BAB 3 METODE PENELITIAN
1.1 Data struktur a. Ketinggian (dari jalan hingga crown)
: 222 m
b. Jumlah lantai
: 50 lantai+ Crown
c. Bangunan
: Beton
d. Balok
: Eksisting ( 0.6 m x 1 m ), Fc’ = 400 kg/cm2 (Lt. 1-12) Fc’ =
350 kg/cm2 (Lt. 13-28) Fc’ = 300 kg/cm2 (Lt. 29-Crown) e. Kolom
: Eksisting( 2,2 m x 1,1 m ) Fc’ = 550 kg/cm2 (Lt. 1-12) Fc’ = 450 kg/cm2 (Lt. 13-28) Fc’ = 350 kg/cm2 (Lt. 29-Crown)
f. Shear wall / Core wall( Eksisting )
: Tebal 0.35 m Fc’ = 550 kg/cm2 (Lt. 1-12) Fc’ = 450 kg/cm2 (Lt. 13-28) Fc’ = 350 kg/cm2 (Lt. 29-Crown)
g. Outrigger (EksistingTebal = 0.45m )
: Beton dipasangsesuai permodelan Fc’ = 550 kg/cm2 (Lt. 1-12) Fc’ =
450 kg/cm2 (Lt. 13-28) Fc’ = 350 kg/cm2 (Lt. 29-Crown) h. Kecepatan angin
: 33.5 m/s (75 mph) 50 tahun
3.2 Peraturan yang digunakan 1. SNI2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. 2. ASCE 07 – 02 / ACI 318 - 02 3. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung ( PPIUG 1983 )
3.3 Langkah pengerjaan 1. Pengumpulan dan pencarian data perencanaan. 2. Penentuan denah & model gedung. 3. Perhitungan beban-beban yang terjadi. 4. Perhitungan tekanan angin pada bangunan 5. Perhitungan beban gravitasi ( beban hidup dan beban mati ). 6. Analisis SAP 2000 v.10 7. Analisis Displacement 8. Pembuatan grafik Displacement masing – masing model struktur 9. Pembuatan grafik persentase pengurangan displacement 10. Penentuan lokasi optimum outrigger 11. Kesimpulan
3.4 Diagram Alur Perencanaan Mulai
Pengumpulan data perencanaan
Permodelan Struktur : L = 1 sampai 5 model
Perbandingan 2 peraturan Perhitungan beban angin Berdasarkan ASCE 7 – 02 / ACI 318
Perhitungan tekanan beban angin Berdasarkan PPIUG 1983
- 02
Input SAP 2000 v.10
Perhitungan beban gravitasi ( beban hidup dan beban mati )
Output SAP 2000 v.10 menentukan displacement
Input SAP 2000 v.10
Pembuatan grafik hasildisplacement
Output SAP 2000 v.10 menentukan displacement
Perhitungan persentase pengurangan displacement
Pembuatan grafik hasildisplacement
Perhitungan persentase pengurangan displacement Perbandingan 2 peraturan Ya Jika L < 5 Tidak Analisis Hasil Permodelan Penentuan lokasi optimum outrigger Keterangan : L = 1 ( Struktur tanpa outrigger ) L = 2 ( Struktur Eksisting ) L = 3 ( Letak Outrigger di atas Bangunan ) L = 4 ( Letak Outrigger di 3/4 Bangunan ) L = 5 ( Letak Outrigger di 1/4 Bangunan )
Kesimpulan
selesai
3.5 Penjelasan diagram alur perencanaan Metodologi yang dipakai dalam penyusunan Proyek Akhir adalah : 1. Pengumpulan dan pencarian data perencanaan yang digunakan untuk perhitungan: a. BebanAngin b. Beban gravitasi ( beban hidup & beban mati ) c. Lokasi optimum penentuan outrigger 2. Studi kepustakaan Mempelajari referensi-referensi atau pustaka yang berkaitan dengan perancangan diantaranya : a. SNI 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. b. ASCE 7 – 02 / ACI 318 - 02. c. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung ( PPIUG 1983 ) 3. Permodelan struktur gedung dengan memodelkan 5 stuktur bangunan yaitu : a. Model struktur tanpa outrigger b. Model struktur eksisting dengan letak outrigger sesuai pada eksisting c. Model struktur dengan letak outrigger diatas bangunan d. Model struktur dengan letak outrigger di 3/4 bangunan e. Model struktur dengan letak outrigger di 1/4 bangunan Masing – masing model menggunakan 2 perbandingan peraturan yaitu ASCE 7 – 02 / ACI 318 - 02 dan PPIUG 1983. 4. Perhitungan beban-beban yang terjadi pada struktur gedung berdasarkan 2 peraturan untuk mengetahui gaya-gaya dalam yang terjadi, diantaranya : 1. Mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung ( PPIUG 1983 ): a. Beban angin Besar
tekanan
tiup (qz) angin menurut
Peraturan
Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983 diambil minimum 25 kg/m2. b. Beban gravitasi ( Beban mati dan beban hidup ) Perhitungan pembebanan yang terjadi pada struktur gedung, baik beban hidup pada struktur maupun beban mati pada struktur itu sendiri. c. Input SAP 2000 v.10 : Input beban-beban yang terjadi pada struktur gedung baik beban hidup,
beban mati dan beban angin. Dari hasil analisis SAP, dicatat displacement yang terjadi. d. Output SAP 2000 v.10 secara 3D: Hasil displacement yang didapatkan berdasarkan analisis SAP akan diinput dalam bentuk grafik displacement. 2. Memperhitungkan tekanan angin yang terjadi pada bangunan tingkat tinggi berdasarkan peraturan ASCE 7 – 02 / ACI 318 - 02: -
Perhitungan beban angin yang terjadi dengan rumus P=qz x Gf x Cp
-
Perhitungan beban angin yang terjadi pada bangunan didistribusikan ke kolom struktur. Hasil dari perhitungan beban angin adalah kg / m2 dialihkan ke kolom dengan mengalikan lebar bidang antar kolom ke kolom.
-
Menginput hasil perhitungan beban yang terjadi dengan program bantu SAP 2000 v.10 secara 3D, untuk menentukan dan membandingkan hasil displacement pada masing – masing model bangunan.
5. Input beban mati, beban hidup dan beban angin yang terjadi pada masing - masing model
struktur
dengan
letak
outrigger
yang
berbeda
–
beda
untuk
memperhitungkan perilaku struktur gedung akibat beban angin dengan menggunakan 2 peraturan yang berbeda. Syarat jika L belum sampai 5 model struktur bangunan maka terus dilakukan permodelan – permodelan sampai L = 5 model. Sampai model yang ke 5 akan dilanjutkan dengan analisis hasil permodelan strukktur. 6. Analisis
hasil
Displacement
permodelan yang
masing
didapatkan
dari
–
masing SAP
strukturberdasarkan
dengan
menggunakan
hasil grafik
perbandingan tiap model struktur. 7. Menganalisis dan menentukan lokasi optimum outrigger dari masing – masing permodelan dengan membuat grafik perbandingan letak optimum outrigger dan perhitungan persentase pengurangan displacement. 8. Kesimpulan. Dari hasil pengamatan grafik displacement dan persentase pengurangan
displacement dari masing – masing model strutur, penempatan lokasi optimum outriggerdapat diketahui dimana letak optimum outrigger yang mampu menahan beban angin pada gedung bertingkat tinggi secara maksimal.