. MSU untuk mencatat perolehan kas berdasarkan pendekatan fisik (Tabel 4.4): Agustus 2011: Kas/Bank Piutang Usaha
Rp 1.598.710.848,00 Rp 1.598.710.848,00
61
September 2011: Kas/Bank
Rp 1.800.528.108,67
Piutang Usaha
Rp 1.800.528.108,67
Oktober 2011: Kas/Bank
Rp 1.496.813.015,33
Piutang Usaha
Rp 1.496.813.015,33
November 2011: Kas/Bank
Rp 1.498.791.420,00
Piutang Usaha
Rp 1.498.791.420,00
Desember 2011: Kas/Bank
Rp 1.199.033.136,00
Piutang Usaha
Rp 1.199.033.136,00
Desember 2011: Kas/Bank
Rp 399.677.712,00
Piutang Usaha
Rp 399.677.712,00
Jurnal untuk mencatat perolehan kas berdasarkan pendekatan biaya sama seperti jurnal untuk mencatat perolehan kas berdasarkan pendekatan fisik yang dibuat oleh PT. MSU. Berikut adalah jurnal-jurnal yang dibuat oleh PT. MSU untuk mengakui pendapatan dan mencatat laba kotor berdasarkan pendekatan Fisik (Tabel 4.10): Agustus 2011: Biaya Konstruksi
-
Laba Kotor
-
Pendapatan Konstruksi
-
September 2011: Biaya Konstruksi
Rp 2.120.782.041,60
Laba Kotor
Rp
279.922.103,30
Pendapatan Konstruksi
Rp 2.400.704.144,90
Oktober 2011: Biaya Konstruksi
Rp 1.763.046.156,98
Laba Kotor
Rp
Pendapatan Konstruksi
232.704.530,12 Rp 1.995.750.687,10
62
November 2011: Biaya Konstruksi
Rp 1.765.376.453,90
Laba Kotor
Rp 233.012.106,10
Pendapatan Konstruksi
Rp 1.998.388.560,00
Desember 2011: Biaya Konstruksi
Rp 1.412.301.163,12
Laba Kotor
Rp
186.409.684,88
Pendapatan Konstruksi
Rp 1.598.710.848,00
Berikut ini adalah jurnal – jurnal yang seharusnya dibuat oleh PT. MSU untuk mengakui pendapatan dan mencatat laba kotor berdasarkan pendekatan Biaya (Tabel 4.11): Agustus 2011: Biaya Konstruksi Laba Kotor
Rp 2.161.526.930,16 Rp 285.300.022,70
Pendapatan Konstruksi
Rp 2.446.826.952,86
September 2011: Biaya Konstruksi Laba Kotor
Rp 1.829.636.156,83 Rp 241.493.746,76
Pendapatan Konstruksi
Rp 2.071.129.903,58
Oktober 2011: Biaya Konstruksi
Rp1.809.157.789,96
Laba Kotor
Rp 238.790.806,33
Pendapatan Konstruksi
Rp 2.047.948.596,29
November 2011: Biaya Konstruksi
Rp 1.179.271.471,21
Laba Kotor
Rp
155.652.086,87
Pendapatan Konstruksi
Rp 1.334.923.558,08
Desember 2011: Biaya Konstruksi
Rp 81.913.467,46
Laba Kotor
Rp 10.811.761,72
Pendapatan Konstruksi
Rp 92.725.229,18
Perusahaan akan membuat atau mencatat jurnal ini apabila perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan atau telah mencapai persentase prestasi pekerjaan sebesar 100%.
63
Berikut ini adalah pencatatan jurnal untuk proyek yang telah diselesaikan perusahaan: Desember 2011: Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi
Rp 7.993.554.240
Konstruksi Dalam Proses
4.4.2
Rp 7.993.554.240
Pencatatan atas Kontrak Konstruksi di Tahun 2012
Jurnal-jurnal dibawah ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT. MSU untuk mencatat biaya konstruksi dengan menggunakan pendekatan fisik (Tabel 4.3): November 2012: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 236.897.774,15 Rp 236.897.774,15
Desember 2012: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 328.490.708,31 Rp 328.490.708,31
Untuk bulan Oktober 2012, tidak ada pencatatan yang terjadi pada PT. MSU. Hal ini dikarenakan tidak ada prestasi fisik yang terjadi di bulan Oktober 2012. Berikut jurnal-jurnal yang seharusnya dibuat oleh PT. MSU untuk mencatat biaya konstruksi dengan menggunakan pendekatan biaya (Tabel 4.3): Oktober 2012: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 226.155.392,99 Rp 226.155.392,99
November 2012: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 296.037.409,42 Rp 296.037.409,42
Desember 2012: Biaya Konstruksi Kas/Bank
Rp 43.195.680,06 Rp 43.195.680,06
64
Berikut ini adalah jurnal pencatatan termin berdasarkan pendekatan fisik dan pendekatan biaya (Tabel 4.5): November 2012: Piutang Usaha
Rp 282.829.243,26
Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi Rp 282.829.243,26 Desember 2012: Piutang Usaha
Rp 392.180.883,85
Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi Rp 392.180.883,85 Untuk bulan Oktober 2012, belum ada tagihan termin karena pekerjaan belum dimulai pada bulan tersebut. Berikut di bawah ini adalah jurnal pencatatan kas yang diperoleh PT. MSU berdasarkan pendekatan fisik dan berdasarkan pendekatan biaya (Tabel 4.5): September 2012: Kas/Bank
Rp 202.503.038,13
Piutang Usaha
Rp 202.503.038,13
Oktober 2012: Kas/Bank
Rp 183.839.008,12
Piutang Usaha
Rp 183.839.008,12
November 2012: Kas/Bank
Rp 254.917.574,50
Piutang Usaha
Rp 254.917.574,50
Desember 2012: Kas/Bank
Rp 33.750.506,36
Piutang Usaha
Rp 33.750.506,36
Berikut adalah jurnal-jurnal yang dibuat oleh PT. MSU untuk mengakui pendapatan dan mencatat laba kotor berdasarkan pendekatan Fisik (Tabel 4.12): Oktober 2012: Biaya Konstruksi
-
Laba Kotor
-
Pendapatan Konstruksi
-
65
November 2012: Biaya Konstruksi
Rp 236.897.774,15
Laba Kotor
Rp 45.931.469,11
Pendapatan Konstruksi
Rp 282.829.243,26
Desember 2012: Biaya Konstruksi
Rp 328.490.708,31
Laba Kotor
Rp 63.690.175,54
Pendapatan Konstruksi
Rp 392.180.883,85
Berikut ini adalah jurnal – jurnal yang seharusnya dibuat oleh PT. MSU untuk mengakui pendapatan dan mencatat laba kotor berdasarkan pendekatan Biaya (Tabel 4.13): Oktober 2012: Biaya Konstruksi
Rp 226.155.392,99
Laba Kotor
Rp 43.848.657,86
Pendapatan Konstruksi
Rp 270.004.050,84
November 2012: Biaya Konstruksi
Rp 296.037.409,42
Laba Kotor
Rp 57.397.893,13
Pendapatan Konstruksi
Rp 353.435.302,55
Desember 2012: Biaya Konstruksi
Rp 43.195.680,06
Laba Kotor
Rp 8.375.093,65
Pendapatan Konstruksi
Rp 51.570.773,71
Perusahaan akan membuat atau mencatat jurnal ini apabila perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan atau telah mencapai persentase prestasi pekerjaan sebesar 100%. Berikut adalah pencatatan jurnal untuk proyek yang telah diselesaikan perusahaan: Desember 2012: Tagihan Atas Kemajuan Kontrak Konstruksi Konstruksi Dalam Proses
Rp 675.010.127,11 Rp 675.010.127,11
66
Perbandingan Pendekatan Biaya dengan Pendekatan Fisik
Metode persentase penyelesaian memiliki dua pendekatan, yaitu pendekatan biaya dan pendekatan fisik. Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk membandingkan pendekatan biaya dengan pendekatan fisik, dan dengan suatu kontrak yang sama. Perbedaan perhitungan antara metode pengakuan pendapatan dengan pendekatan fisik dengan pendekatan biaya adalah dasar yang digunakan dalam perhitungan untuk menentukan persentase selesai. Pendekatan fisik adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan besarnya persentase penyelesaian hanya berdasarkan kemajuan fisik atau hasil yang dicapai (output measure) dengan mengabaikan usaha-usaha atau biaya yang dicurahkan dalam pelaksanaan pekerjaan (input measure). Sedangkan metode pengakuan pendapatan dengan menggunakan pendekatan biaya adalah suatu pendekatan yang menentukan besarnya persentase penyelesaian berdasarkan pada ukuran masukan (input measure). Metode persentase penyelesaian dengan menggunakan pendekatan biaya menentukan besarnya persentase dengan cara membandingkan total biaya aktual yang dikeluarkan pada periode tersebut dengan taksiran total biaya keseluruhan untuk menyelesaikan proyek. Jadi dalam menghitung pendekatan biaya, dibutuhkan sebuah estimasi atau Rencana Anggaran Biaya dari setiap kontrak. Berikut ini adalah gambar perbandingan antara metode persentase penyelesaian dengan menggunakan pendekatan fisik dan metode persentase penyelesaian dengan menggunakan biaya pada proyek tahun 2011 dan 2012.
Gambar 4.1 Perbandingan Antara Pendekatan Biaya dan Fisik Tahun 2011
Perbandingan
120%
Persentase
4.5
100% 80% 60% 40% 20% 0% FISIK BIAYA
Agustus
September
0%
30.03%
30.61%
56.52%
Oktober
November
Desember
55%
80%
100%
82.14%
98.84%
100%
67
Pada gambar 4.1 terlihat perbedaan antara pendekatan biaya dengan pendekatan fisik. Berdasarkan pendekatan fisik, di bulan Agustus 2011 prestasi masih 0%, sedangkan berdasarkan pendekatan biaya sudah mencapai 30.61%. Hal ini dikarenakan apabila menggunakan pendekatan biaya, persentase prestasi berdasarkan biaya yang telah keluar selama kontrak tersebut berjalan. Apabila menggunakan pendekatan fisik, persentase prestasi berdasarkan hasil atau karya fisik yang telah dihasilkan. Jadi, pada bulan Agustus 2011, prestasi pendekatan fisik dari kontrak kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau adalah masih 0%, sedangkan untuk prestasi pendekatan biaya 30.61%, karena awal untuk memulai sebuah proyek, di lapangan pekerjaan harus membeli peralatan kerja, persiapan untuk pekerjaan, dan lainnya. Selain itu, grafik pada kontrak pekerjaan di tahun 2011 tersebut telah menggambarkan bahwa persentase berdasarkan pendekatan biaya mengalami kenaikan terus-menerus pada periode awal, setelahnya lebih stabil. Sebaliknya, pada pendekatan fisik, di periode awal terlihat lambat untuk kenaikan grafik, setelah itu meningkat secara drastis. Hal ini dikarenakan pada awal periode masa pelaksanaan suatu proyek, perusahaan konstruksi harus membeli bahan yang cukup banyak dan awal mula pengerjaan adalah pembuatan pondasi. Untuk membuat pondasi yang kuat, membutuhkan biaya yang cukup besar dan memakan waktu yang lebih lama. Maka bisa di lihat pada periode awal pengerjaan kontrak diatas untuk pendekatan biaya sudah mencapai 30.61%, sedangkan untuk pendekatan fisik masih 0%.
Persentase
Gambar 4.2 Perbandingan Antara Pendekatan Biaya dan Fisik Tahun 2012
Perbandingan
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Oktober
November
Desember
FISIK
0%
41.90%
100%
BIAYA
40%
92.36%
100%
68
Pada gambar 4.2, terlihat perbedaan antara pendekatan biaya dengan pendekatan fisik. Berdasarkan pendekatan fisik, di bulan Oktober 2012 prestasi masih 0%, sedangkan berdasarkan pendekatan biaya sudah mencapai 40% kemudian di bulan selanjutnya meningkat ke 92,36%. Hal ini dikarenakan apabila menggunakan pendekatan biaya, persentase prestasi berdasarkan biaya yang telah keluar selama kontrak tersebut berjalan. Apabila menggunakan pendekatan fisik, persentase prestasi berdasarkan hasil atau karya fisik yang telah dihasilkan. Jadi, pada bulan Oktober 2012, prestasi pendekatan fisik dari kontrak kepada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau adalah masih 0%, sedangkan untuk prestasi pendekatan biaya 40%, karena awal untuk memulai sebuah proyek, di lapangan pekerjaan harus membeli peralatan kerja, persiapan untuk pekerjaan, dan pada bulan tersebut prestasi yang dicapai telah mendekati 50% dari prestasi pekerjaan yang harus diselesaikan. Berdasarkan grafik pada kontrak pekerjaan di tahun 2012 tersebut juga telah menggambarkan bahwa pada pendekatan biaya terjadi peningkatan yang sangat signifikan di awal periode, yaitu bulan Oktober tahun 2012 ke bulan November tahun 2012 sebesar 40% ke 92.36%. Sebaliknya, pada pendekatan fisik, di periode awal terlihat lambat untuk kenaikan grafik, setelah itu meningkat secara drastis. Hal ini dikarenakan pada awal periode masa pelaksanaan proyek di tahun 2012, PT. MSU harus membeli bahanbahan yang cukup banyak dan awal masa pelaksaan suatu proyek telah dimulai proses pembuatan pondasi. Untuk membuat pondasi yang kuat, membutuhkan biaya yang cukup besar dan memakan waktu yang lebih lama. Maka, bisa di lihat pada periode awal pengerjaan kontrak diatas untuk pendekatan biaya sudah mencapai 40%, sedangkan untuk pendekatan fisik masih 0%.