BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kinerja perbankan syariah saat ini dengan melihat variabel-variabel yang ada. 3.1.2 Obyek Penelitian Yang menjadi objek penelitian ini adalah laporan keuangan bank pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. serta bebarapa buku, artikel, jurnal, serta laporan penelitian yang sudah ada yang berkenaan dengan tema penelitian untuk menggali informasi sebagai panduan pelaksaan penelitian. 3.1.3
Time Horizon Penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis tingkat kesehatan dengan
analisis CAMEL pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. tahun 2002-2005 karena Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia baru berdiri pada tahun 2002. 3.1.4
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan survey untuk mengetahui
bagaimana tingkat kesehatan bank dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan bank.
46
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian 3.2.1 Variabel, Konsep dan Indikator Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah tingkat kesehatan bank. Dimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas kondisi laporan keuangan bank pada periode tertentu sesuai dengan standar bank Indonesia. Pada dasarnya tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yang meliputi beberapa faktor (indikator) sebagai berikut :
Faktor Permodalan
Faktor Kualitas Aktiva Produktif
Faktor Manajemen
Faktor Rentabilitas
Faktor Likuiditas Sedangkan untuk faktor sensitivitas terhadap resiko pasar, pada penilaian tingkat
kesehatan perbankan syariah tidak dilakukan karena bank-bank syariah maupun unit usaha syariah tidak melakukan transaksi yang berisiko (hijing dan derefatif) dan tidak memakai sistem bunga seperti komponen-komponen faktor sensitivitas terhadap resiko pasar yang biasa dilakukan bank-bank konvesional, hal ini karena tidak sesuai dengan prinsip syariah. Meskipun pada UUD Perbankan NOMOR:9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah sudah ditatapkan sistem penilaian terhadap faktor terhadap risiko pasar yang telah disesuaikan dengan prinsip syariah, namun ketentuan tersebut baru ditetapkan tahun 2007 sedang periode penelitian 2002-2005 sehingga data-data yang dibutuhkan belum ada karena Bank Muamalat Indonesia maupun Unit Usaha Syariah belum menerapkannya.
47
3.2.2
Pembobotan Faktor dan Komponen Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004
mengenai Tingkat kesehatan Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Menilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prisnsip Syariah. Penilaian tingkat kesehatan bank adalah melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan Sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank dan unit usaha syariah. Sedangkan penilian kualitatif terhadap manejemen.
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian Untuk dapat mengetahui dan mengalami serta menganalisis permasalahan yang dihadapi, diperlukan data yang diperoleh dari sumber data, yaitu :
Data primer: data yang diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia, mengenai beberapa annual report terutama neraca dan laporan laba/rugi Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia di suatu pencatatan akuntansi. Data ini dapat diperoleh langsung dari Muamalat Institute dan kantor pusat Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia atau di perpustakaan Info Bank.
Data sekunder: data yang diperoleh dari literatur-literatur baik dari buku, penelitian-penelitian yang sudah ada, maupun pencarian (searching) dari internet.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah :
48
1) Field Research (Penelitian Lapangan) melalui kegiatan:
Dokumenter, yaitu dengan cara melihat data laporan keuangan yang terkait dengan permasalahan kesehatan bank, seperti rasio permodalan, rasio kualitas aktiva produktif, rasio manajemen, rasio rentabilitas, rasio likuiditas.
Inverview, yaitu wawancara langsung kepada pihak dalam PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Observasi, yaitu dengan mengamati kegiatan operasional perbankan syariah pada Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia.
2) Library Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu membaca buku-buku literature, jurnal, penelitian-penelitian yang sudah ada, serta artikel-artikel yang dapat mendukung masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
3.5 Metode Analisis 3.5.1 Menghitung Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisis CAMEL Metode analisis yang digunakan dalam pengelolahan data pada penelitian ini adalah metode CAMEL, yaitu langkah-langkah mengenai tatacara penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan dengan menghitung besarnya rasio dari komponenkomponen capital
(modal), assets
(aktiva), management (manajemen), earnings
(entabilitas), dan liquidity (liquiditas).
1. Capital (Modal Bank) Penilaian pendekatan kuantitaif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen sebagai berikut:
49
a.) Capital Adequency Ratio (CAR) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku atau Capital Adequency Ratio (CAR) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: MODAL CAR = -----------------------------------------------------Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku.
Komponen Modal Inti, Modal Pelangkap dan Modal Pelengkap Tambahan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku.
Angka pertumbuhan Modal dan ATMR serta Rasio KPMM diperoleh dari hasil stess
test rencana bisnis bank. Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Permodalan Peringkat Peringkat 1 :
Hasil Analisis Rasio KMPP lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan.
Peringkat 2 :
Rasio KMPP lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan.
Peringkat 3 :
Rasio KMPP lebih tinggi secara marginal dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8% < KPMM < 9%).
Peringkat 4 :
Rasio KMPP dibawah ketentuan yang berlaku.
Peringkat 5 :
Rasio KMPP dibawah ketentuan yang berlaku dan Bank cenderung menjadi tidak soluable.
Sumber: Bank Indonesia
50
b.) Komposisi Permodalan Tier1 Komposisi Permodalan = -------------------Tier2 + Tier3
Komponen modal inti (Tier1), modal pelengkap (Tier2) dan modal pelengkap tambahan (Tier3) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Peringkat
Hasil Analisis
Peringkat 1 :
Tier1 > 150% (Tier2+Tier3)
Peringkat 2 :
125% (Tier2+Tier3) < Tier1 < 150% (Tier2+Tier3)
Peringkat 3 :
100% (Tier2+Tier3) < Tier1 < 125% (Tier2+Tier3)
Peringkat 4 :
Jumlah (nominal) Tier1 semakin menurun cukup signifikan
Peringkat 5 :
Jumlah (nominal) Tier1 semakin menurun secara drastis dan mengarahkan kepada modal negatif.
Sumber: Bank Indonesia
c.) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibanding dengan Modal Bank APYD APYD dibanding dengan Modal Bank = -----------------Modal Bank
Cukupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitaf Produktif yang berlaku.
Modal adalah Modal Inti + Modal Pelengkap.
51
APYD adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilkan atau menimbulkan kerugian. Besarnya ditetapkan sebagai berikut: 1. 25% dari Aktiva Produktif; digolongkan Dalam Perhatian Khusus (Special
Mention) 2. 50% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Substandard) 3. 75% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Doubtful) 4. 100% dari Aktiva Produktif; digolongkan Macet (Loss) Tabel 3.3 Matriks Kiteria Penetapan Peringkat komponen APYD dibanding Modal Bank Peringkat
Hasil Analisis
Peringkat 1 :
Besarnya APYD relatif sangat kecil dibanding Modal Bank
Peringkat 2 :
Besarnya APYD relatif kecil dibanding Modal Bank
Peringkat 3 :
Besarnya APYD masih dapat dicover oleh Modal Bank (20% < Rasio < 50%)
Peringkat 4 :
Besarnya APYD sudah mengarah sama dengan jumlah Modal Bank
Peringkat 5 :
Besarnya APYD sudah melampaui jumlah Modal Bank
Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen permodalan maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan criteria penetapan sebagi berikut:
52
Tabel 3.4 Matriks Kiteria Penetapan Faktor Permodalan Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Tingkat modal
Tingkat modal
Tingkat modal
Tingkat modal
Tingkat modal
secara signifikan
berada lebih tinggi
berada sedikit di
berada sedikit di
berada lebih
berada lebih tinggi
dari ketentuan
atas atau sesuai
bawah ketentuan
rendah dari
dari ketentuan
KPMM yang berlaku
dengan ketentuan
KPMM yang
ketentuan KPMM
KPMM yang berlaku
dan diperkirakan
KPMM yang berlaku
berlaku dan
yang berlaku dan
dan diperkirakan
tetap berada di
dan diperkirakan
diperkirakan
diperkirakan
tetap berada di
tingkat ini serta
tetap berada di
mengalami
tetap berada di
tingkat ini untuk 12
membaik dari
tingkat ini untuk 12
perbaikan untuk
tingkat ini untuk
bulan mendatang
tingkat ini untuk 12
bulan mendatang
6 bulan
6 bulan
mendatang
mendatang
bulan mendatang
Sumber: Bank Indonesia
2. Assets Quality (Kualitas Aset) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen aset. Indikator pendukung yang digunakan antara lain sebagai berikut: a.)
Aktivitas Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan Total Akiva Produktifitas APYD APYD dibandingkan Total Akiva Produktifitas = -------------------------------Total Aktivitas Produktif
Cukupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku. Aktiva Produktif yang Diklasigikasi (APYD) adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnyaditetapkan secara berikut :
53
1. 25% dari Aktiva Produktif; digolongkan Dalam Perhatian Khusus (Special Mention) 2. 50% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Substandard) 3. 75% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Doubtful) 4. 100% dari Aktiva Produktif; digolongkan Macet (Loss) Tabel 3.5 Matriks Kiteria Penetapan Peringkat Komponen APYD dibanding Total Aktifa Produktif Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
APYD
Komponen
Rasio sangat
Rasio rendah
Rasio Moderat
Rasio relatif
Rasio
terhadap Total
rendah atau
atau tidak
atau raso
tinggi atau
sangat
Aktifa
sangat tidak
signifikan
berkisar antara
di atas rasio
tinggi
Produktif
signifikan
3% s.d 6%
peringkat 3
Sumber: Bank Indonesia
b.) Perkembangan Aktifa Produktif Bermasalah (Non Performing Assets) dibanding dengan Aktiva Produktif Aktivitas Produktif bermasalah Non Performing Loans = ----------------------------------------Total Aktivitas Produktif
Cakupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan bank Indonesia tentang kualitas Aktiva Produktif yang berlaku.
Aktiva Produktif (AP) bermasalah merupakan AP dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.
AP bermasalah dihitung dengan gross (tidak dikurangi PPAP).
Rasio dihitung berposisi dengan perkembangan salama 12 bulan terakhir.
54
Tabel 3.6 Matriks Kriteia Penetapan Peringkat komponen Non Performing Loan terhadap Aktiva produktif Komponen
Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
(NPL)
Perkembangan
Perkembangan
Perkembangan
Perkembangan
Perkembangan
rasio sangat
rasio rendah
rasio moderat
rasio cukup
rasio tinggi
atau berkisar
tinggi
rendah
antara 5% s.d 8%
Sumber: Bank Indonesia
c.) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
PPAP yang telah dibentuk Tingkat kecukupan Pembentukan PPAP = ------------------------------------PPAP yang wajib dibentuk Perhitungan PPAP berpedoman pada ketentuan Bang Indonesia tentang PPAP yang berlaku. Adapun perhitungan pembentukan cadangan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 3.7 Pembentukan Cadangan yang Wajib Dilakukan
Kategori
Cadangan Yang Wajib Dibentuk
1.
Lancar
0% x saldo debet kategori tersebut
2.
Perhatian Khusus
5% x saldo debet kategori tersebut
3.
Kurang Lancar
15% x saldo debet kategori tersebut
4.
Diragukan
50% x saldo debet kategori tersebut
5.
Macet
100% x saldo debet kategori tersebut
Sumber: Bank Indonesia
55
Tabel 3.8 Matriks Kriteria Penetapan Komponen PPAP Komponen
Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Tingkat
PPAP yang
PPAP yang
PPAP yang
PPAP yang
PPAP yang
Kecukupan
dibentuk secara
dibentuk lebih
dibentuk relative
dibentuk lebih
dibentuk secara
Pembentukan
signifikan lebih
tinggi dari PPAP
sama atau rasio
kecil dari PPAP
signifikan lebih
PPAP
tinggi dari PPAP
yang wajib
berkisar 100%
yang wajib
kecil dari PPAP
yang wajib
dibentuk
s.d 105%
dibentuk
yang wajib
dibentuk
dibentuk
Sumber: Bank Indonesia
Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen kualitas aktiva produktif maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan criteria penetapan sebagi berikut: Tabel 3.9 Matriks Kiteria Penetapan Faktor Kualitas Aset Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Kualitas aset
Kualitas aset baik
Kualitas aset cukup
Kualitas aset kurang
Kualitas aset
sangat baik dengan
namun terdapat
baik dan
dan diperkirakan akan
tidak baik dan
risiko portofolio
minor deficiencies
diperkirakan akan
mengancam
diperkirakan
yang sangat
yang tidak
mengancam
kelangsungan hidup
tingkat aset
minimal.
signifikan.
kelangsungan
bank apabila tidak
bermasalah
hidup bank.
dikoreksi.
semakin buruk.
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan pemberian
Kebijakan
pemberian
pemberian
pemberian
kredit/investasi,
pemberian
kredit/investasi,
kredit/investasi,
kredit/investasi,
prosedur dan
kredit/investasi,
prosedur dan
prosedur dan
prosedur dan
administrasi kurang
prosedur dan
administrasi sangat
administrasi sangat
administrasi cukup
mendukung kegiatan
administrasi tidak
mendukung
mendukung
mendukung
operasional yang aman
mendukung
kegiatan
kegiatan
kegiatan
dan sehat, serta
kegiatan
operasional yang
operasional yang
operasional yang
didokumentasikan
operasional yang
aman dan sehat,
aman dan sehat,
aman dan sehat,
dengan baik.
aman dan sehat,
serta
serta
serta
serta
didokumentasikan
didokumentasikan
didokumentasikan
didokumentasikan
dengan baik.
dengan baik.
dengan baik.
dengan baik.
Sumber: Bank Indonesia
56
3. Management (Manajemen) Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen manajemen menggunakan indikator pendukung antara lain sebagai berikut: a.) Manajemen Umum. Manajemen umum dinilai dari praktik good corporate governance antara lain sebagai berikut:
Struktur dan komposisi pengurus bank: yaitu bank memliki komposisi dan jumlah serta kualitafikasi anggota Komisaris dan Direksi yang sesuai dangan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik bank.
Penanganan conflict of interest: yaitu jika hal terjadi conflict of interest, anggota dewan Komasaris, anggota Direksi, pejabat Eksekutif dan Pimpinan Kantor Cabang bank mampu menghindari atau tidak mengambil
tindakan
yang
dapat
merugikan
atau
mengurangi
keuntungan bank dan segera melakukan pengungkapan (disclosure)
conflict of interest tersebut dalam setiap keputusan.
Independensi pengurus bank; yaitu anggota dewan Komisaris dan atau anggota Direksi memiliki kemampuan untuk bertindak independent dan menangani
pengaruh
(intervensi)
pihak
eksternal
yang
dapat
mengakibatkan kualitas praktek good corporate governance bank memburuk (menurun).
Transparansi informasi dan edukasi nasabah; yaitu bank transparan dalam menyelenggarakan good corporate govermance dan bank transparan menginformasikan kepada public secara konsisten. Di
57
samping itu, bank secara berkesinambungan melaksanakan edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa
bank
untuk
menghindari
timbulnya
informasi
yang
dapat
menyesatkan dan merugikan nasabah.
b.) Penerapan Sistem Manajemen Risiko Penerapan Sistem Manajemen Risiko dinilai berdasarkan 4 (empat) cakupan, yaitu: a. Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi. b. Kecakupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit. c.
Kecakupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta syistem informasi Manajemen Risiko.
d. Sistem pengendalian intern.
c.) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku antara lain meliputi: a. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). b. Posisi Devisa Neto (DPN) atau Net Open Position (NOP). c.
Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer/ KYC Principles).
d. Kepatuhan bank terhadap komitmen dan ketentuan lainnya antara lain: ketentuan
kualitas
aktiva
produktif,
penyisihan
penghapusan
aktiva
produktif, dan restrukturisasi kredit serta komitmen bank yang tercantum dalam action plan, rencana bisnis dan lain-lain.
58
4. Earnings (Rentabilitas) Penilaian pendekatan kualitatif factor rentabilitas antara lain dilakukan melakui penilaian terhadap komponen-komponen sebgai berikut: a) Return on Assets (ROA) Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus berikut: Laba sebelum pajak ROA = -------------------------- X 100% Total Aktiva
Besarnya nilai (angka) untuk “laba sebelum dipajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan “total aktiva” dapat dilihat pada Neraca. Tabel 3.10 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen ROA Komponen ROA
Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Perolehan laba
Perolehan laba
Perolehan laba
Perolehan laba
Bank mengalami
sangat tinggi
tinggi
cukup tinggi,
bank rendah
kerugian besar
atau rasio ROA
atau cenderung
(ROA negatif)
berada antara
mengalami
0,25% s.d
kerugian (ROA
1,25%
mengarah negatif)
Sumber: Bank Indonesia
b.) Return on Equity (ROE) Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus berikut: Laba setelah pajak ROE = -------------------------- X 100% Rata-rata modal inti
59
Peringkat 5
Besarnya nilai (angka) untuk “laba setelah dipajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan “rata-rata modal inti” dapat dilihat pada perhitungan kewjiban penyediaan modal minimum. Tabel 3.11 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen ROE Komponen ROE
Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Perolehan laba
Perolehan laba
Perolehan laba
Perolehan laba
Bank mengalami
sangat tinggi
tinggi
cukup tinggi,
bank rendah
kerugian besar
atau rasio ROE
atau cendenrung
(ROE negatif)
berada antara
mengalami
0,25% s.d
kerugian (ROE
1,25%
mengarah negatif)
Sumber: Bank Indonesia
c.) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus: Beban Operasional BOPO = -------------------------------- x 100% Pendapatan Operasional
Beban
angka
untuk
“beban
operasional”
maupun
untuk
“pendapatan
operasional” dapat dilihat pada perhitungan laba rugi laporan keuangan bank yang bersangkutan.
60
Tabel 3.12 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen BOPO Komponen BOPO
Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Tingkat efisiensi
Tingkat efesiensi
Tingkat efesiensi
Tingkat efesiensi
Tingkat efisiensi
sangat baik
baik
cukup baik atau
buruk
sangat buruk
rasio BOPO berkisar antara 94% sampai dengan 96%
Sumber: Bank Indonesia
Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen rentabilias maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan criteria penetapan sebagi berikut: Tabel 3.13 Matriks Kiteria Penetapan Faktor Rentabilias Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Secara umum
Secara umum
Secara umum
Secara umum
Secara umum
kinerja
kinerja
kinerja
kinerja
kinerja
rentabilitas
rentabilitas baik.
rentabilitas
rentabilitas
rentabilitas
cukup baik.
baik.
sangat buruk.
sangat baik. Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
rentabilitas
rentabilitas
rentabilitas
rentabilitas
rentabilitas
sangat tinggi
tinggi untuk
cukup tinggi
rendah untuk
sangat rendah
untuk
mengatisipasi
untuk
mengatisipasi
untuk
mengatisipasi
potensi kerugian
mengatisipasi
potensi kerugian
mengatisipasi
potensi kerugian
dan
potensi kerugian
dan
potensi kerugian
dan
meningkatkan
dan
meningktakan
dan
meningkatkan
modal.
meningktakan
modal.
meningktakan
modal.
modal.
modal.
Sumber: Bank Indonesia
61
5. Liquidity (Likuiditas) a) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan Pasiva likuid kurang dari 1 bulan
Aktiva likuid < 1 bulan Aktiva likuid < 1 bulan dibanding = --------------------------------Pasiva likuid < 1 bulan Pasiva likuid < 1 bulan
Aktiva likuid dan pasiva likuid , 1 bulan dihitung berdasarkan posisi penilaian. Yang termasuk Aktiva likuid < 1 bulan adalah: -
Kas
-
Giro
-
Sertifikat di Bank Indonesia (SBI)
-
Antar Bank Aktiva (giro, deposit on call, call money)
Sedangkan yang termasuk Pasiva likuid < 1 bulan adalah: -
Giro
-
Tabungan
-
Deposito
-
Kewajiban segera
-
Kewajiban pada bank lain Tabel 3.14 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Aktiva Likuid dibanding Pasiva Likuid
Komponen Aktiva likuid
Peringkat 1 Sangat likuid
Peringkat 2 Likuid
Peringkat 3 Cukup likuid atau
disbanding
rasio berkisar
pasiva likuid
antara 15% s.d 20%
Sumber: Bank Indonesia
62
Peringkat 4 Kurang likuid
Peringkat 5 Tidak likuid
b) Financial to Deposits Ratio (FDR) Besarnya nilai lFinancial to Deposits Ratio dapat dihitung dengan rumus: Kredit FDR = ------------------------DanaPihakKetiga
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).
Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank)
Suatu bank dikatakan likuid apabila: 1. Bank tersebut memiliki cash assets sebsar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya. 2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari di atas, tetapi yang bersangkutan mempunyai assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu. 3. Bank tersebut memiliki kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melaui berbagai bentuk hutang. Tabel 3.15 Matriks Kriteria Peringkat Komponen FDR Komponen FDR
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
50% < rasio
Peringkat 1
75% < rasio
Peringkat 2
85% < rasio <
100% < rasio
Rasio > 120%
< 75%
< 85%
100% atau rasio
< 120%
< 50%
Sumber: Bank Indonesia Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen kualitas aktiva produktif maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagi berikut:
63
Tabel 3.16 Matriks Kiteria Penetapan Faktor Likuiditas Peringkat 1
Peringkat 2
Peringkat 3
Peringkat 4
Peringkat 5
Secara umum
Secara umum
Secara umum
Secara umum
Secara umum
kinerja likuiditas
kinerja likuiditas
kinerja likuiditas
kinerja likuiditas
kinerja likuiditas
sangat baik.
baik. Kemampuan
cukup baik.
kurang baik.
kurang baik.
Kemampuan
likuiditas untuk
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
likuiditas untuk
mengatasipasi
likuiditas untuk
likuiditas untuk
likuiditas untuk
mengatasipasi
kebutuhan
mengatasipasi
mengatasipasi
mengatasipasi
kebutuhan
likuiditas dan
kebutuhan
kebutuhan
kebutuhan
likuiditas sangat
penerapan
likuiditas dan
likuiditas dan
likuiditas dan
kuat.
manajemen rasio
penerapan
penerapan
penerapan
likuiditas kuat.
manajemen rasio
manajemen rasio
manajemen rasio
likuiditas memadai.
likuiditas lemah.
likuiditas sangat lemah.
Sumber: Bank Indonesia
Peringkat Komposit Peringkat komposit (composite rating) adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit nini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung atau pembanding yang relevan. Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen tersebut, ditetapkan peringkat setiap factor. Selanjutnya, berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor ditetapkan peringkat komposit (composite rating). Peringkat komposit di tetapkan sebagai berikut: a. Peringkat 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “sangat baik” dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. b. Peringkat 2 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “baik” dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun
64
bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. c.
Peringkat 3 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “cukup baik”, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk, yang dapat terjadi apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif.
d. Peringkat 4 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “kurang baik”, namun terdapat pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, atau bank memeiliki kelemahan keuangan yang serius, atau kombinasi dari kondisi bebrapa factor yang tidak memuaskan. Apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif, baik berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelemahan usahanya. e. Peringkat 5 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “tidak baik” dan sangat berpengaruh terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahyakan kelangsungan usahanya.
3.6 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian Setelah data-data dan hasil analisis selesai dipelajari, maka akan diketahui hasil penilaiannya bagaimana posisi tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia pada periode tahun 2002-2005 yang terlihat pada kinerja keuangan dan manjemen perusahaan. Kemudian barulah dapat dilakukan perbandingan dan diketahui bagaimana perbedaan cara penilaian kinerja keuangan dan manajemen bank umum syariah dan unit usaha syariah. Sehingga dapat diketahui aspekaspek apa yang perlu diperhatikan dan diperbaiki bagi masing-masing bank untuk meningkatkan kinerja bank-bank tersebut dan khususnya bagi unit usaha syariah bila ingin melakukan spin off dari bank konvensional sebagai induknya.
65