Bab
4
PETERNAKAN
Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasional. Tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing power). Faktor tingkat pendapatanlah yang akan menentukan apakah rumahtangga/individu akan lebih banyak mengkonsumsi sumber karbohidrat atau protein, yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi berkualitas dan sesuai dengan persyaratan gizi. 4.1.
Populasi Ternak
Sumber produksi daging adalah dari ternak sapi potong, ternak unggas, kambing, domba dan sebagian kecil dari ternak kerbau, sapi perah dan kuda afkiran. Pada tahun 2004 populasi sapi potong, kerbau dan kuda masing masing sebanyak 10,4 juta ekor, 2,5 juta ekor dan 0,4 juta ekor. Perkembangan populasi dari ternak-ternak penghasil daging tersebut pada tahun 2004 relatif tetap kecuali untuk populasi sapi potong yang mengalami penurunan sekitar 1% dibandingkan tahun 2003. Selain itu, ternak besar ini lebih banyak diproduksi di luar Jawa daripada di Jawa.(Tabel 34). Tabel 34. Populasi Ternak Sapi Potong, Kerbau, dan Kuda (juta ekor) Wilayah Jawa
Sapi Potong
Kerbau
Kuda
2003
2004
2003
2004
2003
2004
4,3
4,3
0,6
0,6
0,1
0,0
Bali & Nusa Tenggara
1,5
1,5
0,3
0,3
0,2
0,2
Sumatera
2,7
2,8
1,3
1,3
0,0
0,0
Kalimantan
0,4
0,4
0,1
0,1
0,0
0,0
Sulawesi
1,4
1,5
0,2
0,2
0,1
0,2
Maluku & Papua
0,2
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
Luar Jawa
6,2
6,4
1,9
1,9
0,3
0,4
Indonesia
10,5
10,4
2,5
2,5
0,4
0,4
Sumber : Statistik Pertanian 2005
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
29
Sementara itu, populasi ternak kambing dan domba pada tahun 2004 masing-masing meningkat 5,7% dan 5,6% dibanding tahun 2003. Pada periode yang sama, ternak babi meningkat 6,8%, dan ternak ayam pedaging meningkat sebesar 4,9%. Ternak kecil penghasil daging ini lebih banyak di produksi di Jawa dibandingkan di luar Jawa (Tabel 35). Tabel 35. Populasi Ternak Kambing, Domba, Ayam Pedaging, dan Babi (ribu ekor) Wilayah
Kambing
Domba
Ayam Pedaging
Babi
2003
2004
2003
2004
2003
2004
2003
2004
7.018
7.445
7.181
7.585
589.108
635.057
172.327
181.484
779
808
74
76
33.250
32.271
2.051.884
2.117.889
3.389
3.557
529
557
134.873
126.925
1.696.149
1.807.173
Kalimantan
278
360
8
8
59.672
61.005
706.864
809.296
Sulawesi
975
982
7
7
29.481
32.567
882.651
982.463
Maluku & Papua
280
286
8
9
1.375
1.247
573.328
598.978
Jawa Bali & Nusa Tenggara Sumatera
Luar Jawa
5.703
5.996
629
659
258.651
254.015
5.910.876
6.315.799
Indonesia
12.722
13.441
7.810
8.244
847.743
889.072
6.083.203
6.497.283
Sumber : Statistik Pertanian, 2005
Wilayah-wilayah yang merupakan sumber utama ternak sapi potong adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NAD, Sumatera Barat, Bali, NTT, Sumsel, NTB, dan Lampung. Kemudian wilayah yang mempunyai potensi cukup besar untuk ternak kambing dan domba adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumut, NAD, Banten, dan Sulsel. Sedangkan wilayah yang potensial untuk perkembangan ternak domba adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten. Tabel 36. Populasi Ternak Unggas Penghasil Telur (juta ekor) Wilayah Jawa
Ayam Buras 2003
Ayam Petelur
2004
2003
Itik
2004
2003
2004
116,6
120,7
39,0
41,6
12,7
13,1
Bali & Nusa Tenggara
18,1
18,8
2,8
3,1
1,7
1,8
Sumatera
89,9
77,7
28,4
25,7
11,0
11,3
Kalimantan
19,2
20,2
3,7
3,9
3,5
4,2
Sulawesi
29,9
30,5
5,1
6,0
4,7
4,7
Maluku & Papua
3,7
3,9
0,2
0,2
0,3
0,4
Luar Jawa
160,8
151,1
40,2
38,9
21,2
22,4
Indonesia
277,4
271,8
79,2
80,5
33,9
35,5
Sumber : Statistik Pertanian, 2005
Untuk ternak ayam ras petelur dan pedaging banyak berkembang di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sumatera
30
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
Barat. Populasi dari masing-masing ternak tersebut pada tahun 2003 mencapai 277,4 juta ekor; 79,2 juta ekor dan 33,9 juta ekor. Sementara, produksi telur ayam ras dan itik meningkat, produksi telur ayam buras menurun sebesar 2,0% (Tabel 36). Ternak sapi perah yang merupakan penghasil utama susu segar pada tahun 2003 meningkat sekitar 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 358,4 ribu ekor pada tahun 2002 menjadi 373,8 ribu ekor, dan pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi 381,6 ribu ekor. Wilayah propinsi yang paling banyak populasi ternak sapi perahnya adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan jumlah kontribusi masing-masing sekitar 37,2%, 32,6% dan 25,4% dari total populasi sehingga ke 3 propinsi tersebut merupakan pemasok utama susu untuk kebutuhan konsumsi susu nasional (Tabel 37). Tabel 37. Populasi Ternak Sapi Perah (ekor) Wilayah Jawa Sumatera Bali & Nusa Tenggara
2002
2003
2004*)
350.289
365.291
372.681
7.493
7.642
7.830
54
28
42
Kalimantan
133
93
98
Sulawesi
306
602
884
Maluku & Papua
111
97
100
Luar Jawa
8.097
8.462
8.954
Indonesia
358.386
373.753
381.635
Sumber : Statistik Pertanian, 2005
4.2.
Produksi Daging, Telur, dan Susu
Dengan perkembangan populasi ternak potong yang relatif masih rendah tersebut, maka jumlah produksi daging yang dapat diproduksi dari dalam negeri juga sangat terbatas. Pada tahun 2004 produksi daging hanya meningkat 7,9% dari tahun 2003, yaitu dari 1,9 juta ton menjadi 2,0 juta ton dan pada tahun 2005 sedikit meningkat menjadi 2,1 juta ton. Peningkatan produksi daging berasal dari daging sapi, kambing, babi dan daging ayam (Tabel 38). Tabel 38. Perkembangan Produksi Daging (ribu ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Kuda Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
2003
2004 369,7 40,6 63,9 80,6 177,1 1,6 298,5 48,2 771,1 21,3
2005*) 447,6 40,2 57,1 66,1 194,7 1,6 296,4 48,4 846,1 22,2
463,8 40,8 58,9 66,5 198,2 1,7 310,0 51,2 883,4 38,7
31
No
Jenis
2003
Jumlah Sumber Keterangan
2004
1.872,6
2.020,4
2005*) 2.113,2
: Statistik Pertanian 2004 : *) Angka Sementara
Sementara itu, meskipun populasi sapi perah menunjukkan peningkatan (Tabel 37), namun produksi susu malahan menurun, yaitu dari 553,4 ribu ton, menjadi 549,9 ribu ton, atau turun sebesar 0,6% (Tabel 39). Tabel 39. Perkembangan Produksi Susu (ton) Wilayah Jawa
2003 538.133
Bali & Nusa Tenggara Sumatera
2004
2005*)
543.662
334.158
35
35
-
15.146
5.307
6.489
Kalimantan
128
Sulawesi
295
557
646
782
Luar Jawa
15.309
6.283
7.828
Indonesia
553.442
549.945
341.986
Sumber : Departemen Pertanian Keterangan : *) Angka Sementara
Produksi telur untuk konsumsi di dalam negeri sebagian besar berasal dari ternak ayam buras, ayam ras petelur dan itik. Produksi telur pada tahun 2004 mencapai 1,1 juta ton atau meningkat 13,7% dibandingkan pada tahun 2003; dan tahun 2005 meningkat lagi menjadi 1,15 juta ton. Wilayah propinsi yang merupakan penghasil utama telur adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera Utara (Tabel 40). Tabel 40. Perkembangan Produksi Telur (ton) Wilayah Jawa Bali & Nusa Tenggara Sumatera
2003 483.955
2004
2005
596.609
607.289
37.116
44.212
44.814
309.192
324.255
341.324
Kalimantan
68.024
68.763
71.515
Sulawesi
71.045
68.154
78.397
Maluku & Papua
4.247
5.418
5.599
Luar Jawa
489.624
510.802
541.649
Indonesia
973.579
1.107.411
1.148.934
Sumber : Statistik Pertanian 2004 Departemen Pertanian
32
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
4.3.
Konsumsi
Berdasarkan data konsumsi daging, telur dan susu menunjukkan peningkatan. Konsumsi daging pada tahun 2004 meningkat sebesar 3,1% dibandingkan tahun sebelumnya, konsumsi telur meningkat sebesar 7,9% dan konsumsi susu meningkat sebesar 2,8%. Apabila dibandingkan dengan tingkat produksi daging, konsumsi daging secara total tersebut dapat dipenuhi dari dalam negeri, meskipun untuk setiap jenis daging belum tentu demikian. Sedangkan konsumsi susu hanya mencukupi 21,9% nya (Tabel 41). Tabel 41. Perkembangan Konsumsi Daging, Telur, dan Susu (ribu ton) Tahun
Jenis Daging Telur Susu Sumber Keterangan
2000
2001
2002
2003
2004*)
1.516,0
1.601,6
1.808,4
1.910,5
1.970,5
783,3
793,8
945,7
974,6
1.052,4
1.400,0
1.262,9
1.266,4
1.517,4
1.560,3
: Statistik Pertanian , 2004 : *) Angka Sementara
Dengan tingkat konsumsi total seperti dalam Tabel 41, maka rata-rata konsumsi nasional daging, telur dan susu per kapita pada tahun 2004 masingmasing adalah sebesar 6,2 kg; 4,4 kg; dan 6,78 kg. Konsumsi daging per kapita per tahun tersebut meningkat 1,5%, yaitu dari 6 kg pada tahun 2003 menjadi 6,05 kg pada tahun 2004. Konsumsi telur meningkat sebesar 6,6% yaitu dari 4,11 kg menjadi 4,38 kg pada periode yang sama. Demikian juga dengan konsumsi susu yang mengalami kenaikan 1,3% dari 6,7 kg menjadi sebesar 6,8 kg. Sekitar 60% konsumsi daging nasional berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, DKI Jaya, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Tingkat konsumsi daging per kapita yang paling tinggi berada di wilayah DKI Jakarta, Bali dan Kalimantan Timur yaitu di atas 10 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi daging per kapita yang paling rendah adalah masyarakat yang berada di wilayah Maluku Utara, Maluku dan Papua. Dengan tingkat konsumsi tersebut, tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Sebagai contoh, rata-rata tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia hanya mencapai 4,7 gram/ orang/hari. Sedangkan di Malaysia, Thailand dan Philipina rata-rata telah di atas 10 gram/orang/hari. Kemudian di negara maju seperti Jepang, Australia, dan New Zealand konsumsi rata-rata telah mencapai di atas 20 gram/kapita/hari.
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
33
4.4.
Ekspor - Impor
Dalam perdagangan produk peternakan, Indonesia masih merupakan net importer. Pada tahun 2002 nilai ekspor produk peternakan mencapai US$ 154,5 juta dan pada tahun 2003 menurun menjadi US$ 89,9 juta. Penurunan terjadi karena menurunnya ekspor kulit secara signifikan, yaitu dari US$ 65,3 juta menjadi US$ 137,4 ribu. Ekspor produk peternakan pada tahun 2002 yang paling besar berasal dari kulit, susu, babi ternak dan daging ayam dengan total nilai mencapai US$ 149,3 juta. Sementara itu, pada tahun 2003 ekspor produk peternakan yang paling besar berasal dari susu, babi ternak, dan daging ayam dengan total nilai mencapai US$ 81,4 juta (Tabel 42). Tabel 42. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Peternakan (000 US$) No I
Jenis Komoditas Ternak a. DOC Ayam Bibit b. Babi Ternak c. Unggas
II
2002 28.696,9
2003 22.032,7
1.190,5
294,8
27.495,1
21.642,4
11,3
95,5
Hasil Ternak
125.851,8
67.938,3
a. Telur Tetas
222,1
878,7
b. Telur Konsumsi
428,2
278,9
4.827,8
4.964,5
c. Daging Ayam d. Daging Sapi
134,5
449,9
65.291,9
137,4
f. Tulang dan Tanduk
133,7
510,4
g. Bulu Bebek
287,5
0,0
51.671,3
54.830,4
e. Kulit
h. Susu i. Mentega j. Keju Total
2.780,0
4.533,8
74,8
1.354,3
154.548,7
89.971,0
Sumber : BPS 2004.
Nilai impor pada tahun yang sama masing-masing mencapai US$ 428,5 juta, dan US$ 366,6 juta. Impor produk peternakan pada tahun 2002 yang paling besar berasal dari produk susu, kulit, mentega, sapi bakalan, daging sapi, keju, dan DOC ayam bibit dengan total nilai mencapai US$ 413,1 juta atau sebesar 96,4% dari total nilai impor produk peternakan. Sedangkan impor produk peternakan pada tahun 2003 yang paling besar berasal dari produk susu, sapi bakalan, mentega, daging sapi, keju, dan DOC ayam bibit dengan total nilai mencapai US$ 351,2 juta atau sebesar 95,8% dari total nilai impor produk peternakan (Tabel 43). Dengan demikian, defisit perdagangan produk peternakan pada tahun 2002 dan 2003 masing-masing mencapai US$ 274 juta dan US$ 276,6 juta.
34
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
Tabel 43. Perkembangan Nilai Impor Produk Peternakan (000 US$) No I
II
Jenis Komoditas Ternak a. Sapi Bibit b. Sapi Bakalan c. Babi Bibit d. DOC Ayam Bibit e. Unggas Hasil Ternak a. Daging Sapi b. Daging Domba c. Daging Babi d. Daging Unggas e. Hati Sapi f. Kulit g.Telur Tetas h.Telur Konsumsi i. Produk Susu j. Mentega k.Keju Total
2002 49.659,1 3.054,3 34.894,3 259,9 11.129,8 320,8 378.886,0 18.586,2 938,6 361,6 898,9 8.173,6 107.529,7 1.264,3 63,9 173.906,4 51.539,4 15.623,4 428.545,1
2003 65.068,4 2.843,8 51.009,9 175,7 10.900,4 138,6 301.497,8 18.566,1 1.535,3 288,3 450,8 8.880,2 378,9 638,3 42,8 207.475,3 48.724,7 14.517,1 366.566,2
Sumber : BPS 2004.
Bab 4. PETERNAKAN Profil Pangan dan Pertanian
35