BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pendekatan Perhitungan Risiko Operasional
Basel II Accord membolehkan bank untuk menggunakan salah satu dari tiga pendekatan untuk menghitung modal risiko operasional. Suatu bank memiliki kemampuan untuk berpindah dari suatu pendekatan yang sederhana ke pendekatan yang sangat kompleks dengan menggunakan pendekatan statistik. Pendekatanpendekatan tersebut adalah The Basic Indicator Approach, The Standardized Approach dan The Advanced Measurement Approach.
Berdasarkan pendekatan Basic Indicator Approach (BIA) modal risiko operasional yang dibutuhkan dihitung berdasarkan persentase tetap dari pendapatan kotor (gross income). Standardized Approach membagi bisnis bank menjadi 8 jenis. Persyaratan modal untuk setiap jenis bisnis dihitung dengan persentase pendapatan kotor (gross income)
untuk setiap jenis bisnis. Hasilnya ditambahkan untuk
memperoleh modal risiko operasional. Di bawah lingkungan tertentu, bank dapat menggunakan Alternative Standardized Approach (ASA). Dengan Advanced Measurement Approach (AMA), bank diijinkan menggunakan model internal miliknya untuk menghitung modal risiko operasional.
3.1.1 Indikator Eksposur
Ketiga metode menggunakan indikator eksposur risiko yang bervariasi. Indikator eksposur risiko didefinisikan sebagai satu faktor yang memberi indikasi terhadap tingkat eksposur risiko satu bank, semakin tinggi nilai indikator eksposur maka
Universitas Sumatera Utara
24
semakin tinggi risikonya. Indikator yang digunakan ketiga metode tersebut sebagai indikator eksposur risikonya adalah pendapatan kotor (gross income).
3.1.2. Pendapatan Kotor (Gross Income)
Definisi gross income dalam Basel II, pendapatan kotor (gross income) didefinisikan sebagai jumlah pendapatan bunga bersih (net interest income) dan pendapatan non bunga bersih (net non-interest income). Yang termasuk pendapatan bunga bersih (net interest income) dan pendapatan non bunga bersih (net non-interest income) ditentukan oleh supervisor nasional dan/atau standar akuntansi nasional.
Misalnya, pendapatan bunga bersih (net interest income) bisa didefinisikan sebagai pendapatan pinjaman dan asset lainnya yang menghasilkan bunga, dikurangi biaya simpanan dan passiva yang berbiaya bunga. pendapatan non bunga bersih (net non-interest income) mencakup biaya dan komisi, dan pendapatan bersih (netto) dari aktivitas perdagangan lainnya yaitu diluarpinjaman dan simpanan.
Pendapatan kotor (Gross Income) merepresentasikan bentuk pendapatan aktivitas perbankan yang normal, dan sebaiknya tidak memasukkan :
1).
Setiap provisi
2).
Setiap pengeluaran operasi
3).
Laba atau rugi dari hasil penjualan sekuritas pada banking book
4).
Item luar biasa atau item yang tidak rutin
5).
Kerusian risiko operasional
6).
Pendapatan yang diperoleh dari bisnis asuransi
Dalam kerangka kerja Basel II, biaya operasi dikeluarkadari pendapatan kotor (gross income). Biaya operasi termasuk setiap pembayaran pada pihak ketiga seperti outsourcing. Namun, apabila bank menyediakan jasa outsourcing untuk lembaga lain, makapendapatan dari jasa ini harus dimasukkan dalam pendapatan kotor (gross income), karena dalam hal ini jasa-jasa tersebut adalah bagian dari pendapatan dari
Universitas Sumatera Utara
25
kegiatan pendagangan lain. Penting untuk dicatat, bahwa kedua kegiatan outsourcing membawa risiko operasional untuk bank.
3.1.3 Pendapatan Kotor (Gross Income) Negatif
Pada periode tiga tahun, bank mungkin tidak selalu memperoleh pendapatan kotor (gross income) yang positif. Apabila pendapatan kotor (gross income) yang negatif dimasukkan pada rat-rata tiga tahun, ini mengacaukan perhitungan dan dapat mengkelirukan jumlah modal regulasi yang dibutuhkan. Komite Basel secara tegas mengatur pembebanan modal terdistorsi, maka supervisor bank memiliki hak untuk mengambil tindakan sesuai kerangka kerja pilar 2.
Apabila pada kurun waktu tiga tahun ada pendapatan kotor (gross income) negatif, maka pendapatan kotor (gross income) ini tetap dimasukkan pada perhitungan, tetapi pendapatan kotor tahun tersebut dianggap nol.
3.2 Metode Standarisasi (Standardized Approach)
Standardized Approach mencoba mengatasi kurangnya sensitivitas risiko dari Basic Indicator Approach dengan cara :
1).
Membagi aktivitas ke dalam delapan jenis bisnis.
2).
Menggunakan
pendapatan kotor (gross income) dari tiap jenis bisnis
digunakan sebagai indikator risiko operasional atas masing-masing jenis bisnis.
Model ini menjelaskan mekanisme-mekanisme metodologi dan penggandaan (multiplier) yang digunakan. Standardized Approach (SA) menggunakan pendapatan kotor (gross income) masing-masing jenis bisnis daripada mengunakan total pendapatan bank karena dapat diasumsikan bahwa pendapatan kotor (gross income) masing-masing jenis bisnis mengindikasikan ukuran operasi setiap jenis bisnis.
Universitas Sumatera Utara
26
Pendapatan koor (gross income) dengan demikian menghubungkan jumlah bisnis dalam satu jenis bisnis spesifik terhadap tingkat risiko operasional yang melekat di dalam bisnis tersebut.
Dengan memecah bank menjadi bisnis yang berbeda-beda dan memberikan persentase yang berbeda kepada tiap jenis bisnis, Standardized Approach (SA) menghubungkan areal bisnis bank dan risikonya dengan pembebanan modal risiko operasional. Kebutuhan modal untuk tiap jenis bisnis dihitung sebagai persentase pendapatan kotor (gross income) jenis bisnis tersebut. Hasilnya ditambahkan untuk memberi total modal risiko operasional untuk bank.
Menurut Standardized Approach (SA), jumlah modal agregat dihitung untuk setiap tiga tahun terakhir. Jumlah agregat ini diambil rata-ratanya untuk menghasilkan jumlah modal regulasi risiko operasional yang dibutuhkan menurut pendekatan Standardized Approach (SA).
Modal regulasi agregat untuk tahun tunggal dihitung dengan menambahkan hasil pendapatan kotor (gross income), dikalikan dengan faktor beta untuk setiap jenis bisnis. Tidak penting apakah pendapatan kotor (gross income) untuk setiap jenis bisnis negatif, karena secara sederhana dapat dimasukkan dalam perhitungan. Apabila jumlah keseluruhan untuk tahun tertentu adalah negatif, maka angkanya diganti menjadi nol (0) untuk perhitungan rata-rata. Jadi, nilai rata-rata menurut Standardized Approach (SA) selalu dihitung selama tiga tahun.
Rumus perhitungan modal regulasi risiko operasional menurut Standardized Approach (SA) yang diperlukan adalah :
(3-1)
dimana :
K TSA = adalah Modal regulasi yang diperlukan dalam Standardized Approach.
Universitas Sumatera Utara
27
GI 1-8
= adalah Pendapatan kotor (gross income) untuk tiap jenis bisnis.
β 1-8
= adalah Beta untuk tiap jenis bisnis.
3.2.1 Jenis Bisnis Risiko Operasional
Standardized Approach (SA) membagi operasi bank menjadi delapan jenis bisnis yang berbeda. Dengan cara ini, pendekatan tersebut mengakui bahwa setiap jenis bisnis berbeda sifatnya dan dengan demikian memiliki karakteristik risiko operasional yang berbeda.
Penggunaan
jenis
bisnis
yang
berbeda
mendorong
bank
untuk
mengalokasikan modal regulasi menurut jenis bisnisnya.
Basel Capital Accord II memberikan satu susunan standar jenis-jenis bisnis dan proses pemetaan struktur aktual satu bank terhadap Standardized Approach (SA). Delapan jenis bisnis tersebut adalah :
1).
Pembiayaan Wholesale (Corporate Finance)
2).
Pembayaran dan Penyelesaian (Payment and Settlement)
3).
Jasa Kelembagaan (Agency Services)
4).
Manajemen Aset (Asset Management)
5).
Perdagangan dan Penjualan (Trading and sales)
6).
Retail Banking (Retail Banking)
7).
Komersial Bank (Commercial Banking)
8).
Broker Ritel (Retail Brokerage)
3.2.2 Nilai Beta Jenis Bisnis Risiko Operasional
Nilai beta untuk setiap jenis bisnis pada esensinya adalah faktor pembobotan risiko (risk weighting). Setiap beta menghubungkan kerugian risiko operasional yang dialami satu jenis bisnis terhadap pendapatan kotor (gross income) atas bisnis tersebut. Semakin tinggi nilai beta, semakin besar pula potensi kerugian risiko operasional. Beta mencoba membobot modal risiko operaasional berdasarkan jenis bisnis dimana
Universitas Sumatera Utara
28
bank paling aktif. Perhitungan modal regulasi untuk setiap jenis bisnis dengan menggunakan nilai beta dan pendapatan kotor (gross income) menghubungkan skala aktivitas bisnis yang dilakukan bank dengan risiko yang dikelolanya.
Nilai beta yang ditetapkan komite Basel mirip dengan cara penetapan nilai beta yang digunakan Standardized Approach (SA). Nilai beta didapatkan dengan cara mengaplikasikan metode statistik terhadap data kerugian risiko operasional dan alokasi modal yang dikumpulkan dari beberapa bank selama proses QIS.
Tabel 3.1 Nilai Beta Tiap Jenis Bisnis Risiko Operasional
Jenis beta
Beta (%)
Pembiayaan Wholesale (Corporate Finance)
18
Perdagangan dan Penjualan (Trading and sales)
18
Retail Banking (Retail Banking)
12
Komersial Bank (Commercial Banking)
15
Pembayaran dan Penyelesaian (Payment and Settlement)
18
Jasa Kelembagaan (Agency Services)
15
Manajemen Aset (Asset Management)
12
Broker Ritel (Retail Brokerage)
12
3.3 Contoh Kasus
Bank AA adalah retail banking dan bank AA memiliki pendapatan kotor (gross income) untuk setiap jenis bisnisnya selama tiga tahun terakhir yang dinyatakan dalam bulan setiap tahunnya dimulai dari tahun 2004-2006.
Maka hitunglah besar modal regulasi risiko operasional tahun 2007 serta prediksi pendapatan kotor untuk tahum 2007 kemudian hitunglah kembali modal regulasi risiko operasional untuk tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
29
Keterangan untuk tabel :
I
: Pembiayaan Wholesale (Corporate Finance)
II
: Perdagangan dan Penjualan (Trading and sales)
III
: Retail Banking (Retail Banking)
IV
: Komersial Bank (Commercial Banking)
V
: Pembayaran dan Penyelesaian (Payment and Settlement)
VI
: Jasa Kelembagaan (Agency Services)
VII
: Manajemen Aset (Asset Management)
VIII
: Broker Ritel (Retail Brokerage)
A1
: Frekuensi Pembiayaan Wholesale (Corporate Finance)
B1
: Dampak Pembiayaan Wholesale (Corporate Finance)
A2
: Frekuensi Perdagangan dan Penjualan (Trading and sales)
B2
: Dampak Perdagangan dan Penjualan (Trading and sales)
A3
: Frekuensi Retail Banking (Retail Banking)
B3
: Dampak Retail Banking (Retail Banking)
A4
: Frekuensi Komersial Bank (Commercial Banking)
B4
: Dampak Komersial Bank (Commercial Banking)
A5
: Frekuensi Pembayaran dan Penyelesaian (Payment and Settlement)
B5
: Dampak Pembayaran dan Penyelesaian (Payment and Settlement)
A6
: Frekuensi Jasa Kelembagaan (Agency Services)
B6
: Dampak Jasa Kelembagaan (Agency Services)
A7
: Frekuensi Manajemen Aset (Asset Management)
B7
: Dampak Manajemen Aset (Asset Management)
A8
: Frekuensi Broker Ritel (Retail Brokerage)
B8
: Dampak Broker Ritel (Retail Brokerage)
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 3.2 Pendapatan Kotor (gross income) untuk Tahun 2004/Bulan JENIS BISNIS BULAN
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
A1
B1
A2
B2
A3
B3
A4
B4
A5
B5
A6
B6
A7
B7
A8
B8
2
1.6
1
0.8
2
3.5
2
0.85
2
0.65
2
0.85
2
1.8
2
0.65
2
1
0.75
3
2.4
4
9
3
1.25
1
0.22
2
0.7
3
2.5
2
0.55
3
2
1.8
1
0.9
2
3.3
1
0.52
2
0.42
1
0.25
2
0.25
1
0.36
4
2
1.9
1
0.85
3
5.35
1
0.5
1
0.23
1
0.3
2
1.33
2
0.5
5
1
1
3
2.4
4
6.85
2
0.85
2
0.53
2
0.65
1
0.95
1
0.43
6
3
2.7
2
1.8
3
4.75
3
1.35
2
0.7
1
0.35
3
2.8
1
0.26
7
1
0.85
2
2.1
1
2.25
2
0.95
1
0.21
1
0.28
1
3.2
2
0.45
8
3
2.55
1
1.1
2
3.45
2
0.86
1
0.24
1
0.23
3
2.5
2
0.56
9
2
1.8
3
2.8
4
8.4
1
0.5
2
0.65
2
0.5
2
0.83
1
0.3
10
1
0.95
2
1.65
3
5.8
2
0.95
1
0.25
1
0.3
1
0.98
2
0.42
11
2
2
3
2.25
2
3.95
1
0.57
1
0.3
1
0.25
2
1.5
1
0.22
12
2
2.1
1
0.95
4
8.4
2
0.85
2
0.6
1
0.35
2
1.38
1
0.3
1
Jumlah
22
20
23
20
34
65
22
10
18
5
16
5
24
20
18
5
Mean
1.83
1.67
1.92
1.67
2.83
5.42
1.83
0.83
1.5
0.42
1.33
0.42
2
1.67
1.5
0.42
Median
2
1.8
2
1.73
3
5.05
2
0.85
1.5
0.36
1
0.33
2
1.44
1.5
0.43
Modus
2
1.8
1
2.4
2
8.4
2
0.85
2
0.65
1
0.25
2
2.5
2
0.3
Range Std. Deviasi
2
1.95
2
2
3
6.75
2
0.85
1
0.49
1
0.63
2
2.96
1
0.43
0.72
0.65
0.9
0.72
1.03
2.29
0.72
0.28
0.52
0.2
0.49
0.21
0.74
0.9
0.52
0.13
Gambar 3.1 Grafik Pendapatan Kotor (gross income) Tahun 2004/Bulan Manajemen Aset Perdagangan dan Penjualan
10
Retail Banking Jumlah
8 Komersial Bank
6 4
Pembayaran dan Penyelesaian
2
Jasa Kelembagaan
0
Broker Ritel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan
Pembiayaan Wholesale
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 3.3 Pendapatan Kotor (gross income) untuk Tahun 2005/Bulan JENIS BISNIS BULAN
I A1
II B1
A2
III B2
IV
A3
B3
A4
V
VI
VII
B4
A5
B5
A6
B6
A7
VIII B7
A8
B8
1
2
1
1
0.65
2
4.5
2
0.6
1
0.35
2
0.8
2
0.7
1
0.3
2
1
0.06
3
1.95
1
1.9
2
0.75
1
0.28
1
0.3
1
0.65
2
0.5
3
2
1.15
1
0.75
2
2.5
1
0.3
2
0.8
1
0.25
2
1.2
1
0.33
4
2
1.35
1
0.65
3
5
1
0.23
1
0.23
1
0.24
2
1.25
2
0.48
5
1
0.65
3
1.75
1
2.3
2
0.45
2
0.65
2
0.55
1
0.65
1
0.3
6
2
1.15
2
1.5
3
4.6
1
0.25
2
0.7
2
0.48
3
1.65
1
0.22
7
1
0.55
2
1.45
1
2.2
1
0.28
1
0.28
1
0.29
1
0.55
2
0.58
8
1
0.6
1
1
2
3.2
2
0.65
1
0.22
2
0.38
1
0.75
2
0.49
9
2
0.95
3
1.8
2
2.8
1
0.3
2
0.52
2
0.51
2
1.05
1
0.26
10
1
0.75
2
1.35
4
6.3
2
0.54
1
0.25
2
0.55
1
0.5
3
0.85
11
1
0.6
2
1.2
2
3.2
2
0.43
1
0.28
1
0.35
2
0.94
1
0.43
12
2
1.2
1
0.95
3
6.5
1
0.24
2
0.45
1
0.3
2
0.11
1
0.27
Jumlah
18
10
22
15
26
45
18
5
17
5
18
5
20
10
18
5
Mean
1.5
0.83
1.83
1.25
2.17
3.75
1.5
0.42
1.42
0.42
1.5
0.42
1.67
0.83
1.5
0.42
Median
1.5
0.85
2
1.28
2
3.2
1.5
0.36
1
0.32
1.5
0.37
2
0.73
1
0.38
Modus
2
1.15
1
0.65
2
3.2
2
0.3
1
0.28
2
0.3
2
0.65
1
0.3
Range Std. Deviasi
1
1.29
2
1.3
3
4.6
1
0.53
1
0.58
1
0.56
2
1.54
2
0.63
0.52
0.37
0.83
0.46
0.94
1.59
0.52
0.18
0.51
0.2
0.52
0.17
0.65
0.41
0.67
0.18
Gambar 3.2 Grafik Pendapatan Kotor (gross income) Tahun 2005/Bulan Manajemen Aset
7
Perdagangan dan Penjualan
6
Retail Banking
Jumlah
5
Komersial Bank
4 3
Pembayaran dan Penyelesaian
2
Jasa Kelembagaan
1 0
Broker Ritel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan
Pembiayaan Wholesale
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 3.4 Pendapatan Kotor (gross income) untuk Tahun 2006/Bulan JENIS BISNIS BULAN
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
A1
B1
A2
B2
A3
B3
A4
B4
A5
B5
A6
B6
A7
B7
A8
B8
1
2
1.5
1
0.8
2
4.5
2
0.56
2
0.65
2
0.65
2
1.5
2
0.6
2
1
0.85
3
1.6
1
2.4
2
0.85
2
0.53
1
0.48
3
2.6
1
0.3
3
2
0.75
1
0.9
2
3.5
1
0.25
1
0.38
2
0.65
2
1.8
1
0.28
4
2
1.2
1
0.85
3
5.5
1
0.2
1
0.35
1
0.33
2
1.75
2
0.56
5
1
0.95
3
1.75
4
6.9
1
0.25
2
0.55
1
0.29
1
0.95
1
0.28
6
3
1.9
2
1.15
2
4.8
2
0.59
2
0.38
2
0.56
3
2.75
1
0.31
7
1
0.85
2
1.25
1
2.25
1
0.3
1
0.26
2
0.54
1
1.1
2
0.63
8
3
2.3
1
1.1
2
3.8
2
0.58
2
0.45
1
0.29
1
0.9
2
0.66
9
2
1.2
3
1.75
3
8.8
1
0.28
2
0.42
2
0.47
2
1.9
1
0.33
10
1
0.9
2
1.35
1
2.4
2
0.45
1
0.24
1
0.28
1
0.85
2
0.56
11
2
1.25
3
1.75
2
5.65
1
0.26
1
0.38
1
0.26
2
1.8
1
0.25
12
2
1.35
1
0.75
2
4.5
2
0.43
2
0.43
1
0.24
2
2.1
1
0.27
Jumlah
22
15
23
15
25
55
18
5
19
5
17
5
22
20
17
5
Mean
1.83
1.25
1.92
1.25
2.08
4.58
1.5
0.42
1.58
0.42
1.42
0.42
1.83
1.67
1.42
0.42
Median
2
1.2
2
1.2
2
4.5
1.5
0.37
2
0.4
1
0.4
2
1.78
1
0.32
Modus
2
0.85
1
1.75
2
4.5
2
0.25
2
0.38
1
0.65
2
1.8
1
0.56
Range Std. Deviasi
2
1.55
2
1
3
6.55
1
0.65
1
0.41
1
0.42
2
1.9
1
0.41
0.72
0.47
0.9
0.39
0.9
1.95
0.52
0.2
0.51
0.12
0.51
0.16
0.72
0.64
0.51
0.16
Gambar 3.3 Grafik Pendapatan Kotor (gross income) Tahun 2006/Bulan Manajemen Aset Perdagangan dan Penjualan
10
Retail Banking Jumlah
8 Komersial Bank
6 4
Pembayaran dan Penyelesaian
2
Jasa Kelembagaan
0
Broker Ritel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan
Pembiayaan Wholesale
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 3.5 Pendapatan Kotor (gross income) untuk Tahun 2004-2006 Beta
Tahun 2004
%
(Juta)
(Juta)
(Juta)
Corporate Finance
18
20
10
15
Trading and Sales
18
20
15
15
Retail Banking
12
65
45
55
Commercial Banking
15
10
5
5
Payment and Settlement
18
5
5
5
Agency Services
15
5
5
5
Asset Management
12
20
10
20
Retail Brokerage
12
5
5
5
150
100
125
Jenis Bisnis
Total
Tahun 2005 Tahun 2006
Untuk ketiga tahun tersebut, pendapatan kotor (gross income) tiap jenis bisnis dikalikan dengan beta untuk memberikan modal regulasi risiko operasional :
Tabel 3.6 Pendapatan Kotor (gros income) x Nilai Beta Tahun 2004-2006 Beta
Tahun 2004
(%)
(Juta)
(Juta)
(Juta)
Corporate Finance
18
3.60
1.80
2.70
Trading and Sales
18
3.60
2.70
2.70
Retail Banking
12
7.80
5.40
6.60
Commercial Banking
15
1.50
0.75
0.75
Payment and Settlement
18
0.90
0.90
0.90
Agency Services
15
0.75
0.75
0.75
Asset Management
12
2.40
1.20
2.40
Retail Brokerage
12
0.60
0.60
0.60
21.15
14.10
17.40
Bussiness line
Total
Tahun 2005 Tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
34
Dari hasil perhitungan di atas dapat diperoleh :
K TSA =
21.15 + 14.10 + 17.40 52.65 = = 17.55 3 3
Maka dari hasil perhitungan di atas diperoleh modal regulasi risiko operasional untuk tahun 2007 adalah Rp. 17.55 Juta.
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 3.7 Prediksi Pendapatan Kotor (gross income) untuk Tahun 2007/Bulan (Berdasarkan Rata-Rata Pendapatan Kotor Tiap Jenis Bisnis per Bulan) JENIS BISNIS BULAN
I A1
II B1
A2
III B2
A3
IV B3
A4
V B4
A5
VI
VII
VIII
B5
A6
B6
A7
B7
A8
B8
1
2
1.3
1
0.75
2
4.17
2
0.67
2
0.55
2
0.77
2
1.33
2
0.52
2
1
0.77
3
1.98
2
4.43
2
0.95
1
0.34
1
0.49
2
1.92
2
0.45
3
2
1.27
1
0.85
2
3.1
1
0.36
2
0.53
1
0.38
2
1.08
1
0.32
4
2
1.33
1
0.78
3
5.28
1
0.31
1
0.27
1
0.29
2
1.44
2
0.51
5
1
0.95
3
1.97
3
5.35
2
0.52
2
0.58
2
0.5
1
0.85
1
0.34
6
3
1.6
2
1.48
2.67
4.72
2
0.73
2
0.59
2
0.46
3
2.4
1
0.26
7
1
1.1
2
1.6
1
2.23
1
0.51
1
0.25
1
0.37
1
1.62
2
0.55
8
2
1.33
1
1.07
2
3.48
2
0.7
1
0.3
1
0.3
2
1.38
2
0.57
9
2
1.68
3
2.12
3
6.67
1
0.36
2
0.53
2
0.49
2
1.26
1
0.3
10
1
0.97
2
1.45
2.67
4.83
2
0.65
1
0.25
1
0.38
1
0.78
2
0.61
11
2
1.17
3
1.73
2
4.27
1
0.42
1
0.32
1
0.29
2
1.41
1
0.3
12
2
1.52
1
0.88
3
6.47
2
0.51
2
0.49
1
0.3
2
1.2
1
0.28
Jumlah
21
15
23
16.7
28.3
55
19
6.67
18
5
16
5
22
16.7
18
5
Mean
1.75
1.25
1.92
1.39
2.36
4.58
1.58
0.56
1.5
0.42
1.33
0.42
1.83
1.39
1.5
0.42
Median
2
1.28
2
1.47
2.33
4.58
2
0.51
1.5
0.42
1
0.38
2
1.36
1.5
0.39
Modus
2
1
0.49
2
Range Std. Deviasi
2
0.92
2
1.37
2
4.43
1
0.64
1
0.35
1
0.48
2
1.63
1
0.35
0.62
0.27
0.9
0.51
0.63
1.29
0.51
0.19
0.52
0.14
0.49
0.14
0.58
0.44
0.52
0.13
1
2
2
2
2
Gambar 3.4 Grafik Prediksi Pendapatan Kotor (gross income) Tahun 2007/Bulan
Jumlah
Manajemen Aset Perdagangan dan Penjualan
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Retail Banking Komersial Bank Pembayaran dan Penyelesaian Jasa Kelembagaan Broker Ritel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan
Pembiayaan Wholesale
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 3.8 Pendapatan Kotor (gross income) untuk Tahun 2005-2007
Beta
Tahun 2005
%
(Juta)
(Juta)
(Juta)
Corporate Finance
18
10
15
15
Trading and Sales
18
15
15
16.7
Retail Banking
12
45
55
55
Commercial Banking
15
5
5
6.67
Payment and Settlement
18
5
5
5
Agency Services
15
5
5
5
Asset Management
12
10
20
16.7
Retail Brokerage
12
5
5
5
100
125
125.07
Jenis Bisnis
Total
Tahun 2006 Tahun 2007
Untuk ketiga tahun tersebut, pendapatan kotor (gross income) tiap jenis bisnis dikalikan dengan beta untuk memberikan modal regulasi risiko operasional :
Tabel 3.9 Pendapatan Kotor (gros income) x Nilai Beta Tahun 2005-2007 Beta
Tahun 2004
(%)
(Juta)
(Juta)
(Juta)
Corporate Finance
18
1.80
2.70
2.70
Trading and Sales
18
2.70
2.70
3.01
Retail Banking
12
5.40
6.60
6.60
Commercial Banking
15
0.75
0.75
1
Payment and Settlement
18
0.90
0.90
0.90
Agency Services
15
0.75
0.75
0.75
Asset Management
12
1.20
2.40
2
Retail Brokerage
12
0.60
0.60
0.60
14.10
17.40
17.56
Bussiness line
Total
Tahun 2005 Tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
37
Dari hasil perhitungan di atas dapat diperoleh :
K TSA =
14.10 + 17.40 + 17.56 49.06 = = 16.4 3 3
Maka dari hasil perhitungan di atas diperoleh modal regulasi risiko operasional untuk tahun 2008 adalah Rp. 16.4 Juta.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Metode standarisasi (Standardized Approach) mampu mengatasi masalah atau risiko operasional yang akan dihadapi oleh suatu bank di masa yang akan datang dengan meminimumkan dan mengalokasikan modal regulasi risiko operasional tersebut terhadap risiko yang mungkin terjadi pada jangka waktu tertentu.
4.2 Saran
Kepada pihak bank dan pihak manajemen perbankan lainnya yang ingin menggunakan metode standarisasi, yaitu Standardized Approach (SA) agar lebih baik untuk mengamati data pendapatan kotor masa lalu (historis) dengan lebih teliti sehingga dapat memperoleh hasil modal regulasi terhadap risiko operasional yang lebih baik lagi.
Universitas Sumatera Utara