BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan dan Metodologi
3.1.1 Pendekatan Objektif Istilah lain dari perspektif adalah pendekatan. Pendekatan akan menentukan jenis metodologi riset. Pendekatan adalah falsafah yang mendasari suatu metodologi riset, apakah kuantitatif atau kualitatif. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kuantitatif. Metodologi penelitian kuantitatif berdasarkan pendekatan positivisme/klasik/objektif (Kriyantono, 2012: 48-51). Filsafat
positivisme
memandang
realitas/gejala/fenomena
dapat
diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif (Sugiyono, 2012: 8). Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2012: 8). 43
44
3.1.2 Metodologi Kuantitatif Dari asal kata, metodologi dibentuk dari kata “metodos” (cara, teknik atau prosedur) dan “logos” (ilmu). Jadi, metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu. Metodologi riset merupakan suatu pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode riset. Sedangkan metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkahlangkah yang sistematik (Kriyantono, 2012: 49). Metodologi dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah di balik angka-angka tersebut (Martono, 2012: 20). Penelitian
kuantitatif
adalah
penelitian
yang
menggambarkan
atau
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (penelitian untuk menarik kesimpulan umum yang berlaku bagi suatu populasi). Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data melainkan lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi (Kriyantono, 2012: 55).
3.2
Metode dan Tipe Riset
3.2.1 Metode Survey Metode yang digunakan adalah survey, yaitu metode penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya
45
adalah untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu (Kriyantono, 2012: 59). Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan eksplanatif (analitik). Pembagian ini berdasarkan pada tataran atau cara peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan dan jumlah variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, menggunakan survei eksplanatif (analitik), dimana jenis survey ini digunakan bila ingin mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi terjadinya sesuatu. Penelitian tidak sekadar menggambarkan terjadinya fenomena tetapi telah mencoba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Dengan kata lain, peneliti ingin menjelaskan hubungan antara dua variabel. Peneliti dituntut membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti (Kriyantono, 2012: 59-60).
3.2.2 Tipe Riset Eksplanatif Penelitian ini menggunakan jenis atau tipe riset eksplanatif. Dimana peneliti menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti. Peneliti perlu melakukan kegiatan berteori untuk menghasilkan dugaan awal (hipotesis) antara variabel satu dengan lainnya. Variabel adalah konsep yang bisa diukur. Kemudian, kegiatan berteori ini ada dalam kerangka teori (Kriyantono, 2012: 69).
46
3.3
Operasionalisasi Konsep Operasionalisasi konsep atau variabel bermanfaat untuk mengidentifikasi
kriteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan, menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional (Sarwono, 2006: 67). Konsep atau variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya, yaitu sebagai berikut: a. Variabel X (Independen) Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus atau predictor. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2012: 39). Variabel X (variabel bebas) pada penelitian ini yaitu Pengelolaan social media twitter. Pengelolaan social media twitter ini merupakan strategi dan manajemen perusahaan yang dituntut mampu menjawab pertanyaan, melakukan klarifikasi, menciptakan loyalitas customer, dan mencari customer baru. Dari adanya variabel X yakni Pengelolaan social media twitter, variabel tersebut dijabarkan menjadi Indikator. Indikator adalah alat untuk mengukur variabel. Indikator ini menjabarkan variabel agar mudah dipahami, dijelaskan, dan diukur. Dalam penelitian ini
ditentukan
indikator dari variabel X (Pengelolaan social media twitter) yaitu
47
Partisipasi, Keterbukaan, Listening and Research, Giving, Engagement, Update, dan Reward. (Tabroni, 2012: 162 dan Romli, 2012: 108-109)
b. Variabel Y (Dependen) Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, atau konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Variabel Y (variabel terikat) pada penelitian ini yaitu Citra. Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Menurut Sukatendel, citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif (Soemirat & Ardianto, 2010: 112-113). Dari adanya variabel Y tersebut, peneliti menentukan indikator pembentukan dari Citra yaitu Persepsi, Kognisi, Motivasi dan Sikap (Soemirat & Ardianto, 2010: 114-116). Setelah indikator dari masing-masing variabel telah diketahui, maka indikator yang telah ditentukan dideretkan menjadi deskriptor. Deskriptor yaitu menggambarkan, memaparkan, menjelaskan lebih lanjut atau merinci sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Kemudian, deskriptor itu akan dirumuskan dalam bentuk butir-butir pertanyaan atau pernyataan untuk instrumen pengumpulan data (Kriyantono, 2012: 125).
48
Berikut operasionalisasi konsep dalam penelitian ini :
Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep Variabel X (Pengelolaan Social Media Twitter)
Variabel
Indikator 1. Partisipasi
Deskriptor a. Mendorong kontribusi.
Skala Instrumen
No. Pernyataan
Likert
1-2
Likert
3-4
Likert
5-6
Likert
7-8
Likert
9-10
Likert
11-12
b. Mendorong umpan balik (feedback). 2. Keterbukaan
a. Tidak ada penghalang untuk mengakses. b. Bersifat terbuka untuk siapa saja.
3. Listening and Research
a. Memantau informasi aktual. b. Menyimak apa yang dikomunikasikan.
Pengelolaan Social Media Twitter (X)
4. Giving
a. Memberikan konten inspiratif. b. Memberikan konten mengenai tips-tips praktis terkait dengan produk atau jasa.
5. Engagement
a. Merespon untuk menunjukkan apresiasi. b. Merespon secara interaktif.
6. Update
a. Informasi terbaru. b. Bentuk interaksi atau komunikasi yang kontinu.
49
7. Reward
a. Memberikan hadiah.
Likert
13-14
b. Memberikan penghargaan.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Konsep Variabel Y (Citra) Variabel
Indikator 1. Persepsi
Deskriptor
Skala Instrumen
a. Hasil pengamatan yang Likert dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan.
No. Pernyataan 15-16
b. Pembentukan makna pada stimulus indrawi. 2. Kognisi
a. Keyakinan diri individu Likert dari stimulus.
17-18
b. Aspek pengetahuan yang berhubungan dengan kepercayaan. Citra (Y)
3. Motivasi
a. Menggerakkan respons Likert seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang (Komunikator).
19-20
b. Kecendrungan yang menetap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. 4. Sikap
a. Hasil evaluasi negatif Likert atau positif terhadap konsekuensi. b. Kecendrungan berpikir dan merasa dalam menghadapi objek.
21-22
50
3.4
Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2012: 64). Berikut ialah hipotesis dalam penelitian ini: 1) H0 = Tidak ada pengaruh pengelolaan social media twitter terhadap citra Summarecon Mal Serpong. 2) H1 = Terdapat pengaruh pengelolaan social media twitter terhadap citra Summarecon Mal Serpong.
3.5
Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 80). Populasi pada penelitian ini adalah followers akun twitter @SMS_Serpong (pengikut akun twitter @SMS_Serpong) yang terhitung sampai dengan akhir bulan maret 2013 yaitu berjumlah sebesar 17.909 followers. Peneliti menggunakan periode waktu hingga akhir bulan maret 2013 karena penelitian berada pada bulan tersebut.
51
Gambar 3.1 Akun Twitter @SMS_Serpong Hingga Akhir Bulan Maret 2013 Sumber: https://twitter.com/SMS_Serpong
3.5.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk
populasi.
Untuk
itu
sampel
yang
diambil
harus
representatif/mewakili (Sugiyono, 2012: 81). Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah rancangan Non Probability Sampling yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dan rancangan Non Probability Sampling yang digunakan yaitu sampling insidental. Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
52
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012: 85). Penulis menentukan penghitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya (Kriyantono, 2012: 164). Rumusnya adalah:
Dimana : n N e
= Ukuran sampel = Ukuran populasi = Presisi/Taraf kesalahan
Populasi dalam penelitian ini sudah diketahui jumlahnya yaitu 17.909. Penulis menetapkan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% atau dengan kata lain, kebenaran dalam penelitian ini sebesar 90%. Dengan penghitungan menggunakan rumus Slovin, maka sampel yang didapatkan adalah sebagai berikut:
n
=
17.909 ────────────── 1 + ( (17.909) × (0,1)2 )
=
17.909 ────────────── 1 + (17.909 × (0,01) )
=
17.909 ────────────── 1 + 179,09
=
17.909 ────────────── 180,09
53
=
99,444 atau dibulatkan menjadi 100.
Dengan demikian, Sampel atau responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang.
Penarikan sampel pada penelitian ini memiliki karakteristik yaitu sebagai berikut: 1.
Unit sampel merupakan pengunjung SMS yang terdaftar dalam followers akun @SMS_Serpong.
2.
Unit sampel pernah mengakses atau memanfaatkan informasi dari akun twitter @SMS_Serpong.
3.
Unit sampel dijumpai secara kebetulan di waktu peneliti mengumpulkan data dalam penyebaran kuesioner.
3.6
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
3.6.1 Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 142). Tujuan penyebaran kuesioner atau angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila
54
responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan (Kriyantono, 2012: 97). Jenis angket atau kuesioner yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan angket tertutup, di mana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh peneliti. Responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang dialaminya.
3.6.2 Skala Instrumen Kuesioner yang dibuat oleh peneliti yaitu dengan menggunakan skala instrumen Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012: 93). Penulis menggunakan skala Likert karena penerapannya mudah dan sederhana dalam penafsiran. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari positif sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata: 1.
Sangat Setuju (SS)
= diberi skor 5
2.
Setuju (S)
= diberi skor 4
3.
Ragu-ragu (R)
= diberi skor 3
4.
Tidak Setuju (TS)
= diberi skor 2
5.
Sangat Tidak Setuju (STS)
= diberi skor 1
3.6.3 Skala Pengukuran Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran interval. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data
55
dengan data lainnya adalah mempunyai bobot atau jarak atau interval yang sama (Kriyantono, 2012: 137). Skala pengukuran interval menggunakan konsep jarak (interval) yang sama karena tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai awal perhitungan (Ruslan, 2006: 205). Dalam penelitian sosial yang instrumennya menggunakan skala Likert, Guttman, Semantic Differential dan Thurstone, data yang diperoleh adalah data interval (Kuswanto, 2012: 20).
3.6.4 Sumber Data a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan (Kriyantono, 2012: 41). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil pengisian kuesioner sebagai data primernya.
b.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder (Kriyantono, 2012: 42). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan melalui buku,
jurnal, artikel dan data PT
Lestari Mahadibya (Summarecon Mal Serpong).
56
3.7
Teknik Analisis dan Interpretasi Data
3.7.1 Jenis Analisis Data Jenis analisis data tergantung pada banyaknya variabel yang akan dianalisis. Pada penelitian ini merupakan jenis analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel. Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (tak bebas).
3.7.2 Penggunaan Statistik Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk riset eksplanatif yang bertujuan menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel (Kriyantono, 2012: 172).
3.7.3 Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program IBM SPSS 20. SPSS sendiri merupakan singkatan dari Statistical Product and Service Solution, yaitu sebuah software untuk keperluan olah data statistik (Priyatno, 2012:1).
57
3.7.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian a) Uji Validitas Kuesioner yang kita gunakan untuk mengambil data harus memiliki validitas. Validitas item adalah kecermatan suatu item atau instrumen data dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno, 2012: 110). Sugiyono juga menyebutkan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 121). Arikunto (dalam Kriyantono, 2012:151) memberikan beberapa langkah dalam uji validitas, yaitu: 1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. 2. Melakukan uji coba alat ukur tersebut pada sejumlah responden. 3. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dan skor total dengan memakai rumus product moment.
Untuk menguji validitas item, penelitian ini menggunakan teknik kolom Corrected Item-Total Correlation yang dapat dilihat dalam program SPSS. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,1. n∑i(x – i) – (∑i) (∑(x – i)) r i(x-i) = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−─────────── √[n∑ i2 – (∑i)2] [n∑ (x – i)2 – (∑ (x – i))2] Keterangan: i
= Skor item
58
(x – i)
= Skor total item dikurangi skor item
n
= Banyaknya subjek
Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut: 1. Jika r hitung ≥ r tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). 2. Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) (Priyatno, 2008: 22-23).
b)
Uji Reliabilitas Alat ukur disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan
hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah-ubah), dapat diandalkan (dependable), dan tetap/konsisten (Kriyantono, 2012: 145). Untuk pengujian validitas dan reliabilitas diperlukan hanya 30 data saja cukup; sekalipun demikian semua data boleh juga diuji sekaligus (Sarwono, 2012: 87). Untuk menguji reliabilitas, penulis menggunakan metode Cronbach’s Alpha yang dapat dilihat dalam program SPSS. Menurut Nunnally, suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberiakn nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 (Ghozali, 2011: 48).
59
Menurut Arikunto (dalam Priyatno, 2008: 25-26), Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah: 2 k ∑ σ b r= 1 − σ t 2 ( k − 1)
Keterangan: r
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pertanyaan
∑σ σt2
2 b
= Jumlah varian butir
= Varian total
3.7.3.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas data digunakan untuk melakukan pengujian data observasi apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012: 96). Uji normalitas data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual atau dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov pada program IBM SPSS (Priyatno, 2012: 144). Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 10% (0,1), maka cara menafsir normalitas data yaitu dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut: 1.
Jika nilai sig < 0,1, maka data tidak berdistribusi normal
2.
Jika nilai sig > 0,1, maka data berdistribusi normal
60
3.7.3.3 Analisis Korelasi Analisis korelasi atau hubungan adalah analisis yang menggunakan uji statistik inferensial dengan tujuan untuk melihat derajat hubungan di antara dua atau lebih dari dua variabel. Kekuatan hubungan yang menunjukkan derajat hubungan ini disebut koefisien asosiasi (korelasi). Nilai koefisien korelasi ini adalah: Tabel 3.3
Nilai Koefisien Korelasi
Nilai Koefisien
Penjelasannya
Kurang dari 0,20
Hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,20 – 0,30
Hubungan rendah tetapi pasti
0,40 – 0,70
Hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90
Hubungan yang tinggi; kuat Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali;
Lebih dari 0,90 dapat diandalkan
Sumber: Kriyantono, 2012: 173 Selain itu, ada beberapa ketentuan lain yang berlaku mengenai sifat dan nilai hubungan (korelasi), yaitu: 1. Nilai hubungan (korelasi) antara variabel X dan Y berkisar antara -1 sampai dengan +1.
61
2. Hubungan bersifat positif terjadi bila “semakin besar nilai variabel X maka semakin besar pula nilai variabel Y” atau sebaliknya “semakin kecil nilai variabel X maka semakin kecil nilai variabel Y” 3. Hubungan bersifat negatif terjadi bila “semakin kecil nilai variabel X maka semakin besar nilai variabel Y” atau sebaliknya “semakin besar nilai variabel X maka semakin kecil nilai variabel Y” 4. Bila nilai koefisien hubungan sama dengan 0, berarti tidak ada hubungan antarvariabel. 5. Bila nilai koefisien hubungan sama dengan 1 atau sama dengan -1, berarti terjadi hubungan yang sempurna. Yang pertama disebut mempunyai hubungan (korelasi) yang sempurna positif dan yang kedua adalah hubungan (korelasi) yang sempurna negatif. Hubungan sempurna positif berarti setiap kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan yang seimbang (proporsional) pada nilai-nilai variabel Y. Hubungan sempurna negatif berarti setiap kenaikan nilai X diikuti penurunan secara proporsional nilai Y. Namun demikian hubungan sempurna amat jarang ditemukan (Kriyantono, 2012: 173). Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Pearson. Korelasi Pearson, atau dikenal juga dengan korelasi Product Moment merupakan analisis untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai distribusi data normal (Priyatno, 2012: 103). Data yang digunakan adalah tipe data interval atau rasio. Dalam perhitungan korelasi Pearson akan didapat koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan
62
hubungan antara dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan semakin erat. Jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah. Symbol korelasi Product Moment ditulis denga huruf “r”. Rumus Korelasi Product Moment adalah:
Keterangan: r
= koefisien korelasi Product Moment Pearson
n
= jumlah individu dalam sampel
X
= angka mentah untuk variabel X
Y
= angka mentah untuk variabel Y (Kriyantono, 2012: 175-176)
3.7.3.4 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkuadratkan hasil korelasi kemudian dikalikan dengan 100% (R2 × 100%). Besarnya koefisien determinasi ini, berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase variabel tergantung/terikat yang dapat diprediksi dengan menggunakan variabel bebas (Sarwono, 2012: 189).
63
3.7.3.5 Analisis Regresi Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang erat. Setiap regresi dipastikan terdapat korelasinya. Menurut Mustikoweni (dalam Kriyantono, 2012: 183), regresi ditujukan untuk mencari bentuk hubungan dua variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau persamaan sedangkan analisis korelasi bertujuan untuk mencari derajat keeratan hubungan dua variabel atau lebih. Untuk meriset apakah memang ada hubungan atau pengaruh yang signifikan atau tidak antara dua variabel, maka digunakan rumus regresi. Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara kedua variabel apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan (Priyatno, 2008: 66). Rumus: Y = a + bX Keterangan: Y
= variabel tidak bebas
X
= variabel bebas
a
= nilai intercept (konstan) atau harga Y bila X = 0
64
b
= koefisien regresi, yaitu angka peningkatan atau penurunan
variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan. Nilai a dihitung dengan rumus:
Nilai b dihitung dengan rumus:
b=
(Kriyantono, 2012: 184-185).
Selain menggambarkan persamaan regresi, uji regresi (uji t) juga dilakukan untuk uji hipotesis signifikansi koefisien regresi. Hipotesis:
H0 = Koefisien regresi tidak signifikan H1 = Koefisien regresi signifikan
Keputusan:
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (Sarwono, 2012: 190-191).