BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Menurut Elvinaro Ardianto (2011), ada 3 pendekatan penelitian yaitu:
Positivisme Positif berarti apa yang ada berdasarkan fakta objektif. Secara tegas positif berarti yang nyata, pasti, tepat, berguna serta mengklaim memiliki kesahihan mutlak. Pengetahuan tentang suatu masyarakat dapat digunakan untuk meramalkan dan mengendalikan masa depannya. Norma – norma metodologi positivisme (Hadriman, 2003) adalah 1.
Semua pengetahuan harus terbukti lewat pengamatan yang sistematis
2.
Kepastian metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian
3.
Ketepatan pengetahuan kita dijamin hanya oleh bangunan teori-teori yang secara formal kokoh mengikuti deduksi hipotesis yang menyerupai hukum
4.
Pengetahuan ilmiah harus dapat dipergunakan secara teknis.
5.
Pengetahuan kita pada prinsipnya tak pernah selesai dan relatif, sesuai dengan sifat relatif dan semangat positif. Positivisme digunakan dalam penelitian kuantitaif lapangan. Contoh: survei, studi korelasional atau eksperimen
Kritis Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx, yaitu mengkaji gejala, kasus dan permasalahan yang ada di masyarakat. Inti dari pendekatan kritis ini pada dasarnya sebagai kritik terhadap positivisme. Bagi pendekatan kritis, setiap penelitian harus memperoleh pengetahuan tentang das sein (apa yang ada) dan bukan das sollen (apa yang seharusnya ada). Pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain yang ikut berperan pada sebuah peristiwa. Kritis digunakan dalam penelitian analisi wacana dan semiotika. Konstruksivisme Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan bukan reproduksi kenyataan. Semesta adalah suatu konstruksi, semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang berdiri sendiri karena dikonstruksi secara sosial.
41
42 Pengetahuan kita adalah konstruksi dari kita sendiri. Pandangan ini melawan positivisme karena pengetahuan adalah kenyataan. Realitas ada karena di manusia terdapat skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan. Jadi tanpa pengalaman sebelumnya, manusia tidak bisa membentuk pengetahuan. Karena pengetahuan dibentuk dari konsepsi seseorang. Kriteria kualitas penelitian adalah sejauh mana semua merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati para pelaku sosial Prinsip dasar konstruktivisme menurut Ardianto (2007) adalah tindakan seseorang ditentukan oleh konstruk diri sekaligus juga konstruk lingkungan luar dari perspektif diri. Menurut Dahar (2011), teori konstruktivis dibagi menjadi dua, ala piaget dan konstruktivis baru yang dikembangkan oleh Vygotsky. Melalui perspekti Piaget, proses membangun pengetahuan baru dalam struktur kognitif (organisasi mental yang terbentuk pada saat seseorang berinteraksi dengan lingkungannya) berdasarkan pengalamannya. Dalam pengembangan yang dilakukan oleh Vygotsky mengikutsertakan konstruktivis Piaget dengan proses-proses sosial yang dialami dengan lingkungannya. Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi seorang peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya dan berusaha memahami dan mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu keikutsertaan seorang peneliti untuk terjun langsung ke lapangan sangat diharuskan, demi pemahaman hakikat dari suatu gejala atau peristiwa, masuk dalam konteksnya dan terlibat dengan objek penelitian (Raco, 2012). Konstruktivisme digunakan pada penelitian kualitatif lapangan dengan analisis framing dan semiotika. Contoh: deskriptif, evaluatif, studi kasus, etnografi. Dari ketiga pendekatan ini peneliti memilih konstruktivisme yang sangat identik dengan kualitatif dan ingin mendapatkan pengetahuan dari realitas yang terbentuk dari sosial. Karena peneliti ingin mengetahui apakah semua teori yang dipelajari selama 7 semester tentang produksi program akan sama atau beda dengan realitas yang ada di lapangan.
3.2
Tipe / Jenis Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2005) penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Tujuan dari
43 penelitian kualitatif bukanlah untuk generalisasi namun pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Pada umumnya penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara dalam mencari data; sekalipun demikian cara- cara lain juga digunakan. Inti dari persoalanya ialah apapun instrumennya, tujuan utama ialah untuk mendapatkan informasi dalam bentuk bukan angka sehingga banyak peneliti kualitatif memanfaatkan teknologi untuk saran pengambilan data, seperti tape recorder, komputer bahkan internet. (Sarwono, 2006). Menurut Creswell (2007) penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Peneliti menggunakan jenis kualitatif pada penelitian ini karena bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam mengenai peristiwa dari proses produksi yang terjadi dalam bentuk sebuah kalimat atau pertanyaan. 3.3
Metode Penelitian Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat serta desain
penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Menurut Suryabrata yang dikutip oleh Suryadharma (2008), penelitian memiliki beberapa metode berdasarkan sifat-sifat masalahnya, salah satunya adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen (Furchan, 2004). Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Suryadharma, 2008). Dengan metode deskriptif yaitu mengumpulkan, menganalisa, serta menyajikan data informasi yang sebenar-benarnya, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti untuk menarik kesimpulan dari objek penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian tertuju pada strategi produksi maka data yang diperlukan tidak memerlukan prosedur statistik, melainkan prosedur analisis.
44 3.4
Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan
pertama dilapangan (Kriyantono, 2006). Sumber data utama ini digunakan secara langsung untuk membantu dalam menggali fokus penelitian atau menjadi jawaban dari tujuan penelitian yang dilakukan. Sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti berupa informasi langsung yang didapat terhadap objek penelitian maupun melalui pengamatan langsung peneliti. Untuk mendapatkan sumber data tersebut, peneliti menggunakan dua teknik untuk mendapatkan sumber data yaitu a. Wawancara (Interview) Wawancara
adalah
usaha
mengumpulkan
informasi
dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan utnuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face) relationship antara si pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee). Menurut Moleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Teknik wawancara yang tepat untuk penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah wawancara semi terstruktur. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan. Jadi pertanyaan yang diajukan yang kemudian dijawab oleh
terwawancara
tidak
dibatasi,
sehingga
subjek
dapat
lebih
bebasmengemukakan jawaban apa pun selama tidak keluar dari konteks pembicaraan. Pertanyaan yang diajukan bersifat fleksibel, jadi pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara terhadap terwawancara dapat di kondisikan seperti apa situasi dan kondisi yang ada. Terdapat tujuan dari wawancara semi-terstruktur hal tersebut untukmengetahui dan memahami mengenai suatu permasalahan tertentu. Informan yang dipilih dalam penelitia ini adalah sebagai berikut: 1. Nama Jabatan 2. Nama Jabatan 3. Nama Jabatan
: Aderia Ade : Eksekutif Produser ; Grathia Pitaloka : Junior Produser : Yuniar Fatma : Reporter dan Tim Riset
45 4. Nama Jabatan
: Nadia Sagara Asmara : Production Assistant
b. Pengamatan (Observasi) Teknik pengamatan relevan digunakan dalam penelitian kualitatif demi mendapatkan gambaran yang sebenarnya tentang objek penelitian dan membantu pemahaman soal konteks penelitian. Observasi partisipatif di mana diharuskan untuk benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.
Pengamatan berlangsung pada tim dibalik program Satu Indonesia yang dilakukan pada pertengahan bulan Februrari hingga bulan Mei 2015.
Data Sekunder Data sekunder adalah berupa data - data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data ini biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya seperti data berupa teks, foto, dan hasil rekaman (Sarwono, 2006). Untuk mencatat percakapan wawancara dengan menggunakan alat bantu berupa perekam suara (tape recorder). Selain wawancara, penggunaan data sekunder lain juga digunakan seperti : data tertulis di tempat penelitian atau data- data yang didapat dari NET. dan melakukan observasi untuk memberikan kemudahan bagi peneliti untuk menyempurnakan sebagai penelitian.
3.5
Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2007), yang dimaksudkan dengan analisis data adalah
proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan catatan kecil di lapangan. Dalam penelitian ini, analisis data di sederhanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. a.
Tahapan pertama mengindentifikasi data yang diperoleh dari lapangan, baik dengan cara wawancara, observasi, maupun dokumentasi, yang bersumber dari buku, literatur, dan foto.
b.
Tahapan kedua, yakni mengklasifikasikan data yang masuk, kemudian disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
46 c.
Tahapan ketiga, yakni melakukan interpretatif terhadap faktor yang mempengaruhi. Dalam menganalisa data menggunakan coding (pengkodean) dan kategorisasi
(categorizing), koding dilakukan untuk mengubah bentuk data, dan mengurainya untuk membangun kategori, seiring dengan munculnya kategori utama, anak teori akan berkembang. Seluruh data dikode dan dikategorikan hingga mengarah pada pembentukan konsep utama. Tujuannya adalah untuk mencari tema-tema yang mengaitkan gagasan untuk menemukan alur riset. Langkah-langkah proses koding menurut Strauss dalam (Ghony & Alamanshur, 2012) : a.
Koding terbuka atau open coding yaitu proses memilah data dengan cara pemberian kode lalu mengumpulkan data berdasarkan kategori.
b.
Koding aksial atau axial coding yaitu proses memunculkan kembali datadata yang dianggap penting dari open coding ke dalam sebuah bentuk baru sesuai konsep.
c.
Koding selektif atau selective coding yaitu proses pemilihan kategori inti dan menghubungkannya dengan kategori lain.
3.6
Teknik Keabsahan Data Teknik yang digunakan penulis dalam pemeriksaan keabsahan data adalah
triangulasi. Analisis Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subyek dengan meneliti kebenaran dengan data empiris yang tersedia. Di sini jawaban subyek di cek kembali dengan dokumen yang ada. Ada beberapa macam triangulasi menurut (Kriyantono, 2006) yaitu : a.
Triangulasi Sumber Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
b.
Triangulasi Pengamat Menggunakan lebih dari satu periset atau adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Karena setiap orang memiliki gaya, pengamatan dan pemikiran yang berbeda walaupun meneliti fenomena yang sama, sehingga dengan adanya dua pengamat akan membuat
47 penelitian menjadi absah. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c.
Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap supaya hasilnya komprehensif. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.
d.
Triangulasi Metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi yang dilakukan sekaligus bersama dengan wawancara atau pada saat wawancara dilakukan.
e.
Triangulasi Waktu Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena prilaku manusia dapat berubah sewaktu-waktu. Karena itu peneliti perlu mengadakan observasi lebih dari satu kali.
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaanperbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan membandingkan dengan sumber, metode, atau teori. Untuk itu peneliti dapat melakukan dengan jalan : 1.
Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2.
Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3.
Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan (Herdiansyah, 2012). Dari berbagai macam triangulasi pada penelitian ini peneliti hanya
menggunakan triangulasi sumber karena dianggap yang paling cocok untuk melihat keabsahan data. Triangulasi sumber terdiri dari empat narasumber yang memiliki peran penting dalam proses produksi program Satu Indonesia, yaitu eksekutif produser, produser, reporter dan asisten produksi.
48