BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1
Rencana Strategi Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Huabei Petroleum Service. Adapun arahan strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut: • Meningkatkan keuntungan perusahaan secara berkelanjutan • Meningkatkan pemberdayaan tenaga kerja • Fokus terhadap peningkatan operasional perusahaan Arahan strategi ini dimaksudkan untuk memposisikan PT. Huabei Petroleum Service sebagai perusahaan penyedia jasa pengeboran minyak dan gas yang terdepan dan inovatif di Indonesia. Selain itu arahan strategi ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan para karyawan agar para karyawan dapat terus melakukan dan mengembangkan inovasi-inovasi untuk mendukung kemajuan perusahaan dan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Serta untuk meningkatkan performa perusahaan dalam menyelesaikan proyek-proyek yang sedang dijalankan dan sedang dikembangkan. Ketiga arahan strategi ini merupakan prioritas utama perusahaan dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Karena ketiga arahan strategi tersebut merupakan langkah-langkah perusahaan dalam mencapai visi dan misi yang sudah 130
131
ditentukan sejak awal. Sehingga perusahaan mengharapkan semua karyawan mengerti dan mampu melaksanakan arahan strategi yang telah dirancang oleh manajemen dengan bertanggung jawab. Dengan tujuan agar dapat memperbaiki hasil atau mengingkatkan performa bottom-line. Dari arahan strategi yang telah dihasilkan dan investasi Teknologi Informasi yang sesuai dengan pemenuhan arahan strategi perusahaan. Maka akan mendorong tindakan manajemen untuk menghasilkan dampak yang baik pada bottom-line dari segi kualitas, layanan, dan penyelarasan pada lights-on di perusahaan. Yaitu aplikasi, infrastruktur, service dan manajemen. Agar target dari arahan strategi dapat tercapai, maka rencana rencana strategis yang diterapkan harus dengan melakukan keseimbangan investasi antara strategis maupun opersional. Dengan demikian perolehan dari investasi yang dilakukan perusahaan dapat berjalan efektif dann efisien dari segi waktu, biaya, data, informasi, tenaga, dan proses bisnis. 4.2 Analisa Portfolio Lights-on Analisa terhadap portfolio lights-on dilakukan dengan dukungan data portfolio dari seluruh sumber daya TI berupa aplikasi, infrastruktur, manajemen dan service yang sedang berjalan di PT. Huabei Petroleum Service. Berdasarkan gambar 4.1 dijelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh PT. Huabei Petroleum Service selama satu tahun untuk lights-on lebih besar dibandingkan biaya untuk proyek yang akan dikembangkan.
132
Presentase Total Biaya TI 3,26% Lights‐On Proyek 96,74%
Gambar 4.1 Presentase Total Biaya TI Untuk lights-on, biaya yang dikeluarkan sebesar 96,74% atau Rp 5.076.920.000,- yang didapat dari seluruh biaya operasional dan biaya implementasi lights-on. Sedangkan untuk biaya proyek yang akan dikembangkan sebesar 3,26% atau Rp 171.300.000,- yang didapat dari total biaya yang diperlukan untuk proyek yang akan dikembangkan. Dengan adanya presentase ini, manajemen dapat melihat perbandingan biaya antara lights-on dengan proyek yang dikembangkan. 4.2.1 Presentase Biaya Lights-on Berdasarkan gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa Hardware memiliki biaya yang paling besar, yaitu Rp.1.634.075.000,- dengan presentase 32,19% dari seluruh biaya lights-on. Sedangkan Lotus Notes memiliki biaya terkecil, yakni Rp 20.750.000,- dengan presentase 0,41%. Berikut penjelasan secara rinci mengenai besarnya:
133
Presentase Biaya Lights‐on 0,72% 0,79%
JD Edwards Finance and Accounting Report
3,55% 9,91%
16,38% 5,94%
17,79%
Lotus Notes Hardware Software
12,32% 32,19% 0,41%
Server Network Service Manajemen
Gambar 4.2 Presentase Biaya Lights-on 1. Aplikasi JD Edwards memiliki biaya lights-on sebesar Rp 831.500.000,dengan presentase sebesar 16,38% 2. Aplikasi Finance and Accounting memiliki biaya lights-on sebesar Rp 301.500.000,- dengan presentase sebesar 5,94% 3. Aplikasi Report memiliki biaya lights-on sebesar Rp 625.500.000,dengan presentase sebesar 12,32% 4. Aplikasi Lotus Notes memiliki biaya lights-on sebesar Rp 20.750.000,dengan presentase sebesar 0,41% 5. Infrastruktur
Hardware
memiliki
biaya
lights-on
1.634.075.000,- dengan presentase sebesar 32,19%
sebesar
Rp
134
6. Infrastruktur Software memiliki biaya lights-on sebesar Rp 903.243.000,dengan presentase sebesar 17,79% 7. Infrastruktur Server memiliki biaya lights-on sebesar Rp 40.512.000,dengan presentase sebesar 0,79% 8. Infrastruktur Network memiliki biaya lights-on sebesar Rp 36.840.000,dengan presentase sebesar 0,72% 9. Service memiliki biaya lights-on sebesar Rp 503.000.000,- dengan presentase sebesar 9,91% 10.Manajemen memiliki biaya lights-on sebesar Rp 180.000.000,- dengan presentase sebesar 3,55% 4.2.2 Total Presentase Biaya Aplikasi
Gambar 4.3 Total Presentase Biaya Aplikasi Berdasarkan gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa aplikasi JD Edwards memiliki biaya terbesar, yaitu Rp 831.500.000,- dengan presentase 46,73%
135
dari seluruh biaya total aplikasi. Sedangkan aplikasi Lotus Notes memiliki biaya terendah, yaitu Rp 20.750.000,- dengan presentase 1,17%. 4.2.3 Total Presentase Biaya Infrastruktur
Gambar 4.4 Total Presentase Biaya Infrastruktur Berdasarkan gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa infrastruktur Hardware memilki biaya terbesar, yaitu Rp 1.634.075.000,- dengan presentase 62,50% dari seluruh total biaya Infrastruktur. Sedangkan infrastruktur Network memiliki biaya terendah, yaitu Rp 36.840.000,dengan presentase 1,41%. 4.2.4
Total Presentase Biaya Service
Gambar 4.5 Total Presentase Biaya Service
136
Berdasarkan gambar 4.5 dapat dijelaskan bahwa Service Infrastructure memiliki biaya terbesar, yaitu Rp 400.000.000,- dengan presentase 79,52% dari seluruh biaya total Service. Sedangkan Service Training User memiliki biaya terendah, yaitu Rp 25.000.000,- dengan presentase 4,97%. 4.2.5 Total Presentase Biaya Manajemen
Gambar 4.6 Total Presentase Biaya Manajemen Berdasarkan gambar 4.6 dapat dijelaskan bahwa Budgeting/Finance sebagai satu-satunya manajemen yang digunakan oleh PT. Huabei Petroleum Service, oleh karena itu Budgeting/Finance memiliki presentase penuh sebesar 100% dengan biaya Rp 180.000.000,4.2.6 Presentase nilai penyelarasan Lights-on Berdasarkan gambar 4.7 di atas, dapat dijelaskan bahwa pada Service Training User memiliki nilai penyelarasan tertinggi, yaitu 4,08. Sedangkan pada aplikasi Lotus Notes memiliki nilai penyelarasan terendah, yaitu 1,96. Berikut rincian nilai penyelarasan lights-on secara keseluruhan:
137
4,08
Presentase Nilai Penyelarasan Lights‐ JD Edwards on Finance and Accountig 3,16 3,52
3,44 3,64 1,96
4,02 3,96
3,98 3,48
3,52
3,47
Report Lotus Notes Hardware Server Software Network Service Infrastructure Help Desk Training User Budgeting /Finance
Gambar 4.7 Presentase Nilai Penyelarasan Lights-on 1. Aplikasi • JD Edwards memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,52 • Finance and Accounting memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,44 • Report memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,64 • Lotus Notes memiliki nilai penyelarasan sebesar 1,96 2. Infrastruktur • Server memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,47 • Hardware memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,98 • Network memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,48 • Software memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,52
138
3. Service • Service Infrastructure memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,96 • Help Desk memiliki nilai penyelarasan sebesar 4,02 • Training User memiliki nialai penyelarasan sebesar 4,08 4. Manajemen • Budgeting/Finance memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,16 4.2.7 Hubungan Nilai Penyelarasan dan Kualitas Terhadap Biaya Aplikasi (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 4.8 Bubble Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan dan Nilai Kualitas terhadap Biaya Aplikasi Berdasarkan gambar 4.8 dapat disimpulkan Perbandingan Nilai Penyelarasan dan Kualitas terhadap Biaya Aplikasi dengan penjelasan sebagai berikut:
139
1. Aplikasi JD Edwards memiliki nilai kualitas sebesar 3,9 dan nilai penyelarasan sebesar 3,52 dengan biaya sebesar Rp 831.500.000,- maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 2. Aplikasi Finance and Accounting memiliki nilai kualitas sebesar 4,2 dan nilai penyelarasan sebesar 3,44 dengan biaya sebesar Rp 301.500.000,maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 3. Aplikasi Report memiliki nilai kualitas sebesar 4,2 dan nilai penyelarasan sebesar 3,64 dengan biaya sebesar Rp 625.500.000,- maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 4. Aplikasi Lotus Notes memiliki nilai kualitas sebesar 4,1 dan nilai penyelarasan sebesar 1,96 dengan biaya sebesar Rp 20.750.000,- maka lights-on ini termasuk kategori Abandon. 4.2.8
Hubungan
Nilai
Penyelarasan
dan
Kualitas
Terhadap
Biaya
Infrastruktur (Dalam Juta Rupiah) Berdasakan gambar 4.9 dapat disimpulkan Perbandingan Nilai Penyelarasan dan Kualitas terhadap Biaya Infrastruktur dengan penjelasan sebagai berikut:
140
Gambar 4.9 Bubble Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan dan Nilai Kualitas terhadap Biaya Infrastruktur 1. Hardware memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,98 dan tingkat kualitas sebesar 3,9 dengan biaya sebesar Rp 1.634.075.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 2. Network memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,48 dan tingkat kualitas sebesar 4,2 dengan biaya sebesar Rp 36.840.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 3. Software memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,52 dan tingkat kualitas sebesar 2,8 dengan biaya sebesar Rp 903.243.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 4. Server memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,47 dan tingkat kualitas sebesar 3,7 dengan biaya sebesar Rp 40.512.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize.
141
4.2.9 Hubungan Nilai Penyelarasan dan Kualitas Terhadap Biaya Service (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 4.10 Bubble Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan dan Nilai Kualitas terhadap Biaya Service Berdasarkan gambar 4.10 dapat disimpulkan Perbandingan Nilai Penyelarasan dan Kualitas terhadap Biaya Service dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Service Infrastructure memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,96 dan tingkat kualitas sebesar 3 dengan biaya sebesar Rp 400.000.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 2. Help Desk memiliki nilai penyelarasan sebesar 4,02 dan tingkat kualitas sebesar 4,3 dengan biaya sebesar Rp 78.000.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Excellent.
142
3. Training User memiliki nilai penyelarasan sebesar 4,08 dan tingkat kualitas sebesar 4 dengan biaya sebesar Rp 25.000.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Excellent. 4.2.10 Hubungan Nilai Penyelarasan dan Kualitas terhadap Biaya Manajemen (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 4.11 Bubble Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan dan Nilai Kualitas Terhadap Biaya Manajemen Berdasarkan gambar 4.11 dapat disimpulkan Perbandingan Nilai Penyelarasan dan Kualitas terhadap biaya Management dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Budgeting/Finance memiliki nilai penyelarasan sebesar 3,16 dan tingkat kualitas sebesar 4,1 dengan biaya sebesar Rp 180.000.000,- Maka lightson ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize.
143
4.2.11 Presentase Nilai Ketergantungan Lights-On
Presentase Nilai Ketergantungan Lights‐ On JD Edwards Finance and Accounting
4,6
3
3,2
Report
4,4
Lotus Notes
4,6
4,6
1,6
Hardware Server
4,6 4,6 4,2 4,8
4,6
Software Network Service Infrastructure Help Desk Training User Budgeting/Finance
Gambar 4.12 Presentase Nilai Ketergantungan Lights-On Berdasarkan gambar 4.12 di atas, dapat dijelaskan bahwa pada infrastruktur Software memiliki nilai ketergantungan tertinggi, yaitu 4,8. Sedangkan pada aplikasi Lotus Notes memiliki nilai ketergantungan terendah, yaitu 1,6. Berikut rincian nilai penyelarasan lights-on secara keseluruhan: 1. Aplikasi • JD Edwards memiliki nilai ketergantungan sebesar 3,2
144
• Finance and Accounting memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,4 • Report memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 • Lotus Notes memiliki nilai ketergantungan sebesar 1,6 2. Infrastruktur • Server memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 • Hardware memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 • Network memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,2 • Software memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,8 3. Service • Service Infrastructure memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 • Help Desk memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 • Training User memiliki nialai ketergantungan sebesar 4,6 4. Manajemen • Budgeting/Finance memiliki nilai ketergantungan sebesar 3
145
4.2.12 Hubungan Nilai Ketergantungan dan Kualitas Terhadap Biaya Aplikasi (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 4.13 Bubble Diagram Hubungan Nilai Ketergantungan dan Nilai Kualitas terhadap Biaya Aplikasi Berdasarkan gambar 4.13 dapat disimpulkan perbandingan nilai ketergantungan dan kualitas terhadap biaya aplikasi dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Aplikasi JD Edwards memiliki nilai kualitas sebesar 3,9 dan nilai ketergantungan sebesar 3,2 dengan biaya sebesar Rp 831.500.000,- maka lights-on ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize. 2. Aplikasi Finance and Accounting memiliki nilai kualitas sebesar 4,2 dan nilai ketergantungan sebesar 4,4 dengan biaya sebesar Rp 301.500.000,maka lights-on ini termasuk kategori Excellent.
146
3. Aplikasi Report memiliki nilai kualitas sebesar 4,2 dan nilai ketergantungan sebesar 4,6 dengan biaya sebesar Rp 625.500.000,- maka lights-on ini termasuk kategori Excellent. 4. Aplikasi Lotus Notes memiliki nilai kualitas sebesar 4,1 dan nilai ketergantungan sebesar 1,6 dengan biaya sebesar Rp 20.750.000,- maka lights-on ini termasuk kategori Abandon. 4.2.13 Hubungan Nilai Ketergantungan dan Kualitas Terhadap Biaya Infrastruktur (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 4.14 Bubble Diagram Hubungan Nilai Ketergantungan dan Nilai Kualitas terhadap Biaya Infrastruktur Berdasarkan gambar 4.14 dapat disimpulkan perbandingan nilai ketergantungan dan kualitas terhadap biaya infrastruktur dengan penjelasan sebagai berikut:
147
1. Hardware memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan tingkat kualitas sebesar 3,9 dengan biaya sebesar Rp 1.634.075.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Improve Only as Needed. 2. Network memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,2 dan tingkat kualitas sebesar 4,2 dengan biaya sebesar Rp 36.840.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Excellent. 3. Software memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,8 dan tingkat kualitas sebesar 2,8 dengan biaya sebesar Rp 903.243.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori crisis. 4. Server memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan tingkat kualitas sebesar 3,7 dengan biaya sebesar Rp 40.512.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Improve Only as Needed. 4.2.14 Hubungan Nilai Ketergantungan dan Kualitas Terhadap Biaya Service (Dalam Juta Rupiah) Berdasarkan gambar 4.15 dapat disimpulkan perbandingan nilai ketergantungan dan kualitas terhadap biaya service dengan penjelasan sebagai berikut:
148
Gambar 4.15 Bubble Diagram Hubungan Nilai Ketergantungan dan Nilai Kualitas terhadap Biaya Service 1. Service Infrastructure memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan tingkat kualitas sebesar 3 dengan biaya sebesar Rp 400.000.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Improve Only As Needed. 2. Help Desk memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan tingkat kualitas sebesar 4,3 dengan biaya sebesar Rp 78.000.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Excellent. 3. Training User memiliki nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan tingkat kualitas sebesar 4 dengan biaya sebesar Rp 25.000.000,- Maka lights-on ini termasuk kategori Excellent.
149
4.2.15 Hubungan Nilai Ketergantungan dan Kualitas Terhadap Biaya Manajemen (Dalam Juta Rupiah)
Gambar 4.16 Bubble Diagram Hubungan Nilai Ketergantungan dan Nilai Kualitas Terhadap Biaya Manajemen Berdasarkan gambar 4.16 dapat disimpulkan perbandingan nilai ketergantungan dan kualitas terhadap biaya manajemen dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Budgeting/Finance memiliki nilai ketergantungan sebesar 3 dan tingkat kualitas sebesar 4,1 dengan biaya sebesar Rp 180.000.000,- Maka lightson ini termasuk kategori Noncritical, Stabilize.
150
4.2.16
Strategi Investasi Berdasarkan Hubungan Kualitas dan Penyelarasan
Gambar 4.17 Total Biaya Lights-on Berdasarkan Hubungan Kualitas dan Penyelarasan (Dalam Juta Rupiah) Berdasarkan gambar 4.17 untuk nilai terhadap penyelarasan dan kualitas pada lights-on dapat dilihat bahwa: - Kategori ”Abandon” memiliki jumlah biaya terkecil yaitu Rp 20.750.000,- yang terdiri dari Lotus Notes. - Kategori “Stabilize” memiliki jumlah biaya terbesar yaitu Rp 4.373.750.000,- yang terdiri dari JD Edwards, Finance and Accounting, Report, Hardware, Network, Software, Server, Service Infrastructure dan Budgeting/Finance.
151
- Kategori “Excellent” memiliki jumlah biaya sebesar Rp 103.000.000,yang terdiri dari Help Desk dan Training User.
• Abandon: Lotus Notes.
Gambar 4.18 Strategi Investasi Portfolio Lights-on Berdasarkan Nilai Penyelarasan dan Kualitas (Pada Kategoti Abandon) Dari gambar 4.18 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Aplikasi, Infrastruktur, Service, dan Manajemen berdasarkan strategi hubungan penyelarasan dan kualitas bersifat Abandon, yaitu dimiliki oleh Lotus Notes, dengan biaya sebesar Rp 20.750.000,-
152
• Stabilize: JD Edwards, Finance and Accounting, Report, Hardware, Network, Software, Server, Service Infrastructure dan Budgeting/Finance.
Gambar 4.19 Strategi Investasi Portfolio Lights-on Berdasarkan Nilai Penyelarasan dan Kualitas (Pada Kategori Stabilize) Dari gambar 4.19 dapat disimpulkan bahwa biaya aplikasi, infrastruktur,
service,
manajemen,
berdasarkan
strategi
hubungan
penyelarasan dan kualitas bersifat Stabilize, yang memiliki biaya terbesar adalah Hardware (Infrastruktur) sebesar Rp 1.634.075.000,- sedangkan yang memiliki biaya paling rendah adalah Network (Infrastruktur) sebesar Rp 36.840.000,- Strategi Investasi yang dilakukan hanya pada pemeliharaan dan pengembangan aplikasi.
153
• Excellent: Help Desk dan Training User.
Gambar 4.20 Strategi Investasi Portfolio Lights-on Berdasarkan Nilai Penyelarasan dan Kualitas (Pada Kategori Excellent) Dari gambar 4.20 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Aplikasi, Infrastruktur, Service, dan Manajemen berdasarkan strategi hubungan penyelarasan dan kualitas bersifat Excellent, yang memiliki biaya terbesar adalah Help Desk, dengan biaya sebesar Rp 78.000.000,- dan biaya terkecil adalah Training User dengan biaya sebesar Rp 25.000.000,-. Strategi investasi baru tidak diperlukan.
154
4.2.17
Strategi
Investasi
Berdasarkan
Hubungan
Kualitas
dan
Ketergantungan
Gambar 4.21 Total Biaya Lights-on Berdasarkan Hubungan Kualitas dan Ketergantungan Berdasarkan gambar 4.21, untuk nilai terhadap ketergantungan dan kualitas pada lights-on dapat dilihat bahwa: - Kategori “Abandon” memiliki jumlah biaya terkecil sebesar Rp 20.720.000,- yaitu dimiliki oleh Lotus Notes. - Kategori “Crisis” memiliki biaya sebesar Rp 903.243.000,- yaitu dimiliki oleh Software. - Kategori “Stabilize” memiliki jumlah biaya sebesar Rp 1.011.500.000,yaitu dimiliki oleh JD Edwards dan Budgeting/Finance.
155
- Kategori “Improve Only as Needed” memiliki jumlah biaya terbesar yaitu Rp 2.074.587.000,- yang terdiri dari Hardware, server dan Service Infrastructure. - Kategori “Excellent” memiliki jumlah biaya sebesar Rp 1.066.840.000,yaitu dimiliki oleh Finance and Accounting, Report, Network, Help Desk, dan Training User.
• Abandon: Lotus Notes
Gambar 4.22 Strategi Investasi Portfolio Lights-on Berdasarkan Nilai Ketergantungan dan Kualitas (Pada Kategori Abandon) Dari gambar 4.22 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Aplikasi, Infrastruktur, Service, dan Manajemen berdasarkan strategi hubungan ketergantungan dan kualitas bersifat Abandon, yaitu dimiliki oleh Lotus
156
Notes, dengan biaya sebesar Rp 20.750.000,- Strategi Investasi baru sangat diperlukan.
• Crisis: Software
Gambar 4.23 Strategi Investasi Portfolio Lights-on Berdasarkan Nilai Ketergantungan dan Kualitas (Pada Kategori Crisis) Dari gambar 4.23 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Aplikasi, Infrastruktur, Service, dan Manajemen berdasarkan strategi hubungan ketergantungan dan kualitas bersifat Crisis, yaitu dimiliki oleh Software, dengan biaya sebesar Rp 903.243.000,-
157
• Stabilize : JD Edwards, dan Budgeting/Finance.
Gambar 4.24 Strategi Investasi Portfolio Lights-On Berdasarkan Nilai Ketergantungan dan Kualitas (Pada Kategori Stabilize) Dari gambar 4.24 dapat disimpulkan bahwa biaya aplikasi, infrastruktur,
service,
manajemen,
berdasarkan
strategi
hubungan
penyelarasan dan kualitas bersifat Stabilize, yang memiliki biaya terbesar adalah JD Edwards (Aplikasi) sebesar Rp 831.500.000,- sedangkan yang memiliki biaya paling rendah adalah Budgeting Finance (Management) sebesar Rp 180.000.000,- Strategi Investasi yang dilakukan hanya pada pemeliharaan dan pengembangan aplikasi.
158
• Improve Only as Needed: Hardware, Server, dan Service Infrastructure.
Gambar 4.25 Strategi Investasi Portfolio Lights-On Berdasarkan Nilai Ketergantungan dan Kualitas (Pada Kategori Improve Only as Needed) Pada gambar 4.25 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Aplikasi, Infrastruktur, Service, dan Manajemen berdasarkan strategi hubungan penyelarasan dan kualitas bersifat Improve Only as Needed yang memiliki biaya yang terbesar yaitu pada Hardware (Infrastruktur) sebesar Rp 1.634.075.000,- sedangkan yang memiliki biaya yang paling rendah adalah Server (Infrastruktur) sebesar Rp
40.512.000,- Strategi investasi yang
dilakukan pada saat darurat atau saat dibutuhkan saja.
159
• Excellent: Finance and Accounting, Report, Network, Help Desk dan Training User.
Gambar 4.26 Strategi Investasi Portfolio Lights-On Berdasarkan Nilai Ketergantungan dan Kualitas (Pada Kategori Excellent) Dari gambar 4.26 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Aplikasi, Infrastruktur, Service, dan Manajemen berdasarkan strategi hubungan penyelarasan dan kualitas bersifat Excellent, yang memiliki biaya sebesar Rp 1.066.840.000,- dengan biaya terbesar dimiliki oleh Report sebesar Rp 625.500.000,- dan biaya terkecil adalah Training User dengan biaya sebesar Rp 25.000.000,-. Strategi investasi baru tidak diperlukan.
160
4.2.18
Hubungan Kualitas, Penyelarasan Strategi, Ketergantungan, dan Jangkauan Pengguna
Gambar 4.27 Hubungan Kualitas, Penyelarasan strategi, Ketergantungan, dan Jangkauan Pengguna Dari Gambar 4.27 diatas dapat disimpulkan dengan semakin tinggi nilai kualitas maka kinerja sistem tersebut semakin baik, semakin tinggi nilai penyelarasan strategi maka sistem aplikasi tersebut semakin sesuai dengan strategi bisnis perusahaan, semakin tinggi nilai ketergantungan maka sistem aplikasi semakin dibutuhkan oleh perusahaan dan semakin tinggi nilai
161
jangkauan pengguna maka sistem tersebut semakin banyak digunakan dalam perusahaan. Berikut penjelasan rinci: • JD Edwards memiliki nilai kualitas sebesar 3,9. Nilai penyelarasan sebesar 3,52. Nilai ketergantungan sebesar 3,2 dan jangkauan sebesar 2,2. • Finance and Accounting memiliki nilai kualitas tinggi sebesar 4,2. Nilai penyelarasan sebesar 3,44. Nilai ketergantungan sebesar 4,4 dan jangkauan sebesar 4,8. • Report memiliki niali kualitas tinggi sebesar 4,2. Nilai penyelarasan sebesar 3,64. Nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan jangkauan sebesar 4,4. • Lotus Notes memiliki niali kualitas tinggi sebesar 4,1. Nilai penyelarasan sebesar 1,96. Nilai ketergantungan sebesar 1,6 dan jangkauan sebesar 4. • Server memiliki nilai kualitas sebesar 3,7. Nilai penyelarasan sebesar 3,47. Nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan jangkauan sebesar 4,2. • Hardware memiliki nilai kualitas sebesar 3,9 nilai penyelarasan sebesar 3,98 nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan jangkauan sebesar 4,6. • Network memiliki nilai kualitas sebesar 4,2. Nilai penyelarasan sebesar 3,48. Nilai ketergantungan sebesar 4,2 dan jangkauan sebesar 2,8. • Software memiliki nilai kualitas sebesar 2,8. Nilai penyelarasan sebesar 3,52. Nilai ketergantungan sebesar 4,8 dan jangkauan sebesar 4,4.
162
• Service Infrastructure
memiliki
nilai kualitas
sebesar
3.
Nilai
penyelarasan sebesar 3,96. Nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan jangkauan sebesar 4,8. • Help Desk memiliki nilai kualitas sebesar 4,3. Nilai penyelarasan sebesar 4,02. Nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan jangkauan sebesar 4,6. • Training User memiliki nilai kualitas sebesar 4. Nilai penyelarasan sebesar 4,08. Nilai ketergantungan sebesar 4,6 dan jangkauan sebesar 4,2. • Budgeting/Finance memiliki nilai kualitas sebesar 4,1. Nilai penyelarasan sebesar 3,16. Nilai ketergantungan sebesar 3 dan jangkauan sebesar 4,2. 4.3 Hasil analisis Demand/Supply Planning Hasil output dari praktek Demand/Supply planning adalah Strategic IT Agenda, Strategic IT Plan, dan Strategic IT Requirements yang akan diuraikan dalam sub bab berikut. 4.3.1 Strategic IT Agenda Tabel 4.1 Demand/Supply Planning: Meningkatkan keuntungan perusahaan secara berkelanjutan Demand Supply Konteks Strategi Bisnis Perencanaan Strategi Perencanaan Strategi untuk Penggunaan TI untuk Pemasok TI Penggunaan sistem untuk Membangun sarana Arahan Meningkatkan pendukung untuk Strategi keuntungan perusahaan mendukung keputusan secara berkelanjutan perusahaan terhadap mendukung DSS. proyek yang akan diambil.
163
Membangun sistem Tujuan Meningkatkan performa Menggunakan aplikasi untuk mendukung proses pendukung untuk Strategi perusahaan dalam penyelesaian proyek. bisnis perusahaan. pengerjaan di lapangan. Inisiatif Strategi
Meminimalisasikan kegagalan dan kerugian dari setiap proyek yang akan dijalankan
Menggunakan aplikasi yang dapat menunjang keputusan berdasarkan berdasarkan data historis dengan kemampuan what-if analisis
Menerapkan aplikasi DSS sehingga dapat mengambil keputusan untuk menentukan proyak yang akan dijalankan
Tabel 4.2 Demand/Supply Planning: Meningkatkan pemberdayaan tenaga kerja Demand
Supply
Konteks Strategi Bisnis Arahan Meningkatkan Strategi pemberdayaan tenaga kerja.
Perencanaan Strategi untuk Penggunaan TI Mengelola pengetahuan karyawan.
Perencanaan Strategi untuk Pemasok TI Menyediakan aplikasi Meminimalisasi kegagalan dari proyek yang sedang yang dapat mengelola pengetahuan karyawan
Tujuan Meningkatkan Strategi kompetensi karyawan
Mengintegrasikan dan menyebarkan Sumber daya pengetahuan perusahaan.
Memanfaatkan aplikasi untuk mengelola karyawan dalam mendukung proses bisnis perusahaan.
Inisiatif Strategi
Meningkatkan knowledge karyawan untuk pengembangan kinerja karyawan
Menyediakan aplikasi yang dapat mendukung pengembangan kinerja karyawan
Pengimlementasian aplikasi KM pada perusahaan
164
Tabel 4.3 Demand/Supply Planning: Fokus kepada kegiatan operasional perusahaan Demand Konteks Strategi Perencanaan Strategi Bisnis untuk Penggunaan TI Arahan Fokus kepada kegiatan Karyawan dapat Strategi operasional perusahaan menggunakan sistem dengan baik dan sesuai dengan fungsinya
Supply Perencanaan Strategi untuk Pemasok TI Menyediakan aplikasi yang dapat mendukung kinerja karyawan
Aplikasi yang ada dapat Tujuan Meningkatkan Strategi efektifitas dan efisiensi membantu mengolah perusahaan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan
Memanfaatkan aplikasi yang dapat membantu karyawan agar lebih fokus dengan kegiatan analisa.
Meningkatkan control Mengimplementasikan Inisiatif Meminimalisasi manajemen, akurasi dan aplikasi SAP yang Strategi kegagalan dari proyek yang sedang dikerjakan. standarisasi proses dapat mengintegrasikan seluruh proses bisnis
4.3.2 Strategic IT Plan Perencanaan strategi TI untuk mendukung kebutuhan TI di PT. Huabei Petroleum Service adalah sebagai berikut: • Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengelola informasi mengenai kegiatan operasional bisnis perusahaan agar berjalan lebih efisien dan efektif. • Mengembangkan teknologi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. • Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan
165
upgrade dan maintenance pada sumber daya yang ada dalam perusahaan. 4.3.3 Strategic IT Requirement Dalam IT Requirements, dibuat perencanaan TI beberapa tahun ke depan untuk memprioritaskan peningkatan atau pengembangan sistem dalam mendukung arahan strategi bisnis yang ingin dicapai perusahaan. Berikut adalah strategi perencanaan TI untuk tiga tahun ke depan. Tabel 4.4 Strategic IT Requirements Tahun I
Perencanaan penggunaan TI • Optimalisasi SAP • Mempersiapkan proyek aplikasi KMS dan GIS serta perencanaan biaya, dampak dan resiko II • Mengimplementasikan GIS sebagai sistem untuk menampilkan peta dan tampilan grafis lainnya yang mendukung keputusan dalam menentukan lokasi yang potensial untuk pengeboran. • Trainning GIS kepada karyawan • Melakukan development dan maintenance terhadap proyek secara berkelanjutan. III • Mengimplementasikan KMS sebagai system untuk mengelola dan meningkatkan pengetahuan karyawan. • Trainning user • Melakukan development dan maintenance terhadap proyek secara berkelanjutan. 4.4.1 Hasil Pembahasan Portfolio Proyek Analisa portfolio proyek berdasarkan data dari portfolio terdapat beberapa hubungan yang mendukung pembuatan keputusan: • Analisa dampak dan resiko terhadap biaya
166
Gambar 4.28 Analisa Resiko dan Dampak Portfolio Proyek Terhadap Biaya Diagram
diatas
memperlihatkan
gambaran
prioritisasi
dengan
hubungan keterkaitan antara resiko dan dampak terhadap biaya. Dengan nilai resiko yang terbesar adalah Geographic Information System sebesar 7 dan nilai dampak sebesar 294 dengan biaya Rp 116.300.000,- dibandingkan dengan nilai resiko adalah Knowledge Management System sebesar 6,7 dan nilai dampak sebesar 218 dengan biaya Rp 55.000.000,- Jadi hasil dari diagram menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai dampak, maka potensial kesuksesan proyek tersebut semakin besar. 4.4.2 Prioritization Berdasarkan Gambar 4.28 analisa dampak dan resiko portfolio proyek terhadap biaya, maka langkah investasi yang menjadi prioritas utama dalam perencanaan
pengembangan
proyek
perusahaan
adalah
Geographic
Information System yang memiliki dampak lebih besar terhadap perusahaan yaitu 294 dibandingkan dengan proyek Knowledge Management System
167
yang menduduki prioritas kedua karena memiliki dampak yang lebih kecil yaitu 218. 4.5
Innovation Perencanaan Innovation dalam NIE terdiri dai 4 komponen yaitu: • Business And Technology Monitoring (Apa saja perubahan yang mempengaruhi perusahaan) Merupakan sebuah review untuk teknologi informasi dan manajemen bisnis terhadap kegiatan dan teknologi informasi yang dapat berdampak pada bisnis perusahaan. Proses ini menghasilkan sebuah teknologi informasi dan laporan status bisnis dan penggunaan sumber daya di luar perusahaan yang berjalan pada PT. Huabei Petroleum Service. Bagian ini berfokus pada perubahan apa yang dapat mempengaruhi proses bisnis: - Efektitas dan efisiensi dalam kegiatan pengeboran minyak dan gas. - Proses dalam mengelola dan menyebarkan pengetahuan karyawan. - Pengetahuan perusahaan dalam bentuk teknologi. - Proses data dan informasi sepat tersedia karena adanya system SAP. - Pengurangan resiko redundancy data. • Innovation Visoning (Perubahan apa yang dapat dilakukan) Pada tahap ini akan dikembangkan beberapa alternative yang dapat memberikan arah yang jelas pada perusahaan untuk menjawab perubahan yang akan terjadi. Tahap ini berfokus pada apa yang telah dilakukan PT. Huabei Petroleum Service untuk mengembangkan bisnisnya sesuai investasi
168
yang telah dilakukan dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan. Alternatif yang dapat mendukung strategi bisnis perusahaan adalah sebagai berikut: - Mengembangkan aplikasi yang mendukung arahan strategi untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara berkelanjutan dengan tersedianya dukungan TI dalam perusahaan. - Mengembangkan aplikasi yang dapat mengelola pengetahuan karyawan
sehingga
terjadi
proses
penyebaran
pengetahuan
karyawan. • Business Context and Choices (Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan) Tahap ini merupakan pemilihan alternatif yang nantinya akan digunakan sebagai jawaban atas strategi yang sudah ada. Dalam tahap ini akan ditentukan beberapa criteria yang dibutuhkan oleh strategi bisnis dalam upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan dari beberapa alternatif yang telah dibuat dalam tahap Innovation Visoning yang telah menghasilkan beberapa inovasi alternative untuk mendukung strategi bisnis. - Mengimplementasikan proyek yang akan dikembangkan (GIS & KMS) karena aplikasi ini dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya. - Menyediakan infrastruktur, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pengimplementasian proyek yang akan dkembangkan.
169
• Actionable Innovation (Apa yang akan perusahaan lakukan) Tahap terakhir ini berfokus pada apa yang akan dilakukan oleh PT. Huabei Petroleum Service dalam proses menerapkan ide-ide baru agar menjadi realisasi tundakan nyata dapat dilakukan untuk mendukung kinerja dan strategi dalam perusahaan. Fokus pendefinisian skenario bisnis dan teknologi berdasarkan sebuah kondisi bisnis maupun teknologi baru: - Melakukan pengembangan dan maintenance secara berkala dan berkelanjutan terhadap apikasi proyek tersebut. - Melakukan maintenance aplikasi lights-on agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan proses bisnis perusahaan. - Menentukan SDM yang potensial. 4.6 Hasil Analisis Manajemen Agenda Manajemen agenda dimaksudkan untuk mengetahui apakah investasi TI yang sudah dilakukan terkait dengan strategi bisnis yang ingin dicapai perusahaan. Manajemen agenda juga dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki proses manajemen yang ada. Berikut ini adalah hasil analisis dari manajemen agenda yang diisi oleh pihak manajemen perusahaan: • Manajemen Agenda 1 (Menentukan Sasaran) Dalam Management Agenda 1 ini dapat diketahui bahwa manager TI dan bisnis berpartisipasi secara efektif dan konsisten dalam melaksanakan proses manajemen yang memperbaiki kontribusi TI pada kinerja bisnis (bottom-line) lapisan bawah sehingga investasi TI diprioritaskan pada
170
strategi bisnis yang menunjang keefektifan bisnis. Dapat disimpulkan bahwa PT. Huabei Petroleum Service memiliki perancangan dan manajemen yang berfokus pada keseluruhan pengeluaran TI baik operasional maupun proyek. • Manajemen Agenda 2 (Bertanya dengan pertanyaan yang tepat) Dalam Management Agenda 2 ini dapat diketahui bahwa manager TI dapat menerjemahkan strategi bisnis perusahaan ke dalam tindakan TI dengan menggunakan dan menginvestasikan sumber daya TI baik lama maupun baru pada lokasi yang tepat. Perusahaan juga secara detil dan jelas mengetahui pengalokasian dana TI secara efektif dengan mengurangi biaya TI yang tidak perlu agar manfaat yang didapatkan perusahaan sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Dapat disimpulkan bahwa manajemen TI mampu menerjemahkan strategi bisnis ke dalam tindakan TI dengan menggunakan sumber saya TI dan dana lokasi yang tepat guna. • Manajemen Agenda 3 (Menghubungkan pada bottom-line) Dalam Management Agenda 3 ini dapat diketahui bahwa manager TI dan bisnis mengetahui arahan strategi perusahaan dengan jelas dan berpartisipasi secara efektif pada proses manajemen. Prioritas investasi dan pengeluaran biaya TI yang mencakup pengembangan, operasional, perawatan dan pelayanan harus selaras dengan arahan strategi yang ada di perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan TI dalam perusahaan diprioritaskan berdasarkan arahan strategi perusahaan.
171
• Manajemen Agenda 4 (Mengerti biaya dan sumber daya) Dengan adanya analisis biaya TI dan proyek dengan menggunakan portfolio maka dapat diperoleh penaksiran kegiatan operasional berdasarkan nilai kualitas, tingkat layanan, dan penyelarasan strategi, sehingga dapat menghasilakan strategi investasi untuk aplikasi yang ada maupun strategi untuk pengeluaran operasional yang dimiliki. • Manajemen Agenda 5 (Fokus pada seusatu yang benar) Proses pelaksanaan dan manajemen perusahaan menghasilkan arahan strategi yang tegas dan mampu untuk dilaksanakan. Semua aktifitas dan pengeluaran TI diatur kedalam portfolio sumber daya dan proses untuk keperluan perkiraan dampak, pengelolaan kinerja, perkiraan tingkat kualitas dan membuat suasana kerja kondusif serta komitmen sumber daya dimana semua sumber daya baik perngeluaran operasional maupun investasi baru, dialoksikan dan dianggarkan secara tegas terkait dengan arahan strategi. • Manajemen Agenda 6 (Mengadopsi proses yang efektif untuk menghasilkan tindakan) Perusahaan meningkatkan dampak strategi dan ooperasional pada investasi TI perusahaan. Semua investasi TI dan sumber daya berkontribusi pada kinerja bisnis, hal ini dapat dilihat dari kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan kontribusi TI pada kinerja bisnis dan menghasilkan aplikasi yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan pada TI.