BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum
Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.
Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan secara langsung untuk mendapatkan suatu data atau hasil yang menghubungkan antara variabelvariabel yang diselidiki. Pada penelitian ini eksperimen dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret.
Tahap awal, dilakukan pengujian terhadap bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat benda uji beton The British Mix Design. Setelah pengujian bahan yang dilakukan memenuhi standar persyaratan, maka dilanjutkan dengan membuat benda uji. Pengujian kuat tekan menggunakan silinder 15 cm x 30 cm ,pengujian Modulus Of Rupture menggunakan balok 10 cm x 10 cm x 50 cm, dan Pengujian kuat kejut menggunakan silinder 15 cm x 5 cm berjumlah 3 buah per sampel, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1. Jumlah dan kode benda uji Kuat Tekan No.
Kadar Serat
Kode
Kadar
Jumlah
Bendrat (%)
Benda Uji
Abu sekam (%)
Benda Uji
1
0 %
BN-0
0%
3
2
0 %
BS-0
10%
3
3
0,5%
BS-0,5
10%
3
4
1 %
BS-1
10%
3
5
1,5%
BS-1,5
10%
3
5
2 %
BS-2
10%
3
30
31
Tabel 3.2. Jumlah dan kode benda uji Modulus of rupture No.
Kadar Serat
Kode
Kadar
Jumlah
Bendrat (%)
Benda Uji
Abu sekam (%)
Benda Uji
1
0 %
BN-0
0%
3
2
0 %
BS-0
10%
3
3
0,5%
BS-0,5
10%
3
4
1 %
BS-1
10%
3
5
1,5%
BS-1,5
10%
3
5
2 %
BS-2
10%
3
Tabel 3.3. Jumlah dan kode benda uji Kuat Kejut No.
Kadar Serat
Kode
Kadar
Jumlah
Bendrat (%)
Benda Uji
Abu sekam (%)
Benda Uji
1
0 %
BN-0
0%
3
2
0 %
BS-0
10%
3
3
0,5%
BS-0,5
10%
3
4
1 %
BS-1
10%
3
5
1,5%
BS-1,5
10%
3
5
2 %
BS-2
10%
3
3.2. Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi : a. Tahap I Pada tahap pertama ini dilakukan persiapan berdasarkan data hasil studi, studi literatur. Persiapan meliputi bahan maupun peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji.
32
b.
Tahap II Disebut tahapan uji bahan. Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap agregat halus yang meliputi uji kadar lumpur, uji kadar organik, uji specific gravity, dan uji gradasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan tersebut.
c.
Tahap III Disebut tahapan pembuatan benda uji. Pada tahapan ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut : a. Perhitungan rencana campuran adukan beton metode British mix design. b. Pembuatan adukan beton metode British mix design. d. Pengecoran ke dalam cetakan
d.
Tahap IV Pada tahapan ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada tahap III. Perawatan beton umur 28 hari dilakukan dengan cara merendam benda uji dalam air pada hari kedua selama 21 hari, kemudian beton dikeluarkan dari air dan dianginkan sampai benda uji berumur 28 hari, pengujian beton pada umur ke-28 hari untuk uji kuat tekan, uji modulus of rupture, dan uji kuat kejut.
e.
Tahap V Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan, modulus of rupture, dan kuat kejut (impact). Pengujian kuat tekan dilakukan pada benda uji silinder 15 cm x 30 cm , kuat kejut (impact) pada benda uji 15 cm x 5 cm, dan pengujian Modulus Of Rupture dilakukan pada benda uji balok 10 cm x 10 cm x 50 cm dengan variasi persentase serat 0,5%; 1%; 1,5%, dan 2% setelah beton berumur 28 hari.
f.
Tahap VI Disebut tahapan analisa data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan hubungan antara variable-variabel yang diteliti dalam penelitian.
33
g.
Tahap VII Disebut tahapan pengambilan keputusan. Pada tahap ini, data yang telah dianalisis dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Tahapan penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3.1. sebagai berikut :
34
Persiapan
Semen + Abu sekam padi
Serat Bendrat
Tahap I
Agregat Halus
Air
Uji : Kadar lumpursnsn Kadar Organik Spesific Gravity Gradasi OK
Agregat Kasar
Uji : Abrasi Spesific Gravity Gradasi
Tidak OK Tahap II
Hitungan Rancang Campur
Pembuatan Adukan Beton Tes Slump Pembuatan Benda Uji
Tahap III
Perawatan (Curing)
Tahap IV
Pengujian
Tahap V
Analisis Data
Tahap VI
Kesimpulan
Tahap VII
Gambar 3.1. Bagan Alir Tahap Penelitian
35
Tahapan analisis data ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3.2. sebagai berikut :
Analisis Data
Tabel Pengujian Agregat Halus
Tabel Pengujian Agregat Kasar
Tabel Pengujian kuat tekan
Tabel Pengujian Modulus of Rupture
Tabel Pengujian Kuat kejut
Diagram Hubungan antara Koefisien Kuat tekan Rata-rata dengan Kadar Abu Sekam Padi dan Serat Bendrat
Diagram Hubungan antara Koefisien Modulus of Rupture Rata-rata dengan Kadar Abu Sekam Padi dan Serat Bendrat
Diagram Hubungan antara Koefisien Kuat Kejut Rata-rata dengan Kadar Abu Sekam Padi dan Serat Bendrat
Kurva Regresi Hasil Pengujian Kuat Tekan
Kurva Regresi Hasil Pengujian Modulus of Rupture
Kurva Regresi Hasil Pengujian Kuat Kejut
KESIMPULAN Gambar 3.2. Bagan Alir Tahap Analisis Data
36
3.3. Alat Uji Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat yang tersedia dilaboratorium bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Alat–alat yang digunakan antara lain : a. Ayakan dan mesin penggetar ayakan Ayakan baja dan penggetar yang digunakan adalah merk “Controls” Italy, bentuk lubang ayakan bujur sangkar dengan ukuran lubang ayakan yang tersedia adalah 75 mm; 50 mm; 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 12,5 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,85 mm; 0,30 mm; 0,15 mm; dan pan. b. Timbangan dengan kapasitas 2 kg dan 50 kg yang digunakan untuk menimbang berat bahan campuran beton. c. Timbangan digital d. Oven Untuk keperluan pengeringan agregat maupun benda uji digunakan oven merk “memmert”, West Germany dengan temperatur maksimum 220oC dan daya listrik 1500 W. e. Mesin los Angeles Mesin los Angeles yang digunakan adalah merk “Controls” Italy serta 11 buah baja, digunakan untuk menguji katahanan aus (abrasi) agregat kasar. f. Conical Mould Conical mould dengan ukuran sisi atas 3,8 cm, sisi bawah 8,9 cn dan tinggi 7,6 cm lengkap dengan penumbuknya. Digunakan untuk mengukur keadaan SSD (Saturated Surface Dry) dari agregat halus (pasir). g. Kerucut Abraham Kerucut Abraham terbuat dari baja dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm, digunakan untuk mengukur nilai Slump adukan beton. h. Cetakan benda uji Digunakan untuk mencetak benda uji. Bentuk cetakan ini adalah silinder bekesting dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm serta balok dengan ukuran 50 cm x 10 cmx 10 cm.
37
i. Alat-alat bantu : Untuk kelancaran dan kemudahan dalam penelitian digunakan beberapa alatbantu yaitu : 1) Gelas ukur 2000 ml untuk menakar air. 2) Gelas ukur 250 ml untuk meneliti kandungan lumpur dan kandungan zat organik agregat halus. 3) Cetok semen digunakan untuk mengambil material, mengaduk dan untuk memasukkan campuran adukan beton ke dalam cetakan beton. 4) Besi penusuk berfungsi untuk pemadatan. 5) Vibrator untuk pemadatan campuran beton agar homogen. 6) Alat pencatat waktu. 8) Cangkul dan sekop untuk mengaduk bahan-bahan campuran beton agar merata. j. Compression Testing Machine untuk pengujian kuat tekan beton k. Alat bantu lain: 1) Gelas ukur 250 ml untuk pengujian kadar lumpur dan kandungan zat organic dalam pasir 2) Gelas ukur 1000 ml untuk menakar air 3) Cetok semen 4) Alat tulis 5) Sekop, dll.
3.4.
Bahan Uji Penelitian
Bahan yang digunakan dalam pembuatan beton ini meliputi : a.
Pasir
b. Agregat c. Semen (PC) d. Abu sekam padi e. Serat Bendrat f. Air
38
3.5.
Standar Penelitian dan Spesifikasi Bahan Dasar
Pengujian bahan dasar untuk pembuatan beton digunakan untuk mengetahui kelayakan karakteristik bahan penyusun beton yang nantinya dipakai dalam mix design. Pengujian ini dilakukan terhadap agregat halus. Pengujian dilakukan dengan standar ASTM & SK SNI, sedangkan air yang digunakan dalam adukan beton sesuai dengan standar air dalam PBI 1971 pasal 3.6.
3.5.1. Standar Pengujian Agregat Halus
Pengujian agregat halus dilakukan berdasarkan ASTM dan disesuaikan dengan spesifikasi bahan menurut ASTM. Standar pengujian agregat halus adalah sebgai berikut : a.
ASTM C-23
:Standar penelitian pengujian berat isi agregat halus.
b.
ASTM C-40
:Standar penelitian untuk tes kotoran organik dalam agregat halus.
c.
ASTM C-117
:Standar penelitian untuk agregat lolos saringan no. 200 dengan pencucian.
d.
ASTM C-128
:Standar penelitian untuk menentukan spesific gravity agregat halus.
e.
ASTM C-136
:Standar penelitian untuk analisis saringan agregat halus.
3.5.2. Standar Pengujian Agregat Kasar
a.
ASTM C-29
:Standar penelitian pengujian berat isi agregat kasar.
b.
ASTM C-127
:Standar penelitian untuk menentukan spesific gravity agregat kasar
c.
ASTM C-131
:Standar penelitian untuk pengujian abrasi agregat kasar.
d.
ASTM C-136
:Standar penelitian untuk analisis ayakan agregat kasar.
39
3.5.3. Pengujian Agregat Halus
3.5.3.1. Pengujian Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Pasir adalah salah satu bahan dasar beton yaitu sebagai agregat halus. Pasir yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya adalah pasir harus bersih. Pasir bersih yaitu pasir yang tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya. Lumpur adalah bagian dari pasir yang lolos dari ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci terlebih dahulu. Syarat-syarat agregat halus harus sesuai dengan PBI NI-2, 1971. Kadar lumpur pasir dihitung dengan Persamaan 3.1. Kadar lumpur =
G0 G1 x100% G1
(3.1)
dengan : G0
= berat pasir awal (100 gram)
G1
= berat pasir akhir (gram)
3.5.3.2. Pemeriksaan Kadar Zat Organik dalam Agregat Halus Pasir biasanya diambil dari sungai maka kemungkinan kotor sangat besar, misalnya bercampur dengan lumpur maupun zat organik lainnya. Pasir sebagai agregat halus dalam adukan beton tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak karena akan mengakibatkan penurunan kekuatan beton yang dihasilkan. Kandungan zat organik ini dapat dilihat dari percobaan warna dari Abrams Harder dengan menggunakan larutan NaOH 3% sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI NI-2, 1971). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar zat organik dalam pasir, adapun kadar zat organik dalam pasir ditunjukkan oleh perubahan warna setelah pasir diberi NaOH 3%. Penurunan kekuatan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
40
Tabel 3.4. Pengaruh Kadar Zat Organik terhadap Presentase Penurunan Kekuatan Beton Warna
Penurunan Kekuatan (%)
Jernih
0
Kuning Muda
0 – 10
Kuning Tua
10 – 20
Kuning Kemerahan
20 – 30
Coklat Kemerahan
30 – 50
Coklat Tua
50 - 100
(Sumber: Tabel Roosseno, 1995)
3.5.3.3. Pengujian Specific Gravity Agregat Halus
Mengetahui sifat-sifat bahan bangunan yang dipakai dalam suatu pekerjaan struktur adalah sangat penting, karena dari sifat-sifat tersebut dapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengerjakan bangunan tersebut. Berat jenis merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan campuran adukan beton, karena dengan mengetahui variabel tersebut dapat dihitung volume pasir yang diperlukan. Tujuan dari pengujian ini untuk mendapatkan : a.
Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisi kering dengan volume pasir total.
b.
Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total.
c.
Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir kering dengan volume butir pasir.
d.
Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat pasir kering.
Nilai-nilai yang ingin diketahui di atas dihitung dengan Persamaan 3.2 – 3.5. A Bulk spesific gravity = (3.2) B 500 C
41
Bulk spesific gravity SSD
=
500 B 500 C
Apparent spesific gravity
=
A B AC
(3.4)
Absorption
=
500 A x100% A
(3.5)
(3.3)
dengan : A
= berat pasir kering oven (gram)
B
= berat Volumetric Flask berisi air (gram)
C
= berat Volumetric Flask berisi pasir dan air (gram)
500
= berat pasir dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
3.5.3.4. Pengujian Gradasi Agregat Halus
Gradasi dan keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih diperhitungkan daripada agregat kasar, karena sangat menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi campuran adukan beton. Pasir sangat menentukan pemakaian semen dalam pembuatan beton. Menurut ASTM agregat halus yang baik adalah mempunyai gradasi butiran sesuai Tabel 3.5. Tabel 3.5. Syarat Persentase Berat Lolos Standar ASTM Diameter Ayakan (mm)
Berat Lolos Sesuai Standar ASTM (%)
9,5
100
4,75
90 - 100
2,36
75 - 100
1,18
55 - 90
0,60
35 - 59
0,30
8 - 30
0,15
0 - 10
0
0
42
Modulus kehalusan pasir dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.6. Modulus kehalusan pasir
=
d e
(3.6)
dengan : d
= ∑ persentase kumulatif berat pasir yang tertinggal selain dalam pan
e = ∑ persentase berat pasir yang tertinggal
3.5.4. Pengujian Agregat Kasar
3.5.4.1. Pengujiaan Specific Gravity
Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil atau batu pecah dengan diameter maksimum 20 mm. Standar pengujian yang digunakan pada pengujian specific gravity agregat kasar adalah ASTM C 127. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui : a. Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi kering dengan volume kerikil total b. Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat kerikil jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume kerikil total c. Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dalam kondisi kering dengan volume butir kerikil d. Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat kerikil kering Untuk menganalisis hasil pengujian dengan persamaan 3.7 s/d 3.10 sebagai berikut: Bulk specific gravity
................................................................
Bulk specific gravity SSD
.........................................................
Appearent Spesific Gravity
.......................................................
43
Absorbtion
............................................................
dengan : A
= berat agregat kasar (3000 gram)
B
= berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)
C
= berat agregat kasar jenuh (gram)
3.5.4.2. Pengujian Gradasi
Gradasi pada kerikil sebagai agregat kasar menentukan sifat pengerjaan dan sifat kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat kasar sangatlah diperhatikan. Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian ASTM C 136. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran kerikil, persentase dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehalusan kerikil. Modulus kehalusan kerikil dihitung menggunakan Persamaan 3.11 sebagai berikut
3.5.4.3. Pengujiaan Abrasi
Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C 131, dengan menggunakan mesin Los Angeles. Bagian yang hilang akibat gesekan tidak boleh lebih dari 50%. Persentase berat yang hilang dihitung dengan menggunakan persamaan 3.12 sebagai berikut :
44
3.6. Pembuatan Benda Uji
Langkah-langkah pembuatan benda uji dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menyiapkan material (semen PC, serat bendrat, agregat halus, agregat kasar, air, abu sekam padi) dan peralatan yang akan digunakan. b. Menimbang masing-masing material berdasarkan hitungan mix design beton. c. Membuat adukan beton dengan cara manual, mengaduk material yang telah ditimbang menggunakan cangkul dan cetok semen dan serat bendrat disebar secara random. d. Memeriksa nilai Slump dari adukan beton tersebut. e. Selanjutnya dilakukan pengecoran dengan menuangkan adukan beton kedalam cetakan dan memberi tanda untuk masing-masing sampel. f. Kemudian dilakukan pemadatan, setelah cetakan terisi penuh maka permukaan diratakan dan dibiarkan selama 24 jam. g. Melepas beton dari cetakan dan melakukan perawatan pada beton dengan cara merendam ke dalam air sampai waktu pengujian.
3.7. Pengujian Nilai Slump
Slump beton adalah besaran kekentalan (Viscocity) atau plastisitas dan kohesif beton segar. Menurut SK SNI M-12-1989-F, cara pengujian nilai slump adalah sebagai berikut : a. Membasahi cetakan dan pelat dengan air. b. Meletakan cetakan diatas pelat dengan kokoh.
45
c. Mengisi cetakan sampai penuh dalam 3 lapisan dimana tiap lapisan berisi kirakira 1/3 isi cetakan, kemudian setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan. d. Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan semua sisa benda uji yang ada di sekitar cetakan harus disingkirkan. e. Mengangkat cetakan perlahan-lahan tegak lurus keatas. f. Mengukur nilai Slump yang terjadi.
3.8.
Perawatan Benda Uji
Perawatan dilakukan dengan cara merendam benda uji ke dalam air dengan tujuan agar air yang terdapat di dalam beton tidak menguap dengan cepat, sehingga beton mengalami proses hidrasi yang baik. Hal tersebut dilakukan agar mutu beton dapat tercapai sesuai dengan mutu yang direncanakan. Benda uji direndam dalam air selama 21 hari kemudian dianginkan supaya kering dan dilakukan pengujian pada umur beton 28 hari.
Gambar 3.3. Curing Beton
46
3.9.
Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang telah berumur 28 hari dengan memberikan tekanan pada benda uji hingga runtuh.
Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut: a.
Mengukur dimensi benda uji.
b.
Menimbang benda uji dan memberi tanda/label.
c.
Meletakkan benda uji pada ruang penekan Compression Testing Machine
d.
Memutar jarum penunjuk tepat pada posisi nol, kemudian menghidupkan mesin tekan.
e.
Mengamati setiap perubahan/pergerakan pada jarum pengukurnya.
f.
Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain beton sudah hancur.
g.
Selanjutnya membaca dan mencatat angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya beban tekan beton. P
30 cm
15 cm Gambar 3.4. Cara Pengujian Kuat Tekan Beton h.
Menghitung besarnya kuat tekan benda uji dengan rumus: f’c =
……………………………………………………… (3.12)
dengan : f’c
= kuat tekan beton yang didapat dari benda uji (MPa)
P
= beban tekan maksimum (N)
A
= Luas permukaan benda uji (mm2)
47
Gambar 3.5. Alat Pengujian Kuat Tekan Beton
3.10.
Pengujian Modulus of Rupture
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya beban modulus of rupture beton. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat uji lentur (loading frame) terhadap benda uji yang telah berumur 28 hari dengan memberikan tekanan hingga benda uji tersebut patah. Langkah-langkah pengujian modulus of rupture beton: a. Menyiapkan benda uji balok beton yang akan diuji. b. Meletakkan benda uji pada alat uji lentur dengan posisi mendatar. c. Mengatur jarum penunjuk lendutan (dial) tepat pada titik nol. d. Memulai pembacaan beban dengan bergeraknya jarum penunjuk lendutan. e. Mencatat besarnya beban maksimum yang terjadi pada benda uji. Setting Up pengujian modulus of rupture dapat dilihat pada gambar berikut: P ½P
½P
A 25 mm
B 100 mm
100 mm
100 mm
Gambar 3.6. Skema setting up pengujian modulus of rupture beton
25 mm
48 1
2
3 4
5 6
7
Gambar 3.7. Setting up pengujian modulus of rupture beton Keterangan gambar: 1. Loadcell
5. Benda uji (sample)
2. Hydraulic Jack
6. Tumpuan
3. Dial gauge
7. Hydraulic Pump
4. Pembagi beban
3.11.
Pengujian Kuat Kejut
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya energi serapan yang diterima oleh benda uji sesudah terjadi tumbukan, besarnya energi serapan dihitung berdasarkan banyaknya jumlah pukulan. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 5 cm. Pengujian untuk mengetahui jumlah pukulan (blow) yang diperlukan untuk membuat benda uji ini retak pertama kali sampai benda uji mengalami runtuh total. Retak pertama kali dari benda uji ditandai dengan adanya retak rambut pada permukaannya. Benda uji dikatakan
49
runtuh total jika sudah pecah atau terbelah. Pengujian ini menggunakan alat uji kejut manual yang ada di Laboratorium Bahan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Beban yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 15 cm, tinggi 5 cm dan berat 2 kg yang dijatuhkan dari ketinggian 45 cm. Langkah–langkah pengujian adalah sebagai berikut : 1.
Menyiapkan alat uji kuat kejut.
2.
Meletakkan benda uji pada dudukannya, yaitu tepat dibawah katrol.
3.
Memasang alat pemukul yang sudah diikat dengan tali pada katrol.
4.
Memasang paralon untuk memposisikan jatuhnya pemukul agar tepat pada benda uji.
5.
Menjatuhkan pemukul dengan cara menarik tali yang terikat pada pemukul, kemudian menjatuhkannya secara tiba-tiba.
6.
Mengamati retak yang terjadi pada benda uji secara visual, baik saat retak pertama maupun pada saat benda uji mengalami runtuh total.
7.
Mencatat jumlah pukulan yang diperlukan untuk membuat benda uji retak pertama dan jumlah pukulan untuk membuat benda uji runtuh total.
Gambar 3.8. Gambar Pengujian Kuat Kejut (Impact)
50
3.12.
Analisis
Hasil analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini digunakan uji statistik yang merupakan salah satu fungsi untuk menyederhanakan data menjadi informasi yang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan seragam dalam tiap kondisi pencampurannya yang mewakili suatu karakter tertentu.