BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian
3.1.1 PUSTEKKOM Kemdikbud 3.1.1.1 Tugas dan Fungsi PUSTEKKOM Tugas Sebagai sebuah lembaga yang langsung berada dibawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Pustekkom bertugas melaksanakan, mengkoordinasi dan membina kegiatan di bidang teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Menteri. Fungsi − Merumuskan kebijakan teknis di bidang pengembangan dan pembinaan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan jarak jauh/terbuka; − Mengembangkan sistem dan model pembelajaran melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan jarak jauh/terbuka, termasuk pelayanan dan konsultasi; − Mengembangkan program media untuk semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan termasuk pelayanan konsultasi;
48
49 − Memfasilitasi akses sistem informasi manajemen transfer data, gambar, audio, dan audio visual melalui Jejaring Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Jardiknas). 3.1.1.2 Visi dan Misi PUSTEKKOM Visi Lembaga unggulan pada bidang teknologi informasi dan komunikasi pendidikan. Misi − Memecahkan
masalah
pendidikan
melalui
pendayagunaan
teknologi
informasi dan komunikasi − Meningkatkan kualitas SDM melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi 3.1.1.3 Struktur Organisasi PUSTEKKOM
Gambar 3.1.1.3
50 3.1.1.4 Jaringan Kerjasama PUSTEKKOM Pustekkom sejak berdirinya telah melakukan dan membina kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Hubungan kerjasama yang terjalin sangat dinamis dan menghasilkan berbagai produk, sistem dan penambahan nilai bagi masing-masing institusi. Adapun beberapa kerjasama yang menonjol antara lain: − Indonesian Distance Learning Network (IDLN) (1983-sekarang) IDLN adalah asosiasi penyelenggaraan pendidikan jarak jauh Indonesia. Pustekkom dalam hal ini adalah network administrator yang mengelola dan menghubungkan berbagai lembaga yang menjadi anggota IDLN. − Global Distance Education Network (GDEN) (2001-2007) Pustekkom melakukan pengembangan Distance Education Information Resources untuk wilayah Asia Tenggara. − Departemen Kesehatan (2002) Program intruksional bagi bidan merupakan produk kerjasama kerjasama Pustekkom-Depkes. − SEAMEO Network (2004-sekarang) Pustekkom melakukan berbagai kerjasama dengan Seameo Center seperti SEAMOLEC, BIOTROP, TROPMED, dll. − Departemen Pertanian (2007) Produk yang dihasilkan dari kerjasama ini adalah program audio visual untuk petugas penyuluh lapangan pertanian. − Departemen/Kementerian Agama (2009-sekarang)
51 Kerjasama yang dijalain dengan Departemen Agama/Kementerian agama meliputi pelatihan sumber daya manusia, pengembangan sistem pendidikan jarak jauh dengan TIK dan produksi sebgai program seperti talkshow, instruksional dan live interaktif. − Japan Foundation Indonesia-NHK (2004-2007) Melalui Japan Foundation Pustekkom mendapat program pendidikan sains NHK Jepang untuk disiarkan di Televisi Edukasi. Program-program tersebut menjadi favorit saat disiarkan di TVE. − 112 TV Lokal/TV Kabel (2005-sekarang) Selain dengan TVRI, dalam rangka memberikan pilihan akses TVE kepada pemirsa maka Pustekkom melakukan kerjasama dengan berbagai TV Lokal yang tersebar di wilayah Indonesia. Saat ini telah terjalin kerjasama sebanyak 112 TV Lokal Daerah. − TVRI (2006-sekarang) Dalam rangka memberikan pilihan akses TVE kepada permirsa, maka sejak tanggal 17 Juli 2006 TVE bekerjasama dengan TVRI nasional untuk menyiarkan program-program (Relay). Saat ini kerjasama tersebut masih berlangsung dan program yang direlay TVRI adalah Program Live Interaktif persiapan Ujian (UN, UAS dan UTS). -
Goethe Institute (2007-sekarang) Kerjasama Pustekkom-Goethe Institut merupakan kerjasama perdana Pustekkom
dengan
pusat
bahasa
dalam
pengembangan
Program
interaksional, kerjasama ini turut menghasilkan program talkshow yang membahas berbagai topic seperti adat istiadat, budaya dan dunia pendidikan di Jerman.
52 -
Telkom Vision (2008-sekarang) Dalam usaha memperbanyak akses yang dapat digunakan pemirsa dalam menerima siaran TVE maka sejak 2008 TVE bekerjasama pula dengan Telkomvision.
-
DW TV Jerman Sebagai stasiun tv program-program yang disiarkan TVE dituntut untuk lebih variatif agar menarik perhatian penonton. Oleh karena itu sejak tahun 2008 Pustekkom melalu TVE merelay program-program milik DW TV Jerman. Program-program yang direlay antara lain sains, olahraga serta budaya.
-
Education Development Center, AS (2009) Kerjasama yang dilakukan Pustekkom-EDC adalah pengembangan bahan belajar berbasis TIK untuk tingkat sekolah Dasar (SD) yang dikembangkan dalam
kerangka
program
kerjasama
Pengembangan
Desentralisasi
Pendidikan Dasar (Decentralized Basic Education) khususnya yang menyangkut pengembanngan Program pembelajaran. -
Universitas Terbuka (2009-sekarang) Untuk menunjang pembelajaran bagi mahasiswa UT maka sejak 2009 UT bekerjasama dengan Pustekkom mengembangkan dan menyiarkan program instruksional dan talkshow berbagai mata kuliah yang diajarkan di UT.
-
British Council (2010) Kerjasama program Virtual Teacher Support Network yang dimanifestasikan dalam
bentuk
portal
How
to
Teach
English
(www.h2te.jardiknas.kemdiknas.go.id) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari konten e-pembelajaran JARDIKNAS. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya bagi guru Bahasa Inggris tentang
53 metodologi,pembelajaran yang efektif, efisien
dan
menarik dengan
mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna. -
Badan POM (2010) Pustekkom melalui TVE turut menunjang berbagai program pemerintah di berbagai instansi termasuk program makan sehat yang dijalankan Badan POM. Melalui TVE disiarkan berbagai PSA mengenai makanan sehat.
3.1.1.5 Produk PUSTEKKOM Setelah lebih dari 25 tahun berkiprah dalam bidang teknologi informasi komunikasi, sudah banyak yang dihasilkan oleh Pustekkom, baik berupa model dan sistem pembelajaran maupun media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi antara lain: a. Sistem dan Model Media Pembelajaran •
Diklat SRP, pendidikan dan pelatihan untuk guru SD melalui Siaran Radio Pendidikan (1976-1990);
•
SMP Terbuka, pendidikan terbuka tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (1979-sekarang);
•
SMA Terbuka, pendidikan terbuka untuk sekolah Lanjut Tingkat Atas (2002-2006);
•
SD kecil, sistem pemanfaatan media pembelajaran untuk Sekolah Dasar Kecil (1982-1990);
•
SRPM-SD, Siaran Radio Pembelajaran untuk Murid Sekolah Dasar (1991-1997);
•
Diklat Bahasa Inggris untuk Guru Sekolah Dasar sistem Jarak Jauh (PJJ untuk guru) (2002-sekarang);
54 b. Media Pembelaran •
Film pendidikan seperti ACI, Laskar Anak Bawang, Bina Watak, Ungkapan Budaya (1984-1987);
•
Program Audio Pembelajaran untuk SD, SLTP, SMA dan D2 (1978sekarang);
•
Media Cetak seperti modul untuk SMP, SMA dan modul-modul pelatihan produksi media (1978-sekarang);
•
Televisi Edukasi, pembelajaran berbasis televisi untuk siswa SD, SMP, SMA, SMK dan guru (2004-sekarang);
•
Program Video/VCD pembelajaran untuk SD, SLTP, SMA, dan D2 (1989-sekarang);
•
EdukasiNet, media pembelajaran berbasis web untuk siswa SD, SMP, SMK dan guru (2006-sekarang);
•
Program Multimedia Interaktif untuk SMA, SMK dan Pra Sekolah (2001-sekarang);
3.2
•
Video on Demand (Vod) (2008-sekarang);
•
Bimbingan Belajar Online (2006-sekarang);
•
Bank soal (2007-sekarang)
TV Edukasi
3.2.1 Latar Belakang TV Edukasi Dengan diberlakukannya Kurikulum 2004 yang Berbasis Kompetensi maka terjadi pergeseran sistem pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Kalau sebelumnya guru sebagai satu-satunya sumber informasi, kini menjadi fasilitator dan
55 motivator. Sedangkan siswa harus lebih aktif mencari informasi dari berbagai sumber, sehingga pengetahuan siswa menjadi lebih luas dan beragam. Untuk memenuhi tuntutan kurikulum tersebut, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus menyediakan berbagai sumber belajar baik untuk guru maupun siswa. Mengingat kondisi geografi, ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia, maka salah satu media yang sangat tepat untuk menyediakan sumber belajar bagi siswa dan guru, serta menyebarkan informasi pendidikan dan kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional adalah siaran televisi pendidikan karena dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Diharapkan
penyelenggaraan
TV
Edukasi
membantu
masyarakat
memperoleh akses siaran pendidikan secara lebih mudah guna mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan dan membantu penuntasan Wajar (Wajib Belajar) Diknas 9 Tahun. Sasaran TV Edukasi adalah peserta didik dari semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dan masyarakat. Program yang disiarkan oleh TV-E adalah program formal, program nonformal, program informal serta informasi kebijakan-kebijakan pendidikan dan informasi lainnya.
56 3.2.2 Logo TV Edukasi
Gambar: 3.2.2 Logo TV Edukasi Tahun 2004
Gambar: 3.2.2 Logo TV Edukasi Tahun 2011 sampai sekarang
3.2.3 Visi dan Misi
VISI Menjadi siaran televisi pendidikan yang santun dan mencerdaskan. MISI Menyiarkan program yang: a. Mencerdaskan masyarakat b. Menjadi tauladan masyarakat c. Menyebarluaskan informasi dan kebijakan- kebijakan Depdiknas, dan
57 d. Mendorong masyarakat gemar belajar.
3.2.4 Slogan, Tujuan, dan Sasaran TV Edukasi
Tujuan
Memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional. Slogan Santun dan mencerdaskan
Sasaran a. Peserta didik dari semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. b. Praktisi pendidikan. c. Masyarakat.
3.2.5 Pemanfaatan TV-Edukasi
Ada tiga pola atau cara pemanfaatan program TV-E yang sejauh ini telah dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut.
a. Pemafaatan Program siaran TV-E sesuai dengan jadawal siaran TV-E (Pemanfaatan siaran TV-E secara langsung). Guru dapat merelay siaran dari TVRI, Karena TV-E telah melakukan kerja sama dengan TVRI. b. Pemanfaatan siaran TV-E sebagai penugasan. Berdasarkan jadwal tayangan siaran TV-E yang ada, guru menugaskan para peserta didiknya untuk mengikuti tayangan siaran TV-E tentang mata pelajaran tertentu pada waktu tertentu.
58 c. Pemanfaatan program siaran TV-E sebagai pengisi jam pelajaran kosong. Apabila guru berhalangan hadir karena sesuatu hal, makan guru piket atau guru serumpun dapat mengisi jam pelajaran kosong yang ada dengan menayangkan siaran TV-E.
3.2.6 Perkembangan dan Kelebihan TV Edukasi
Waktu siaran TV-E dari tahun ke tahun semakin bertambah, mulai April 2007 TV-E sudah melakukan uji coba siaran 24 jam penuh, dan sejak Juli 2006 lalu TV-E dapat pula disaksikan melalui siaran TVRI Nasional setiap hari Senin-Kamis setiap pukul 07.15-09.30 dan 14.15-16.30 WIB. Yang berisi materi-materi siaran untuk siswa-siswi SMP, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.
Sistem siaran TV-E menggunakan satelit digital yang langsung diterima di sekolah/kampus atau rumah dengan fasilitas penerima antena parabola, bekerja sama dengan stasiun TV Lokal, bekerja sama dengan operator TV kabel dan bekerja sama dengan pemerintah daerah, TV-E disiarkan melalui satelit Telkom I, pada frekuensi siaran 3785 MHz. Symbol rate (SR) 4000-LNB/LO 5150-Video Pid 0308-Audio Pid 0256-PCR Pid 8190.
TV Edukasi memiliki beberapa kelebihan, yaitu: •
TV Edukasi membuka pemahaman mengenai informasi baru, biasanya terdapat dalam program-program berita (politik, wisata, kuliner, dan sebagainya)
•
TV Edukasi juga bertindak pendorong anak-anak untuk belajar acara edukasi dan dapat mengajarkan pada anak tentang nilai-nilai yang penting serta pelajaran mengenai kehidupan nyata.
59 •
TV Edukasi merupakan alternative tontonan bermanfaat yang hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
•
TV Edukais member informasi kepada masyarakat akan dunia pendidikan.
•
TV Edukasi menyemarakan dunia entertainment dengan kemasan yang berbeda yakni dekemas dalam bentuk lebih mendidik, jadi tidak hanya saja menghibur lewat televisi tetapi juga bisa mendidik masyarakat.
•
TV-Edukasi merupakan solusi akan permasalahan tayangan-tayangan televisi yang tidak sehat.
3.3
Profil Program Siaran Pendidikan Interaktif (SPI)
1. Latar Belakang Program
Siaran Pendidikan Interaktif merupakan salah satu program unggulan TV Edukasi yang sudah memasuki tahun ke-6. Sebelum dimulai proses produksinya, pengembangan program SPI diawali dengan kegiatan Penulisan Garis-garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM).
Format baru SPI tahun 2012 fokus pada pembahasan prediksi soal UN dan UAS berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (Bedah SKL) dan kisi-kisi UN yang diterbitkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Format baru SPI Penyesuaian format Garis-garis Besar Isi Media (GBIM) dan Jabaran Materi (JM). Khusus JM fokus kepada menguraikan pembahasan dan cara penyelesaian soal, diintegrasikan dengan materi/ konsep dasar.
SPI yang sudah diproduksi Pustekkom (Televisi Edukasi) pada dasarnya bermanfaat bagi pemirsanya. Namun, kedinamisan dunia pertelevisian dan pendidikan membutuhkan terobosan baru (kreatif dan inovatif) dalam menampilkan
60 program-program yang selain bermanfaat juga menarik secara kemasan (packaging). Kebutuhan akan kecepatan dan keakuratan menjawab soal-soal Ujian (UN, UAS, Mid, dll) mendorong pada konsep dan format SPI yang dapat menampilkan tips dan trik jitu mejawab soal-soal yang ada.
2. Tujuan utama program “Pendidikan Interaktif”
Membantu sasaran (siswa SD, SMP, SMA, SMK) dalam menyukseskan Ujian Nasional dan Ujian Akhir Semester (menyelesaikan soal-soal secara tepat, cepat, dan akurat).
3. Komposisi Program
A. Jumlah Produksi SPI tahun 2012 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.3 Rincian Produksi Program CHANNEL CHANNEL 1
JUMLAH 240
KETERANGAN 4 Jenjang: SD (36), SMP (66), SMA (94), SMK (44)
GBIM & JM SPI Persiapan UN : 170 eps. (126 data terbaru) SPI Persiapan UAS: 70 eps. CHANNEL 2
60 GBIM & JM
Total
300 PROGRAM
7 MATA KULIAH
61 B. Bedah SKL UN dan UAS SPI 2012 (Channel 1)
Tabel 3.3 Bedah SKL UN No
1
Jenjang
SD
Mata Pelajaran
Persiapan UN
Persiapan UAS
TOTAL
1. B. IND
9
3
12
2. MTK
9
3
12
3. IPA
9
3
12
27 eps. 2
SMP
SMA
36 eps.
1. MTK
9
3
12
2. B. INGGRIS
8
2
10
3. B. IND
9
3
12
4. IPA:
24
8
32
- FISIKA
11
3
14
- BIOLOGI
9
3
12
- KIMIA
4
2
6
50 eps.
16 eps.
66 eps.
77 eps.
25 eps.
102 eps.
1. MTK
8
2
10
2. B. INGGRIS
9
3
12
3. B. IND
9
3
12
4. EKONOMI
7
3
10
5. SOSIOLOGI
7
3
10
6. GEOGRAFI
7
3
10
7. KIMIA
7
3
10
8. FISIKA
7
3
10
Jumlah SD+SMP 3
9 eps.
62 9. BIOLOGI
4
SMK
8
2
10
69 eps.
25 eps.
1. MTK
8
2
10
2. B. INGGRIS
8
2
10
3. B. IND
8
2
10
4. PERTANIAN
7
7
5. KELAUTAN
7
7
94 eps.
24 eps.
20 eps.
44 eps.
Jumlah SMA+SMK
93 eps.
45 eps.
138 eps.
TOTAL (SD+SMP+SMA+SMK)
170 eps.
70 eps.
240 eps.
C. Penulis GBIM & JM (SD,SMP,SMA dan SMK) SPI 2012 Cannel 1:
Tabel 3.3 Daftar Nama Penulis GBIM & JM NO 1
2
JENJANG SD
SMP
MATA PELAJARAN
NAMA
INSTANSI
1. B. INDONESIA
Wahyu Hartanto
PIS Madania Bogor
2. MATEMATIKA
Ari Winarko
3. IPA
Farid Sudjana
1. MATEMATIKA
Dedi Suhandi
Al Azhar BSD
2.
B. INGGRIS
Saara Suaeib
Al Azhar Bekasi
3.
B. INDONESIA
Ety Kuswandarini
SMPN 11 Depok
a. BIOLOGI
Munsif
SMPN 201 Jakarta
b. FISIKA
Bambang A.P.
SMPN 29 Jakarta
4. IPA:
SMPIT Auliya
63
3
4
SMA
SMK
c. KIMIA
Suparno
Ciputat
1. MATEMATIKA
Riefdhal
SMAN 39 Jakarta
2. B. INGGRIS
Setya Rukmi
SMAN 91 Jakarta
3. B. INDONESIA
Yetti Kurniawati
Al Azhar BSD
4. EKONOMI
Dayat
SMAN 35 Jakarta
5. SOSIOLOGI
Puji Raharjo
SMAN 96 Jakarta
6. GEOGRAFI
Endang Supardi
SMAN 82 Jakarta
7. KIMIA
Gusriwan
SMAN 39 Jakarta
8. FISIKA
Nasrun Mirobbi
SMPN 1 JAYANTI
9. BIOLOGI
Dwi Harmelia
SMAN 39 Jakarta
1. MATEMATIKA
Zulfan
SMKN 56 Jakarta
2. B. INGGRIS
Inayatullah
SMK Multimedia
3. B. INDONESIA
Erti Kartika
SMKN 56 Jakarta
4. PERTANIAN
Chonaini A.
SMKN 2 Cianjur
5. KELAUTAN
Afiantori
P4TK Pertanian Cianjur
64 D. Pengkaji Media
Tabel 3.3 Daftar Nama Pengkaji media No.
Nama Pengkaji
Bidang Studi Sosiologi SMA
1
Waldopo
Perkembangan Belajar Peserta Didik Strategi Pembelajaran Kelas Kimia SMP
2
Kusdianto
Kimia SMA Bahasa Indonesia SMP Matematika SMP
3
Bambang Sudjati Matematika SMA Bhs. Inggris SMP
4
Elizabeth Agnes
Bhs. Inggris SMA Bhs. Inggris PGSD Matematika SD
5
Iskandar Trilaksono Matematika PGSD Bhs. Indonesia SMA
6
Siti L. Martika
Bhs. Indonesia SMK Bhs. Inggris SMA
Geografi SMA 7
Saras Haryono Ekonomi SMA IPA SD
8
Defri Dahler Fisika SMA
9
Oos. M. Anwas
Fisika SMP
65 Pengembangan Kurikulum 10
Ahmad Sodikin
Biologi SMP
11
Meutia Nova Rina
Biologi SMA
12
Siti Djulaeha
Bhs. Indonesia SMA Pertanian SMK Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 13
Karnadi Pembelajaran Terpadu
14
Hermanto
15
Hidayat Muchtar
Bhs. Inggris SMK Matematika SMK Kelautan SMK Bhs. Indonesia SD
16
M. Adning Bhs. Indonesia SMP
E. Durasi Program SPI 2012 (Channel 1):
•
Waktu Bersih
: 45 menit
•
OBB
: 1 menit
•
4 Segmen
: 10 menit/segmen
•
Kuis
: 4 menit
Catatan:
Dalam setiap episode, Penulis menyiapkan 16 butir soal (8 soal utama, 8 soal lagi untuk cadangan) dan 1 soal untuk kuis.
F. Segmentasi (per segmen) SPI Cannel 1:
1. Penyajian Indikator Prediksi UN
66 2. Penyajian Soal:
a. Tampilkan soal
b. Pembahasan soal: konsep materi;
cara/trik menjawab soal (jika ada); kunci jawaban
3. Interaktif soal (pertanyaan dari pemirsa)
4. Pembahasan soal dan kuis
3.3.1 Prosedur yang Berlaku
A. Alur prosedur kerja dalam tim TV Edukasi, sebagai berikut:
KADIV PRODUSER
INLINE PRODUSER
UNIT MANAGER
PD
Editor
Kameraman
Audio Teknisi
Lighting
Telepon Gambar:3.3.1 Alur Prosedur Kerja TV Edukasi
VTR
Opr
67 Keterangan: : Perintah Langsung : Alur Perintah Kerja
B. Penjelasan Bagan Diatas:
1. Kadiv memberikan tugas secara langsung kepada inline produser untuk mengawasi program dari sisi teknis maupun konten program. 2. Inline produser menghubungi unit manager jika ada persiapan teknis yang kurang lengkap 3. Unit manager langsung menghubungi PD, jika ada yang dibutuhkan oleh produser. 4. Inline produser mengawasi kerja PD saat siaran 5. PD berwenang untuk memberikan perintah kepada cameramen, audio, teknis, lighting, VTR, Opr telpon pada saat siaran berlangsung.
Pada saat pasca produksi inline produser menghubungi editor dalam hal pemilihan gambar.
3.4
Metode Penelitian Kualitatif Pada dasarnya penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk
mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan metode yang sistematis dan terarah. Untuk dapat mengetahui bagaimana proses program “Pendidikan Interaktif TV Edukasi” di LPP TVRI secara metode dan terarah, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Secara historis, implementasi penelitian kualitatif bermula dari pengamatan. Sebagai perbandingan, pada penelitian kuantitatif, pengamatan berkenan dengan
68 pengukuran tingkat dengan suatu ciri tertentu. Namun penelitian kualitatif menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum (jumlah). Maksudnya, penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk mengadakan perhitungan secara kuantitas. Hal ini berbeda dengan pengamatan pada penelitian kuantitatif yang pengamatannya berdasarkan perhitungan persentase, rata-rata, chisquare, dan berbagai perhitungan statistik lainnya (Upe dan Damsid 2010:107). Menurut Bogdan dan Taylor (1993:30). Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Menurut keduanya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh (holistik). Ini berarti bahwa individu tidak boleh diisolasi atau diorganisasikan ke variable atau hipotesis, namun dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. Jadi, secara tersirat, kata kualitatif ditekankan pada makna dan proses, bukan pada pengukuran dan pengujian secara kaku (rigid) sebagaimana yang terjadi pada metode kuantitatif. (Upe dan Damsid, 2010 107-108). Metode penelitian kualitatif ini sering disebut “metode penelitian naturalistik” karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut pula sebagai metode etnografi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, dan disebut juga “metode kualitatif” karena data yang dikumpulkan dan dianalisis lebih bersifat kualitatif. Dari uraian tersebut, Sugiyono (2007:1) menerangkan bahwa metode penelitian adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Sementara menurut Kirk dan Miller (1986), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
69 pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahnya. Dalam penjelasan lain, David Williams (1995) menulikan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian ilmiah. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam setting yang natural (alami), yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kuantitatif melibatkan penggunaaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris (studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksi dan visual) yang menggambarkan momen rutin dan problematik, serta maknanya dalam kehidupan individu dan kolektif (Salim, 2001:5-6). Dari uraian diatas, dapat kita pahami bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis dengan metode-metode yang alamiah ktika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati (Prastowo, 2011:24).
3.4.1 Pendekatan Penelitian Ada beberapa pengertian tentang pendekatan dalam metodologi penelitian. Nyoman Kutha Ratna (2010:293) mengungkapkan bahwa ada tiga pengertian tentang pendekatan.
70 1.
Pendekatan merupakan cara mendekati atau menjinakan sehingga hakikat objek dapat diungkapkan sejelas mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok dalam penelitan kualitatif dengan pertimbangan bahwa objek adalah abstraksi kenyataan yang sesungguhnya.
2. Pendekatan merupakan sifat suatu ilmu pengetahuan. Melaluinya, objek diungkapkan secara lebih objektif. Dalam kaitannya dengan hal ini, tampil pendekatan sosiologis, historis, psikologis, literre, antropoligis, ekonomis, politis, dan sebagainya. 3. Pendekatan merupakan cara-cara yang seolah-olah sudah relative baku, digunakan dalam berbagai disiplin, seperti emik-etik, bentuk isi, intrinsikeksrinsik, dan bentuk fungsi makna. Sementara itu, dalam ilmu-ilmu sosial humaniora, sebagai multidisiplin, pendekatan mengacu pada ilmu tertentu yang digunakan sebagai titik tolak. Ia menegaskan bahwa pada umumnya titik tolak yang dimaksud adalah ilmu yang diperoleh di S1, seperti hokum, ekonomi, seni, sastra, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Dasar pertimbangannya adalah ilmu pengetahuan yang sudah menjadi kompetensi sejak awal masih bisa dimanfaatkan. Pendekatan adalah perlakuan terhadap objek, sebagai sudut pandang etik, atau sebaliknya bagaimna memperlakukan objek, sebagai sudut pandang emik (Ratna, 2010:44) atau dengan singkat, pendekatan bukan teori, metode, ataupun teknik. Pendekatan (approach) adalah cara mendekati objek penelitian. Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan pendekatan yang baik dan tepat, di antaranya sifat-sifat objek, tujuan, dan kemungkinan perolehan data, yang secara keseluruhan berhubungan dengan
71 kemungkinan keberhasilan penyelesaian penelitian, termasuk dana dan, lain sebagainya (Ratna, 2010:46) (Prastowo 2011:180).
3.4.2 Jenis Metode Kualitatif yang Digunakan Jenis Metode kualitatif yang digunakan oleh peneliti dalam mengambil data penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Menurut Nazir (1988:63), metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Karakteristik penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Pada penulisan laporan demikian, penulis dalam menganalisa data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. (Moleong, 2005:11) (Praswoto 2011:186).
3.4.3 Metode Pengumpulan Data Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat terpenting. Menurut Loftland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2005:11)
72 3.4.4 Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung meberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Sugiyono, 2008:62) Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: − Data Primer Penelitian yang memperoleh data secara langsung dari nara sumber langsung (tidak melalui perantara), yaitu dengan cara melakukan wawancara dan jawaban terbuka sesuai dengan argumentasi dari narasumber di PUSTEKKOM Kemdikbud. − Data Sekunder Data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung (melalui media perantara). Pada umumnya data sekunder berupa catatan atau laporan historis yang telah tersususn dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan data yang tidak dipublikasikan oleh PUSTEKKOM Kemendikbud. Data sekunder yang digunakan adalah data
internal
yang
merupakan
dokumen
operasional
yang
dikumpulkan, dicatat, dan disimpan oleh PUSTEKKOM Kemdikbud 3.4.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan bagian dari proses penyajian data yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:
73 1. Metode Observasi Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung dan pencatatan terhadap obyek yang diteliti untuk memperoleh informasi. 2. Metode Wawancara Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait atau terhadap objek penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian. Key informat dan informant dalam penelitian ini adalah: a. Produser (key informant) b. Divisi Perancangan c. Editor 3. Metode Kepustakaan Metode kepustakaan merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan obyek penelitian sebagai bahan referensi dalam mendapatkan informasi yang akan dibutuhkan.. 3.4.6 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan
74 dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2008:89) Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. (Moleong, 2005:247) Karena tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan suatu deskripsi, maka analisis dilakukan dengan jalan menghubungkan data dilapangan dengan teori yang ada. Setelah dianalisis, data tersebut diinterpretasikan dengan paparan berbentuk narasi (cerita) yang didukung oleh teori kepustakaan. 3.4.7 Keabsahan Data Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mendukung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu: A. Kredibilitas, yaitu apakan proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non-kualitatif. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik observasi secara terus-menerus dan sungguhsungguh , sehingga peneliti semakin mendalami fenomena social yang diteliti seperti apa adanya. Peneliti juga melakukan transkrip dari wawancara,
75 kemudian coding, open coding, axial coding, serta selective coding, sehingga bisa dianalisis dengan akurat. B. Tranferabilitas, yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam pupulasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sample yang secara representatif
mewakili
populasi
itu.
Dalam
penelitian
ini
kualitas
transferbility menyajikan data deskriptif lebih lengkap, misalnya melalui latar belakang informan, jawaban dari pertanyaan wawancara, peran informan dalam perusahaan, dan lain-lain. C. Dependability, yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsepkonsep ketika membuat
interpretasi untuk menarik kesimpulan. Pada
penelitian ini dapat dikatakan dependability atau ketergantungan pada pebelitian ini dilakukan secara cermat dan berhati-hati menggunakan data yang dipercaya. Serta secara konsisten mendapatkan data dari wawancara langsung ataupun observasi langsung dari lapangan. Kemudian peneliti ini ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode penelitian yang tepat. D. Konfirmabilitas, yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya di mana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan
dalam
laporan
lapangan.
Hal
ini
dilakukan
dengan
memperlihatkan hasil penelitian pada informan yang kemudian dikonfirmasi oleh informan agar hasil dapat lebih objektif.
76 Untuk memenuhi standar konfirmabilitas, peneliti mendapatkan pernyataan dari informan tentang keabsahan laporan penelitian ini. (Bryman 2008: 376) 3.5
Permasalahan Yang Ada Dalam melakukan penelitian ini, penulis mendapati masalah yang didapatkan
pada saat pengumpulan data yaitu. Susahnya membuat janji dengan narasumber untuk diwawancarai karena masalah pekerjaan yang memang sedang sibuk. Janji yang sudah disepakati acapkali terundur akibat sibuknya narasumber melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya. Penulis juga mendapati kesulitan dalam mendapatkan teori mengenai televisi pendidikan yang merupakan topic bahasan peneliti. Penulis juga kesulitan ketika mencari data mengenai televisi edukasi, karena sempitnya ruang lingkup tayangan program TV Edukasi. Penulis juag diwajibkan oleh pihak TV Edukasi untuk magang disana sebelum memperoleh data. TV Edukasi tidak mau sembarangan memberikan data perusahaannya kepada orang diluar pegawai TV Edukasi. Sehingga peneliti melakukan pengamatan dengan menjadi bagian dari karyawan TV Edukasi selama kuran lebih satu bulan.
77 3.6
Alternatif Pemecahan Masalah Penulis tidak bosan-bosannya menhubungi narasumber secara terus menerus
baik melalui telfon maupun sms. Penulis juga kadang kala langsung mendatangi ruang kerja narasumber yang terletak di gedung produksi program yang terletak dibelakang gedung utama PUSTEKKOM Kemdikbud. Dalam pemecahan masalah pencarian teori, penulis mencari dibuku penunjang perkuliahan bidang keguruan. Penulis juga berkonsultasi kepada mahsiswa yang berkuliah dijurusan keguruan. Penulis berkunjung keperpustaan PUSTEKKOM untuk mencari data yang berisi ulasan mengenai TV Edukasi. Penulis bergabung dengan karyawan TV Edukasi yang berstatus magang, dengan periode selama satu bulan. Dengan bergabung menjadi karyawan TV Edukasi penulis melakukan pendekatan personal dengan orang-orang yang berperan dalam proses produksi program acara TV Edukasi. Penulis juga dapat menyaksikan secara langsung proses penyiaran program acara Siaran Pendidikan Interaktif di dalam studio TV Edukasi yang terletak di PUSTEKKOM Kemdikbud di Ciputat.