56
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang
digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan, yaitu: (1) mengkaji alasan diterapkannya PBC pada pemeliharaan infrastruktur jalan, dan (2) mengidentifikasi faktor-faktor kendala penerapan PBC pada pemeliharaan jalan serta menilai besaran kendala yang ada. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan studi literatur. Studi literatur dikelompokkan dalam 2 (dua) bagian, sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam mengkaji alasan diterapkannya PBC pada pemeliharaan jalan studi literatur yang terkait berupa: penerapan PBC di Negara lain, penerapan PBC di Indonesia, dan alasan PBC diterapkan. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor kendala serta menilai besaran kendala, studi literatur terkait berupa: kendala-kendala penerapan KBK, hukum dan kebijakan yang menjadi dasar pengelolaan pemeliharaan jalan, serta pendekatan analisisi penilaian tingkat kepentingan dengan Analythical Hierarchy Process (AHP). Pendekatan AHP di pilih karena pendekatan ini merupakan
cara
untuk
mendapatkan
tingkat
kepentingan
dari
dasar
penilaian/beberapa pilihan yang telah ditetapkan berdasarkan pair wise comparison. Pendekatan penilaian tingkat kepentingan yang lainnya, seperti: Delphi, dan FGD tidak digunakan dalam pendekatan analisis karena pada pendekatan ini dilakukan konvergensi pendapat secara berulang untuk mendapatkan dasar penilaian/beberapa pilihan yang paling baik, sedangkan pada penelitian ini dasar penilain telah ditetapkan sehingga tidak memerlukan konvergensi pendapat secara berulang. Untuk mengerahui besaran dari faktor kendala dilakukan pengembangan model penilaian kendala, hal awal yang dilakukan adalah melakukan penentuan dasar penilaian. Dasar penilaian ini adalah kelompok kendala-kendala yang ada dalam penerapan PBC dari hasil identifikasi melalui studi literatur. Setelah itu ditentukan indikator dan parameter kendala berdasarkan kelompok-kelompok kendala dalam dasar penilaian. Lalu dikembangkan model dan model matematis 56
Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
57
dari kendala yang ada. Metode pencarían data untuk mengetahui besaran faktorfaktor yang menjadi kendala penerapan PBC dalam pemeliharaan jalan akan dilakukan melalui cara observasi ke lapangan dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner. Hasil wawancara dan penyebaran kuesioner ini akan menjadi dasar untuk menilai faktor-faktor kendala yang ada dan akan menjadi input bagi model yang telah dikembangkan. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui dan mencari masukan dari tim ahli berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan opini mereka, tentang tingkat kendala dari variabel yang telah dikembangkan dalam model penilaian faktor-faktor kendala penerapan PBC dalam pemeliharaan jalan. Validasi data hasil penyebaran kuesioner menggunakan validasi data berdasarkan pendekatan Proses Hirarki Analisis, dimana data yang valid adalah data dengan nilai consistency ratio < 0,1. Sedangkan untuk model penilaian kendala tidak dilakukan validasi model, dimana kendala-kendala atau variabl yang dikembangkan tidak diuji validasi, sehingga apakah dasar penilaian yang digunakan benar-benar kompatibel untuk menilai kendala penearpan PBC dalam penanganan pemeliharaan jalan belum dapat diketahui. Untuk mempermudah melihat besaran dari faktor kendala yang ada, akan dikembangkan peta kendala. Dengan dikembangkannya peta kendala, besaran dari faktor kendala dapat dilihat secara langsung, yaitu: apakah kendala tersebut besar, atau kecil. Setelah diperoleh data mengenai faktor-faktor kendala yang ada dalam penerapan PBC pada pemeliharaan jalan, selanjutnya data akan dianalisa berdasarkan model penilaian faktor-faktor kendala yang telah dikembangkan sebelumnya. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan mapping antara kendala yang ada dengan peta keterkaitan yang telah dikembangkan diawal. Dari hasil analisa ini akan terlihat faktor-faktor kendala yang ada serta faktor kendala yang paling dominan dalam penerapan PBC pada pemeliharaan jalan. Sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, akhir dari penelitian ini adalah 2 (dua) temuan, yaitu: (1) kendala utama dalam penerapan KBK, dan (2) alasan penerapan KBK pada pemeliharaan infrastruktur jalan. Konsep dasar alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini : Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
58
Identifikasi Masalah
Penetapan tujuan dan maksud penelitian Mengidentifikasi faktorfaktor kendala penerapan KBK pada pemeliharaan infrastruktur jalan dan besaran kendala
Mengkaji alasan diterapkannya KBK pada pemeliharaan infrastruktur jalan
Studi Literatur • Kendala penerapan KBK • Hukum dan kebijakan yang menjadi dasar pengelolaan kontrak pemeliharaan jalan • PHA (AHP)
• • •
Pengembangan Model Dasar penilaian Indikator dan parameter penilaian Model penilaian
• Penerapan KBKdi negara lain • Penerapan KBK di Indonesia • Mengapa KBK diterapkan
Pengembangan Peta Kendala Peta Kendala
Collecting Data Pengembangan Draft Kuesioner dan Wawancara
Pelaksanaan Observasi Lapangan Pelaksanaan Wawancara dan Penyebaran Kuesioner
Validasi Data dengan Pendekatan AHP (Indeks Konsistensi ≤ 1)
Analisa • Analisa hasil wawancara (Nilai kemampuan menghadapi kendala)
• Analisa hasil penyebaran kuesioner (Bobot/Tingkat Besaran Kendala)
Mapping Hasil Analisa Data ke Peta Kendala
Temuan 1
Temuan 2 • Kendala utama penerapan KBK pada pemeliharaan infrastruktur jalan
• Alasan penerapan KBK pada pemeliharaan infrastruktur jalan
Kesimpulan dan Saran • Kesimpulan • Keterbatasan dalam penelitian • Saran
Gambar 3. 1 Diagram alir proses penelitian
Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
59
3.2
RUMUSAN MASALAH DAN STRATEGI PENELITIAN
3.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) mengapa Kontrak Berbasis Kinerja diterapkan sebagai alternatif kontrak untuk penanganan pemeliharaan jalan, dan (2) faktor-faktor kendala serta faktor kendala dominan yang mempengaruhi penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (PBC) dalam penanganan pemeliharaan jalan.
3.2.2 Strategi Penelitian Dalam penelitian ini digunakan suatu strategi yang disarankan Yin (1996) untuk dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian tersebut. Terdapat tiga faktor, yang akan mempengaruhi jenis strategi penelitian, yaitu 113: 1. Tipe pertanyaan yang diajukan. 2. Luas control yang dimiliki peneliti atas peristiwa perilaku yang akan diteliti. 3. Fokus terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan dari peristiwa historis
Strategi penelitian didasarkan atas situasi yang ada dan didasarkan pada bentuk pertanyaan penelitian, kontrol dari peneliti dengan tindakan dari penelitian yang aktual, serta tingkat fokus dari kesamaan penelitian yang lalu. Strategi penelitian yang dipilih serta relevansinya dengan situasi yang ada dapat dilihat pada tabel 3.1.
113
Prof.Dr.Robert K.Yin., “Studi Kasus Desain dan Metode” Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002. hal 7 Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
60
Tabel 3.1 Situasi-situasi Relevan untuk strategi penelitian yang berbeda
Strategi
Bentuk Pertanyaan Penelitian
Kontrol dari peneliti dengan tindakan dari penelitian yang aktual
Tingkat fokus dari kesamaan penelitian yang lalu
Eksperimen
Bagaimana, mengapa
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Survey Analisis
Siapa, apa, dimana, berapa banyak Siapa, apa, dimana, berapa banyak
Historis
Bagaimana, mengapa
Tidak
Tidak
Studi Kasus
Bagaimana, mengapa
Tidak
Ya
Sumber : Prof.Dr.Robert K.Yin., “Studi Kasus Desain dan Metode” Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002. hal 8 Berdasarkan tabel 3.1 dan jenis pertanyaan penelitian yang digunakan, maka metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan jenis “apa” adalah menggunakan metode survey dan analisis.
3.3
PENGEMBANGAN MODEL DAN PETA KENDALA Pengembangan model penilaian faktor-faktor kendala penerapan Kontrak
Bernbasis Kinerja (PBC) dilakukan melalui 5 (lima) tahapan, yaitu: (1) Penentuan dasar penilaian, (2) identifikasi indikator penilaian, (3) penentuan parameter penilaian, (4) penetapan ukuran penilaian, dan (5) pengembangan model. Adapun peta kendala dikembangkan untuk mempermudah melihat kendala-kendala yang ada (dapat dilihat dalam bentuk gambar.
3.4
PELAKSANAAN SURVEY DAN ANALISIS
3.4.1 Pendekatan Penelitian Penelitian dimulai dengan merumuskan masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Tiga faktor yang mempengaruhi jenis strategi penelitian menjadi dasar untuk memilih metode penelitian yang tepat Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
61
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian dan membuktikan hipotesa pada penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab 2 (dua) rumusan permasalahan, yaitu: (1) Mengapa Kontrak Berbasis Kinerja diterapkan sebagai alternatif kontrak untuk penanganan pemeliharaan jalan?, (2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan Kontrak Berbasis Kinerja pada pemeliharaan jalan agar menjadi lebih efektif?. Pendekatan penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama yaitu: mengapa PBC diterapkan sebagai alternatif kontrak untuk pemeliharaan jalan?, adalah dengan melakukan kajian literatur serta melakukan analisis terhadap kajian literatur yang terkait dengan permasalahan pertama yang telah dirumuskan. Pendekatan penelitian yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua yaitu: Faktor-faktor apa yang menjadi kendala dari penerapan kontrak berbasis kinerja pada pemeliharaan jalan agar menjadi lebih efektif?, adalah dengan metoda survey. Dengan metoda survey, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan panduan berupa draft kuesioner dan draft wawancara. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor kendala-kendala apa saja yang ada dalam penerapan PBC digunakan data sekunder yang diperoleh dari literatur yang bertujuan untuk mengidentifikasi awal variabel penelitian dan untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang mempengaruhi penerapan PBC dalam pemeliharaan jalan.
3.4.2 Pelaksanaan dan Sampel Survey (Metode Pencarian Data) Sebelum dilakukan wawancara dan penyebaran kuesioner, dikembangkan dulu suatu model yang menggambarakan kendala penerapan PBC dalam pemeliharaan jalan sehingga pelaksanaan wawancara dan penyebaran kuesioner akan lebih terarah dan akan diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan. Setelah pengembangan model yang menggambarkan kendala yang ada dalam penerapan PBC pada pemeliharaan jalan dilakukan, akan dilanjutkan dengan pelaksanaan survey sebagai implementasi model untuk mendapatkan penilaian terhadap kendala yang ada sehingga dapat diketahui mana kendala yang paling Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
62
dominan dan harus dirumuskan penyelesainnya guna menerapkan PBC pada penanganan pemeliharaan jalan dan diperoleh hasil penanganan yang efektif melalui penerapan PBC. Metode pencarian data melalui survey akan dilakukan menggunakan 2 (dua) metoda, yaitu: 1. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi bagaimana pemerintah sebagai pengelola jalan yang diwakili oleh Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, mengakomodasi kendala yang ada dalam penerapan PBC yang telah diindetifikasi pada model penilaian kendala. Materi wawancara merupakan penjabaran dari model penilaian kendala yang telah dikembangkan sebelumnya. Penjabaran tersebut dilakukan dalam upaya untuk memudahkan pemahaman terhadap parameter-parameter dalam model penilaian. Kriteria responden wawancara adalah pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan kontrak, seperti: Pimpinan Proyek dan Panitia Pengadaan.
2. Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui dan mencari masukan dari tim ahli berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan opini mereka, tentang tingkat/bobot kepentingan dari parameter penilaian kendala yang ada. Kriteria responden kuesioner adalah para ahli (expert) yang memahami dan mengerti konsep dasar PBC di lingkungan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov. Banten atau Dirjen. Bina Marga Dep. PU. Hal ini dilakukan agar diperoleh suatu nilai tingkat kepentingan yang dapat digunakan secara terus menerus, karena tingkat kepentingan tersebut telah ditentukan Ahli. Adapun kriteria pakar yang dijadikan responden adalah sebagai berikut: a. Pengalaman bekerja diatas 15 tahun; b. Jabatan: Minimal Kepala Bidang/Eselon 3. c. Pendidikan terakhir S1/S2.
Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
63
Responden dari wawancara dan kuesioner selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kriteria Responden/Pakar No, 1.
2.
Bentuk Survei Wawancara
Kuesioner
Kelompok Responden Daerah (Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten) Pusat (Dep. PU, Dirjen. Bina Marga) Daerah (Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten) Lembaga/Asosiasi (LPJKD)
Kriteria Responden − − −
Pengalaman bekerja diatas 15 tahun; Jabatan: Minimal Kepala Bidang/Eselon 3. Pendidikan S1/S2
3.4.3 Pengolahan Data Hasil Survey Penyebaran Kuesioner Data hasil wawancara dinilai dengan menggunakan ukuran penilaian yang telah dikembangkan. Ukuran penilaian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Setelah itu dilakukan perhitungan terhadap hasil wawancara dengan menggunakan persamaan pada model yang telah dikembangkan. Data hasil kuesioner digunakan sebagai input untuk menghitung tingkat kepentingan dari kendala yang ada. Model penilaian tingkat kepentingan yang digunakan dalam kuesioner adalah menggunakan metoda Proses Hirarki Analisis (AHP). AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan pintu utamanya berupa persepsi manusia. Dengan hirarki suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok – kelompok, lalu diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Kadarsyah, 1998). AHP didesain untuk dapat digunakan pada penilaian yang bersifat subyektif untuk menyusun urutan dari prioritas elemen – elemen berdasarkan bobot elemen yang ditinjau dengan menggunakan perbandingan berpasangan antar elemen. AHP digunakan untuk mendapatkan bobot elemen, atau dalam metode ini bisa disebut sebagai skala rasio, dari perbandingan pasangan pada struktur hirarki yang multi level. Skala rasio tersebut menyatakan nilai bobot dari elemen. Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
64
Perbandingan tersebut diperoleh dari penilaian aktual maupun dari skala kepentingan yang merefleksikan kekuatan relatif akan suatu pilihan nilai perbandingan antara dua elemen yang diperoleh dari pikiran, perasaan dan pengalaman. Dalam perbandingan berpasangan, dua elemen diperbandingkan berdasarkan sifat yang dimiliki bersama. Tabel 3.3 memuat skala perbandingan berpasangan yang menjelaskan nilai 1 sampai dengan 9 yang ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis disetiap level hirarki terhadap suatu kriteria yang berada diatasnya. Dalam AHP secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan yang merupakan fokus dari masalah yang akan diambil keputusannya. b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan–sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif–alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah, c. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan penetapan dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh penentapan seluruhnya sebanyak n x [(n -1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulang, f. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk seluruh tingkatan hirarki, g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis penetapan dalam penentuan prioritas elemen – elemen pada tingkatan terendah sampai pencapaian tujuan. h. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data penetapan harus diperbaiki. Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
65
Tabel 3.3 Skala perbandingan berpasangan Intensitas Pentingnya
Definisi
Penjelasan
1
Kedua elemen sama penting.
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lain.
5
Elemen yang satu esensial atau sangat penting daripada elemen lainnya.
7
Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya.
9
Satu elemen mutlak lebih. penting daripada elemen lainnya.
Nilai Tengah 2 4 6 8 Kebalikan (Resiprokal)
Dua elemennya menyumbang sama besar pada sifat itu. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam prakteknya. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
Jika ada keraguan antar skala 1 dan 3 Kompromi diperlukan antara Jika ada keraguan antar skala 3 dan 5 dua pertimbangan Jika ada keraguan antar skala 5 dan 7 Jika ada keraguan antar skala 7 dan 9 Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty TL. 1986 Secara garis besar, penilaian di dalam AHP dilakukan dengan menggunakan matriks A yang berpasangan. Setiap baris pada matriks merupakan perbandingan bobot setiap faktor Aij. Jika matrisk tersebut dikalikan dengan vektor w, maka hasilnya adalah nw, seperti sebagai berikut: A=
w1/ w1 w2/ w1 ......... Wn/ w1
w1/ w2 w2/ w2 .......... wn/ w2
w1/ w3 w2/ w3 .......... wn/ w3
w1/ w4 w2/ w4 .......... wn/ wn
X
w1 w2 w3 wn
=n
w1 w2 w3 wn
............................(3.1)
Dimana: Aij
= wi/wj (perbandingan penilaian elemen i dan j)
Ij
= 1,2,3,.....,n Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
66
Maka akan diperoleh perasamaan: Aw = nw ............................................................................................................(3.2) Untuk memperoleh nilai w, dengan hanya mengetahui nilai A, persamaan diatas harus diselesaikan dengan cara berikut: (A – n.I) = 0……………....................................................................................(3.3) dengan catatan I adalah matriks identitas.
Persamaan ini akan mempunyai penyelesaian tidak sama dengan 0, jika n adalah eigen value dan w adalah eigen vector dari A. Dalam penerapan praktis, matriks aij tidak merupakan hasil pengukuran eksak, tetapi merupakan penilaian yang bersifat obyektif. Dalam hal ini semua eigen value bernilai nol kecuali satu yang bernilai n, yakni eigen value maksimum. Jadi jika penilaian dilakukan dengan konsisten, maka akan didapatkan eigen value dari A yang bernilai n. Untuk mendapatkan nilai w, maka eigen value maksimum disubstitusikan ke dalam matriks A. Kemudian dengan menggunakan matriks A dan w, akan didapat persamaan bahwa bobot total = 1, persamaan tersebut dapat diuraikan sampai mendapatkan nilai w1, w2, w3,...,wn dan harga ini merupakan eigen vector yang bersesuaian dengan eigen value maksimum. Dalam menggunakan AHP diharapkan diperoleh konsistensi penilaian antara elemen yang terlibat. Dari teori matriks diketahui bahwa kesalahan kecil pada koefisien menyebabkan kesalahan juga pada eigen value. Jadi, jika diagonal matriks A semua bernilai 1 dan jika matriks A konsisten, maka penyimpangan kecil dari aij akan tetap menunjukkan bahwa eigen value terbesar λ maks, akan mempunyai nilai mendekati nol. Maka permasalahan yang dihadapi disini adalah jika A merupakan matriks penilaian perbandingan berpasangan, untuk mendapatkan vektor prioritas, harus menyelesaikan persamaan: A.w = λ maks . w ..............................................................................(3.4) λ maks = Σ aij . wj/wi ..............................................................................(3.5)
Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
67
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan Index Consistency (IC) dalam persamaan :
dimana: IC λmaks N
-
-
…………………………………………….........……(3.6)
= Indeks konsistensi = eigen value maksimum = orde matriks
Indeks konsistensi ≤ 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian nilai IC merupakan ukuran konsistensi suatu penilaian berpasangan. PHA mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan. CR = IC/RCI .......................................................................................(3.7) dimana: RCI
= Random indeks berdasarkan ukuran matriks (n)
IC
= Indeks konsistensi
CR
= Rasio konsistensi
Nilai RCI berdasarkan ukuran matrik (n) diperoleh berdasarkan tabel 3.4.
Tabel 3.4 Random Consistency Index (RCI) N 1 2 3 RI 0 0 0.58 Sumber: Saaty, 1986
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
3.4.4 Analisa Hasil Pengolahan Data Dari hasil penilaian terhadap aktifitas pengelola jalan dan kontraktor dalam hal mengakomodasi kendala yanga ada dalam penerapan PBC pada pemeliharaan jalan, maka akan diketahui besaran kendala yang ada pada setiap level penilaian. Nilai kemampuan untuk mengakomodasi kendala selanjutnya diakumulasi Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
68
menjadi nilai kendala penerapan PBC pada pemeliharaan jalan. Nilai ini selanjutnya akan dianalisa untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam mengakomodasi kendala pada setiap level penilaian.
3.4.5 Mapping Nilai Kemampuan untuk Mengakomodasi Kendala dan Peta Kendala antar Prinsip Penilaian Setelah nilai kemampuan untuk mengakomodasi kendala dari pengelola jalan dan kontraktor diketahui, maka selanjutnya akan dilakukan mapping antara nilai tersebut dengan peta kendala yang telah dikembangkan sebelumnya. Hasil mapping tersebut akan menggambarkan kendala yang paling dominan, sehingga bisa diketahui arah rekomendasi yang akan dirumuskan untuk mengatasi kendala dalam penerapan PBC. Konsep dasar pelaksanaan survey dan analisis dapat dilihat pada gambar 3.2.
3.5
TEMUAN Dalam penelitian ini akan dihasilkan 2 (dua) temuan untuk menjawab 2 (dua)
pertanyaan dalam perumusan permasalahan, yaitu: a. Kendala utama dari penerapan PBC dalam pemeliharaan infrastruktur jalan. b. Alasan penerapan PBC pada proyek pemeliharaan jalan.
Universitas Indonesia
Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009
69
PENGAMATAN DOKUMEN
FAKTOR – FAKTOR KENDALA PENERAPAN KBK DALAM PEMELIHARAAN JALAN
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
MATERI WAWANCARA DAN KUESIONER Lampiran 5
PEROLEHAN DATA
Lampiran 6
PILIH RESPONDEN UNTUK WAWANCARA DAN MENGISI KUESIONER
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
WAWANCARA, PENGAMATAN DOKUMEN, DAN KUESIONER
WAWANCARA Pemimpin Proyek/Panitia Pengadaan: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov Banten Pengelola Jalan
• • •
KUESIONER Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Prov. Banten; Dirjen. Bina Marga, Dep. PU; Masyarakat Profesional: Asosiasi Perusahaan/ Perguruan Tinggi/ Asosiasi Profesi. Ahli PBC
Gambar 3. 2 Diagram alir proses pelaksanaan survey dan analisis
Universitas Indonesia