25
BAB 3 METODE PENELITIAN
3. 1. Penetapan Masalah Spesifik Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan self-efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai hasil yang harus digapai (Bandura, 1997). Self-efficacy menitik-beratkan pada keadaan individu merasa mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas tanpa memperhatikan hasil untuk masa mendatang. Dapat disimpulkan self-efficacy merupakan suatu keyakinan individu pada kemampuan yang dimilikinya untuk secara efektif melakukan kontrol terhadap keadaan, kondisi spesifik baik dalam menjalankan atau menyelesaikan tugas ataupun pekerjaan dalam kehidupannya, tanpa memperhatikan hasil yang akan diperolehnya. Terdapat beberapa unsur self-efficacy, diantaranya Enactive Mastery Experience merupakan cara yang paling efektif dan menimbulkan keyakinan yang kuat akan efficacy. Kesulitan atau kegagalan merupakan kesempatan belajar untuk menjadi sukses dengan berdasar pada satu kemampuan untuk melatih dalam hal mengontrol setiap keadaan menjadi lebih baik. Vicarious Experience dengan cara mendapat pengaruh dari pengalaman orang lain. Social Persuassion, Individu yang diyakinkan secara verbal bahwa ia memiliki kemampuan untuk dapat menguasai suatu tugas, akan mengeluarkan usaha yang lebih besar daripada ketika ia merasa tidak yakin dan memikirkan kekurangannya ketika muncul kesulitan-kesulitan. Dan yang terakhir, Physiological and affective state adalah kemampuan individu yang dapat dinilai melalui informasi-informasi yang didapat oleh tubuh.
26
Apabila ayah selaku orangtua tunggal memiliki self-efficacy rendah, akan menjauhkan tugas yang terasa sulit untuk dilakukan dan membutuhkan upaya ekstra. Sedangkan, ayah selaku orangtua tunggal yang memiliki self-efficacy tinggi, akan dapat mengatasi masalah saat menjalankan tuggas dan perannya yang sulit dan tidak menyenangkan. Dengan self-efficacy yang tinggi orangtua tunggal akan melakukannya dan berusaha keras mewujudkannya. 3. 2 Subyek Penelitian 3. 2. 1 Sampel 3. 2. 1. 1 Partisipan Subjek
penelitian
umumnya
disebut
dengan
istilah
partisipan. Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan kriteria tertentu yang sudah sangat spesifik. Menurut Raco (2010) yang termasuk partisipan : 1. Mereka yang memiliki informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian. Dalam penelitian ini subjek adalah seorang ayah dan anak tunggal. 2. Mereka yang memiliki kemampuan untuk menceritakan pengalamannya atau memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, subjek adalah seorang ayah dan anak tunggal
tersebut,
bersedia
untuk
menceritakan
dan
memberikan informasi sebagai data penelitian. 3. Benar-benar terlibat dalam gejala, peristiwa atau masalah dalam arti mereka mengalami secara langsung. Dalam riset partisipan yang mengikuti penelitian memenuhi kriteria ini,
27
seorang ayah dan anak tunggal yang benar-benar mengalami kehidupan bersama. 4. Bersedia untuk ikut serta diwawancarai. Khusunya penelitian kali
seorang
ayah
dan
anak
tunggal
yang
bersedia
diwawancarai dan diobservasi serta memberikan izin sebagai subjek penelitian. 5. Tidak berada dibawah tekanan, tetapi penuh kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya. Dalam hal ini seorang ayah dan anak tunggal menjadi subjek penelitian ini, dengan senang hati tanpa ada beban. Jadi syarat atau ketentuan bagi individu yang dapat menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah kredibel dan kaya akan informasi yang dibutuhkan. 3 . 2. 1. 2 Karakteristik Partisipan Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah seorang ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal dan tinggal bersama anaknya. Partisipan pendukung yakni anak dari ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal. Partisipan dipilih berdasarkan topik yang akan diteliti sehingga dapat mendukung jalannya proses penelitian. 3 . 2. 1. 3 Teknik Penentuan Sampel Teknik pengambilan sampel atau partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling memiliki pengertian penentuan sampel atau partisipan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel pada metode kualitatif tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada
28
kualitas informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh partisipan (Raco, 2010). Dengan kata lain, peneliti kualitatif lazimnya menggunakan subjek dalam jumlah kecil : 1. Jumlahnya kecil, karena dengan jumlah kecil peneliti akan mampu mengumpulkan data yang mendalam. 2. Jumlahnya bisa bervariasi dari 1 hingga 40. Tetapi karena penekanannya pada informasi yang rinci dan kaya, maka jumlah yang besar akan menjadi masalah, karena akan
terjadi
pengulangan informasi (Raco, 2010). Penelitian ini mengambil data dari dua subjek, yakni ayah yang menjadi orangtua tunggal dan tinggal bersama anaknya. Pengambilan subjek pada jumlah kecil small and design peneliti bermaksud mengeksplorasi tingkat kedalaman penelitian, bukan pada sebaran fenomena tersebut. Penetapan small and design juga dilandasi pertimbangan bahwa subjek penelitian ini ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal dalam mengasuh anak. Lazimnya hak pengasuhan anak diberikan kepada ibu. 3. 3 Desain Penelitian Peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif, karena peneliti ingin mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena dan pandangan-pandangan dari partisipan sendiri. Di samping itu, peneliti ingin melihat lebih jelas proses dan dinamika dalam penelitian. 3. 3. 1 Metode Kualitatif Menurut Creswell (dalam Raco, 2010) ada lima jenis metode penelitian kualitatif. Kelima metode tersebut adalah Biografi, Fenomenologi,
29
Grounded-theory, Ethnografi dan Studi kasus. Peneliti menggunakan jenis metode yang kedua yakni Fenomenologi. Tujuan metode ini adalah menangkap arti pengalaman hidup manusia tentang suatu gejala. Peristiwa yang dialami tidak mungkin dimengerti tanpa tanpa memahami konteks di sekelilingnya. Dalam konteks tersebut peristiwa atau gejala itu terjadi dan memberi makna. 3. 3. 2 Metode Pengumpulan Data Pengambilan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
teknik
wawancara mendalam. Teknik wawancara mendalam digunakan peneliti karena dapat mengungkapan pertanyaan-pertanyaan yang muncul tanpa rencana dalam benak peneliti. Dari fenomena yang terjadi dalam diri partisipan, semua akan lebih jelas dan terperinci dalam menguak suatu fenomena. Kelebihan wawancara mendalam adalah peneliti bisa menanyakan pertanyaan yang lebih rinci kepada partisipan, lebih mendalam mengungkap segala sesuatu yang dilakukan partisipan sehingga dapat mendapatkan data yang lebih jelas. Bisa menjalani hubungan yang lebih mendalam, sehingga partisipan dapat mengungkap jawaban lebih bebas. 3. 4 Instrumen Penelitian 3. 4. 1 Pedoman Wawancara Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara dibuat terbuka agar dapat memancing
jawaban
secara
lebih
bebas
berdasarkan
pengalaman dan keinginan-keinginan partisipan yang diteliti.
kaca
mata
30
Tabel 3. 1 Kegiatan Wawancara Partisipan YT dan AR
No.
Tempat
Waktu
Partispan
Di rumah kediaman YT di daerah Kota Bumi,
2 dan 3 Juli
1.
YT Tangerang 5 Juli 2011
2.
Di kediaman AR
AR 18.00 WIB
3. 4. 2 Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan
observasi
terhadap
lingkungan
atau
setting
wawancara,
serta
pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara. Tabel 3. 2 Kegiatan Observasi Partisipan YT
NO.
Tempat
Tanggal
Fokus Observasi Keadaan
1.
Kediaman rumah YT
rumah
partisipan,
perilaku
partisipan
dengan
28 Mei 2011
tetangganya. Perilaku 2.
Salah satu mall di BSD
partispan
18 Juni 2011 kepada anaknya. 2 dan 3 Juli
3.
Keadaan
rumah
Kediaman YT partisipan,
perilaku
31
partispan
dengan
tetangga serta saat di rumah.
Tabel 3. 3 Kegiatan Observasi Partisipan AR
NO.
Tempat
Tanggal
Fokus Observasi Keadaan
1.
Kediaman rumah AR
rumah
partisipan,
perilaku
partisipan
dengan
25 Mei 2011
tetangganya. Kolam renang Di Komplek 2.
Perilaku
Meruya
kepada anaknya. Keadaan
3.
partispan
25 Juni 2011
Kediaman YT
5 Juli 2011
rumah
partisipan,
perilaku
partispan
dengan
tetangga serta saat di rumah.
3. 4. 3 Alat Bantu Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data, peneliti membutuhkan alat bantu (instrumen) penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa alat perekam suara dan kamera, keduanya diperlukan karena adanya keterbatasan kecepatan peneliti untuk mencatat berbagai informasi yang dikemukakan oleh partisipan. Hasil rekaman tersebut dibuatkan verbatimnya yang terdapat pada lampiran.
32
3. 5 Prosedur 3. 5. 1 Tahap Persiapan Pengumpulan Data Tahap persiapan pengumpulan data dimulai dengan memilih topik yang tepat untuk penelitian, kemudian peneliti membuat instrumen penelitian. Instrumen peneliti dibuat agar memudahkan peneliti untuk menjalankan proses penelitian dengan sempurna. Pertama-tama membuat daftar pedoman wawancara, untuk ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal. Pedoman
wawancara
dibuat
sebagai
pedoman
untuk
wawancara.
Pertanyaan dalam pedoman wawancara dapat meluas. Kemudian peneliti mempersiapkan alat-alat yang mendukung dalam proses penelitian tersebut (seperti kertas, alat tulis, alat perekam). Subjek diperoleh peneliti dengan cara mencari keluarga yang masih memiliki seorang ayah yang orangtua tunggal, masih memiliki anak, dan mereka tinggal dalam satu rumah. Keluarga yang hidup diperkotaan pada umumnya, dengan keluarga beranggotakan seorang ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal dan anak yang tinggal bersamanya. Peneliti kemudian bertemu dengan subjek untuk meminta izin terlebih dahulu untuk melakukan penelitian. Kemudian peneliti membuat janji untuk proses penelitian selanjutnya. 3. 5. 2 Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Setelah melakukan wawancara dengan partisipan pertama, kemudian peneliti membuat verbatim (kata demi kata) dari hasil wawancara dengan partisipan. Proses membuat verbatim hasil wawancara dilakukan sesegera mungkin agar jika peneliti menemukan hal-hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kembali pada pertemuan selanjutnya. Begitu pula dengan hasil
33
rekaman wawancara, transkrip verbatim dan catatan observasi disimpan dan diorganisasi dengan baik sehingga memudahkan proses analisa data. 3. 5. 3 Pelaksanaan Analisis Data Tahapan analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah: a) Membuat transkrip wawancara Peneliti
membuat
transkrip
wawancara
berdasarkan
hasil
tambahan
untuk
wawancara kedua subjek penelitian. b) Menuliskan interpretasi sementara Peneliti
menggunakan
satu
lagi
kolom
menuliskan apapun yang muncul saat peneliti membaca transkrip tersebut. Peneliti menuliskan kesimpulan sementara, interpretasi sementara, maupun suatu hal yang tiba-tiba muncul di pikiran. c) Membuat rangkuman kasus tiap partisipan Pembuatan rangkuman kasus tiap partisipan bertujuan untuk mendapat gambaran umum dari masing-masing partispan. d) Membuat analisis intrakasus Dalam analisis intrakasus peneliti menganalisis hal-hal yang terjadi dalam masing-masing partisipan dan penyebab dari kejadian tersebut. Dengan analisis intrakasus, peneliti dapat menemukan penjelasan yang logis terhadap terjadinya suatu kasus pada tiap-tiap partisipan. Analisis dilakukan terhadap masing-masing partisipan berdasarkan data yang diperoleh. Dalam penyajiannya analisis akan diuraikan ke dalam bentuk : a) Gambaran dalam menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mengasuh anak
34
b) Self-efficacy dalam menjalankan peran ayah sebagai orang tua tunggal c) Sumber-sumber self-efficacy yang digunakan o
Enactive Mastery Experience
o
Vicarious Experience
o
Social Persuassion
o
Physiological and Affetive State
e) Membuat analisis interkasus Setelah
analisis
intrakasus
selesai
dilakukan,
langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis interkasus, yaitu dengan membandingkan persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing subjek. f)
Menuliskan hasil penelitian Hasil penelitian dituliskan dalam bentuk narasi deskriptif. Selain
itu, data-data yang didapat melalui wawancara maupun observasi juga dimasukkan dalam analisis intrakasus maupun interkasus.