BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X) : Materialisme 2. Variable (Y) : Kesejahteraan Psikologis (psychological wellbeing)
Definisi Operasional 1. Materialisme pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai pekerja seks komerisal dapat dilihat dari aspek acquisition centrality, success, dan happiness. 2. Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial dapat dilihat dari aspek kemampuan menerima diri (self-acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas untuk mengatur kehidupannya dan lingkungannya secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tidakan sendiri (autonomy). 3.1.2. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang dihadapi dalam penelitian, dimana jawaban sementara akan diuji lagi kebenarannya. Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum meyakinkan (Sugiyono, 2014).
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan psychological well-being pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan psychological well-being pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta.
3.1.2.1.
Hipotesis Dimensi Self Acceptance
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi self acceptance pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi self acceptance pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. 3.1.2.2.
Hipotesis Dimensi Positive Relatinship With Other
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi positive relationship with other pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi positive relationship with other pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. 3.1.2.3.
Hipotesis Dimensi Autonomy
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi autonomy pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi autonomy pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. 3.1.2.4.
Hipotesis Dimensi Personal Growth
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi personal growth pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi personal growth pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. 3.1.2.5.
Hipotesis Dimensi Purpose In Life
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi purpose in life pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta.
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi purpose in life pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta.
3.1.2.6.
Hipotesis Dimensi Environmental Mastery
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi environmental mastery pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dengan dimensi environmental mastery pada remaja wanita yang berprofesi sebagai PSK di Jakarta. 3.2. Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.2.1. Karakteristik Partisipan Penelitian Karakteristik partisipan dalam penilitian ini adalah; • Berprofesi sebagai pekerja seks komersial • Belum menikah • Berdomisili di Jakarta • Remaja perempuan berusia 16-22 tahun, karena batasan usia menurut Hurlock (1978) masa remaja akhir yaitu pada usia 17 hingga 22 tahun. Didukung dengan informasi menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) mencatat terdapat 65,3% remaja berusia 1624 tahun di Jakarta menjadi pekerja seks komersil. 3.2.2. Teknik Sampling Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode non-probability sampling karena peneliti tidak mengetahui jumlah popilasi dalam penelitian ini. Non-probability sampling adalah metode pengambilan sampel di mana populasi tidak sepenuhnya diketahui (Gravetter & Forzano, 2012). Berdasarkan jenis dari metode penelitian, peneliti menggunakan snowball sampling. Menurut Sugiyono (2014) Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. 3.3. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang mempelajari fenomena untuk konstektual dan pengumpulan datanya bersifat numerik, dan termasuk
penelitian non-experimental yaitu penelitian yang mempelajari perilaku dalam situasi yang natural untuk menggali kejadian yang unik. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional adalah penelitian yang menghubungkan minimal dua variabel dalam suatu penelitian, dalam korelasional terbagi menjadi hubungan resiprokal atau timbal balik, yaitu hubungan antar variabelnya dapat saling mempengaruhi (Myers & Hansen, 2011).
3.4. Alat Ukur Penelitian 3.4.1. Alat Ukur 3.4.1.1.
Materialisme
Materialism Value Scale (MVS)Materialism Value Scale adalah alat ukur yang dibuat oleh Richins dan Dawson pada tahun 1992 untuk mengukur tingkat materialisme individu. Dalam penelitian ini, alat ukur materialisme yang di gunakan oleh peneliti telah diadaptasi oleh Sharron (2015). Pada masing-masing dimensi akan terdapat lima butir soal yang merefleksikan tiap dimensi tersebut. Alat ukur ini memiliki 4 skala, yaitu 1 (Sangat Tidak Sesuai), 2 (Tidak Sesuai), 3 (Sesuai), 4 (Sangat Sesuai). Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi nilai materialisme pada individu.
Tabel 3.1. Blue Print Alat Ukur Materialisme Dimensi Success
Indikator
Item
Favorable Unfavorable
Menilai kesuksesan
3,5,9,1 3, 5, 9, 12, -
seseorang dari materi atau
2,13
Jumlah 5
13
harta benda yang ia miliki Centrality
Menjadikan kepemilikan
2,4,7,1 2, 4, 7, 10, -
materi sebagai tujuan hidup
0,15
5
15
yang paling utama Happiness
Melihat kepemilikan materi
1,6,8,1 1, 6, 8, 11, -
sebagai hal yang mampu
1,14
membahagiakan atau menyejahterakan hidup. Sumber : Data Peneliti
14
5
3.4.1.2.
Psychological well being
Alat ukur psychological well being yang digunakan dalam penelitian ini adalah psychological well-being scale (SPWB) yang disusun oleh Carol D. Ryff (Ryff, 1989; Anwar, 2008). Terdapat enam dimensi pendukung PWBS yaitu penerimaan diri (SelfAcceptance), Hubungan positif dengan orang lain (Positive Relations to Other), Otonomi (Autonomy), Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery), Tujuan Hidup (Purpose in Life), dan Pertumbuhan diri (Personal Growth). Alat ukur psychological well being yang digunakan dalam penelitian ini telah diadaptasi sebelumnya oleh Geerhan (2014). Terdapat 42 pernyataan dari keseluruhan SPWB. Terdapat 38 item favourable dan 4 item unfavourable. Alat ukur ini merupakan tipe skala likert, dimana terdapat enam variasi respon dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Sehingga semakin tinggi skor individu semakin baik kondisi well-being yang dirasakan.
Tabel 3.2. Blue Print Alat Ukur Psychological Welll Being Dimensi
Self Acceptance
Positive relation with
Indikator Bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalani
Kemampuan untuk mencintai orang lain
Item
Favorable
Unfavorable
Jml
1,2,3,4,5,6,7
2, 3, 4,5,6,7
1
7
8,9,10,11,12,
8,9,10,11,12
13,14
,13
14
7
15,16,17,18,1
16,18,19,20,
9,20,21
21
15,17
7
22,23,24,25,2
22,23,24,25,
6,27,28
26,27,28
-
7
29,30,31,32,3
29,30,31,32,
3,34,35
33,34,35
-
7
other people Kemampuan untuk menentukan diri Autonomy
Personal Growth
sendiri dan mengatur tingkah laku Kemampuan individu untuk mengembangkan potensi dalam diri Kemampuan individu untuk mencapai
Purpose in life
tujuan dalam hidup dan mempunyai perasaan bahwa kehidupan saat ini dan masa lalu mempunyai keberartian
Kemampuan untuk memilih dan Environmental Mastery
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisik dirinya dan kemampuan dalam menghadapi
36,37,38,39,4
36,37,38,39,
0,41,42
40,41,42
kejadian-kejadian diluar dirinya. Sumber : Data Peneliti
3.4.2. Validitas & Reliabilitas Validitas adalah pengukuran derajat sampai sejauh mana proses pengukuran tersebut mengukur variabel yang ingin di ukur (Gravetter & Forzano, 2012). Reliabilitas merupakan suatu pengukuran untuk mengukur suatu kemampuan dalam terjadi pengukuran ulang dengan obyek yang sama, akan menghasilkan suatu data yang sama (Sugiyono, 2014). Menurut Azwar (2014), koefisien reabilitas α berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00, sehingga semakin tinggi koefisien nya semakin tinggi reabilitas dari alat ukurnya. Kedua alat ukur ini menggunakan reliabilitas internal consistency. Menurut Gravetter dan Forzano (2012), internal consistency merupakan alat ukur untuk menganalisa apakah butir item sebuah tes memiliki konsistensi yang cukup baik. Disini mengunakan uji analisa statistika dengan cronbach alpha’.
Tabel 3.3. Nilai Koefisien Relibilitas Koefisien Reliabilitas
Interprestasi
0,00 – 0,19
Nilai reliabilitas sangat rendah
0,20 – 0,39
Nilai reliabilitas rendah
0,40 – 0,69
Nilai reliabilitas sedang
0,70 – 0,89
Nilai reliabilitas tinggi
0,90 – 1.00
Nilai reliabilitas sangat tinggi
Sumber : Sugiyono. (2014).Metode penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
7
3.4.2.1.
Validitas Materialisme
Tabel 3.4. Validitas Alat Ukur Materialisme No.
Item Sebelum Dihilangkan
Item Sesudah Dihilangkan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15
-
Total
15 Item
0
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Pada proses field test disini peneliti menyebarkan kuesioner kepada 46 responden remaja dengan memakai standar validitas diatas 0,3. Namun setelah melakukan perhitungan menggunakan SPSS terdapat beberapa hasil dari total validitas dibawah 0,3 sehingga peneliti menurunkan standar nilai korelasi butir item menjadi 0,25 karena apabila item yang dibwah 0,3 dihapus semua, maka akan banyak item yang dihilangkan dalam pengolahan data, sehingga setiap dimensi tidak semuanya dapat terwakili. Menurut Field (2005), sebuah item dapat dikatakan valid apabila nilai korelasi butir item diatas 0,25. Sehingga pada alat ukur materialisme tidak ada item yang terbuang karena nilai korelasi butir item pada alat ukur ini diatas 0,25. 3.4.2.2.
Reliabilitas Materialisme Tabel 3.5. Reliabilitas Alat Ukur Materialisme Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's Alpha Based
Alpha
on Standardized Items ,842
,845
N of Items
15
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur materialisme saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas materialisme memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,842 yang artinya hasil dari alat ukur dari materialism scale memiliki reliabilitas yang
tinggi dan baik. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,70 – 0,89 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang tinggi. 3.4.2.3.
Validitas Psychological well being
Tabel 3.6. Validitas Alat Ukur Psychological well being No.
Dimensi
Item Sebelum Dihilangkan
Item Setelah Dihilangkan
1
Self Acceptance
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1
2
Positive Relationship With Other
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
14
3
Autonomy
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21
15, 17
4
Personal Growth
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28
-
5
Purpose In Life
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35
-
6
Environmental Mastery
36, 37, 38, 39, 40, 41, 42
-
Total
6 Dimensi
42 Item
4 Item
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Pada proses field test disini peneliti menyebarkan kuesioner kepada 46 responden remaja dengan memakai standar validitas diatas 0,3. Namun setelah melakukan perhitungan menggunakan SPSS terdapat beberapa hasil dari total validitas dibawah 0,3 sehingga peneliti menurunkan standar nilai korelasi butir item menjadi 0,25 karena apabila item yang dibawah 0,3 dihapus semua, maka akan banyak item yang dihilangkan dalam pengolahan data, sehingga setiap dimensi tidak semuanya dapat terwakili. Menurut Field (2005), sebuah item dapat dikatakan valid apabila nilai korelasi butir item diatas 0,25. Sehingga pada alat ukur psychological well being scale terdapat empat item yang dihilangkan atau dibuang karena memiliki nilai validitas dibawah 0,25. Item yang dihilangkan atau dibuang yaitu item 1 pada dimensi Self Acceptance, item 14 pada dimensi Positive Relationship With Other dan item 15 &17 pada dimensi Autonomy.
3.4.2.4.
Reliabilitas Psychological well being
Tabel 3.7. Reliabilitas Alat Ukur Psychological well being Reliability Statistics Cronbach's
Cronbach's Alpha Based
N of
Alpha
on Standardized Items
Items
,899
,900
38
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas psychological well being memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,899 yang artinya hasil dari alat ukur dari psychological well being scale memiliki reliabilitas yang tinggi dan baik. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,70 – 0,89 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang tinggi.
3.4.2.5.
Reliabilitas Dimensi Self Acceptance
Tabel 3.8. Reliabilitas Dimensi Self Acceptance Cronbach's Alpha ,685
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,686
N of Items 6
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas dimensi self aceeptance memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,685 yang artinya hasil dimensi self acceptance dari alat ukur psychological well being scale memiliki nilai reliabilitas yang sedang.
Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,40 – 0,69 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang sedang. 3.4.2.6.
Reliabilitas Dimensi Positive Relationship With Other
Tabel 3.9. Reliabilitas Dimensi Positive Relationship With Other Cronbach's Alpha ,483
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,489
N of Items 6
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas dimensi positive relationship with other memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,483 yang artinya hasil dimensi positive relationship with other dari alat ukur dari psychological well being scale memiliki nilai reliabilitas yang sedang. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,40 – 0,69 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang sedang. 3.4.2.7.
Reliabilitas Dimensi Autonomy
Tabel 3.10. Reliabilitas Dimensi Autonomy Cronbach's Alpha ,505
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,508
N of Items 5
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas dimensi autonomy memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,505 yang artinya hasil dimensi autonomy dari alat ukur dari
psychological well being scale memiliki nilai reliabilitas yang sedang. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,40 – 0,69 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang sedang. 3.4.2.8.
Reliabilitas Dimensi Personal Growth
Tabel 3.11. Reliabilitas Dimensi Personal Growth Cronbach's Alpha ,796
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,799
N of Items 7
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas dimensi personal growth memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,796 yang artinya hasil dimensi personal growth dari alat ukur dari psychological well being scale memiliki nilai reliabilitas yang tinggi. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,70 – 0,89 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang tinggi. 3.4.2.9.
Reliabilitas Dimensi Purpose In Life
Tabel 3.12. Reliabilitas Dimensi Purpose In Life Cronbach's Alpha ,766
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,772
N of Items 7
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas dimensi purpose in life memiliki
Cronbach’s Alpha sebesar 0,766 yang artinya hasil dimensi purpose in life dari alat ukur dari psychological well being scale memiliki nilai reliabilitas yang tinggi. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,70 – 0,89 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang tinggi. 3.4.2.10.
Reliabilitas DImensi Environmental Mastery
Tabel 3.13. Reliabilitas Dimensi Environmental Mastery Cronbach's Alpha ,767
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,768
N of Items 7
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil dari reliabilitas alat ukur psychological well being saat field test yang diujikan kepada 46 responden pada remaja perempuan yang berprofesi sebagai PSK menunjukan bahwa reliabilitas dimensi environmental mastery memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,767 yang artinya hasil dimensi environmental mastery dari alat ukur dari psychological well being scale memiliki nilai reliabilitas yang tinggi. Karna menurut Sugiyono (2014) apabila koefisien reliabilitas 0,70 – 0,89 memiliki interpretasi nilai reliabilitas yang tinggi. 3.5. Prosedur 3.5.1. Persiapan Penelitian Persiapan dari penelitian ini membutuhkan suatu fenomena yang ingin diteliti dan dijadikan suatu penulisan untuk latar belakang dari penuangan fenomena tersebut. Setelah menemukan fenomena yang tepat, peneliti menuliskan dan mengkajikan literatur yang sesuai dengan fenomena yang diteliti beserta definisi dari masing-masing literatur dengan cara mengumpulkan sumber data dari buku, e-book, jurnal dan informasi dari koran serta internet. Penelitian ini menggunakan instrumen pengukuran dari literatur beserta aspek-aspek yang akan diukur dari masing-masing teori yang dibuat dari materialism dan psychological well being. Kedua alat ukur ini diadaptasi
dari hasil skripsi sebelumnya. Namun tetap melihat acuan pada alat ukur aslinya dalam bentuk bahasa Inggris lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, sesudah melakukan penerjemahan, peneliti melakukan expert judgment dan meminta kepada dua dosen Psikologi yang ahli pada bidang yang sesuai dengan variabel peneliti untuk mengevaluasi dan menguji kelayakan dari kedua alat ukur tersebut. Setelah melakukan expert judgment, peneliti langsung melakukan field study, tanpa melakukan pilot study sebelumnya. Hal tersebut dilakukan karna mengingat waktu penyelesaian yang sudah hampir selesai dan pencarian responden yang cukup sulit.
3.5.2. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian memakan waktu selama selama lima bulan terhitung sejak pertengahan Febuari 2015 hingga pertengahan juni 2015. Pelaksanaan penelitian meliputi pembuatan dalam studi literatur, penyusunan proposal penelitian, pembuatan alat ukur dan uji coba alat ukur, pengambilan data dilapangan hingga penyusunan laporan. Awal mula yang dilakukan peneliti pada bulan Januari dengan mencari informasi tentang profesi PSK melalui salah satu temen peneliti, hingga peneliti diperkenalkan kepada beberapa teman yang lainnya yang juga berprofesi sebagai PSK. Setelah adanya perkenalan tersebut, pada bulan Maret peneliti mulai bertanya-tanya kepada PSK tersebut untuk mencari informasi yang lebih mendalam. Setelah itu proses pengambilan data untuk penelitian dilakukan selama kurang lebih dua minggu pada bulan Juni dengan cara memberikan kuesioner kepada beberapa teman peneliti yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial di sebuah club malam daerah Kedoya, lalu semakin disebar luaskan kepada para temannya lagi . Setelah data diperoleh, kemudian hasil diinput dan dianalisis menggunakan SPSS. Langkah terakhir adalah penulisan laporan, yang dilakukan penulis pada pertengahan Juni 2015.
3.5.3. Teknik Pengolahan Data Setelah mengumpulkan data dari hasil penyebaran kuesioner, teknik awal melakukan pengolahan data dari hasil seluruh skor dari respon jawaban pada kedua alat ukur dengan menggunakan SPPS. Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan program komputerisasi SPSS versi 22.0 (Statiscal Product And Service Solution).
Setelah itu melakukan uji normalitas. Jika data yang dihasilkan dari jumlah skor responden normal, maka peneliti akan memakai Pearson Correlation Test.