BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Metode ini dianggap relevan dan sesuai dengan topik penelitian ini yang bertujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan secara detail tentang ketersediaan tenaga kesehatan dan kecukupan infrastruktur dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie di Era JKN. Sesuai dengan yang diungkapkan Creswell (1994) “Qualitative research focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome. Researchers are particulars interested in understanding how things occurs.” Didefinisikan bahwa pendekatan kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses dan makna yang bersifat deskriptif didapat melalui kata atau gambar serta bersifat induktif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie,
yaitu sebuah rumah sakit kelas B. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Rumah sakit ini merupakan salah rumah sakit pemerintah yang melaksanakan program JKN untuk masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Sebelumnya tidak pernah dilakukan penelitian dengan topik yang sama dengan topik penelitian ini. 3.2.2
Waktu Penelitian Penelitian diawali dari proses pembuatan proposal yang dimulai sejak bulan
Januari 2015. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2015.
3.3 Sumber Informasi Dalam penelitian ini penentuan sumber informasi baik sumber informasi kunci maupun sumber informasi tambahan
dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2009) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sumber data. Sumber informasi dalam penelitian ditetapkan sebanyak 9 orang yang diambil dari pihak-pihak yang terkait dengan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli di era JKN yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 Kriteria Sumber Informasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kriteria Direktur Wadir Umum Wadir Yanmed Kabid Keperawatan Instalasi Farmasi Kepala Poli Kebidanan Kepala Poli Bedah Kepala Poli Penyakit Dalam Kepala Poli Gigi
Tempat Tugas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Jumlah
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
Wakil Pelayanan Medik di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli membawahi Kepala Sub Bidang Rawat Inap dan Rawat Jalan.
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrumen utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara. Menurut Sugiyono (2009) dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri menjadi instrumen penelitian dan berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih sumber informasi, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat kurang akuratnya hasil penelitiannya atau bias. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam secara terstruktur dengan para informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data dan laporan-laporan yang terkait dengan data tenaga kesehatan, infrastruktur dan kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dalam melayani pasien di era JKN. Adapun teknis atau cara dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Wawancara mendalam (depth interview) Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Wawancara mendalam dilakukan secara bebas terkontrol artinya wawancara dilakukan secara bebas. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang luas dan mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin yang memungkinkan masih terpenuhinya prinsip-prinsip komparabilitas dan reliabilitas secara langsung dapat diarahkan dan memihak pada persoalan-persoalan yang diteliti. Walaupun draft wawancara
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam wawancara ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya wawancara dibuat bervariasi dan disesuaikan dengan situasi yang ada, sehingga tidak kaku. Hasil wawancara direkam dan dicatat untuk menghindari terjadinya kesesatan “recording”. Disamping itu peneliti juga menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu menggunakan pertanyaan yang sama tentang suatu hal. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian jawaban dari informan. Apabila hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama, maka data dapat disebut sudah final. 2. Studi Dokumentasi Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder dari dokumen-dokumen arsip dan catatan lain yang dianggap perlu dalam penelitian ini. Dokumen dimaksud diantaranya adalah: data rekam medik, foto-foto dan profil rumah sakit. Data yang diambil dalam dokumen tersebut dilakukan dengan cara dikutip secara langsung dan tidak langsung.
3.6 Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini disusun berdasarkan permasalahan dan kerangka pikir yang dibuat yaitu: 1. Ketersediaan tenaga kesehatan adalah keberadaan tenaga kesehatan mencakup dokter, perawat, apoteker dan tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian medis, tenaga keteknisian medis baik kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan untuk kesiapan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie di era JKN.
Universitas Sumatera Utara
2. Kecukupan infrastruktur adalah kecukupan prasarana rumah sakit seperti gedung/bangunan, kecukupan sarana kesehatan seperti peralatan medis, dan kecukupan obat untuk mendukung kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli. 3. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang membuat rumah sakit ini siap untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di bidang pelayanan kesehatan di era JKN. 4. JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah.
3.7 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik menghubungkan data yang diperoleh peneliti pada masa sebelum, selama dan setelah kegiatan di lapangan (lokasi penelitian), sesuai teori dari Cresswell (1994) dengan tahapan: 1. Reduksi data; yaitu mengumpulkan data yang didapat dan menyederhanakan informasi tersebut, memilih hal-hal pokok dan memfokuskannya pada hal-hal penting, mencari tema atau pola dari laporan atau data yang didapat di lapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, di samping mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
2. Display (penyajian data); yaitu menyajikan berbagai informasi dari data yang telah dianalisis sehingga memberikan gambaran seluruhnya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian yang dilakukan. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi; merupakan kegiatan analisis data yang dimaksudkan untuk mencari makna dan membuat kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan hipotesis kerja. Pada mulanya kesimpulan tersebut tentunya masih sangat tentatif, kabur dan diragukan. Akan tetapi, dengan bertambahnya data dan melalui verifikasi yang terus dilakukan selama penelitian berlangsung maka kesimpulan tersebut menjadi lebih mendalam dan akurat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli 1. Sejarah BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli berlokasi di Jalan Prof.A.Madjid Ibrahim Sigli, yang merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Pidie. Sebelum tahun 1980/1981 RSU Sigli berlokasi di Jalan RSU Lama Desa Benteng Kecamatan Kota Sigli yang merupakan peninggalan kolonial Belanda ANNO 1916. Namun pada tahun 1981/1982 RSU Sigli dibangun berdasarkan Crass Program di atas tanah persawahan desa Lampeudeu Baroh seluas 29.649 m2 dan baru ditempati atau difungsikan bulan Februari 1986 dengan type kelas D. Dengan terjadinya perkembangan
dimana pelayanan spesialisasi yang diberikan semakin komplit,
disamping RSU Sigli dijadikan sebagai pusat rujukan kasus di Kabupaten Pidie, juga digunakan sebagai lahan praktek bagi mahasiswa kesehatan, maka dengan Keputusan Menkes R.I. No.009.A/Menkes/SK/I/1993 RSU-Sigli berubah status menjadi rumah sakit kelas C dan diresmikan oleh Menkes R.I. Dr.Adhyatma, MPH pada tanggal 11 Februari 1993. Selanjutnya dengan pemberlakuan PP. Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, telah terjadi penggabungan maupun perampingan SKPD menyebabkan perubahan organisasi dan tata kerja yang diberi nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie disingkat dengan RSU Kabupaten Pidie.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), maka setelah melalui proses, Rumah Sakit Umum Daerah (RSU) Tgk Chiek Ditiro Sigli merupakan salah satu rumah sakit di Kabupaten Pidie yang menerapkan status pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh sesuai Surat Keputusan Bupati Pidie Nomor 546 Tahun 2012. Pada tahun 2014, BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli berubah status menjadi rumah sakit kelas B dengan penetapan Keputusan Menkes R.I. Nomor: HK.02.03/1/2029/2014 tanggal 12 Agustus 2014. 2. Visi, Misi dan Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Dalam melaksanakan operasionalnya di wilayah Kabupaten Pidie, BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli menetapkan visi yaitu “Terwujudnya Pelayanan Yang Prima,
Efektif, Profesional dengan Nurani yang Islami serta Terjangkau bagi Masyarakat Kabupaten Pidie”. Visi tersebut tertuang dalam misi sebagai berikut: 1) Menjadikan rumah sakit rujukan di Kabupaten Pidie. 2) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia sesuai dengan standar. 3) Memberdayakan karyawan secara profesional sehingga tercapai pelayanan yang bermutu dan Islami. 4) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan pelanggan yang bisa dipertanggung jawabkan secara medik maupun secara moral dengan pelayanan yang berdasarkan hati nurani.
Universitas Sumatera Utara
Motto BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli adalah “Dengan nurani mewujukan kesehatan.” 3. Tugas Pokok dan Fungsi BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Adapun tugas pokok rumah sakit termasuk BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mendukung pelaksanaan tugas ini, rumah sakit mempunyai fungsi: 1) Pelayanan Medis 2) Pelayanan penunjang medis dan non medis 3) Pelayanan asuhan keperawatan 4) Pelayanan rujukan 5) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 6) Pelaksanaan penelitian dan pelatihan 7) Pengelolaan administrasi dan keuangan. 4. Tujuan BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Adapun tujuan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie terangkum dalam aspek-aspek berikut: 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program peningkatan mutu pelayanan secara efektif dan efisien agar tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
2) Memberikan pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien melalui optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana. 3) Memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien. 4) Memanfaatkan teknologi, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan. 5. Fasilitas Pelayanan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Untuk tersedianya fasilitas dan terselenggaranya kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan dibentuk instalasi-instalasi yang merupakan unit-unit pelaksana pelayanan. Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur serta bertanggung jawab kepada Direktur melalui Kepala Bidang. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Instalasi dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau tenaga non medis; baik pegawai negeri sipil maupun non pegawai negeri sipil. Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi dengan mengingat sumber daya yang tersedia di rumah sakit; meliputi sumber daya manusia, sarana prasarana dan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Instalasi yang ada di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli: 1) Instalasi Gawat Darurat 2) Instalasi Rawat Jalan:
Universitas Sumatera Utara
a) Poliklinik Anak b) Poliklinik Penyakit Dalam c) Poliklinik Bedah d) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan e) Poliklinik Mata f) Poliklinik THT g) Poliklinik Saraf h) Poliklinik Kulit dan Kelamin i) Poliklinik Endokrin j) Poliklinik Gigi 3) Instalasi Rawat Inap a) Ruang Rawat Kelas Utama b) Ruang Rawat PDP c) Ruang Rawat PDW d) Ruang Rawat Saraf e) Ruang Rawat Anak f) Ruang Rawat Kebidanan g) Ruang Rawat Bedah h) Ruang Rawat Perinatologi i) Ruang Rawat Mata/THT j) Kamar Bersalin 4) Instalasi ICU
Universitas Sumatera Utara
5) Unit Haemodialisa 6) Instalasi Bedah Sentral (IBS) 7) Pelayanan Penunjang Medik a) Instalasi Radiologi b) Instalasi Laboratorium c) Instalasi Farmasi d) Instalasi Gizi e) Instalasi Rehabilitasi Medik f) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit g) Instalasi Kamar Jenazah h) UTD RS 8) Fasilitas Umum RS : Kantin, Koperasi, Tempat Parkir 9) Mushalla. 6. SDM di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas terutama pasien JKN pemegang kartu BPJS. Rumah sakit ini termasuk besar dengan 239 tempat tidur, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Aceh yang tersedia rata-rata 83 tempat tidur inap. Adapun SDM di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baik tenaga medis dan tenaga non medis sebagaimana tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Sumber Daya Manusia di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. C. 1. 2. 3. 4.
Jenis Tenaga Tenaga Medis Dokter spesialis Bedah Dokter spesialis Penyakit Dalam Dokter spesialis Anak Dokter spesialis Obgyn Dokter spesialis Patologi Klinik Dokter spesialis Radiologi Dokter spesialis Paru Dokter spesialis Anastesi Dokter spesialis THT-KL Dokter spesialis Orthopedi Dokter spesialis Saraf Dokter spesialis Mata Dokter spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin Dokter Umum Dokter Gigi Tenaga Keperawatan NERS S-Keperawatan DIV Keperawatan DIV Kebidanan DIII Keperawatan DIII Kebidanan DIII Kesehatan Gigi Bidan SPK SPRG Tenaga Kes.Masyarakat MARS M.Kes S-1 Kesmas DIII Kesling
PNS 42 3 2
Status Kepegawaian Honor Kontrak Magang 2 1 2 -
Total 45 3 4
2 3 1
-
-
-
2 3 1
1 1 3 2 1 2 2 1
-
-
-
1 1 3 2 1 2 2 1
14 4 212 7 2 1 5 108 19 3 27 35 5 26 3 2 4 17
5 4 1 -
1 -
64 58 4 1 4 1 3
15 4 281 7 2 1 5 170 23 3 27 37 5 30 3 2 5 20
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 (Lanjutan) No D. 1. 2. 3. 4. E. 1. F. 1. G. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. H. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Jenis Tenaga Tenaga Kefarmasian S-1 Farmasi/Apoteker DIII Farmasi SAA SMF Tenaga Gizi DIII Gizi Tenaga Keterapian Fisik DIII Fisioterapi Tenaga Keteknisian Medik DIV Atem DIII Analis DIII Atro DIII Apikes DIII Atem DIII Aro (Refraksi) SMAK (Analis Kesehatan) Tenaga Non Medis S1 Psikologis S1 Administrasi S1 Hukum S1 Ekonomi S1 Ekonomi Akuntansi S1 Komputer D III Komputer D III Ekonomi D III Sekretaris D III Teknik SMA SMEA SMK/STM SMP SD
PNS 15 2 6 3 4 5 5 11 11 32
Status Kepegawaian Honor Kontrak Magang 9 3 5 1 2 2 13
Total 24 5 11 3 5 7 7 11 11 45
1 8 5 10 3 1 4
-
-
5 3 4 1 -
1 13 8 14 3 2 4
54 1 9 2 1 1 2 5 1 1 2 19 6 1 3
3 1 2 -
-
20 1 13 6 -
77 1 9 2 1 1 2 5 2 1 3 34 6 6 1 3
Sumber: Bagian Kepegawaian BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, 2015
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah dokter yang tersedia 45 orang terdiri dari 26 dokter spesialis, 15 dokter umum dan 4 dokter gigi. Jumlah tenaga keperawatan termasuk bidan sebanyak 281 orang. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat 30 orang. Jumlah tenaga kefarmasian 23 orang. Jumlah tenaga gizi 7 orang. Jumlah tenaga keterapian fisik 11 orang. Jumlah tenaga keteknisian medik 45 orang. Jumlah tenaga non medis sebanyak 77 orang. Jumlah tenaga dokter di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi dari segi jumlah untuk rumah sakit kelas B. Namun jumlah tenaga keperawatan masih kurang apalagi jika dikalkulasikan perbandingan jumlah perawat dengan jumlah tempat tidur untuk rawat inap. 7. Jumlah Tempat Tidur Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, rumah sakit ini memiliki 239 tempat tidur, 219 diantaranya termasuk di kamar kelas III. Dikaitkan dengan persyaratan rumah sakit kelas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 20
bahwa pelayanan rawat inap harus dilengkapi
dengan fasilitas jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah, maka jumlah ini sudah melebihi.
Universitas Sumatera Utara
8. Kunjungan Pasien Berdasarkan data profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie, rumah sakit ini memiliki tingkat kesibukan yang tinggi dalam melayani pasien. Setiap tahun 152.185 pasien menjenguk rumah sakit ini. Bila dirinci jenis kunjungan pasien untuk rawat inap rata-rata sebanyak 16.018 orang/tahun, rawat jalan 122.810 orang/tahun dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) 13.357 orang/tahun. 9. Tingkat Efektivitas (Kinerja Rumah Sakit) Berdasarkan data Profil BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie (2014), rumah sakit ini memiliki tingkat efektivitas dengan indikator: 1) Bed Occupancy Ratio (BOR); yaitu angka penggunaan tempat tidur. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%. BOR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 96,54%. 2) BTO (Bed Turn Over)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : BTO = Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) / jumlah tempat tidur. BTO BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada 239 tempat tidur 67 kali. 3) Turn Over Interval (TOI); yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. TOI BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada kisaran 0,13.
Universitas Sumatera Utara
4) Gross Death Rate (GDR); yaitu angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. GDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 4‰. 5) Net Death Rate (NDR); yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000 penderita keluar. NDR BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebesar 1‰. 6) Average Length of Stay (ALOS); yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi rumah sakit. Nilai ALOS yang ideal di antara 6-9 hari. ALOS BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli selama 4 hari. 4.2 Karakteristik Sumber informasi Hasil dari data sekunder yang dilakukan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie diketahui karakteristik sumber informasi berdasarkan umur, sumber informasi memiliki rentang usia 39-51 tahun. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas sarjana strata S-1. Berdasarkan jabatan mayoritas pimpinan baik pimpinan rumah sakit, pimpinan instalasi dan pimpinan poli. Lebih jelas sebagaimana tabel berikut ini. Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Sumber informasi No. Sumber informasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jabatan Direktur Wadir Umum Wadir Yanmed Kabid Perawatan Ka. Instalasi Farmasi Ka.Poli Kebidanan Ka.Poli Bedah Ka. Poli Penyakit Dalam Ka.Poli Gigi
Umur 50 45 42 51 39 46 41 47 42
Jenis Kelamin Lk Lk Pr Lk Lk Pr Lk Lk Lk
Pendidikan S-2 S-1 S-2 S-1 S-1 S-1 S-1 S-1 S-1
Universitas Sumatera Utara
4.3 Penyajian Data Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan sumber informasi yang dilakukan oleh peneliti dicatat dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih tajam. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli. 4.3.1
Ketersediaan Tenaga Kesehatan untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie Wawancara yang dilakukan kepada sumber informasi mengenai ketersediaan
tenaga kesehatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, dikelompokkan dalam beberapa kategori yaitu ketersediaan dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat, apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis sebagaimana diuraikan berikut ini. 1. Ketersediaan Dokter Spesialis Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter spesialis sebanyak 26 dokter. Namun untuk dokter spesialis bedah saraf, spesialis jantung, subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis dan dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut belum ada. Kekurangan ini diatasi dengan cara
Universitas Sumatera Utara
melakukan kerjasama dengan rumah sakit/instansi terkait lainnya yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Seperti diungkapkan berikut ini: “SDM kita untuk dokter spesialis sudah memenuhi standar Tipe B. Namun untuk subspesialis dan spesialis gigi mulut kita masih ada kekurangan. Untuk menyikapi kekurangan beberapa sub spesialis pihak manajemen RS melakukan kerjasama dengan RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Dikarenakan jarak tempuh Sigli Banda Aceh hanya 100 km, dibenarkan oleh tim dari Kemenkes untuk melakukan kerjasama tersebut. Walaupun kita juga lagi menyiapkan spesialis kita untuk mengambil sub di setiap bidangnya.” (Sumber Informasi I) “Memang ada beberapa kasus besar yang harus kita rujuk ke RSUZA seperti kasus trauma kepala karena kita belum punya spesialis bedah saraf dan keluhan jantung karena kita belum punya spesialis jantung”. (Sumber Informasi I) Sumber informasi berikutnya mengungkapkan bahwa semua poli sudah dilayani oleh dokter spesialis walaupun beberapa subspesialis sebagai dipersyaratkan untuk tipe rumah sakit kelas B belum ada. Sebagaimana diungkapkan berikut ini: “RS kami ada Poli Penyakit Dalam, Poli Endokrin, Poli Mata, Poli THT, Poli Saraf, Poli Bedah, Poli Bedah Ortoped, poli Urologi, Poli Jiwa, Poli Kulit Kelamin, Poli Obgyn, Poli Anestesi, Poli Gigi. Semua poliklinik dilayani oleh dokter spesialis.” (Sumber Informasi III) “Iya kebutuhan dokter spesialis di semua poli sudah terpenuhi. Walaupun ada beberapa subspesialis yang disyaratkan tipe B belum ada yang definitif. Tetapi kita sudah adakan penjanjian kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah untuk memenuhi kekurangan Sub spesialis kita.” (Sumber Informasi III)
Universitas Sumatera Utara
Sumber informasi lain menegaskan bahwa jika dari segi jumlah dokter spesialis sudah mencukupi,
sedangkan untuk dokter spesialis bedah saraf dan
subspesialis memang belum ada. Sebagaimana diungkapkan berikut ini: “kalau jumlahnya saya nilai sudah cukuplah… malah berlebih … tetapi untuk dokter spesialis bedah saraf belum ada…” (Sumber Informasi VII) “dokter spesialis sudah cukup Pak… sudah ada 3 orang hanya untuk subspesialis belum ada…” (Sumber Informasi VIII). Khusus untuk Poli Gigi sumber informasi memberitahukan belum ada dokter gigi spesialis dan juga subspesialis. Sebagaimana diungkapkan berikut ini: “kalau jumlah tenaga secara keseluruhan saya kurang tahu tapi kalau di Poli ini ya sudah cukuplah… dokter gigi ada 4 orang, perawat gigi 9 orang…. … Ohhh kalau dokter gigi spesialis dan subspesialis belum ada Pak”. (Sumber Informasi IX) 2. Ketersediaan Dokter Umum Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa jumlah dokter umum ada sebanyak 15 orang. Seperti diungkapkan berikut ini: “untuk dokter umum kita sudah cukup apalagi bila dibandingkan dengan rumah sakit yang sekelas di wilayah ini.” (Sumber Informasi I) “kalau dokter umum sudah sangat mendukung.” (Sumber Informasi III)
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa ketersediaan dokter umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah sangat mendukung. 3. Ketersediaan Dokter Gigi Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan dokter gigi untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter gigi sebanyak 4 dokter gigi. Seperti diungkapkan berikut ini: “untuk dokter gigi sudah cukup namun untuk spesialis gigi dan subspesialis masih belum ada. Maka pihak manajemen RS bekerjasama dengan RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. ” (Sumber Informasi I) Informasi yang sama diungkapkan: “kebutuhan dokter gigi sudah terpenuhi, hanya subspesialis yang belum ada. Sehingga bila ada kasus pasien yang membutuhkan penanganan subspesialis dilakukan kerjasama dengan RSUZA dan FK Unsyiah.” (Sumber Informasi III). Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan dokter gigi untuk pelayanan dasar sudah memadai di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli di era JKN, namun dari jenis spesialisasi dan sub spesialis masih kurang. 4. Ketersediaan Tenaga Keperawatan Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan tenaga keperawatan mencakup perawat dan bidan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh pernyataan bahwa ketersediaan perawat dari segi jumlah masih belum cukup bila dibandingkan dengan rasio tempat
Universitas Sumatera Utara
tidur, sehingga masih sebagian perawat masih honor dan magang. Begitu juga dari segi kualitas sebagian besar perawat masih perlu peningkatan melalui berbagai pelatihan. Seperti diungkapkan berikut ini. “Jumlah tenaga keperawatan belum memenuhi standar rumah sakit kelas B. Namun pendidikan perawat rata-rata S1, D3 dan sebagian ada sedang melanjutkan pendidikan S2 di Australia. Sebagian besar perawat dimaksud sudah berstatus PNS dan beberapa masih honorer dan magang sehingga tidak tercantum jumlahnya dalam profil rumah sakit ini. Hanya bagi sebagian perawat apalagi yang muda perlu peningkatan kualitas jadi perlu diadakan pelatihan-pelatihan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.” “Dari segi jumlah bidan di rumah sakit ini sudah memenuhi kebutuhan. Namun terhadap bidan-bidan muda perlu diberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani masalah kebidanan” (Sumber Informasi I) Hal senada diungkapkan sumber informasi lain berikut ini. “Kalau Bicara SDM tenaga keperawatan secara jumlahnya belum memenuhi standar rumah skait kelas B. Namun strata pendidikan perawat sudah rata-rata S1 dan D3. Bahkan ada yang lagi pendidikan S2 di Australia. Begitu juga untuk kualitasnya masih perlu banyak pelatihan-pelatihan penanganan pasien khusus. Memang sesudah tsunami banyak perawat yang sudah mengikuti pelatihan khusus misalnya BCLS untuk perawat ICU dan NICU, BTLS untuk perawat Bedah dan IGD serta APN untuk perawat bidan di ruang bersalin. Namun itu sudah lama dan sekarang di diklat juga telah mengajukan ke bidang perencanaan terkait pelatihan perawat.” (Sumber Informasi IV) “Menurut saya kualitas yang paling perlu ditingkatkan khususnya tenaga keperawatan…. Perlu dikirim mengikuti pelatihan… (Sumber Informasi VI) Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan tenaga keperawatan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli masih kurang begitu juga dari segi kualitas.
Universitas Sumatera Utara
5. Ketersediaan Apoteker dan Tenaga Kefarmasian Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah apoteker sebanyak 5 orang dan asisten apoteker sebanyak 23 orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan apoteker dan tenaga kefarmasian (asisten apoteker) untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, bahwa jumlah apoteker masih kurang karena belum memenuhi standar kebutuhan rumah sakit, namun untuk tenaga asisten apoteker sudah melebihi kebutuhan. Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini: “untuk SDM Apoteker kita sudah ada 5 orang, namun jumlah ini masih kurang. Untuk tenaga asisten apoteker malah sudah berlebih. Kondisi ini memberi dampak pelaksanaan system depo di setiap ruangan belum memadai.” (Sumber Informasi V) Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli masih sangat kurang, namun untuk asisten apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya sudah mencukupi. 6. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Masyarakat Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 30 terdiri dari 26 tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS dan 4 status sedang magang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang ketersediaan tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
“Tenaga kesehatan masyarakat sudah tersedia 30 orang, namun belum diberdayakan secara maksimal.” (Sumber Informasi II) “Tenaga kesehatan masyarakat ada 30 orang, dan jumlah ini sudah melebihi kebutuhan.” (Sumber Informasi IV) Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah memadai, namun pemberdayaannya masih kurang maksimal. 7. Ketersediaan Tenaga Gizi Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga gizi sebanyak 7 orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang tenaga gizi untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, jumlah tenaga gizi masih kurang karena belum memenuhi standar kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini: “Tenaga gizi di rumah sakit ini hanya sebanyak 7 orang, jumlah ini masih kurang tapi kami sudah mengajukan pengambahan ke atasan.” (Sumber Informasi I) “Tenaga gizi di rumah sakit ini hanya sebanyak 7 orang, jumlah ini masih kurang.” (Sumber Informasi III) Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan tenaga gizi untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli di era JKN masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan rumah sakit yaitu 9 tenaga gizi.
Universitas Sumatera Utara
8. Ketersediaan Tenaga Keterapian Fisik Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga keterapian fisik sebanyak 11 orang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang tenaga keterapian fisik untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Pidie, bahwa jumlahnya sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini: “Tenaga keterapian fisik di rumah sakit sebanyak 11 orang, jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit.” (Sumber Informasi I) “Tenaga keterapian fisik di rumah sakit ini ada 11 orang, sampai saat ini jumlah ini sudah mencukupilah.” (Sumber Informasi III) Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah tenaga keterapian fisik untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah memenuhi kebutuhan. 9. Ketersediaan Tenaga Keteknisian Medis Hasil dari data sekunder diketahui bahwa jumlah tenaga keteknisian medis sebanyak 45 orang terdiri dari 32 PNS dan 13 magang. Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang tenaga keteknisian medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, bahwa jumlahnya sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit. Namun secara kualitas perlu diberikan pelatihan baik di internal rumah sakit maupun dengan dikirim ke instansi/institusi terkait. Sebagaimana diungkapkan oleh sumber informasi berikut ini: “Tenaga keteknisian medis di rumah sakit ini yang PNS sudah banyak ditambah lagi yang magang, jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit.” (Sumber Informasi I)
Universitas Sumatera Utara
“Tenaga keteknisian medis sampai saat ini jumlah ini sudah mencukupilah.” (Sumber Informasi III) “Tenaga keteknisian medis sudah sangat mendukung jumlahnya, tinggal yang perlu adalah peningkatan secara kualitas.” (Sumber Informasi IV) Hasil wawancara di atas memberi makna bahwa dari segi jumlah ketersediaan tenaga keteknisian medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli sudah sangat mendukung tugas rumah sakit. 4.3.2 Kecukupan Infrastruktur untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Hasil Wawancara mendalam kepada sumber informasi mengenai kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli dikelompokkan atas kecukupan prasarana rumah sakit dan sarana peralatan medis rumah sakit. 1. Kecukupan Prasarana Rumah Sakit Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang
kecukupan prasarana
untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa fasilitas yang ada sudah memenuhi standar minimal namun perlu peningkatan. Prasarana gedung seperti ruang tunggu perlu perhatian karena ada keluhan dari pasien maupun keluarga pasien bahwa ruang tunggu panas karena tidak ada AC dan ventilasi udara sangat kurang. Begitu juga ruang kamar inap khususnya untuk pasien JKN dan ruang rawat inap di Poli Kebidanan perlu penambahan. Sebagaimana diungkapkan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
“mengenai fasilitas seperti gedung untuk ruang tunggu dan ruang kamar untuk rawat inap bila ditinjau dari banyaknya pasien di era JKN memang perlu penambahan. Khususnya kamar rawat inap sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk kategori kelas rumah sakit B. Namun karena banyaknya pasien rujukan dari puskesmas di wilayah kerja rumah sakit maka perlu penambahan lagi. Dan saat ini sedang disusun rencana pengusulannya ke pihak atasan” (Sumber Informasi I) “dari pantauan kami bahwa ruang tunggu perlu pembenahan karena kondisinya sudah tidak nyaman tanpa AC, sehingga banyak pasien atau keluarga pasien yang resah menunggu”. (Sumber Informasi II) “Sejak diberlakukannya JKN bulan Januari 2014, pasien yang berkunjung ke Poli Kebidanan meningkat, sehingga ruang rawat inap yang tersedia tidak mencukupi termasuk ruang untuk bayi. Pernah terjadi pasien ditempatkan di lorong ruangan” (Sumber Informasi VI) Sumber informasi lain juga memberi informasi tentang keterbasan prasarana berupa depo obat. Depo obat yang ada hanya di ruang farmasi sehingga pengaturan dan penyimpanan obat belum tertata rapi dan aman. Sementara depo obat di ruang perawatan belum ada. Rencana ke depannya akan dibuat depo obat di setiap ruang perawatan. Sumber informasi lain melaporkan kurangnya kamar rawat inap untuk Poli Kebidanan. Seperti diungkapkan berikut ini: “Untuk rawat inap sedikit terkendala karena kita belum ada depo obat untuk setiap ruangan. Jadi obat di ruangan tidak dapat kita kendalikan tanpa ada depo. Untuk depo sendiri sudah kita rencanakan setiap ruangan. Mungkin tahun depan kita sudah direalisasikan.” (Sumber Informasi V) Sumber informasi lain memberitahukan bahwa depo obat di ruang bedah belum ada, sehingga penataan obat masih disusun menompang pada rak/lemari lainnya yang bukan khusus untuk obat. Seperti diungkapkan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
“kalau peralatan medis sudah memadai hanya depo obat di ruang bedah belum ada…” (Sumber Informasi VII) 2. Kecukupan Sarana Peralatan Medis Rumah Sakit Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang
kecukupan sarana
peralatan medis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa peralatan medis yang dirasa masih kurang adalah CT-scan sehingga untuk kasus besar seperti trauma kepala harus dirujuk ke rumah sakit tersier. Seperti diungkapkan berikut ini: “Untuk menangani kasus besar seperti trauma kepala rumah sakit ini masih belum didukung dengan tersedianya ct-scan. Dan masih banyak sarpras yang harus kami sediakan. Ini juga pernah disinggung oleh tim visitasi peningkatan tipe bahwa mainan spesialisnya masih kurang.” (Sumber Informasi I) Sumber informasi lain memberitahukan bahwa peralatan medis sudah memadai seperti alat endoskopi sudah tersedia. Seperti diungkapkan berikut ini: “untuk peralatan medis sudah cukup Pak, khususnya di Poli Penyakit Dalam ini alat endoskopi sudah ada….” (Sumber Informasi VIII) Sumber informasi lain juga memberi informasi tentang prasarana untuk Poli Gigi sudah memadai, hanya dibutuhkan alat sarana peralatan medis berupa rongent panoromik untuk mengetahui keadaan gigi pada saluran akar gigi. Seperti diungkapkan berikut ini: “kalau masalah fasilitas atau sarana prasarana rumah sakit yah sudah cukup… apalagi di Poli Gigi, sudah ada 4 dental unit…. Hanya kendala ada pada peralatan medis berupa rongent panoromik…. Untuk mengetahui keadaan gigi pada saluran akar……” (Sumber Informasi IX)
Universitas Sumatera Utara
3. Kecukupan Obat Hasil wawancara dengan sumber informasi tentang kecukupan obat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa pengadaan obat sesuai e-catalog dilakukan langsung, sedang untuk obat yang tidak ada tercantum dalam e-catalog melalui proses lelang. Kekurangan obat kadang terjadi dan diatasi dengan mencari di apotik di luar rumah sakit. Seperti diungkapkan berikut ini: “untuk pengadaan obat yang ada di e-catalog kita mengadakan langsung. Tapi untuk obat yang tidak ada di e-catalog kita melalui proses lelang.” “Manajemen pengelolaan obat di rumah sakit dilakukan oleh instalasi farmasi. Pertama obat dari pengadaan di terima oleh gudang farmasi rumah sakit. Setelah itu sesuai kebutuhan apotik rumah sakit mengamprah obat di gudang. Apotik yang medistribusikan obat kepada pasien sesuai dengan resep dokter.” “kekurangan pernah ada, namun langsung kita atasi dengan mencari obat di apotik luar untuk mencukupinya. Namun itu tidak sering. Karena kita juga sudah disusun formolarium obat RS.” (Sumber Informasi V)
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Pelaksanaan program JKN yang digelar Badan Penyelenggara Jaminan Sehat (BPJS) Kesehatan diyakini akan membawa perubahan besar dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan disosialisasikannya JKN melalui BPJS kepada manajemen, dokter dan karyawan merupakan salah satu bentuk kesiapan rumah sakit di era baru layanan kesehatan di Indonesia. Seluruh jajaran Rumah Sakit perlu menyiapkan diri dalam menyongsong era JKN ini. Rumah sakit merupakan unsur paling utama pada sistem pembagunan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting, sekaligus sebagai kunci dari pembangunan kesehatan itu sendiri (Ady, 2014). Rumah sakit sebagai salah satu organisasi kesehatan harus memiliki kesiapan di era JKN sebagaimana menurut Lehman (2005) bahwa kesiapan suatu organisasi antara lain dapat dideteksi dari beberapa variabel seperti variabel motivasional, ketersediaan sumber daya, nilai-nilai dan sikap positif yang dikembangkan para karyawan, serta iklim organisasi yang mendukung perubahan. Dalam konteks rumah sakit, ketersediaan sumber daya dapat dikategorikan antara lain ketersediaan tenaga kesehatan dan infrastruktur. Sebagaimana di dalam penelitian ini bahasan difokuskan pada sumber daya yaitu ketersediaan tenaga kesehatan dan kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian
Geswar tahun 2014 tentang kesiapan stakeholder dalam
pelaksanaan program JKN di Kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data dengan teknik indepth interview, observasi, dan telaah dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan JKN belum optimal.
5.1 Ketersediaan Tenaga Kesehatan untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Kabupaten Pidie BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli baru beralih dari rumah sakit kelas C menjadi kelas B. Dengan peralihan ini nyata diperlukan ketenagaan yang memenuhi standar rumah sakit kelas B baik tenaga medis, paramedic, dan tenaga non medis. Disamping untuk penyesuaian dengan standar kelas B juga dengan diberlakukannya JKN, rumah sakit ini akan menjadi rujukan tindak lanjut. Dalam penelitian ini, ketersediaan tenaga kesehatan dimaksudkan bagaimana jumlah tenaga kesehatan yang tersedia untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli yang dibagi atas: a)tenaga medis mencakup dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi; b)tenaga paramedis mencakup perawat dan bidan; c) tenaga kefarmasian mencakup apoteker dan asisten apoteker, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian medis, dan tenaga keteknisian medis.
Universitas Sumatera Utara
5.1.1
Ketersediaan Dokter Spesialis Hasil wawancara dengan sumber informasi
tentang ketersediaan dokter
spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, diperoleh informasi bahwa ketersediaan dokter spesialis sebanyak 26 orang. Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 32-34 dinyatakan ketersediaan sumber daya manusia khusus dokter spesialis Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit terdiri atas 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang, 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain, 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis, 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut belum memenuhi persyaratan. Dapat dilihat bahwa walau dari segi jumlah, ketersediaan dokter spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah berlebih namun belum memenuhi persyaratan sesuai Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014, karena belum ada dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik, belum ada dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut, belum ada dokter spesialis bedah saraf dan belum ada dokter spesialis jantung. Sampai akhir tahun 2014, Kekurangan ini disikapi dengan dengan cara melakukan kerjasama dengan rumah sakit/instansi terkait lainnya yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Pidie seperti RSUZA Banda Aceh dan Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Baik dengan cara merujuk pasien dengan kasus besar misalnya
Universitas Sumatera Utara
pasien dengan trauma di kepala yang tidak bisa ditangani karena tidak adanya dokter spesialis maupun dengan mengundang dokter bedah untuk praktek di rumah sakit ini. Namun berdasarkan wawancara ada perencanaan pengadaannya di tahun 2015. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dokter spesialis untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, belum memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Ketenagaan rumah sakit kelas B adalah cukupnya bagian spesialis dan beberapa subspesialis. Untuk itu, tenaga medis perlu direncanakan dan diusulkan pengadaannya antara lain seperti tenaga bedah saraf, dan beberapa dokter subspesialis. Hal ini mengingat rumah sakit ini terletak di jalan raya utama dimana sering terjadi kecelakaan sehingga diperlukan tenaga spesialis bedah saraf dan subspesilis. Mengenai tenaga medis lainnya perlu direncanakan dan diusulkan pengadaannya sesuai dengan standar rumah sakit kelas B. Ketersediaan dokter spesialis standar pada Permenkes NO. 56 Tahun 2014 adalah tidak ideal. Kita sama mengetahui permasalahan penempatan dokter spesialis ini berpusat di kota besar dan informasi pengangkatan pegawai apalagi dokter spesialis sangat minim. Menurut peneliti tenaga yang sudah ada dapat dioptimalkan antara lain dengan imbalan terutama dari daerah tersebut agar ia tetap mau bekerja sambil mengembangkan keterampilan. 5.1.2
Ketersediaan Dokter Umum Dalam rumah sakit kelas B, peran dokter umum bersifat lebih kearah
membantu pelayanan spesialis, sebatas kompetensi yang ada, yang diplerukan lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak dalam penegakan non teknis medis, dan ia antara lain dapat ditempatkan pada poli umum IGD (triase) atau pada instalasi pelayanan medis. Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber informasi, ketersediaan dokter umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi kebutuhan. Berdasarkan data sekunder diketahui bahwa jumlah dokter umum yang tersedia di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 15 orang. Bila dibandingkan dengan persyaratan jumlah dokter umum menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014
untuk rumah sakit kelas B sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar, jumlah ini sudah memenuhi bahkan sudah berlebih 3 (tiga) dokter umum. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dokter umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Karena rumah sakit kelas B merupakan rumah sakit dengan pelayanan spesialis yang luas, maka keberadaan dokter umum kurang dibutuhkan dalam pelayanan spesialis. Keberadaan dokter umum dapat diberdayakan dalam pelayanan kegiatan dapat diberi kewenangan spesialis, di IGD (triase) atau instalasi pelayanan. Sumber daya diposisikan sebagai input dalam organisasi sebagai suatu sistem yang mempunyai implikasi yang bersifat ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis, sumber daya bertalian dengan biaya atau pengorbanan langsung yang dikeluarkan
Universitas Sumatera Utara
oleh organisasi yang merefleksikan nilai atau kegunaan potensial dalam transformasinya ke dalam output. Sedang secara teknologis, sumber daya bertalian dengan kemampuan transformasi dari organisasi (Tachjan dalam Winarno, 2007). 5.1.3
Ketersediaan Dokter Gigi Melihat peralatan yang ada, tenaga dokter gigi memadai hanya diperlukan
tambahan tenaga dokter gigi spesialis seperti bedah mulut untuk menunjang pelayanan perorangan kasus kecelakaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber informasi, ketersediaan dokter gigi untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar kebutuhan rumah sakit. Demikian juga berdasarkan data sekunder diketahui bahwa jumlah dokter gigi yang tersedia di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 4 orang. Sesuai dengan Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 yang menyatakan dokter gigi untuk rumah sakit kelas B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut. Maka jumlah dokter gigi umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dari segi jumlah sudah melebihi. Namun sebagaimana dijelaskan di atas, khusus untuk dokter gigi spesialis dan subspesialis belum ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dokter gigi umum untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Namun belum memenuhi untuk dokter gigi spesialis dan subspesialis.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Edwards III dalam Agustino (2006), sumberdaya merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumber daya mempengaruhi implementasi kebijakan termasuk kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah sumber daya manusia kesehatan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan. 5.1.4
Ketersediaan Perawat dan Bidan Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit harus betul-betul
direncanakan dengan baik
agar tidak dilakukan berulang-ulang karena akan
membutuhkan waktu, biaya, tenaga sehingga tidak efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara diketahui ketersediaan perawat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, belum mendukung pemberian pelayanan kepada pasien sesuai kebutuhan rumah sakit bila ditinjau secara rasio tempat tidur sebanyak 239 tempat tidur. Hal ini diperkuat dari data sekunder bahwa jumlah perawat yang tersedia sebanyak 281 orang yang merupakan PNS. Untuk menyikapi kondisi ini, pihak rumah sakit merekrut tenaga keperawatan honorer dan menerima tenaga keperawatan untuk magang (outsourcing) di rumah sakit ini. Jumlah tenaga keperawatan di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah mencakup bidan.
Universitas Sumatera Utara
Selain tenaga medis perlu ketersediaan tenaga paramedis keperawatan dan paramedic non keperawatan. Tenaga paramedis keperawatan yang ada saat ini sebanyak 281 orang, sedangkan jumlah tempat tidur sebanyak 239. Dari standar Depkes RI No. 262 dibutuhkan tenaga keperawatan untuk 1 tempat tidur 3 tenaga perawat, sehingga untuk 239 tempat tidur diperlukan 717 tenaga perawat, sehingga masih dibutuhkan banyak tenaga paramedis keperawatan. Untuk ketersediaan tenaga paramedis non keperawatan dan non medis hendaknya disesuaikan dengan standar rumah sakit kelas B. Selain salah satu alternatif pengadaan tenaga kerja kontrak (outsourcing), di setiap perusahaan, baik perusahaan jasa termasuk rumah sakit maupun bukan jasa dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran melalui sistem outsourcing (PPM Manajemen, 2008). Sebagaimana menurut Rivai & Mulyadi
(2009), sebuah organisasi akan
diharapkan pada lingkungan yang dinamis dan berubah yang kemudian menuntut agar organisasi tersebut berubah. Hampir semua organisasi akan menyesuaikan diri dengan lingkungan
multibudaya. Salah satu kekuatan untuk perubahan organisasi
adalah kekuatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia harus berubah dalam mempertahankan angkatan kerja yang beragam. Dalam mengubah sumber daya manusia tersebut, suatu perusahaan harus mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawannya.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5
Ketersediaan Tenaga Kefarmasian Hasil wawancara dengan sumber informasi, ketersediaan tenaga kefarmasian
untuk apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, belum memenuhi standar kebutuhan, sedangkan untuk tenaga teknis kefarmasian/asisten apoteker sudah melebihi kebutuhan. Berdasarkan data sekunder diketahui bahwa jumlah apoteker sebanyak 5 orang dan asisten apoteker sebanyak 23 orang. Menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 bahwa tenaga kefarmasian ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas: h. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit; i. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian; j. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian; k. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian; l. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian; m. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
Universitas Sumatera Utara
n. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit. Dari uraian persyaratan tenaga kefarmasian di rumah sakit kelas B sesuai Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 di atas dapat ditotal dibutuhkan sebanyak 13 apoteker dan tenaga kefarmasian (asisten apoteker) sebanyak 20 orang. Sementara tenaga kefarmasian (apoteker) di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dikatakan belum cukup (5 orang). Dari pengamatan penelitian hal ini dikarenakan pembagian tugas yang kurang jelas dan sistem pelayanan kefarmasiannya dirasakan mereka kurang. Menurut peneliti perlu ditetapkan pembagian tugas yang jelas, siapa yang bertanggungjawab dalam penyusunan e-catalog obat, siapa yang bertanggungjawab dalam peralatan. Mengenai
sistem
pelayanannya,
menurut
peneliti
sebaiknya
secara
desentralisasi u ntuk mempermudah pelayanan obat ke pasien mengingat pasien cukup banyak (BOR >95%). Walau dalam Permenkes No. 56 tahun2 014 diperlukan banyak
tenaga
kefarmasian
namun
tidaklah
mungkin
didapat
mengingat
pengangkatan kepegawaian sulit. Jadi sistem pembagian tugas dan sistem pelayanan kefarmasian serta letak satu unit pelayanan dengan unit lainnya perlu kebijakan yang diambil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah apoteker masih kurang sedangkan jumlah asisten apoteker sudah berlebih. Maka dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
ketersediaan apoteker untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli belum mendukung. 5.1.6
Ketersediaan Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat lebih diperlukan untuk kegiatan PKRS sebagai
salah satu instalasi dan rumah sakit pemerintah. Tenaga kesehatan masyarakat ini juga dapat dipakai sebagai tenaga pembantu dalam kegiatan konseling dan kegiatan pada instasi apalagi di era JKN. Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 30 terdiri dari 26 tenaga kesehatan masyarakat berstatus PNS dan 4 status sedang magang. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, sudah memenuhi standar kebutuhan rumah sakit. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli terutama untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.” 5.1.7
Ketersediaan Tenaga Gizi Hasil penelitian diketahui bahwa diketahui bahwa jumlah tenaga gizi untuk
kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebanyak 7 orang, dan jumlah ini masih kurang bila dikaitkan dengan kebutuhan rumah sakit (9
Universitas Sumatera Utara
orang). Sebagaimana menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.” 5.1.8
Ketersediaan Tenaga Keterapian Fisik Dengan menghitung kasus kecelakaan dan tingginya kasus hipertensi
diperlukan ketenagaan keterapian fisik yang khusus seperti speech therapy dan sebagainya. Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga keterapian fisik sebanyak 11 orang dan seluruhnya berstatus PNS. Jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit. Apalagi pada masa-masa tertentu ada tenaga keterapian fisik yang melakukan magang di rumah sakit ini, sehingga bisa dimanfaatkan untuk membantu tugas-tugas pelayanan terapi kepada pasien. Jumlah tenaga keterapian fisik ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli terutama dalam mendukung kesiapan rumah sakit di era JKN sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Sebagaimana menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.” 5.1.9
Ketersediaan Tenaga Keteknisian Medis Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tenaga keteknisian medis ada 45
orang terdiri dari 32 PNS dan 13 magang. Jumlah ini sudah sudah memenuhi kebutuhan untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik
Universitas Sumatera Utara
Ditiro Sigli. Namun secara kualitas ke depannya perlu diberikan pelatihan baik di internal rumah sakit maupun dengan dikirim ke instansi/institusi terkait. Jumlah tenaga keterapian fisik ini jika ditinjau dari kebutuhan BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli terutama untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Sebagaimana menurut Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 Pasal 34 bahwa “Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf d dan e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.” Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ditinjau dari faktor ketersediaan tenaga kesehatan sudah benar-benar siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Era JKN. Jika dilihat dari aspek kuantitas, jumlah SDM (semua kategori tenaga kesehatan kecuali tenaga keperawatan) rata-rata sudah memenuhi bahkan melebihi standar kelas B, namun dari aspek kualitas perlu peningkatan seperti tenaga keperawatan dan tenaga keteknisian medis. Kondisi ini memberi dampak pada beberapa kasus pasien JKN tidak bisa ditangani di rumah sakit ini, seperti trauma kepala karena tidak tersedianya dokter spesialis bedah saraf maka terpaksa dirujuk ke rumah sakit tersier. Penelitian Fajrin tahun 2013 tentang implementasi Kebijakan Pelayanan Jaminan Kesehatan Kota (Jamkesko), yang merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan hasil penelitian bahwa implementasi kebijaksan program pelayanan Jaminan Kesehatan Kota (Jamkesko) di Kecamatan Pontianak Selatan belum berlangsung
Universitas Sumatera Utara
efektif dan cenderung lambat. Belum efektif dan lambatnya implementasi kebijakan program pelayanan jaminan kesehatan Kota tersebut, tercermin dari aspek isi kebijakan yang menyangkut dengan aspek perubahan yang diinginkan, minimnya jumlah pelaksana yang terlibat, serta sumber daya yang kurang berkomitmen.
5.2 Kecukupan Infrastruktur untuk Kesiapan dalam Menghadapi Era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli Mengingat BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ini kegiatannya dianggap overload terlihat dari BORnya di atas 95%, hal ini sudah diharuskan penambahan ruangan perawatan dengan fasilitasnya. Disamping ruang perawatan, diperlukan juga penambahan infrastruktur lainnya seperti ruang CT scan, serta ruang tunggu dan sebagainya. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit pasal 35 bahwa khusus untuk rumah sakit kelas B berlaku ketentuan bahwa: (1) Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah. Dalam penelitian ini, kecukupan infrastruktur untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU dikategorikan atas: a)kecukupan prasarana
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit; b) kecukupan sarana peralatan medis; dan c) kecukupan obat di rumah sakit. 5.2.1
Kecukupan Prasarana Rumah Sakit Hasil penelitian menunjukkan bahwa prasarana yang ada sudah memenuhi
standar minimal namun perlu peningkatan. Prasarana gedung seperti ruang tunggu perlu perhatian karena ada keluhan dari pasien maupun keluarga pasien bahwa ruang tunggu panas karena tidak ada AC dan ventilasi udara sangat kurang. Begitu juga ruang kamar inap khususnya untuk pasien JKN dan ruang rawat inap di Poli Kebidanan perlu penambahan. Sebagaimana diberitakan di Harian Serambi Indonesia oleh Nadar (2014) bahwa ada keluhan pasien berkaitan dengan kondisi ruang tunggu yang sangat panas di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli karena tidak dilengkapi dengan AC. Hal ini dibenarkan oleh Direktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli bahwa pasien merasa panas di ruang tunggu karena belum dipasang AC hanya ada kipas angin. Dalam mengatasi kekurangan ruang rawat inap untuk pasien JKN, BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli menyikapinya dengan menawarkan pasien JKN untuk menempati kamar kosong dan mau menambah biaya kamar. Sedangkan untuk pasien JKN yang enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk kamar yang lebih tinggi dari jatahnya diberi alternatif untuk sementara ditempatkan tetap di ruang rawat inap tapi pada lorong dengan syarat tidak mengganggu pasien lainnya. Untuk melengkapi kebutuhan ini, pihak manajemen BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah menyusun
Universitas Sumatera Utara
rencana pengusulan penambahan ruang kamar untuk rawat inap khusus pasien JKN (kelas III). Jika ditinjau dari nilai Bed Occupancy Rate (BOR) BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli pada tahun 2014 sebesar 96,54% (standar nasional 60%-85%), maka sudah sepantasnya diperlukan penambahan tempat tidur. Hal ini sesuai dengan aturan Depkes RI (2005) bahwa angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Menurut Edwards III dalam Agustino (2006), fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 5.2.2
Kecukupan Sarana Peralatan Medis Rumah Sakit Dalam hal peralatan hendaknya disesuaikan dengan standar. Dalam era JKN
ini perlu diadakan penyediaan peralatan yang mudah didapat prosesnya yang disesuaikan dengan masa JKN ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana peralatan medis rumah sakit yang tersedia saat ini untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar minimal untuk rumah sakit kelas B. Namun bila ditinjau dari meningkatnya jumlah pasien pengguna kartu BPJS di era JKN ini, maka perlu peningkatan di beberapa titik. Terutama untuk kasus-kasus besar seperti trauma kepala, rumah sakit ini belum
Universitas Sumatera Utara
memiliki alat medis berupa ct-scan, sehingga bila ada pasien dengan kasus yang disebutkan di atas, terpaksa dirujuk ke rumah sakit tersier di wilayah Kabupaten Pidie. Ke depannya, manajemen BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli telah mengusulkan penambahan sarana medis maupun sarana penunjang medis ke atasan. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 16 dinyatakan bahwa “Peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai”. Pasal 26 ayat (2) bahwa “Peralatan medis tertentu yang akan digunakan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit harus melalui penapisan teknologi”. Selanjutnya Rumah Sakit Kelas B : harus mempunyai alat kesehatan untuk paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 Pelayanan medik sub spesialis dasar. 5.2.3
Kecukupan Obat Rumah Sakit Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan selama ini kebutuhan obat ada
disediakan melalui APBD walau dirasa kurang cukup, bisa dikarenakan dana terbatas atau manajemen perencanaannya yang tidak baik. Di era JKN ini, kebutuhan obat terutama bagi peserta JKN dapat diproses dengan berpedoman pada e-catalog. Hasil penelitian kecukupan obat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli masih kurang untuk jenis obat yang tidak tercantum di ecatalog. Sehingga bila obat yang dibutuhkan pasien tidak ada, terpaksa dibeli dari
Universitas Sumatera Utara
apotik lain di luar rumah sakit. Ada kalanya, pasien/keluarga pasien dianjurkan untuk membeli menggunakan biaya sendiri dan akan diganti pada saat klaim. Untuk itu, bila ditinjau dari meningkatnya jumlah pasien pengguna kartu BPJS di era JKN ini, ke depannya perlu pengadaan obat sesuai kebutuhan. Untuk itu pihak Instalasi Farmasi telah menyusun permintaan kebutuhan obat ke instansi atasan dan meningkatkan pengawasan penggunaan obat. Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum ditinjau dari kecukupan infrastruktur yaitu kecukupan prasarana rumah sakit, kecukupan sarana peralatan medis, dan kecukupan obat untuk kesiapan dalam menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sudah memenuhi standar minimal namun perlu peningkatan dan pengadaan beberapa sarana dan prasarana. Pengadaan sarana dan prasana yang diperlukan seperti AC/ ventilasi udara di ruang tunggu, peralatan medis ct-scan dan rongent panoromik. Sedangkan yang perlu ditingkatkan adalah jumlah ruang rawat inap untuk pasien JKN khususnya di Kelas III dan di Poli Kebidanan. Masih kurangnya infrastuktur ini memberi dampak pada adanya pasien JKN yang ditempatkan sementara di lorong ruang rawat inap menunggu tempat tidur dan kamar rawat inap kosong. Kondisi masih kurangnya infrastruktur di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli, dibuktikan di Harian Serambi pada tanggal 1 Desember 2014 bahwa ada 7 pasien yang dirawat di lorong di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli. Pada saat itu, terlihat para pasien di lorong ada yang terbaring, ada yang duduk bersandar dengan tangan terpasang infus. Sesekali keluarga mendampingi mengipasi pasien karena kepanasan.
Universitas Sumatera Utara
Berita lainnya menurut Kepala Bidang Pelayanan Medis BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli bahwa jumlah pasien JKN di rumah sakit ini meningkat hingga 270 pasien pada tanggal 1 Desember 2014, sementara kapasitas tempat tidur hanya 239. Menyikapi kondisi ini, selain ditempatkan di lorong, pada kamar yang biasanya berisi 5 tempat tidur dipadatkan menjadi 7 tempat tidur (Nurhayati, 2014). Kecukupan infrastruktur rumah sakit dalam penelitian ini dimaksudkan untuk kesiapan rumah sakit di era JKN. Menurut Desplaces (2005) definisi kesiapan diawali dari kesiapan secara individu yaitu: kesiapan individu untuk menghadapi perubahan akan menjadi daya pendorong yang membuat perubahan itu akan memberikan hasil yang positif. Beberapa kajian terbaru tentang konstruk variabel kesiapan untuk berubah menjelaskan bahwa sesungguhnya kesiapan individu untuk berubah dapat diidentifikasi dari sikap positif individu terhadap perubahan, persepsi dari keseluruhan warga organisasi untuk menghadapi perubahan, dan rasa percaya individu dalam menghadapi perubahan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Thalib pada tahun 2009 tentang studi pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton, bahwa
pelaksanaan Jamkesmas di RSUD Kabupaten
Buton yang ditinjau dari berbagai aspek diperoleh hasil yaitu untuk aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan dan pendanaan di RSUD Kab. Buton sudah terlaksana sesuai dengan pedoman pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat namun dalam pelaksanaannya belum maksimal dan masih terdapat masalah dalam
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaannya baik dari pihak rumah sakit, pemerintah setempat maupun dari pemerintah pusat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Dewi pada tahun 2010 menunjukkan efektivitas program JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandra) di Kecamatan Gianyar sebesar 93,75% yang berarti tingkat efektivitas Program JKBM di Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar masuk dalam kategori sangat efektif. Selain itu keberhasilan Program JKBM dapat disimpulkan bahwa Program JKBM dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Gianyar. Manfaat paling besar yang dirasakan pengguna JKBM adalah mengurangi pengeluaran biaya kesehatan mereka. Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan persepsinya terhadap manfaat Program JKBM. Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli ditinjau dari kecukupan infrastruktur sudah benar-benar siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Era JKN. Walau dalam hal persediaan obat khususnya pada akhir bulan sering kurang, namun pihak manajemen rumah sakit selalu memberikan jalan keluar. Hal ini lebih dibuktikan dengan tingkat efektivitas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli dinilai dari Bed Occupancy Ratio (BOR) sudah melebihi target nasional (BOR ideal: 60-85%) yaitu sebesar 96,54%.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan: 1. Ketersediaan tenaga kesehatan untuk kesiapan menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebagian sudah memenuhi kebutuhan sesuai kelas B dan sebagian masih kurang, dengan rincian sebagai berikut: a. Ketersediaan dokter spesialis masih perlu penambahan karena belum ada dokter spesialis bedah saraf dan subspesialis. b. Ketersediaan dokter umum sudah melebihi jumlah yang dibutuhkan. c. Ketersediaan dokter gigi belum memenuhi kebutuhan karena belum ada dokter spesialis gigi dan subspesialis. d. Ketersediaan perawat belum memenuhi kebutuhan rumah sakit sementara bidan sudah memenuhi. e. Ketersediaan apoteker belum memenuhi kebutuhan rumah sakit sedangkan tenaga asisten apoteker sudah melebihi. f. Ketersediaan
tenaga kesehatan masyarakat sudah memenuhi kebutuhan
rumah sakit namun belum dimaksimalkan pemberdayaannya. g. Ketersediaan tenaga gizi belum memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
h. Ketersediaan tenaga keterapian medis sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit. i. Ketersediaan tenaga keteknisian medis sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit, namun perlu peningkatan secara kualitas. 2. Kecukupan infrastruktur untuk kesiapan menghadapi era JKN di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli sebagian sudah memenuhi kebutuhan sesuai kelas B dan sebagian masih kurang, dengan rincian sebagai berikut:\ a. Ruang tunggu di poli rawat jalan masih perlu pengadaan AC, gedung rawat inap untuk Poli Kebidanan masih perlu penambahan dan depo obat masih terisi di Instalasi Farmasi saja namun belum ada di tiap ruang perawatan. b. Peralatan medis berupa ct-scan dan rongent panoramik untuk mengetahui keadaan gigi pada saluran akar gigi belum ada. c. Kecukupan obat masih terbatas pada daftar obat yang ada di e-catalog.
6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada Rumah Sakit Dengan baru beralihnya status kelas BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli jadi kelas B dan melihat lokasi rumah sakit di jalan lintas Sumatera dan kasus-kasus pasien rumah sakit yang tinggi (BOR 96,54%) disarankan:
Universitas Sumatera Utara
a. Rumah sakit mengusulkan penambahan tenaga ahli sesuai standar rumah sakit kelas B (seperti dokter spesialis dan perawat). b. Mengingat rumah sakit ini berada di jalan lintas perlu diusulkan penambahan peralatan seperti CT scan. c. Rumah sakit perlu mengusulkan penambahan ruang perawatan dengan peralatannya mengingat BOR > 95%. d. Perlu penambahan infrastruktur lainnya untuk kenyamanan seperti ruang tunggu yang nyaman, dan halaman parkir yang luas. e. Mengusulkan penambahan tenaga subspesialis sesuai kebutuhan seperti ahli gigi, ahli jantung dan sebagainya. f. Mengembangkan program pelatihan untuk tenaga yang diperlukan (seperti perawat, tenaga administrasi dan sebagainya) sesuai dengan kebutuhan. g. Rumah sakit membuat rencana kerja dan rencana kebutuhan dana untuk diusulkan ke pusat dalam rangka meningkatkan kinerja rumah sakit. h. Diperlukan tambahan insentif tenaga spesialis dalam meningkatkan kinerja dan menghindari turn over. 2. Kepada Pemerintah Kabupaten Pidie a. Mengusulkan penambahan ruang perawatan dan tempat tidur khusus untuk ruang rawat inap di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli. b. Menyalurkan tambahan anggaran di APBD Rumah Sakit untuk biaya beasiswa bagi tenaga kesehatan melanjutkan pendidikannya khususnya dokter spesialis di BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli.
Universitas Sumatera Utara
c. Menempatkan formasi tenaga kesehatan dan non kesehatan PNS yang diusulkan oleh BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli. d. Penambahan tenaga administrasi terutama keuangan/akuntansi dan tenagatenaga yang dibutuhkan sesuai struktur BLUD RSU Tgk Chik Ditiro Sigli kelas B.
Universitas Sumatera Utara