BAB 4
MASALAH DAN TUJUAN DESAIN
4.1
Landasan Teori
Sebuah identitas visual dapat dikatakan baik bila mampu menciptakan citra yang bagus bagi perusahaan. Selain itu juga bila logo tersebut mewakili karakter yang tersimpan di dalam perusahaan. Untuk menciptakan identitas visual yang baik diperlukan landasanlandasan teori yang biasa menjadi acuan dalam perancangan logo tersebut.
4.1.1 Prinsip Desain Prinsip-prinsip desain berlaku dalam semua disiplin desain. Mulai dari arsitektur, seni, grafis, fashion, industri, sajak, sastra dan web desain. Prinsip desain adalah alat yang digunakan untuk membentuk atau menciptakan elemen-elemen desain (Goin, 1985). -
Balance – elemen-elemen desain yang saling bertemu untuk menciptakan sebuah perancangan atau pengaturan bagian-bagiannya yang tampak seimbang atau setara.
-
Contrast – prinsip desain yang bersifat otomatis. Karena dalam penempatan sebuha elemen desain pada sebuah bentuk, kontras, tercipta dengan sendirinya dalam elemen yang bervariasi. Bisa kontras dalam hal ukuran, bentuk, warna, tekstur dll. Memperlihatkan keragaman didalam bentuk visual.
-
Direction – mengunakan pergerakan untuk menciptakan ilusi visual perpindahan tempat.
-
Economy – prinsip yang mengacu pada “penyusutan”. Diperlukan saat berurusan dengan klien, dimana produk mereka lebih penting daripada penambahan elemen desain.
-
Emphasis – juga dikenal sebagai dominasi. Kondisi ini tercipta bila elemenelemen desain didalam sebuah visualisasi terdapat hieraki kepentingan.
-
Proportion – elemen desain yang ditentukan oleh elemen desain lainnya. Pembagian anatomi yang sesuai didalam sebuah format desain.
-
Rhythm – pengulangan dari elemen-elemen desain dalam sebuah bentuk visual untuk menciptakan harmonisasi.
-
Unity – kondisi yang menampilkan elemen-elemen desain secara terpadu dalam satu kesatuan.
4.1.2
Teori Desain Komunikasi Visual Desain Komunikasi Visual dalam terapannya sebagai ilmu komunikasi yang
memiliki fungsi dalam komunikasi: •
To identify
•
To inform
•
To persuade
Suatu karya desain komunikasi visual memiliki struktur yang sama dengan karya seni murni. Satu hal yang menjadi perbedaan mendasar adalah karena desain komunikasi
visual memiliki tujuan dan fungsi yaitu komunikasi, maka nilai yang juga penting adalah komunikatif. Suatu desain yang memiliki struktur dan kualitas baik tetapi tidak komunikatif dapat dikatakan gagal.
4.1.3
Fungsi Desain Fungsi desain adalah untuk bercerita, mengkomunikasikan kepribadian karakter
sesuatu proyek, membangun loyalitas terhadap brand dan memberikan petunjuk yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam hal yang berbeda dalam tampilan yang senada. Dalam desain perancangan identitas visual untuk Roemahkoe, Bed and Breakfast ini cukup banyak menggunakan elemen grafis yang diaplikasikan dan digunakan ke berbagai item.
4.1.4
Teori Branding Brand bukan sekedar nama, logo atau simbol. Brand menurut Kamus Desain
terbitan ITB adalah suatu tanda visual berupa kombinasi nama, kata, simbol, atau desain yang menjadi ciri khas atau identitas sebuah produk yang membedakannya dari produk saingannya. Menurut Sakti Makki, branding bukanlah desain, bukan aplikasi, bukan visi, bukan objek namun sebuah proses. Brand dan branding adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Branding adalah sesuatu yang berkaitan dengan brand yang sifatnya aktif. Istilah Branding sering kali dicampur adukkan dengan Corporate Identity atau Corporate Image. Sebenarnya di antara keduanya memiliki arti yang berbeda.
-
Corporate Identity lebih mengacu pada sebuah nama perusahaan, logo, slogan, ekspresi visual, atau tampilan sebuah perusahaan. Sejauh ini Roemahkoe, Bed and Breakfast telah memiliki logo yang cukup konsisten. Namun selain logo tersebut hotel ini tidak memiliki identitas visual penunjang lainnya.
-
Corporate Image adalah persepsi publik terhadap perusahaan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Melalui penelitian yang telah dilakukan, publik Roemahkoe, Bed and Breakfast, yaitu wisatawan yang memiliki berbagai macam persepsi tentang Roemahkoe, Bed and Breakfast. Namun dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Roemahkoe, Bed and Breakfast adalah hotel yang memiliki suasana tempo dulu yang sangat khas kota Solo lama.
-
Corporate Branding, kebalikannya, merupakan sebuah proses bisnis yang terncana, dan secara strategis difokuskan dan disatukan melalui organisa si. Sejauh ini Roemahkoe, Bed and Breakfast hamper tidak memiliki corporate branding. Sabab selama ini hotel ini berjalan begitu saja tanpa adanya usaha tertentu untuk berpromosi. Saat ini, Roemahkoe, Bed and Breakfast sebagai hotel tempat bernostalgia sudah
mempunyai branding yang cukup kuat. Karena faktor keberadaan bangunan hotel yang sudah tergolong lama yang telah jelas menunjukkan apa yang mereka ingin tampilkan sebagai image hotel ini. Namun tidak ada jaminan bahwa kekuatan branding ini akan tetap bertahan hingga masa mendatang, yakni masa ketika generasi muda menggeser kedudukan para pendahulunya. Tanpa adanya usaha Corporate Branding yang terencana, bukannya tidak mungkin sisi kekunoan dan tradisi yang menjadi daya tarik utama Roemahkoe, Bed and Breakfast justru menjadi bumerang di masa yang akan datang. Adanya perbedaan yang
sangat tipis antara kuno yang artistik dan kuno yang membosankan. Masyarakatlah yang akan menilai semua itu. Dan salah satu faktor yang menjadi penilai salah satunya adalah berdasarkan pada visual yang tampak dari Roemahkoe, Bed and Breakfast itu sendiri. Menurut Kris Larsen, Managing Director Interbrand’s Chicago, brand yang kuat haruslah memiliki empat ketentuan berikut ini: 1. Relevan dengan target audiencenya 2. Memiliki kredibilitas 3. Dapat membedakan diri dengan kompetitornya, dan 4. Mempunyai kemampuan untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan pasarnya.
Jika suatu brand dapat menyentuh emosi audiencenya, entah dengan cara apa, maka brand tersebut akan menjadi hidup dan akan selalu dikenang. Pada kasus Roemahkoe, Bed and Breakfast ini usaha untuk menyentuh emosi audiences tersebut dilakukan dengan cara membangun kembali suasana tempo dulu yang tradisional. Melalui identitas visual yang baru diharapkan masyarakat dapat merasakan sensasi keromantisan gaya hidup kelas atas di masa Kolonial. Sehingga semuanya tidak tampak aneh.
4.1.5
Teori Logo Logo adalah suatu penyajain grafis atau simbol dari suatu nama perusahaan,
merek dagang, singkatan-singkatan, dan sebagainya. Secara sederhana logo adalah simbol atau lambang. Logo merupakan sesuatu yang dapat ditemukan disekitar kita. Dalam kamus Bahasa Indonesia logo merupakan huruf atau lambang yang mengandung
suatu makna yang terdiri dari satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama perusahaan. Menurut Adamsmorioka dalam bukunya Logo Design Workbook sebuah logo tidaklah semudah yang dibayangkan. Dunia logo memiliki arti yang banyak dan memiliki berita yang kompleks. Sebuah logo haruslah memiliki keunikan tersendiri agar mudah diingat oleh seseorang.
Berikut ini merupakan kriteria logo yang baik menurut Lori Siebert dan Lisa Ballard : -
Memiliki arti
-
Cocok untuk produk atau perusahaan yang diwakilinya
-
Dapat direproduksi dengan baik dalam berbagai ukuran
-
Dapat berfungsi dalam berbagai aplikasi yang diperlukan
-
Mempunyai daya tarik
-
Sesuai dengan anggaran klien dalam hubungannya dengan jumlah warna yang digunakan
-
Logotype harus mudah terbaca dalam berbagai ukuran
-
Logogram harus mudah diartikan setiap orang
-
Cocok baik dalam keadaan hitam putih atau berwarna
Logo Roemahkoe, Bed and Breakfast yang lama termasuk jenis logotype yang tidak terasa memenuhi beberapa kriteria logo yang baik. Masih banyak kekurangan dari logo ini dari berbagai segi, walaupun ada beberapa kriteria yang telah sesuai. Melalui analisa dengan prinsip dan estetisme desain, bisa disimpulkan bahwa logo ini tidak mencerminkan perusahaan yang diwakilinya. Orang akan sulit menerka
bahwa ini adalah logo sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penginapan atau hotel. Lalu jika dilihat dari pada bagian huruf R-nya sering kali tampak seperti huruf S. Kerancuan ini seringkali merugikan. Keberagaman warna pada logo ini juga menyulitakan pada saat logo dijadikan hitam putih dan diletakkan di bidang warna. Tidak tampaknya sesuatu yang kuno ataupun tradisional di dalam logo ini juga merupakan suatu masalah dalam logo ini. Kesimpulannya, pada identitas visual yang baru logo Roemahkoe, Bed and Breakfast harus diredesain supaya memenuhi syarat logo yang baik yaitu menciptakan desain yang baik untuk identitas Roemahkoe, Bed and Breakfast dengan tetap mencerminkan kekhasan yang dimiliki oleh Roemahkoe, Bed and Breakfast.
4.1.6
Sistem Desain Sebuah sistem desain terbentuk dari logo, artwork, gambar (baik fotografi
maupun ilustrasi), warna,tipografi, dan elemen grafis lainnya yang membuat sebuah desain menjadi unik. Aturan penggunaan masing-masing elemen harus dijabarkan secara mendetail dalam “corporate style guidelines” untuk menciptakan konsistensi desain dalam keseluruhan item yang termasuk dalam proyek perusahan. Fungsi sistem desain adalah untuk bercerita, mengkomunikasikan kepribadian karakter perusahaan, membangun loyalitas terhadap brand, dan memberikan petunjuk yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam hal yang berbeda dalam tampilan sebuah perusahaan, sehingga terbentuk sebuah konsistensi. Konsistensi ini sangat dibutuhkan oleh Roemahkoe, Bed and Breakfast dalam upaya untuk menjaga supaya identitas visual yang hendak dibuat. Identitas visual yang
baru dibuat berdasarkan dengan kerangka waktu tertentu. Cara paling efektif untuk menjaga konsistensi sistem desain adalah dengan menentukan dan membukukan sistem itu kedalam suatu style guidelines.
4.1.7
Style Guidelines Style Guidelines adalah aturan dan standarisasi yang harus dipatuhi dalam
menciptakan desain apapun untuk sebuah perusahaan. Style Guidelines mempunyai banyak nama lain yang diantaranya adalah Brand Standards, GSM (Graphic Standard Manual) atau Standar Grafis Manual, Identity Guidelines, dan lain-lain. Namun pada dasarnya mereka mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama. Seperti yang telah disebutkan di atas, Roemahkoe, Bed and Breakfast membutuhkan sebuah panduan gaya style guidelines untuk menjaga konsistensi identitas visualnya supaya tidak melenceng dari karakter desain yang didasarkan pada rentang waktu tersebut. Panduan desain ini diperlukan untuk mencegah perubahan desain. Sebab seringakali baik sengaja maupun tidak disengaja, seiring waktu berjalan maka otomatis desain ikut berubah dan mengalami pergeseran gaya dari satu desainer ke desainer lainnya. Hal penting yang hendaknya selalu diingat dalam pembuatan style guidelines adalah segi fleksibilitas, supaya desain dapat selalu diaplikasikan pada proyek-proyek di masa mendatang dan dalam bentuk medium aplikasi sebanyak mungkin.
4.1.8
Style Overview Setiap perusahaan atau produk mempunyai gaya tersendiri. Gaya tersebut
mencerminkan kepribadian, image, dan karakter perusahaan. Gaya ini hendaknya juga
menggambarkan identitas perusahaan, latar belakang dan sifat perusahaan. Tidak hanya itu, gaya ini juga mengarahkan bagaimana perusahaan tersebut ingin dipandang oleh masyarakat. Roemahkoe, Bed and Breakfast memiliki kekontrasan antara gaya Barat yang modern dan gaya Timur yang mistis ternyata dapat tampil serasi. Namun dalam prosentase secara keseluruan yang terlihat ingin ditampilkan tampak jelas bahwa adat Jawa-lah yang lebih dominan. Dalam penyesuaian dengan kekhasan Roemahkoe, Bed and Breakfast yang menitik beratkan pada aspek Jawani serta nostalgia dan untuk menyesuaikan dengan perkembangan desain pada masa awal berdirinya, maka secara keseluruhan desain yang hendak dibuat sebagai identitas visual Roemahkoe, Bed and Breakfast dikemas dalam satu nafas yaitu dalam desain dengan pengaruh gaya desain Nusantara, Jawa Tengah dengan sedikit percampuran gaya Art Deco. Lebih lanjut, meskipun mengambil gaya desain dari masa lampau dan tradisonal, namun bukan berarti visual yang ditampilkan hanya akan cocok bagi mereka yang sudah berumur. Sebab, meskipun terdengar klise, pada zaman sekarang bisa dikatakan terjadi kecenderungan di mana semua yang tradisional dan kuno dapat populer kembali.
4.1.9 Positioning Positioning merupakan strategi menguasai pikiran konsumen tentang produk yang ditawarkan perusahaan, bukanlah sesuatu yang dilakukan kepada produk melainkan sesuatu yang dilakukan kepada pelanggan. Positioning berhubungan dengan bagaimana menciptakan kesan dibenak konsumen bahwa untuk produk tertentu brand tersebut adalah andalan mereka. Konsumen diarahkan untuk mengasosiasikan suatu
produk ke brand tertentu saja. Sehingga konsumen memiliki penilaian tertentudan kemudian mengidentifikasikan dirinya dengan produk. Roemahkoe, Bed and Breakfast memposisikan dirinya sebagai hotel yang berniali nostalgia pada sejarah masa lampau. Penggunaan gaya desain dengan pengaruh Art Deco dan sentuhan gaya Jawa kuno adalah salah satu jalan yang ditempuh dalam perwujudan positioning yang dimaksud. Melalui nafas percampuran antara gaya Jawa kuno dan sedikit sentuhan Art Deco dan budaya lain masyarakat diarahkan untuk menempatkan Roemahkoe, Bed and Breakfast sebagai hotel yang berbeda dengan hotelhotel lainnya yang menawarkan sesuatu yang memiliki konsep yang sama.
4.1.10 Teori Warna Warna adalah salah satu identitas terkuat untuk sebuah perusahaan. Warna secara efektif dapat mengungkapkan pesan, idea atau gagasan tanpa menggunakan tulisan atau bahasa. Dengan warna suatu pesan dan tujuan dapat tersampaikan dengan cepat.
Prinsip warna menurut Robert B. Parker antara lain: -
Penggunaan warna harus memiliki fungsi.
-
Warna harus memberikan ciri khas dari perusahaan / produk yang disampaikan.
-
Penggunaan warna jangan hanya terbatas pada hanya untuk unsur estetika dan kesan artistik, namun bertujuan untuk mengatakan bahwa warna memang demikian adanya, dan
-
Hindari warna yang tidak diperlukan.
Dalam penyesuaian dengan style guidelines, untuk perusahaan dapat digunakan palet warna. Penggunaan palet warna dapat meminimalisasi pilihan warna, sekaligus menjadi alat identitas bagi perusahaan. Palet warna primer biasa adalah warna logo dan warna dominan pada sebagian besar item desain. Namun untuk fleksibilitas, dapat dibuat pila palet warna sekunder dengan ketentuan tetap spesifik dan konsisten. Menggunakan warna dengan baik dan tepat merupakan masalah desain yang rumit. Macam-macam individu ataupun macam-macam budaya mempunyai standar serta kriteria yang berbeda-beda dalam menentukan warna yang baik dan tepat, sehingga dalam penggunaan warna merupakan salah satu unsur penting yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Makna Warna Untuk Karya Seni Dari semua bentuk komunikasi verbal, warna merupakan metode paling tepat untuk menyampaikan tujuan. Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahayayang dipantulkan benda-benda yang mengenainya. Warna merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pemakaian sehari-hari. Pada kalangan masyarakat yang masih memegang teguh adat-adat dan budayanya, warna mempunyai fungsi artistik simbolis dan nilai perlambangan yang kemudian dihubungkan dengan beberapa fakta pemakaiannya. Baik dalam karya seni tradisonal di Indonesia maupun pada beberapa desain masa kini.
Pengertian arti artistik simbolik yang dimaksudkan adalah penggunaan warna dalam konteks perlambangan yang masih digunakan pada masyarakat tertentu. Selain barang yang diwarnai itu memiliki nilai visual yang menarik menurut kaidah-kaidah estetika.
Susunan Warna Untuk Masyarakat Jawa Ada 2 kelompok warna yang digunakan dalam masyarakat Jawa, yaitu: 1. Kelompok warna sekitar Solo dan Yogyakarta 2. Kelompok warna pesisir sekitar pekalongan. Kedua pengelompokan warna tersebut memiliki ciri masing-masing sehigga mudah dibedakan. Perbedaan tersebut terbentuk karena lingkungan yang berbeda.
Warna Sekitar Solo dan Yogyakarta Secara mendasar kebudayaan, agama, kesenian dan etika Jawa berpusat pada keraton. Demikian pula dengan penggunaan warna yang seolah telah terpola oleh peraturan yang tidak tertulis dari keraton. Ada 11 nama warna yang dipunyai dan ditemukan oleh orang-orang Jawa, yaitu: abang (merah), biru, dadu (merah jambu), deragem (coklat), ijo (hijau), ireng (hitam), kuning, putih, wilis (hijau kebiruan), jingga, dan wulung (ungu). Warna kuning sering kali sebagai pengganti warna emas yang merupakan lambang kraton atau sultan, yang dinyatakan pada warna payung kebesaran yang berwarna kuning emas. Dari kesebelas warna tersebut yang kerap kali muncul pada batik tradisonal adalah hitam, coklat, putih dan biru tua. Sedangkan warna lainya sering muncul pada
pewarnaan wayang kulit atau simbol-simbol yang dimunculkan pada kostum wayang orang. Warna sebagai simbol tidak hanya digunakan oleh masyarakat tradisonal saja namun hingga sekarang warna masih digunakan sebagai simbol-simbol walaupun sekarang lebih mengarah pada sesuatu yang rasional.
Warna Art Deco Warna-warna Art Deco memiliki ciri khas yaitu dull color. Sebagian warna pada karya-karya masa itu belum menggunakan banyak warna. Karena pada masa itu memang tidak memungkinkan untuk memproduksi dengan warna beraneka ragam. Namun tidak jarang penggunaan warna kontras supaya karya tampak menarik. 4.1.11 Teori Layout Sebuah layout dalam Desain Komunikasi Visual adalah menuangkan pengolahan bahan tulisan dan seni (foto, ilustrasi, atau gambar lain) pada suatu bidang kerja yang diolah dan disesuaikan. Sebuah layout dalam Desain Komunikasi Visual adalah menuangkan pengolahan bahan tulisan dan seni (foto, ilustrasi atau gambar lain) pada suatu bidang kerja yang diolah dan disesuaikan. Layout yang baik memiliki 3 kaidah yang harus dipenuhi yaitu dapat berfungsi dengan baik, teratur dan dapat mengarahkan atau menarik perhatian si pengamat. Layout yang baik juga harus dapat menyampaikan tujuan dengan segera dan dengan cara yang sesuai. Layout tersebut harus teratur tata letaknya sehingga pengamat dapat terarah dan memahami layout tersebut dengan cepat dan mudah. Selain itu sebuah layout juga harus dapat bertahan dalam persaingan untuk menarik perhatian. Mengetahui cara
mengkombinasikan ketiga kriteria tersebut adalah kunci membuat layout yang baik sepanjang waktu.
4.1.12 Tipografi Tipografi merupakan sebuah seni yang berkaitan dengan huruf dan angka. Sebagaimana desainer menyusun bentuk-bentuk karakter abjad pengaturan spasi antar baris, leading antar kata dengan kata dan huruf perhuruf. Komposisi dan proporsi katakata atau teks yang diolah secara tipografis dapat menciptakan irama pembacaan yang beraneka ragam sehingga diperoleh hasil interprestasi yang lebih menarik.
Menurut Rob Carter dalam Working with computer, faktor – faktor penting yang perlu diperhatikan adalah: 1. Legibility
: huruf yang dipilih mudah dibaca.
2. Readibility
: huruf yang dipilih dapat dibaca.
3. Visibility
: huruf mudah dilihat.
4. Clearly
: huruf harus memperlihatkan kejelasan.
Wolfgang Weingard, pencetus “New Wave Typography” menekankan pentingnya keterkaitan antara sintaktik, semantik, dan pragmatik dalam tipografi yang ia perlihatkan baik melalui karya- karyanya maupun metode pengajarannya. Menurutnya, tipografi merupakan relasi berbentuk segitiga antara ide desain, elemen – elemen tipografis, dan teknik mencetak hasilnya. Sedangkan menurut Danton Sihombing melalui bukunya Tipografi Dalam Desain Grafis dijabarkan beberapa prinsip-prinsip tersebut. Menurutnya proses
perancangan dengan menggunakan huruf merupakan tahapan yang paling menentukan dalam masalah tipografi, seorang desainer akan bertindak sebagai komunikator visual yang memiliki berbagai peluang mengontrol setiap keputusan kreatif yang kelak dapat memperkuat efektivitas dan efisiensi dari sebuah pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penerima.
4.1.13 Gambar dan Ilustrasi Gambar adalah sebuah alat pengangkat gaya desain dan karakter yang amat kuat. Gambar dapat berupa ilustrasi maupun fotografi, yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Drs. Soemarsono D. menyatakan bahwa ilustrasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu ilustrasi utama dan ilustrasi pendamping. ilustrasi utama digunakan untuk menyajikan ide besar, sedangkan ilustrasi pendamping merupakan sarana memperjelas ide utama. Ilustrasi seringkali dirasa kurang berpegang pada kenyataan dan lebih imaginative dari pada foto, jadi ilustrasi lebih tepat digunakan pada komentar, editorial, fiksi dan interprestasi. Ilustrasi memadai untuk menampilkan konsep abstrak atau sesuatu yang belum ada. Menurut Jim Aitchison (Cutting Edge of Advertising) ilustrasi yang baik harus dapat menguraikan masalah dan mampu bercerita dan mendeskripsikan ide yang diwakilinya, sehingga pembaca dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
4.2
Strategi Komunikasi
4.2.1 Keyfact • Roemahkoe, Bed and Breakfast adalah salah satu hotel dengan bangunan tertua di Indonesia. • Roemahkoe, Bed and Breakfast masih mempertahankan barang-barang peninggalan jaman dulu dan bila mengisi dengan barang-barang yang baru tetap mengikuti barang dengan ciri khas memiliki mood tradisonal dan tempo dulu. • Lokasi Roemahkoe, Bed and Breakfast tergolong strategis karena terletak di salah satu jalan besar di kota Solo. • Atmosfer di sekeliling Roemahkoe, Bed and Breakfast yang berada di kota lama Solo mendukung dengan mood yang ingin ditampilkan. • Pelayan-pelayan yang sangat ramah dan semuanya merupakan orang Solo asli dengan segala pelayanan yang khas orang Solo. Di dalam Roemahkoe, Bed and Breakfast terdapat retoran yang bernama Laras, yang merupakan restoran yang menyediakan berbagai macam menu masakan tradisional. • Bangunan bersuasana jawa thn 1930an dengan suasana Art Deco.
4.2.2
Profile Target
- Target Audience 1. Demografi : -
Usia
: 20 -50 tahun
-
Jenis kelamin
: Wanita / Pria
-
Religion
: Segala agama
-
Golongan
: Ekonomi kelas menengah atas (B+ hingga A)
2. Geografi : -
Wilayah
: Tinggal di kota-kota besar
-
Iklim
: Segala iklim
3. Psikografis
: Memiliki gaya hidup sehari-hari penuh dengan
kesibukan, tinggal di perkotaan, suka berlibur dan mencari ketenangan, suka refreshing, suka travelling, mencintai dan menghargai akan kebudayaan.
-
Target Sekunder
Wisatawan asing yang ingin mengetahui Indonesia tempo dulu dengan segala budayanya.
4.2.3
Masalah Masalah yang ingin dikomunikasikan adalah mengenai Identitas visual
Roemahkoe yang mencerminkan karakter Roemahkoe, Bed and Breakfast yang sangat kental adat jawanya dan suasana kuno tahun 1930-an yaitu Art Deco dan aturan yang pasti dalam pengaplikasian.
4.2.4
Keywords
-
“Jawani”
-
Tempo dulu
-
Kelas atas
-
Nyaman, Aman, Tenang
4.2.5
Moods Klasik, Elegan, Stabil, Hangat, Tradisional Solo tahun 1930-an
4.2.6 Tujuan Komunikasi Dengan adanya pengubahan identitas visual pada Roemahkoe, Bed and Breakfast diharapkan Roemahkoe, Bed and Breakfast dapat terus berdiri dan berkembang serta mempertahankan kekhas-annya, tidak kalah dengan modernisasi dan budaya asing yang masuk. Sehingga di generasi mendatang masih dapat menikmati suasana tempo dulu yang mereka tawarkan. Karena sudah jarang sekali hotel yang memiliki konsep seperti ini. Adapun korelasinya yang didapat adalah : - Ketidaksadaran (unaware) Memacu rasa cinta akan sesuatu yang tradisional dan menambah pengetahuan masyarakat akan budaya dan Indonesia tempo dulu. - Kesadaran (aware) Membuat wisatawan untuk lebih tertarik menginap di Roemahkoe, Bed and Breakfast karena tampilan yang ditawarkan tampak lebih profesional dan menarik. - Pemahaman (comprehensive) Dengan pengubahan identitas visual pada Roemahkoe, Bed and Breakfast image tradisional dan kuno serta yang tidak menarik dapat berubah menjadi sesuatu hal
yang menarik dan justru menjadikan hal tersebut menjadi suatu kekuatan bagi Roemahkoe, Bed and Breakfast. - Keyakinan (attitude) Untuk membentuk persepsi masyarakat bahwa Roemahkoe, Bed and Breakfast menawarkan sesuatu yang lebih dari hotel-hotel lainnya, tidak membosankan dan merupakan sesuatu yang menarik. Namun hanya kurang suatu pengolahan saja. - Tindakan (action) - Untuk membangkitkan respon positif terhadap perubahan identitas visual Roemahkoe, Bed and Breakfast, dilakukan perubahan sesuai dengan karakter Roemahkoe, Bed and Breakfast dan lebih menampakkan sisi kelebihannya.
4.2.7 Positioning Roemahkoe, Bed and Breakfast memposisikan dirinya sebagai hotel yang tetap mempertahankan keaslian karakter bangunannya dan menu makanan pada restorannya, dengan bertumpu pada sejarah masa lampau.
4.2.8
USP / Unique Selling Proposition Yang membuat Roemahkoe, Bed and Breakfast menjadi istimewa adalah
atmosfer yang tersaji lewat bangunan yang mempertahankan kekunoannya yang tidak berubah, sejarah yang tersaji dan pelayanan khas orang Solo. Perpaduan dari ketiganya dapat memberikan nilai nostalgia dan menjadi akar yang membalut keseluruhan nuansa hotel ini.
4.2.9
Pendekatan Emosional / Rasional
4.2.9.1 Pendekatan Emotional - Roemahkoe, Bed and Breakfast memiliki karakter dan atmosfer yang berbeda dengan hotel lain. - Selain datang untuk menginap, pengunjung dapat merasakan nikmatnya bernostalgia dalam suasana tempo dulu yang menjadi ciri khas Roemahkoe, Bed and Breakfast. - Ketenangan dan kenyamanan yang ditawarkan jelas tampak terlihat walaupun kita baru memasuki hotel. - Suasana khas tempo dulu Roemahkoe, Bed and Breakfast juga didukung oleh lingkungan sekitar Roemahkoe, Bed and Breakfast yang berada di kampung Laweyan yang merupakan kota Solo lama.
4.2.9.2 Pendekatan Rational - Roemahkoe, Bed and Breakfast terletak di tepi salah satu jalan utama di Solo, sehingga mudah dikunjungi dan ditemui. - Di dalam Roemahkoe, Bed and Breakfast terdapat rumah makan yang menyediakan makanan tradisional dengan menu beragam dan harga yang relatif murah. - Roemahkoe, Bed and Breakfast menyediakan tempat parkir khusus untuk pengunjung yang jelas lebih aman karena pada jam 23.00 pintu gerbang ditutup untuk keamanan. - Bangunan kuno yang menjadi nilai tambah bagi Roemahkoe, Bed and Breakfast dan sekaligus dapat menjadi tempat wisata.
- Keramahan pelayan hotelnya khas orang Solo membuat betah untuk lama-lama menginap.
4.2.10 Creative Approach Dalam penyesuaian dengan kekhasan Roemahkoe, Bed and Breakfast yang menitikberatkan pada aspek Njawani dan nostalgianya Kota Solo lama, dan untuk menyesuaikan dengan perkembangan desain pada masa awal berdirinya Roemahkoe, Bed and Breakfast sendiri, maka secara keseluruhan, desain yang hendak dibuat sebagai identitas visual Roemahkoe, Bed and Breakfast dikemas dalam satu nafas yang sama yaitu dalam desain yang khas jawa dengan sedikit pengaruh Art Deco karena pada itu gaya desain Art Deco juga sedikit tampak pada gaya desain bangunan Roemahkoe, Bed and Breakfast.
4.3
Strategi Desain
4.3.1
Warna Digunakan kombinasi pola warna alam yang dibuat dgn dull color untuk
mencerminkan sisi keabadian nilai nostalgia hotel dan menyatu dengan alam. Dengan warna utama coklat tanah yang merupakan warna khas batik Solo yaitu Sogan. Terdapat 4 warna yang digunakan sebgai logo yaitu coklat, hijau, jingga, dan kuning. Makna warna yang diambil disesuaikan dengan makna warna kepercayaan tradisi di Solo dan sekitarnya Coklat:
Tradisional, natural, klasik, nyaman protektif dan mewakili warna khas kota Solo yaitu warna Sogan yang biasa dipakaipada kain Batik Solo.
Hijau:
Menyenangkan, nyaman, tenang
Jingga:
Berteman atau akrab
Kuning:
mewakili warna emas yang biasa dipakai pada payung kebesaran keraton. warna emas dapat bermakna elegant dan kelas atas.
4.3.2 Tipografi Font yang digunakan sebagai logotype utama adalah Goudy Handtools karena berkesan nyaman dan elegan dengan sentuhan klasik Art Deco. Terdapat pula beberapa penyempurnaan. Sedangkan untuk body-text digunakan font Gill Sans MT yang merupakan huruf sans serif yang sesuai bila di sejajarkan dengan font Goudy Handtools dan tidak menambah kesan rumit pada logo.
4.3.3
Ilustrasi Ilustrasi dibuat dengan komputer dengan pengulangan secara konstan. Ilustrasi
merupakan salah satu bagian yang diambil dari logo yang kemudian diolah menjadi suatu motif berulang yang tampak seperti motif batik namun masih memiliki ciri khas Art Deco.
4.3.4
Fotografi Selain menggunakan pendekatan ilustrasi juga digunakan pendekatan fotografi
dengan membuat foto tampak elegan dan klasik dengan pengaturan warnanya dan pengampilan arah gambar secara distorsi dan arah normal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan kesan Art Deco.
4.3.5
Layout Dalam komposisi layout yang banyak digunakan adalah centering layout, hal ini
digunakan untuk mencapai kesan stabil dan mendukung karakter Art deco yang ada.
4.4 Pemilihan Item 1.
Logo Merupakan item utama yang berfungsi mewakili citra atau produk. Logo mengekspresikan semua yang terkandung di dalam Roemahkoe, Bed and Breakfast dan Logo sangat efektif untuk menjangkau sasaran dan berdampak memberikan keuntungan bagi Roemahkoe, Bed and Breakfast.
2.
Standar Grafis Manual Buku yang berisikan penjelasan mengenai logo mulai dari bentuk, warna, tipografi, proporsi ukuran, aturan Logo, yang diperbolehkan dan dilarang, hingga penerpan logo dalam berbagai aplikasi.
3.
Stationery Aplikasi yang digunakan dalam surat menyurat harus memiliki penampilan yang konsisten. Baik dari ukuran aplikasi, ukuran logo, posisi logo, tipe huruf yang dipakai, maupun warna logo. Penampilan media surat menyurat yang konsisten akan menampilkan image perusahaan professional atau media identitas korporat.
4.
Brosur Sebagai media promosi yang mampu memberikan informasi secara mendetail tentang sebuah produk yang ditawarkan.
5.
Iklan Majalah Sebagai media promosi yang lebih simple dengan target konsumen yang lebih tepat karena iklan majalah biasanya ditempatkan pada majalah yang target konsumennya sesuai dengan produk yang ditawarkan.
6.
Kartu Pos Media promosi pada perusahaan yang penyampaiannya biasanya dilakukan oleh tamu. Memuat foto perusahaan yang ditata dengan baik.
7.
Website Merupakan media promosi di dunia maya, dan dapat menjangkau segala kawasan di dunia karena dapat diakses dengan mudah.
8.
Sticker Media promosi yang biasanya hanya menampilkan logo perusahaan dengan katakata terbatas.
9.
Signage Tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk tentang fasilitas, layanan ataupun apapun yang
berkaitan
dengan
Roemahkoe,
Bed
and
Breakfast
yang
dapat
mempermudah tamu untuk mengetahuin tentang Roemahkoe, Bed and Breakfast.
10.
Kendaraan Kendaraan yang digunkan perusahaan untuk menunjang pelayanan dan menjadi bagian dari fasilitas untuk para tamunya dan kepentingan perusahaan. Namun secara tidak langsung media ini dapat sebagai media promosi.
11.
Seragam Pakaian wajib yang harus dipergunakan oleh para pelayan Roemahkoe, Bed and Breakfast guna menunjang profesionalisme, kenyamanan dan mendukung atmosfer yang ingin ditimbulkan.
12.
Bath kit Peralatan mandi yang disediakan oleh hotel untuk para tamu. Disediakan sesuai dengan standar kamar.
13.
Cinderamata Kenang-kenangan sekaligus menjadi media promosi secara tidak langsung. Diberikan pada tamu bila tamu menginap cukup lama atau adanya event-event khusus.
14.
Logistik Peralatan seperti kunci kamar, don’t disturb dan make up room dibuat untuk mendukung profesionalisme pada perusahaan.
15.
Buku Menu
Buku yang menyajikan makanan apa saja yang disediakan oleh Roemahkoe, Bed and Breakfast dari Laras Restoran.
16.
Buku Room Service Buku yang berisi tentang layanan atau fasilitas kamar guna untuk mempermudah pelayanan untuk tamu.
17.
Company Profile Buku berisi sejarah perusahaan mulai dari berdirinya, filosofi, cerita masa lalu dan perjalanannya hingga sekarang ini.