BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperimental dengan menggunakan desain penelitian nonequivalent control group pre-post test design. Polit dan Beck (2012) mendefinisikan metode penelitian quasi eksperimen dengan nonequivalent control group pre-post test design sebagai penelitian yang memberikan manipulasi pada variabel independen untuk mengetahui efek dari manipulasi tersebut yaitu dengan melakukan perbandingan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan hipotesa penelitian untuk menjawab tujuan penelitian maka bentuk skema penelitian tergambar seperti di bawah ini : Pre R
Post R1
X1
O2
R2
X0
O2
Gambar 5. Desain Penelitian Keterangan: R : Responden Penelitian R1 : Responden kelompok perlakuan yang mengikuti pre-test R2 : Responden kelompok kontrol yang mengikuti pre-test X1 : Intervensi Edukasi pada kelompok perlakuan X0 : Kelompok kontrol tanpa intervensi Edukasi O2 : Post-test pada kelompok perlakuan dan kontrol (Darma, 2011)
Universitas Sumatera Utara
Pada desain ini terdapat kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, kelompok perlakuan diberikan perlakuan manajemen diri hipertensi, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan. Sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diberikan pertanyaan tentang tentang perilaku sehat yang terdiri dari perilaku latihan, manajemen kognitif gejala, diet sehat dan tekanan darah. Pada kelompok perlakuan di berikan intervensi tentang edukasi manajemen diri hipertensi sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan.
3.2.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan di 2 (dua) wilayah kerja Puskesmas Kota Medan yaitu Puskesmas Helvetia sebagai kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi edukasi manajemen diri dan Puskesmas Medan Deli Kota Medan sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan intervensi yang diberikan dan follow-up setiap minggu. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan bulan Januari – Desember 2016 yaitu penelitian di mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan penyusunan hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi adalah sekelompok kasus yang menarik untuk diteliti (Polit & Beck, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Hipertensi yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia, Kota Medan sebanyak 305 orang (Dinkes Kota Medan, 2016). 3.3.2. Sampel Sampel adalah subset (bagian) dari populasi yang terdiri dari banyak unit yang lebih kecil dari data yang dikumpulkan (Polit & Beck, 2012). Sampling merupakan suatu proses seleksi kasus yang mewakili populasi yang ada sehingga dapat menarik kesimpulan dari populasi yang ada (Polit & Beck, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak dilakukan secara acak (Polit & Beck, 2012). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, yaitu penentuan sampel dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Polit & Beck, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh responden hipertensi yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia, Kota Medan dengan kriteria pengambilan sampel (inklusi) yaitu : 1). Pasien dengan diagnosis hipertensi dan pasien yang mendapatkan obat hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas, 2). Pasien menderita hipertensi 6 bulan terakhir, 3) Memiliki kesadaran penuh, 4). Kooperatif, 5). Dapat berkomunikasi secara verbal dan wajar, 6). Bisa membaca
Universitas Sumatera Utara
dan menulis, 7). Bisa mengerti dan memahami bahasa Indonesia, 8). Berusia ≥18 – 65 tahun, 9). Responden bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami gangguan kesadaran, hamil, meninggal atau pindah tempat berobat. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel (n) penelitian analitis kategori-numerik berpasangan (Dahlan, 2010). n1= n2 = (Zα + Zβ) x S X1-X2 Keterangan : Zα Zβ S X 1 -X 2
2
= Deviat baku alfa = Deviat baku beta = Simpang baku dari selisih nilai antar kelompok = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Berdasarkan rumus besar sampel tersebut dalam penelitian ini ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5% sehingga Zα =1,96 dan kesalahan tipe II sebesar 10% sehingga Zβ = 1,28. Nilai rata-rata diambil berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Song dan Nam (2015) nilai mean sebelum intervensi 9,52 dan nilai mean setelah intervensi 12.11 dengan simpang baku 4,46. n1= n2 = (1,96+1,28) x 4,46 2 2,59 n1= n2 = 3,24 x 4,46 2 2,59 n1= n2 = 14,4504 2 2,59 n1= n2 = 5,579305 2 n1= n2 = 31,128 (dibulatkan menjadi 31)
Universitas Sumatera Utara
Besar sampel (n) pada masing-masing kelompok yang didapatkan dari perhitungan besar sampel yaitu 31 orang sampel. Untuk menghindari adanya sampel yang drop out maka dilakukan koreksi sebesar 10% (Sastroasmoro, 2011), yaitu besar sampel yang dibutuhkan akan ditambah 10% untuk mengantisipasi kemungkinan drop out, sehingga keseluruhan besar sampel dengan rumus adalah : n’ = n/(1-f) n’ = 31/ (1-0,1) n’ = 34,44 (dibulatkan menjadi 35) Keterangan : n = perkiraan jumlah sampel yang dihitung f = Perkiraan proporsi drop out (10%). Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian adalah 35 orang untuk masing-masing kelompok. Selanjutnya menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengelompokkan sampel dimulai pada kelompok perlakuan yaitu mendata responden sebelum berobat sesuai kriteria penelitian kemudian diberikan instrumen tentang perilaku sehat yang terdiri dari perilaku latihan, manajemen kognitif gejala dan diet sehat serta mengukur tekanan darah sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampel kelompok kontrol dilakukan sesuai kriteria penelitian. Pengambilan sampel pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dilakukan setelah mencapai target sampel terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
3.4.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan
pengisian kuesioner. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari Perilaku sehat (Perilaku latihan, diet sehat, manajemen kognitif gejala) dan tekanan darah. Kuesioner diberikan pada kedua kelompok kontrol dan intervensi sebelum perlakuan. Setelah kuesioner di isi oleh kedua kelompok, pada kelompok perlakuan kemudian diberikan intervensi edukasi manajemen diri hipertensi pada minggu pertama (I) selama 50-60 menit dan di follow-up materi edukasi satu (1) kali seminggu sampai minggu ke-4 sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi.
Kemudian kuesioner di isi kembali oleh kelompok
intervensi dan kelompok kontrol pada saat kunjungan minggu ke-4. 3.4.1. Tahap Persiapan Tahap penelitian akan dimulai dengan pengurusan izin tempat penelitian dengan mengajukan surat permohonan penelitian dari pimpinan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Kota Medan. Setelah mendapatkan izin penelitian dari Kepala Puskesmas Kota Medan, persiapan dilanjutkan terkait dengan prosedur teknis pelaksanaan penelitian. Prosedur tekhnis dimulai dari memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, prosedur pengambilan data, instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan data beserta petunjuk pengisian kuesioner pada responden, prinsip dan etik penelitian kepada tim kesehatan, meminta bantuan kepada 3 orang asisten penelitian untuk membantu dalam pengumpulan data yang sebelumnya sudah di
Universitas Sumatera Utara
latih dan diberikan penjelasan terkait dengan cara pengisian kuesioner dan pengumpulan data tekanan darah penelitian. Tahap persiapan di mulai dengan pengumpulan data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dan pengukuran tekanan darah responden. Mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi sesuai dengan teknik pengambilan sampel dengan anamnesa oleh peneliti. Jika dari anamnesa telah memenuhi kriteria inklusi, peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi sampel dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Meminta dengan sukarela kepada responden untuk menandatangani lembar informed consent. Meminta responden mengisi kuesioner yang telah disiapkan dan klarifikasi jawaban responden jika diperlukan. Melibatkan asisten dalam menjelaskan kuesioner pada responden dan cara pengisian lembar kuesioner. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisa. 3.4.2. Tahap Penelitian 1.
Pre-test Sebelum memberikan intervensi peneliti melakukan pengukuran untuk
mengidentifikasi sejauhmana perilaku sehat dan tekanan darah responden kelompok kontrol dan intervensi. Pengukuran perilaku sehat dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden dengan didampingi oleh peneliti atau asisten peneliti sesuai dengan kuesioner perilaku latihan, manajemen kognitif gejala, diet sehat dan pengukuran tekanan darah melalui spigmomanometer pada kelompok kontrol dan intervensi. Pada tahap ini peneliti juga menjelaskan pertemuan pada
Universitas Sumatera Utara
kelompok intervensi untuk pelaksanaan pemberian edukasi tentang manajemen diri hipertensi setiap minggu secara individu atau kelompok. 2.
Intervensi Peneliti memberikan edukasi tentang manajemen diri hipertensi pada
responden kelompok intervensi yang di dampingi oleh keluarga. Edukasi akan dilaksanakan pada minggu Pertama (I). Edukasi manajemen diri hipertensi terdiri dari 2 sesi yaitu sesi I, tentang penyakit hipertensi dan pengaturan diet berdasarkan diet sehat DASH (dietary approaches to stop hypertension), sesi II, menggunakan teknik manajemen kognitif gejala dan adopsi program latihan. Waktu antar sesi di isi dengan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan rutin dari Puskesmas. Waktu pelaksanaan selama 50-60 menit. Setelah diberikan edukasi manajemen diri hipertensi, peneliti menjelaskan dan membagikan booklet berisi materi edukasi yang berisi tentang kegiatan latihan fisik, penggunaan manajemen kognitif gejala dan diet. Selanjutnya minggu ke-2 sampai dengan minggu ke-4 peneliti mengulang dan mengingatkan (follow-up) kembali materi edukasi dengan menanyakan tentang adanya kendala, kesulitan atau pertanyaan yang muncul selama pelaksanaan oleh responden dan di evaluasi setiap minggu. Kegiatan edukasi dan follow-up dilakukan peneliti di Puskesmas, Posyandu, tempat pertemuan desa atau rumah responden. 3.
Post-test Pada minggu ke-4 setelah intervensi di berikan, peneliti mengukur kembali
perilaku latihan, manajemen kognitif gejala dan diet serta tekanan darah
Universitas Sumatera Utara
responden kelompok intervensi dan kontrol dengan pengisian kuesioner oleh responden dan dikumpulkan kepada peneliti. Alur penelitian dapat di gambarkan dalam gambar di bawah ini; Skema 3.1 Alur Penelitian Pre-test
Kelompok Kontrol 1. 2.
Pasien Hipertensi
3. 4.
Kelompok Intervensi
Perilaku sehat Perilaku latihan Manajeme n kognitif gejala Diet sehat Tekanan darah
(Skala perilaku latihan, skala manajemen kognitif gejala, kuesioner diet sehat adopsi diet DASH) dan Tensimeter
Intervensi Edukasi Standar dari Puskesmas
Post-test
1. 2.
3. 4.
Edukasi Manajemen diri Hipertensi
Perilaku sehat Perilaku latihan Manajeme n kognitif gejala Diet sehat Tekanan darah
(Skala perilaku latihan, skala manajemen kognitif gejala, kuesioner diet sehat adopsi diet DASH) dan Tensimeter
3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan suatu instrumen mengukur sesuatu yang akan diukur. Validitas merupakan kriteria untuk mengevaluasi sebuah instrumen yang valid (Polit & Beck, 2012). Pada penelitian untuk kuesioner yang belum teruji validitas dilakukan uji validitas dengan menggunakan content validity (validitas isi). Content validity menunjukkan kemampuan item pertanyaan telah mencakup isi dari semua unsur yang akan diteliti yaitu dengan meminta pendapat ahli (expert) sebagai pakar penelitian
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan instrumen penelitian yang dinyatakan dalam content validity index (CVI). Penilaian masing-masing item dinyatakan dalam 4 poin skala yaitu : 1 = tidak relevan, 2 = agak relevan, 3 = cukup relevan, dan 4 = sangat relevan. Untuk menentukan kesahihan dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian dilihat dari nilai CVI berdasarkan angka yang diberikan oleh expert. Nilai CVI yang dipertimbangkan yaitu≥ ,80 dan , 90 merupakan nilai yang dianjurkan sebagai standar yang baik (Polit & Beck, 2012). Instrumen dalam penelitian ini yaitu Perilaku sehat telah diuji oleh 3 orang validator sebagai ekspert. Validator terdiri dari 3 orang dari pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, masing-masing validator telah memiliki jenjang pendidikan S2 Keperawatan. Para ekspert telah mengevaluasi setiap item pernyataan dari instrumen perilaku sehat dengan memberikan nilai berdasarkan skala 1 sampai 4. Nilai yang diberikan berdasarkan skala menunjukkan 1 tidak relevan, 2 agak relevan, 3 cukup relevan, dan 4 sangat relevan kemudian dibagi jumlah pertanyaan. Nilai CVI yang diberikan masing-masing ekspert kemudian dibagi jumlah ekspert. Berdasarkan hasil uji Content Validity Index (CVI) ekspert diperoleh bahwa hasil CVI perilaku sehat sebanyak 23 item pernyataan yang terdiri dari perilaku sehat sebanyak 3 item pertanyaan adalah 1, manajemen kognitif gejala sebanyak 6 item pernyataan adalah 0,83 dan 14 item pernyataan diet sehat adalah 0,9. Nilai CVI 22 item pernyataan perilaku sehat adalah 0,91. Reliabilitas menunjukkan suatu instrumen pengukuran mempunyai nilai skor yang benar dan minimal dari error (kesalahan) (Polit & Beck, 2012). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji internal
Universitas Sumatera Utara
consistency yang dilakukan dengan menguji coba instrumen sekali saja kepada responden diluar kelompok kontrol dan intervensi. Instrumen penelitian telah diuji coba kepada 30 orang responden untuk mengetahui kehandalan dari instrumen penelitian. Hasil uji coba instrumen tersebut kemudian dievaluasi dengan menggunakan
Cronbach
alpha.
Reliabilitas
suatu
instrumen
ditentukan
berdasarkan nilai dengan rentang 0-1. Nilai ,70 pada umumnya adekuat, namun nilai ,80 atau ≥ ,80 merupakan nilai yang lebih diharapkan (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner baku yang dimodifikasi dan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner baku yang digunakan dimodifikasi dari kuesioner Stanford patient education research center yang telah di uji cobakan dan telah dilakukan pada 1,127 subjek dengan penyakit kronis dengan N = 51 untuk test-retest dan 1,130 subjek. Kuesioner cognitive symptom management memiliki internal consistency reliability sebesar α = 0,75 dan testretest reliability r = 0,83 yang telah diberikan pada 1,129 subjek dengan penyakit kronis dengan N = 51 untuk test-retest. Kuesioner ini dapat digunakan bebas untuk penyakit kronis. Sedangkan kuesioner Diet Sehat di adopsi dari prinsip diet indeks DASH (NIHNH, 2010). Uji reliabilitas kuesioner dilaksanakan di Puskesmas Darussalam Kota Medan, instrumen di uji coba kepada 30 orang responden dengan hipertensi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner nilai Cronbach Alpha perilaku sehat yaitu 0,862. Dari nilai cronbach alpha tersebut artinya instrumen dinyatakan reliabel untuk mengukur variabel yang diteliti. Kuesioner perilaku sehat terdiri dari kuesioner perilaku latihan, kuesioner manajemen kognitif gejala dan
Universitas Sumatera Utara
kuesioner diet sehat. Hasil nilai Cronbach Alpha setiap item pernyataan dari instrumen dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.1. Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Sehat No Pernyataan Cronbach Alpha A Perilaku Latihan 1 Total waktu yang dihabiskan untuk latihan dalam ,854 seminggu 2 Frekuensi yang dihabiskan untuk latihan dalam ,858 seminggu 3 Jenis latihan yang dilakukan ,864 B Manajemen Kognitif Gejala 1 Mencoba tidak cemas ,854 2 Menganggap gejala bukan sebagai ketidaknyamanan ,852 3 Bermain teka-teki silang atau menyanyikan dan ,858 mendengarkan lagu yang disukai 4 Menarik napas dalam, mengencangkan otot-otot ,847 tubuh dan mengendorkan otot-otot tubuh sambil mengeluarkan napas 5 Mengalihkan perhatian ,852 6 Berbicara dengan diri sendiri dengan cara yang baik ,862 C Diet Sehat 1 Makan makanan ringan yang asin ,855 2 Makan ikan kalengan ,849 3 Makan sayur atau buah, ikan yang diasinkan, diacar ,861 dan diasapkan 4 Menambahkan saus tomat, saus sambal, kecap asin, ,847 tauco atau bumbu sejenis lain ke dalam makanan atau masakan 5 Menambahkan garam ke dalam makanan atau ,848 masakan 6 Makan jeroan dan gajih (lemak) dari daging sapi, ,861 kambing atau kerbau 7 Minum minuman bersoda atau kopi ,863 8 Makan manisan buah atau sayuran ,849 9 Menambahkan selai dan gula ke dalam makanan ,868 10 Makan makanan bersantan ,865 11 Minum susu full cream ,857 12 Makan roti dan kue mengandung mentega, margarin, ,855 keju atau mayonnaise 13 Makan durian atau tape atau minuman beralkohol ,852 14 Makan kuning telur atau kulit ayam ,864
Universitas Sumatera Utara
3.4
Variabel dan Definisi Operasional Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu Perilaku
sehat dengan subvariabel Perilaku latihan, diet sehat, manajemen kognitif gejala dan tekanan darah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perlakuan edukasi manajemen diri Hipertensi.
Variabel
Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional Definisi Operasional Alat Ukur dan Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Independen Intervensi Edukasi Manajemen diri Hipertensi
Intervensi yang diberikan kepada responden dalam bentuk edukasi tentang Kemampuan mengelola diri sendiri terkait dengan manajemen diri hipertensi yang terdiri dari 2 sesi, yaitu : Sesi I : - Hipertensi dan resiko komplikasi, dan - Diet untuk Hipertensi, tujuan Diet hipertensi, Prinsip diet Hipertensi berdasarkan diet sehat DASH (dietary approaches to stop hypertension) Sesi II : - Latihan, manfaat latihan, jenis latihan, waktu pelaksanaan latihan, adopsi program latihan - Menggunakan relaksasi sebagai teknik manajemen kognitif gejala, manfaat teknik
Panduan edukasi dan demonstrasi Manajemen diri hipertensi
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 3.2 Manajemen kognitif gejala, teknik manajemen kognitif gejala,dan - Adopsi program latihan. Waktu pelaksanaan selama 50-60 menit Dependen Pre-post Intervensi Perilaku Sehat
Aktivitas yang dilakukan oleh responden dengan hipertensi yang terdiri dari perilaku latihan, manajmen kognitif gejala, dan Diet sehat
Kuesioner Perilaku sehat yang terdiri dari 23 item pertanyaan dan pernyataan dengan mengunakan skala likert
Perilaku Latihan
Serangkaian aktivitas fisik yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
Kuesioner adopsi dari Stanford patient education research center, 2007 dengan 3 item pertanyaan
Skor 3-6,5 Perilaku latihan Kurang
Cara yang dilakukan responden untuk menurunkan ketidaknyamanan dan gejala yang dirasakan dengan melakukan kegiatan relaksasi
Kuesioner Stanford patient education research center, 2007 dengan 6 item pernyataan
Skor 6-14 Manajemen kognitif gejala Kurang
Kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung garam (asinan), lemak, kolesterol, gula berdasarkan prinsip diet
Kuesioner adopsi berdasarkan prinsip diet DASH (dietary approaches to stop hypertension) dengan 14 item pernyataan
Manajemen kognitif gejala
Diet Sehat
Skor Perilaku Tinggi
Ordinal
6,6-12 latihan
Ordinal
Skor 15-24 Manajemen kognitif gejala Tinggi Skor 14-34 Diet sehat Kurang
Ordinal
Skor 35-56 Diet sehat Tinggi
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 3.2 DASH (dietary approaches to stop hypertension) Keadaan tekanan darah responden dengan hipertensi yang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, salah satu atau kedua-duanya
Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan Spigmomanometer digital yang dilakukan pada lengan atas responden
Normal : TD <120/80 mmHg
Ordinal
Pre Hipertensi: TD 120-139/80-89 mmHg Hipertensi derajat I : TD 140-159/9099 mmHg Hipertensi derajat II: TD >160/>100 mmHg. (JNC 8, 2015)
3.6.
Metode Pengukuran Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisikan
karakteristik demografi, kuesioner untuk mengukur perilaku sehat dan pengukuran tekanan darah. Lembar kuesioner ini diberikan kepada pasien sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Pengukuran variabel dependen yang diukur pada penelitian ini meliputi sub variabel perilaku sehat yaitu : perilaku latihan, manajemen kognitif gejala dan diet sehat. Pengukuran Perilaku sehat menggunakan kuesioner berdasarkan instrumen pengukuran menurut Stanford patient education research center, 2007 dan diet sehat yang di adopsi dari prinsip indek DASH menurut NIHNH (2016) yang di sesuaikan dengan istilah sehari-hari sesuai tempat penelitian. Instrumen
Universitas Sumatera Utara
pengukuran untuk Perilaku Sehat terdiri dari pengukuran perilaku latihan dengan menggunakan modifikasi dari skala perilaku latihan (exercise behavior scale), manajemen kognitif gejala dengan menggunakan skala manajemen kognitif gejala (cognitive symptom managemen scale), dan diet sehat dengan menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan prinsip diet DASH (dietary approaches to stop hypertension). Sedangkan untuk instrumen pengukuran variabel Tekanan darah menggunakan
hasil
pengukuran
tekanan
darah
dengan
menggunakan
sphygmomanometer digital Omron. Lembar kuesioner untuk mengukur perilaku latihan berisi 2 item terkait waktu yang dibutuhkan untuk latihan selama sehari dan frekuensi yang diperlukan untuk latihan dalam seminggu terakhir dan jenis latihan. Angka perilaku latihan terdiri dari skor 1-4 dengan ketentuan waktu : 1 (0 menit/hari), 2 (0-15 menit/hari), 3 (16-30 menit/hari), 4 (lebih dari 31 menit/hari). Ketentuan untuk frekuensi latihan terdiri dari 1 (0 kali/minggu), 2 (1 kali/minggu), 3 (2 kali/minggu), 4 (lebih dari 3 kali/minggu). Ketentuan jenis latihan terdiri dari latihan berat (1), sedang (2), ringan (3), aerobik dan non aerobik (4). Hasil ukur dari skor yang rendah semua item menunjukkan latihan kurang (2). Lembar kuesioner manajemen kognitif gejala adalah cognitive symptom management scale. Kuesioner ini berisi 6 item terkait waktu yang dibutuhkan untuk melakukan manajemen terhadap gejala yang dirasakan seperti sedih, nyeri atau gejala yang tidak menyenangkan. Angka manajemen kognitif gejala terdiri dari skor 1-4 dengan skala likert dan memiliki ketentuan : 1 (Tidak Pernah), 2
Universitas Sumatera Utara
(Kadang-kadang), 3 (Sering), 4 (selalu). Hasil ukur dari skor yang rendah mengindikasikan manajemen kurang (2). Lembar Kuesioner diet sehat menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan prinsip diet DASH (dietary approaches to stop hypertension). Kuesioner ini berisi pernyataan tentang makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam selama satu minggu terakhir. Selanjutnya di konversi menurut angka yang terdiri dari skor 1-4 dengan ketentuan : 4 (Tidak Pernah), 3 (Kadang-kadang), 2 Sering), 1 (Selalu). Hasil ukur dari skor yang rendah menunjukkan kebiasaan konsumsi makanan sehat tersebut kurang (2). Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tensimeter digital OMRON, alat ini telah dikalibrasi oleh produsen dan telah digunakan oleh Departemen Kesehatan RI dalam riset kesehatan dasar masyarakat tahun 2007 dan mendapatkan lisensi dan pengakuan untuk validitas dan reabilitas konsisten dari Working group on blood pressure monitor of the European Society of Hypertension (ESH) tahun 2012. Pemakaian di Indonesia telah mendapatkan rekomendasi dari Yayasan Jantung Indonesia. Prosedur pengukuran dilakukan sesuai dengan spesifikasi alat dan standar pengukuran berdasarkan sumber. Selanjutnya hasil pengukuran tekanan darah atau diastolik dikategorikan normal jika kurang dari 120/80 mmHg (1), Pre Hipertensi jika 120139/80-89 mmHg (2), Hipertensi derajat I jika 140-159/90-99 mmHg (3), Hipertensi derajat II jika lebih dari 160/>100 mmHg (4) (JNC 8, 2015).
Universitas Sumatera Utara
3.7
Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul sebelum di analisis terlebih dahulu dilakukan
pengolahan data, meliputi 1) Editing, yaitu dengan mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban pada lembar kuesioner, 2) Coding, yaitu dengan pemberian koding sesuai dengan penjelasan dalam definisi operasional dan kebutuhan analisis data, 3) Entry, yaitu memasukkan data ke dalam komputer untuk analisis data. Untuk meminimalkan human error, peneliti meminta bantuan 2 orang teman sejawat untuk mengecek kembali data yang sudah di entri, 1 orang membaca data yang di entry dan 1 orang mengecek data pada computer, 4) Processing, yaitu analisis data yang dikumpulkan melalui kuesioner akan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan tekhnik statistik. 3.7.1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini variabel yang dideskripsikan melalui analisis univariat adalah karakteristik responden, variabel penelitian independen yaitu manajemen diri hipertensi dan variabel dependen Perilaku sehat yang terdiri dari subvariabel yaitu perilaku latihan, manajemen kognitif gejala, diet sehat dan tekanan darah. Data yang diperoleh kemudian dihitung jumlah dan persentase masing-masing kelompok dan disajikan dengan menggunakan tabel terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Data usia di kategorikan menurut Depkes RI (2009) yaitu > 18-25 tahun (masa remaja akhir), 26-35 (masa dewasa awal), 36-45 (masa dewasa
Universitas Sumatera Utara
akhir), 46-55 (masa lansia awal) dan 56-55 (masa lansia akhir). Data tingkat pendidikan dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT). Data pekerjaan dikategorikan menjadi IRT (ibu rumah tangga), Tani, Swasta, dan PNS/TNI/Polri/Pensiunan. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Edukasi Manajemen Diri terhadap Perilaku sehat dan Tekanan darah melalui uji statistic. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik yaitu Mann witney test untuk menguji beda mean dari 2 kelompok independen dan Wilcoxon test untuk menguji beda mean dari hasil pengukuran pada kelompok dependen pada pre-test dan post-test (Polit & Beck, 2012). Wilcoxon test untuk melihat perbedaan mean nilai pre test dan post test perilaku sehat dan tekanan darah pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan intervensi, dan Mann witney test untuk melihat perbedaan perilaku sehat dan tekanan darah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan setelah intervensi. Hasil uji statistik bermakna jika nilai p > 0,05 pada tingkat kepercayaan 0,95%. Hasil analisa diperoleh p < 0,05 maka Ho ditolak, ini berarti ada pengaruh edukasi manajemen diri hipertensi terhadap perilaku sehat dan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
3.8.
Pertimbangan Etik Penelitian ini memperhatikan hak asasi responden yang berpedoman dan
mempertimbangkan pada prinsip-prinsip dasar etik penelitian. Menurut Polit dan Beck (2012) Prinsip-prinsip dasar etik penelitian meliputi 1) Beneficiency, yaitu peneliti terlebih dahulu mendapatkan persetujuan etik dari komite etik penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban responden, menjelaskan hak dan kewajiban peneliti untuk melindungi responden dan menggunakan data atau informasi yang diberikan responden hanya sebatas untuk kegiatan penelitian, meminta persetujuan melalui lembar informed consent kepada kelompok intervensi dan kontrol dan menghentikan kegiatan penelitian apabila terjadi hal yang membahayakan seperti keluhan yang mengancam nyawa responden secara mendadak saat penelitian berlangsung. 2) Respect for human dignity yaitu peneliti memberikan penjelasan langsung kepada responden tentang pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam informed consent, memberikan kesempatan untuk bertanya tentang aspek-aspek yang belum dipahami, memberikan waktu yang cukup untuk menentukan pilihan dan meminta responden menandatangani
formulir
informed
consent
apabila
menyetujui
untuk
berpartisipasi. Dalam hal ini, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan mencakup penjelasan tentang a) Judul penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, b) Permintaan untuk berpartisipasi, c) Penjelasan prosedur penelitian, d) Gambaran tentang resiko dan ketidaknyamanan selama penelitian, e) Keuntungan yang didapat berpartisipasi, f) Jaminan kerahasiaan dan anonimitas, g) Hak untuk
Universitas Sumatera Utara
mengundurkan diri sebagai responden kapanpun sesuai keinginan responden dan, h) Persetujuan dari responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3) Justice yaitu peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian tidak membedakanbedakan responden dengan memperhatikan prinsip keadilan. Semua responden yang telah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi diperlakukan sama dengan responden lainnya. peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh subyek, lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian di Puskesmas Helvetia dan Puskesmas Medan Deli yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi manajemen diri terhadap responden dengan Hipertensi didapatkan sebanyak 70 orang responden yang terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang telah dilaksanakan selama 4 minggu. Hasil penelitian di dapatkan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah intervensi masing-masing kelompok, dan perbedaan rata-rata sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
4.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian terhadap 70 responden yang terdiri dari
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di dapatkan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n =70) No Karakteristik Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol f % f % 1 Usia >18-25 (Masa Remaja Akhir) 26-35 (Masa Dewasa Awal) 1 2,9 36-45 (Masa Dewasa Akhir) 1 2,9 1 2,9 46-55 (Masa Lansia Awal) 13 37,1 9 25,7 56-65 (Masa Lansia Akhir) 20 57,1 25 71,4 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 8,6 5 14,3 Perempuan 32 91,4 30 85,7 3 Tingkat Pendidikan SD 11 31,4 23 65,7 SMP 4 11,4 10 28,6 SMA 16 45,7 1 2,9 PT 4 11,4 1 2,9 4 Pekerjaan IRT 11 31,4 18 51,4 Tani 7 20,0 11 31,4 Swasta 11 31,4 5 14,3 PNS/TNI/Polri/Pens. 6 17,1 1 2,9 Jumlah 35 100 35 100
Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas responden dari 35 responden kelompok intervensi memiliki usia dari 56-65 Tahun (Masa Lansia Akhir) sebanyak 20 orang (57,1%), berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 32 orang (91,4%), berdasarkan tingkat pendidikan adalah mayoritas SMA sebanyak 16 (45,7%) dan berdasarkan
pekerjaan mayoritas responden
adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) dan Swasta masing-masing sebanyak 11 orang (31,4%). Pada kelompok kontrol dari 35 responden kelompok intervensi mayoritas memiliki usia dari 56-65 Tahun (masa lansia akhir) sebanyak 25 orang (71,4%), berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 30 orang (85,7%), berdasarkan tingkat pendidikan adalah mayoritas SD
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 23 (65,7%) dan berdasarkan pekerjaan mayoritas responden adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) dan Swasta masing-masing sebanyak 18 orang (51,4%).
4.2.
Distribusi Kategori Perilaku sehat dan Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil penelitian distribusi gambaran kategori perilaku latihan
sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi 35 responden dan kelompok kontrol 35 responden di lihat dari frekuensi dan persentase pada tabel 4.2 menunjukkan pada kelompok intervensi, perilaku latihan sebelum edukasi mayoritas tinggi sebanyak 33 responden (94,3%) dan sesudah edukasi sebanyak 35 responden (100%). Pada kelompok kontrol menunjukkan perilaku latihan sebelum edukasi mayoritas tinggi sebanyak 33 responden (94,3%) dan sesudah edukasi sebanyak 35 responden (100%). Tabel 4.2. Distribusi Kategori Perilaku Latihan Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n=70) Kategori Perilaku Latihan
Tinggi Kurang Jumlah
Intervensi Sebelum Sesudah n (%) n (%)
Kontrol Sebelum Sesudah n (%) n (%)
33 (94,3) 2 (5,7) 35 (100)
33 (94,3) 2 (5,7) 35 (100)
35 (100) 35 (100)
35 (100) 35 (100)
Berdasarkan hasil penelitian distribusi gambaran kategori manajemen kognitif gejala sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi 35 responden dan kelompok kontrol 35 responden di lihat dari
Universitas Sumatera Utara
frekuensi dan persentase pada tabel 4.3 menunjukkan pada kelompok intervensi, manajemen kognitif gejala sebelum edukasi mayoritas tinggi sebanyak 23 responden (65,7%) dan sesudah edukasi sebanyak 35 responden (100%). Pada kelompok kontrol menunjukkan, manajemen kognitif gejala sebelum edukasi mayoritas tinggi sebanyak 18 responden (51,4%) dan sesudah edukasi sebanyak 19 responden (54,3%). Tabel 4.3. Distribusi Kategori Manajemen Kognitif Gejala Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n=70) Kategori Intervensi Kontrol Manajemen Kognitif Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Gejala n (%) n (%) n (%) n (%) Tinggi Kurang Jumlah
23 (65,7) 12 (34,3) 35 (100)
35 (100) 35 (100)
18 (51,4) 17 (48,6) 35 (100)
19 (54,3) 16 (45,7) 35 (100)
Berdasarkan hasil penelitian distribusi gambaran kategori diet sehat sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi 35 responden dan kelompok kontrol 35 responden di lihat dari frekuensi dan persentase pada tabel 4.4 menunjukkan pada kelompok intervensi, diet sehat sebelum edukasi mayoritas tinggi sebanyak 26 responden (74,3%) dan sesudah edukasi sebanyak 35 responden (100%). Pada kelompok kontrol menunjukkan diet sehat sebelum edukasi mayoritas tinggi sebanyak 25 responden (71,4%) dan sesudah edukasi sebanyak 25 responden (71.4%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Distribusi Kategori Diet Sehat Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n=70) Kategori Diet Intervensi Kontrol Sehat Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah n (%) n (%) n (%) n (%) Tinggi Kurang Jumlah
26 (74,3) 9 (25,7) 35 (100)
35 (100) 35 (100)
25 (71,4) 10 (28,6) 35 (100)
25 (71,4) 10 (28,6) 35 (100)
Berdasarkan hasil penelitian distribusi gambaran kategori tekanan darah sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi 35 responden dan kelompok kontrol 35 responden di lihat dari frekuensi dan persentase pada tabel 4.5 menunjukkan pada kelompok intervensi, tekanan darah sistolik sebelum edukasi mayoritas dengan hipertensi derajat I sebanyak 33 responden (94,3%) dan sesudah edukasi mayoritas dengan prehipertensi sebanyak 17 responden (48,6%), dan tekanan darah diastolik sebelum intervensi mayoritas dengan hipertensi derajat I sebanyak 34 responden (97,1%) dan hipertensi derajat II 1 responden (2,9) dan sesudah intervensi dengan tekanan darah normal dan prehipertensi masing-masing sebanyak 15 responden (42,9%). Pada kelompok kontrol tekanan darah sistolik sebelum edukasi mayoritas dengan hipertensi derajat I sebanyak 31 responden (88,6%), hipertensi derajat II sebanyak 4 responden (11,4%) dan sesudah edukasi mayoritas dengan hipertensi derajat I sebanyak 33 responden (94,3%), dan tekanan darah diastolik sebelum intervensi mayoritas dengan hipertensi derajat I sebanyak 32 responden (91,4%), hipertensi derajat II 3 responden (8,6%), dan sesudah intervensi dengan hipertensi
Universitas Sumatera Utara
derajat I sebanyak 33 responden (94,3%) dan 2 responden (5,7%) dengan hipertensi derajat II. Tabel 4.5. Distribusi Kategori Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n=70) Intervensi Kontrol Kategori Tekanan Darah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah n (%) n (%) n (%) n (%) Sistolik Normal 7 (20,0) Pre-HTN 17 (48,6) HTN Derajat I 33 (94,3) 11 (31,4) 31 (88,6) 33 (94,3) HTN Derajat II 2 (5,7) 4 (11,4) 2 (5,7) Diastolik Normal Pre-HTN HTN Derajat I HTN Derajat II Jumlah
34 (97,1) 1 (2,9) 35 (100)
15 (42,9) 15 (42,9) 4 (11,4) 1 (2,9) 35 (100)
32 (91,4) 3 (8,6) 35 (100)
33 (94,3) 2 (5,7) 35 (100)
Berdasarkan hasil penelitian distribusi rerata tekanan darah sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi 35 responden dan kelompok kontrol 35 responden di lihat dari mean dan standar deviasi pada tabel 4.6 menunjukkan pada kelompok intervensi, tekanan darah sistolik sebelum edukasi 148,6 mmHg (8,1) dan sesudah edukasi 131,6 mmHg (12,7), tekanan darah diastolik sebelum intervensi 9,.6 mmHg (7,8) dan sesudah intervensi 78,3 mmHg (8,8). Pada kelompok kontrol tekanan darah sistolik sebelum edukasi 147,8 mmHg (5,9) dan sesudah edukasi 147,0 mmHg (5,1), tekanan darah diastolik sebelum intervensi 94,9 mmHg (1,9) dan sesudah intervensi 95,2 mmHg (2,9).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi dengan nilai p < 0,05. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri dengan nilai p > 0,05. Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum edukasi manajemen diri kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan tidak ada pengaruh sebelum intervensi edukasi dengan nilai p > 0,05. Sedangkan tekanan sesudah intervensi ada pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah edukasi manajemen diri dengan nilai p < 0,05. Tabel 4.6. Distribusi Rerata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n=70) Tekanan darah Sebelum Sesudah p Mean ± SD Mean ± SD Sistolik Intervensi 148,6 ± 8,1 131,6 ± 12,7 0,01 Kontrol 147,8 ± 5,9 147 ± 5,1 0,15 0,39 0,01 p Diastolik Intervensi 95,6 ± 7,8 78,3 ± 8,8 0,01 Kontrol 94,9 ± 1,9 95,2± 2,9 0,31 0,30 0,01 p
4.3.
Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Mengidentifikasi perbedaan perilaku sehat dan tekanan darah sebelum dan
sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi, digunakan uji Wilcoxon signed rank test pada tabel 4.7 menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri terhadap perilaku latihan
Universitas Sumatera Utara
(selisih mean rank <10; p > 0,05), terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri terhadap manajemen kognitif gejala (selisih mean rank <10; p < 0,05),
terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah edukasi
manajemen diri terhadap diet sehat (selisih mean rank <10; p < 0,05), terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik (selisih mean rank >10; p < 0,05). Tabel 4.7. Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri Kelompok Intervensi di Puskesmas Kota Medan (n =35) No Mean Rank Perilaku Sehat dan Tekanan Nilai p Sebelum Sesudah Darah 1 Perilaku Latihan 0,00 1,50 ,15 2 Manajemen Kognitif Gejala 0,00 6,50 ,01 3 Diet Sehat 0,00 5,00 ,03 4 Tekanan Darah Sistolik 0,00 13,50 ,01 Diastolik 0,00 15,50 ,01
Mengidentifikasi perbedaan perilaku sehat dan tekanan darah sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok kontrol, digunakan uji Wilcoxon signed rank test pada tabel 4.8 menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri terhadap perilaku latihan, manajemen kognitif gejala, diet sehat, tekanan darah sistolik dan diastolik (selisih mean rank <10; p > 0,05).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan (n =35) No Mean Rank Perilaku Sehat dan Tekanan Nilai p Sebelum Sesudah Darah 1 Perilaku Latihan 0,00 1,50 0,15 2 Manajemen Kognitif Gejala 2,00 2,00 0,56 3 Diet Sehat 1,50 1,50 1,00 4 Tekanan darah Sistolik 0,00 1,50 0,15 Diastolik 0,00 1,00 0,31
4.4
Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan Darah Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Mengidentifikasi perbedaan perilaku sehat dan tekanan darah sesudah
edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, digunakan uji Mann whitney test. Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji Mann whitney test. Hasil uji Mann whitney test untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku latihan sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan tidak terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap perilaku latihan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi <10; p > 0,05). Hasil uji Mann whitney test
untuk mengidentifikasi perbedaan
manajemen kognitif gejala sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap manajemen kognitif gejala pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi >10; p < 0,05).
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji Mann whitney test untuk mengidentifikasi perbedaan diet sehat sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap diet sehat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi >10; p < 0,05). Hasil uji Mann whitney test untuk mengidentifikasi perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah edukasi manajemen diri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap tekanan darah sistolik (Mean rank sesudah intervensi >10; p < 0,05) dan diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi >10; p < 0,05).
Tabel 4.9. Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan Darah Sesudah Edukasi Manajemen Diri Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Puskesmas Kota Medan No Mean Rank Sesudah Perilaku Sehat dan Tekanan Intervensi Nilai p Darah Intervensi Kontrol 1 Perilaku Latihan 35,50 35,50 1,00 2 Manajemen Kognitif Gejala 27,50 43,50 0,01 3 Diet Sehat 30,50 40,50 0,01 4 Tekanan darah Sistolik 23,19 47,81 0,01 Diastolik 20,86 50,14 0,01
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.
Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengukuran perilaku sehat pada
kelompok intervensi dan kontrol secara keseluruhan menunjukkan mayoritas responden yang mendapat edukasi manajemen diri terdapat peningkatan pada perilaku sehat dan perubahan tekanan darah sesudah dilakukan edukasi manajemen diri pada responden. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perubahan yang signifikan pada perilaku sehat dan tekanan darah. Mengukur perilaku sehat, peneliti mengukur perilaku latihan, manajemen kognitif gejala, diet sehat. Sedangkan pada tekanan darah pengukuran meliputi pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. 5.1.1. Perilaku Latihan Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi manajemen diri menunjukkan perbedaan pada nilai mean rank perilaku latihan 0,00 sebelum edukasi manajemen diri dan nilai mean rank 1,50 sesudah edukasi manajemen diri (p = 0,15 atau p < 0,05) dengan selisih mean rank < 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku latihan sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah edukasi
Universitas Sumatera Utara
manajemen diri menunjukkan perbedaan nilai mean rank perilaku latihan 0,00 sebelum intervensi dan nilai mean rank 1,50 sesudah intervensi (p = 0,15 atau p > 0,05) dengan selisih mean rank < 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku latihan sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada responden kelompok kontrol. Perilaku latihan harus dilakukan secara teratur dan konsisten dalam keseharian responden yaitu ≥ 30 menit per hari dan ≥ 3 hari per minggu mulai dari latihan ringan dan secara bertahap dapat ditingkatkan. Total waktu latihan sebelum dan sesudah edukasi responden kelompok intervensi mayoritas 16-30 menit/hari. Frekuensi latihan selama seminggu responden kelompok intervensi sebelum dan sesudah edukasi mayoritas melakukan latihan sebanyak 2 kali/minggu. Aktivitas yang dilakukan harus diperhatikan dengan baik agar latihan yang dilakukan memberi manfaat untuk kesehatan pembuluh darah bukan sebaliknya yang justru menimbulkan cidera pada tubuh. Menurut NIHNH (2016) latihan perlu dilakukan secara bertahap karena terlalu banyak latihan seperti aerobik dapat menyebabkan overtraining dan cedera berlebihan. Puskesmas membuat program latihan sekali seminggu bertepatan dengan pemeriksaan dan pengobatan umum. Kegiatan latihan tersebut dihadiri oleh sebagian responden yang tinggal dekat dengan Puskesmas atau posko pengobatan umum di komunitas. Jarak rumah responden ke Puskesmas atau posko pengobatan menjadi salah satu alasan responden untuk datang pada saat jadwal berobat saja.
Universitas Sumatera Utara
Untuk jenis latihan pada responden kelompok intervensi sebelum dan sesudah edukasi lebih banyak melakukan latihan ringan, sedangkan pada responden kelompok kontrol sebelum edukasi melakukan latihan berat namun sesudah edukasi banyak melakukan latihan ringan. Secara keseluruhan perilaku latihan responden baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah edukasi tinggi yaitu mencapai > 90%. Hal ini tidak menutup kemungkinan, berdasarkan kegiatan promosi kesehatan Puskesmas responden mendapatkan edukasi tentang kesehatan diantaranya tentang modifikasi gaya hidup termasuk latihan. Namun edukasi belum terstruktur dengan baik karena kegiatan latihan yang dilakukan terkadang tidak memperhatikan waktu yang disarankan. Latihan tidak diimbangi dengan informasi tentang cara melakukan latihan yang benar sehingga berdampak pada penurunan tekanan darah secara drastis. Karakteristik responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol memiliki kesamaan dan perbedaan. Mayoritas usia responden kedua kelompok pada rentang 56-65 tahun yang merupakan masa lansia akhir dan berjenis kelamin perempuan. Karakteristik berbeda dari tingkat pendidikan dan pekerjaan. Responden kelompok intervensi mayoritas tingkat pendidikan SMA sedangkan kelompok kontrol mayoritas SD dan SMP. Pekerjaan responden kelompok intervensi mayoritas IRT dan swasta sedangkan kelompok kontrol mayoritas IRT. Melihat hasil jawaban responden kelompok intervensi, peneliti menilai responden pada saat melakukan latihan cenderung mengabaikan tata cara melakukan latihan
Universitas Sumatera Utara
yang disarankan. Hal ini dapat ditunjukkan dari jawaban responden yang tidak konsisten dari segi waktu, frekuensi dan jenis latihan yang dilakukan. Menurut Kemenkes RI (2014) perilaku latihan dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur juga bermanfaat untuk mengatur berat badan. Kegiatan aktivitas ini disarankan agar dilakukan ≥ 30 menit per hari dan ≥ 3 hari per minggu. Hasil penelitian oleh Marfo, Daaku, Addo dan Saana (2014) salah satu alasan dalam modifikasi gaya hidup adalah kesulitan untuk melakukan latihan, sedangkan menurut penelitian Song dan Nam (2015) sebanyak 87% kelompok eksperimen dan 83,4% kelompok kontrol tidak melakukan aktivitas fisik regular sebelum intervensi. Hasil penelitian Song dan Nam (2015) ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas fisik regular secara signifikan hanya pada kelompok eksperimen setelah diberikan edukasi selama 3 minggu. Aktivitas fisik yang rendah pada responden merupakan faktor risiko yang paling umum untuk kondisi jangka panjang, dengan 95% dari populasi orang dewasa tidak melakukan aktivitas fisik yang disarankan minimal 30 menit dengan intensitas sedang dalam lima hari atau lebih dalam seminggu (Davies, 2011). Aktivitas fisik yang berat sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak sebagai respon vagal yang terjadi selama kontraksi otot isometrik ketika mengangkat beban (Black & Hawks, 2014). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan latihan perlu pengetahuan yang cukup tentang latihan yang meliputi manfaat, tujuan, waktu, frekuensi dan jenis latihan yang disarankan. Untuk itu edukasi dapat membantu memandu seseorang untuk melakukan latihan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Manajemen Kognitif Gejala Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi manajemen diri menunjukkan perbedaan nilai mean rank manajemen kognitif gejala sebelum edukasi manajemen diri 0,00 dan nilai mean rank 6,50 sesudah edukasi manajemen diri (p = 0,01 atau p < 0,05) dengan selisih mean rank < 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan ada perbedaan manajemen kognitif gejala sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri menunjukkan tidak ada perbedaan pada nilai mean rank manajemen kognitif gejala sebelum intervensi 2,00 dan nilai mean rank sesudah intervensi 2,00 (p = 0,56 atau p > 0,05) dengan selisih mean rank < 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan tidak ada perbedaan manajemen kognitif gejala sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada responden kelompok kontrol. Responden dengan hipertensi merasakan ketidaknyamanan ketika tekanan darah meningkat. Ketidaknyamanan muncul karena gejala-gejala peningkatan tekanan darah seperti nyeri daerah kepala dan leher dan gejala seperti cemas. Manajemen kognitif gejala menurut Riegel, Jaarsma dan Stromberg (2012) merupakan kewaspadaan terhadap perubahan tanda-tanda fisik dan emosional dan gejala untuk menentukan tindakan yang diperlukan dalam merespon ketika terjadi tanda-tanda dan gejala. Manajemen kognitif gejala merupakan dimensi dari manajemen perawatan diri.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata manajemen kognitif gejala responden kelompok intervensi sebelum edukasi tinggi 65,7% dan sesudah intervensi terjadi peningkatan manajemen kognitif gejala 100%. Lebih dari 50% responden banyak menggunakan teknik relaksasi untuk memanajemen gejala yang muncul seperti relaksasi visual, audio, napas dalam, relaksasi otot progresif dan teknik distraksi. Sedangkan teknik berbicara dengan diri sendiri dengan cara yang positif seperti berdo’a dan beribadah 100% selalu dilakukan responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Brady et al (2013) tentang program manajemen diri penyakit kronis terhadap status kesehatan, perilaku sehat dan perawatan kesehatan didapatkan adanya peningkatan manajemen kognitif gejala setelah diberikan edukasi. Mengadopsi manfaat penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan manajemen kognitif gejala bahwa latihan relaksasi dapat mendukung penurunan gejala seperti stress, penurunan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah (Tang, Harms & Vezeau, 2008). Relaksasi dapat membantu menurunkan kecemasan dan gejala yang menyertai saat terjadi peningkatan tekanan darah. Manfaat relaksasi bagi hipertensi yaitu membantu mengelola stres. Stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah jangka pendek, dan respons relaksasi menunjukkan penurunan tekanan darah dalam jangka pendek (USDH & HSNC, 2016; FCS, 2016). Manajemen kognitif gejala pada responden kelompok kontrol berbeda dengan responden kelompok intervensi yang mendapat edukasi. Responden kurang melakukan teknik relaksasi dalam memanajemen gejala. Namun sebagian besar responden manajemen kognitif gejala tinggi > 50%.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Lorig et al (1999) manajemen kognitif gejala meningkat sesudah diberikan edukasi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Manajemen diri dapat menjadi sulit karena membutuhkan keterlibatan kemampuan fungsional kognitif dan defisit kognitif dapat membuat tantangan terutama dalam perawatan diri. Pasien melakukan manajemen diri dengan pikiran dan membuat keputusan yang baik tentang apa yang harus dilakukan apabila terdapat tanda aatu gejala yang tidak normal. Menurut Riegel, Jaarsma dan Stromberg (2012) pemberian edukasi diperlukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif gejala. Strategi kognitif koping bermanfaat untuk menghilangkan tekanan, kecemasan berlebihan, menurunkan ketakutan dan meningkatkan relaksasi (Smeltzer & Bare, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi bermanfaat dalam meningkatkan manajemen kognitif gejala hipertensi dengan menurunkan tekanan dan menciptakan rasa rileks. Disamping itu, berfikir positif juga memandu seseorang dalam melakukan teknik relaksasi. 5.1.3. Diet Sehat Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi manajemen diri menunjukkan perbedaan pada diet sehat dengan nilai mean rank sebelum edukasi manajemen diri 0,00 dan nilai mean rank sesudah edukasi manajemen diri 5,00 (p = 0,03 atau p < 0,05) dengan selisih mean rank < 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan ada perbedaan diet sehat sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan nilai mean rank sebelum intervensi 1,50 dan nilai mean rank sesudah intervensi 1,50 (p = 1,00 atau p > 0,05) dengan selisih mean rank > 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan tidak ada perbedaan diet sehat sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada responden kelompok kontrol. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lau (2015) yang bertujuan untuk mengetahui dampak edukasi diet dengan penerapan budaya diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) selama 4 minggu pada perubahan perilaku diet untuk manajemen hipertensi pada orang Hispanik Amerika didapatkan terjadi peningkatan pada kemauan untuk mengubah kebiasaan diet setelah intervensi pemberian edukasi pada pasien. Berdasarkan waktu dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian Lau (2015) pengukuran kebiasaan diet responden setelah pengukuran pada minggu pertama dinilai pada 2 minggu dan 4 minggu setelah edukasi, sedangkan dalam penelitian ini pengukuran dinilai pada minggu keempat setelah edukasi. Diet sehat responden kelompok intervensi sebelum mendapat edukasi tinggi yaitu 74,3% dan meningkat 100% sesudah edukasi. Sedangkan pada responden kelompok kontrol tetap yaitu 71,4%. Kebiasaan konsumsi makanan seminggu terakhir pada minggu keempat responden kelompok intervensi sesudah edukasi dibandingkan dengan sebelum edukasi mengalami penurunan konsumsi makanan terhadap makanan ringan yang asin, ikan kalengan, jeroan atau lemak daging, makanan bersantan dan konsumsi durian atau tape. Sedangkan konsumsi makanan lain meningkat sesudah edukasi seperti konsumsi terhadap ikan asin,
Universitas Sumatera Utara
saus/kecap asin/tauco dan bumbu sejenis, menambahkan garam ke masakan atau makanan, minuman bersoda atau kopi, manisan, gula dan susu full cream. Hasil penelitian ini berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian Hu, Li dan Arao (2013). Hasil penelitian sebelum edukasi terkait dengan penambahan garam ke dalam masakan atau makanan lebih rendah 45,7% jika dibandingkan dengan penelitian oleh Hu, Li dan Arao (2013) yang menunjukkan kesadaran dan perilaku responden sehubungan dengan mengurangi konsumsi garam di dapatkan sebanyak 81,1% partisipan melaporkan menambahkan garam saat memasak dan saat makan. Temuan ini mengimplikasikan bahwa edukasi tentang pentingnya membatasi asupan garam dan takaran garam khusus sangat penting di berikan. Dibandingkan dengan hasil penelitian Song dan Nam (2015) menunjukkan perbedaan pada peningkatan diet sehat yang tidak signifikan pada kelompok eksperimen. Kebiasaan konsumsi makanan seminggu terakhir responden kelompok kontrol sebelum edukasi dibandingkan dengan sesudah edukasi mengalami penurunan terhadap konsumsi makanan bersantan, roti atau kue mengandung mentega/margarin dan kuning telur atau kulit ayam. Sedangkan pada penambahan garam ke dalam masakan atau makanan dan konsumsi susu full cream meningkat dan konsumsi makanan lainnya tetap. Konsumsi responden tetap dengan mayoritas sering terhadap makanan ringan yang asin, ikan asin, minuman bersoda atau kopi, manisan dan durian atau tape. Konsumsi kadang-kadang terhadap saus, garam, jeroan atau lemak daging dan gula.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan diet pada penderita hipertensi adalah pertama, membatasi jumlah garam sesuai dengan kesehatan pasien dan jenis makanan dalam daftar diet. Garam yang dikonsumsi yang dimaksud adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhtumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium (Hartono & Hartono, 2014). Pada umumnya responden baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol tidak bisa membatasi pemakaian garam, ikan asin, saus/kecap asin/tauco dan bumbu sejenis serta susu full cream, minuman bersoda atau kopi. Makanan yang dikonsumsi responden
merupakan makanan yang diolah dengan
menggunakan garam natrium, minuman dalam kaleng, makanan yang diawetkan, susu fullcream, bumbu-bumbu penyedap yang pada umumnya mengandung garam natrium. Konsumsi kafein terutama yang didapat dari konsumsi kopi. Kafein memiliki pengaruh meningkatkan tekanan darah dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik yang meningkatkan vasokontriksi (Uiterwaal et al, 2007). Peneliti menyimpulkan bahwa untuk mengontrol diet sehat dapat dilakukan dengan tidak hanya membatasi pemakaian garam dan mengurangi konsumsi lemak saja namun juga diimbangi dengan cara pengolahan makanan yang tepat agar dapat mengontrol pemakaian garam yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Tekanan Darah Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan edukasi manajemen diri menunjukkan perbedaan pada tekanan darah
sistolik/diastolik dengan nilai mean rank sebelum edukasi
manajemen diri 0,00/0,00 dan nilai mean rank sesudah edukasi manajemen diri 13,50/15,50 (p = 0,01 atau p < 0,05) dengan selisih mean rank > 10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Berdasarkan hasil penelitian pada responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah edukasi manajemen diri menunjukkan perbedaan pada tekanan darah sistolik/diastolik dengan nilai mean rank sebelum intervensi 0,01/0,01 dan nilai mean rank sesudah intervensi 1,50/1,00 (p = 0,15/0,31 atau p > 0,05) dengan selisih mean rank <10. Berdasarkan nilai statistik menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada responden kelompok kontrol. Hasil pengukuran tekanan darah sistolik/diastolik sebelum edukasi pada responden kelompok intervensi sebanyak 94,3%/97,1% pada kategori hipertensi derajat I dengan rentang TD pada 141-159/91-99 mmHg, demikian juga pada responden kelompok kontrol. Sesudah edukasi tekanan darah sistolik/diastolik responden kelompok intervensi mengalami penurunan sebanyak 48,6%/42,9%. Hasil ini berbeda dengan responden kelompok kontrol yang mengalami peningkatan
dari
sebelum
edukasi
88,6%/91,4%
dan
sesudah
edukasi
94,3%/94,3%. Selisih mean tekanan darah sistolik/diastolik responden kelompok
Universitas Sumatera Utara
intervensi sesudah edukasi 17/17,3 mmHg. Pada responden kelompok kontrol selisih mean tekanan darah sistolik/diastolik sesudah edukasi 0,8/0,3 mmHg. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian oleh Song dan Nam (2015) yang menunjukkan terjadi peningkatan terhadap monitoring tekanan darah dan berdampak pada penurunan tekanan darah sesudah edukasi dengan mean 1,26 pada kelompok intervensi dan mean 1,60 pada kelompok kontrol. Monitoring terhadap tekanan darah berguna dalam pengontrolan tekanan darah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan pemantauan tekanan darah pada seseorang dengan hipertensi harus dilakukan dengan rutin agar dapat dicegah kenaikan tekanan darah yang dapat meningkat sewaktu-waktu.
5.2.
Perbedaan Perilaku Sehat dan Tekanan Darah Sesudah Edukasi Manajemen Diri pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Hasil penelitian ini menujukkan terdapat perbedaan manajemen kognitif
gejala, diet sehat dan tekanan darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Namun tidak terdapat perbedaan perilaku latihan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Intervensi yang diberikan terhadap kelompok intervensi yaitu edukasi manajemen diri selama 4 minggu di wilayah kerja Puskesmas Helvetia dan Medan Deli. Pada rentang waktu yang sama kelompok kontrol hanya mendapatkan saran dari pelayanan pengobatan di Puskesmas. Edukasi manajemen diri menunjukkan hasil yang efektif terhadap peningkatan perilaku sehat dan tekanan darah. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan mean rank manajemen kognitif gejala, diet sehat dan tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini didukung oleh motivasi yang tinggi dari responden untuk menerapkan perilaku sehat sehari-hari. Edukasi merupakan rangkaian tindakan yang sistematik, berurutan, dan terencana sehingga tidak hanya diperlukan partisipasi aktif dari tenaga kesehatan saja namun juga motivasi dari pasien (Bastable, 2002). Capaian tujuan edukasi manajemen diri pada penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lorig et al (2001) yaitu 1) Meningkatkan perilaku sehat 2) Meningkatkan penilaian kesehatan diri dan partisipasi dalam peran dan aktivitas sosial, 3) Mengurangi kecacatan, fatig, dan distress kesehatan, dan 4) Menurunkan hospitalisasi di rumah sakit. Edukasi pasien menunjukkan potensi untuk meningkatkan kepuasan konsumen,
memperbaiki
perawatan,
secara
kualitas
efektif
kehidupan,
mengurangi
memastikan
insiden
kelangsungan
komplikasi
penyakit,
mensosialisasikan masalah kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan, menurunkan ansietas pasien, dan memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Bastable, 2002). Ketrampilan manajemen diri disampaikan dalam edukasi seperti melakukan latihan, menggunakan tekhnik manajemen gejala, menerapkan diet sehat dan memantau tekanan darah. Tidak jauh berbeda penelitian oleh Balduino, Mantovani, Lacerda dan Meier (2013), kegiatan manajemen diri hipertensi adalah kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, nutrisi yang tepat, mengurangi garam dan memonitor tekanan darah. Penelitian terkait yang menilai efektifitas relaksasi audio pada lansia dengan hipertensi menunjukkan selama 4
Universitas Sumatera Utara
minggu untuk menurunkan tekanan darah dan denyut jantung didapatkan adanya penurunan tekanan darah sistolik rata-rata penurunan 4,8% dengan mean penurunan 3,3 mmHg setelah intervensi (Tang, Harms & Vezeau, 2008). Hasil penelitian Appel et al (2006) terkait diet di dapatkan bahwa diet DASH menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 7,1 mmHg pada orang yang tidak hipertensi dan 11,5 mmHg pada orang dengan hipertensi. Demikian juga hasil penelitian Saraswati (2014) yang menganalisis pengaruh program edukasi berbasis komunitas selama 4 minggu terhadap selfmanagement lansia hipertensi menunjukkan peningkatan nilai self-management hipertensi pada kelompok perlakuan setelah menerima program edukasi berbasis komunitas dan pada minggu keempat dibandingkan total nilai sebelum menerima perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini juga diikuti dengan peningkatan subvariabel self-management pada diet, aktifitas fisik, manajemen stress setelah diberikan program edukasi berbasis komunitas. 5.2.1. Perilaku Latihan Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap perilaku latihan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi < 10; p > 0,05). Menurut hasil penelitian Balduino, Mantovani, Lacerda dan Meier, 2013) peran tenaga kesehatan adalah menyediakan banyak waktu dan mendukung proses perawatan pasien hipertensi untuk meningkatkan efisiensi perilaku manajemen diri. Kepercayaan diri yang rendah dapat menurunkan motivasi dalam memelihara perilaku manajemen diri. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh responden
Universitas Sumatera Utara
menurut hasil penelitian Marfo, Daaku, Addo, Saana (2014) dalam modifikasi gaya hidup adalah kesulitan untuk latihan. Melihat dengan seksama dari segi karakteristik, peneliti menilai bahwa aktivitas latihan responden dari segi waktu, frekuensi dan jenis latihan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik responden. Sesuai dengan kriteria inklusi penelitian ini, responden memiliki riwayat hipertensi 6 bulan terakhir saat dikenai penelitian. Dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan gender dari perilaku latihan. Peneliti berasumsi bahwa perilaku latihan lebih berkaitan dengan pekerjaan responden. Responden dengan latihan yang cenderung berat sudah terbiasa dikarenakan latar pekerjaan yang telah terbiasa berat. Faktor kebiasaan latihan dari edukasi yang diberikan oleh Puskesmas juga berperan sangat besar terhadap perilaku latihan responden sehari-hari. Walaupun latihan hanya mengikuti anjuran dari Puskesmas dan tidak dilakukan dengan rutin. Hal tersebut membantu memudahkan kedua kelompok dalam menerapkan latihan selama waktu penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan kesamaan dengan hasil penelitian Hu, Li dan Arao (2013) yang menunjukkan bahwa perbedaan antar gender tidak signifikan dari segi latihan fisik dan pasien dengan riwayat hipertensi kurang dari 1 tahun. Dengan demikian tidak ada pengaruh intervensi terhadap latihan fisik baik laki-laki maupun perempuan. Pada penelitian ini tidak diukur faktor berat badan, obesitas dan kebiasaan merokok responden. Menurut peneliti, perilaku latihan yang dilakukan responden selain dapat membantu menurunkan tekanan darah tetapi juga dapat membantu
Universitas Sumatera Utara
menurunkan berat badan. Sedangkan dari perilaku merokok berasumsi bahwa prevalensi kejadian terbanyak dialami oleh perempuan dan merokok tidak menjadi budaya pada perempuan. Menganalisa hasil penelitian tidak ada pengaruh edukasi terhadap perilaku latihan dapat saja dipengaruhi oleh faktor berat badan, obesitas dan kebiasaan merokok. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Song dan Nam (2015) selain mengukur aktivitas fisik regular juga mengukur BMI dan kebiasaan merokok responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden sebanyak 52,1% pada kelompok eksperimen dan 58,35% pada kelompok kontrol mengalami overweight atau obesitas. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa edukasi tidak hanya terkait pada konsep latihan fisik saja namun juga dimasukkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh pada perilaku latihan responden. 5.2.2. Manajemen Kognitif Gejala Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap manajemen kognitif gejala pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi > 10; p < 0,05). Dampak dari edukasi tentang manajemen kognitif gejala membantu meningkatkan manajemen perawatan diri pada kelompok yang mendapat intervensi. Peningkatan manajemen kognitif gejala kelompok intervensi menuntun pasien untuk meningkatkan ketrampilan menggunakan teknik relaksasi dalam merespon perubahan tanda-tanda fisik, emosional dan gejala. Hal ini sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan dari dimensi manajemen perawatan diri penyakit kronis seperti hipertensi yaitu menentukan tindakan yang diperlukan dalam merespon ketika terjadi gejala hipertensi. Menurut Riegel, Jaarsma, Stromberg (2012) pasien melakukan manajemen diri dengan dapat membuat keputusan yang baik tentang apa yang harus dilakukan apabila terdapat tanda atau gejala yang tidak normal. Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian Lorig et al (1999) yang
menunjukkan program edukasi berpengaruh terhadap manajemen kognitif gejala pasien penyakit kronis. Demikian juga menurut Al-wehedy, Elhameed, Elhameed (2014) program intervensi modifikasi gaya hidup berpengaruh terhadap manajemen stres pada pasien hipertensi. Hasil penelitian juga tidak jauh berbeda dengan penelitian tentang program manajemen diri penyakit kronis yang menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap manajemen kognitif gejala sesudah diberikan edukasi (Brady et al, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden kelompok intervensi menggunakan teknik relaksasi. Responden setelah edukasi memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk meningkatkan manajemen terhadap gejala hipertensi. Manajemen kognitif gejala dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi dampak dari tanda dan gejala hipertensi terhadap ketidaknyamanan responden selain obat-obatan. 5.2.3. Diet Sehat Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap diet sehat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi >10; p < 0,05).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tentang pengaruh program edukasi pada manajemen hipertensi oleh Beigi, Aghasadeghi, Jokar, Skekar & Lehazraei (2014) di dapatkan terjadi perubahan peningkatan yang signifikan pada kesadaran individu akan hipertensi, kesadaran berobat, diet, latihan dan kontrol hipertensi sesudah diberikan program edukasi. Hasil penelitian menunjukkan edukasi berdampak pada penurunan terhadap asupan garam. Penelitian yang sama oleh Lau (2015) tentang intervensi diet DASH dapat meningkatkan kepercayaan diri sebagai sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memberdayakan manajemen diri. Hasil penelitian berbeda oleh Song dan Nam (2015) tentang efektifitas intervensi manajemen diri selama 2 jam pada orang dewasa dengan prehipertensi selama 3 minggu intervensi tidak berpengaruh pada diet sehat responden prehipertensi sebagai upaya pencegahan terhadap risiko stroke. Kesamaan penelitian Song dan Nam (2015) dengan penelitian ini adalah memberikan edukasi tentang diet sehat namun berfokus pada pencegahan kejadian stroke. Hal ini berhubungan dengan aspek budaya intake makanan dan kebiasaan diet responden yang membagi makanan kepada anggota keluarga, teman dan kolega mereka. Edukasi tentang diet sehat memungkinkan responden dapat menerapkan dalam pola makan sehari-hari mereka karena responden bukan berarti tidak diperbolehkan untuk makan makanan yang disukai sama sekali tetapi lebih di atur dengan baik dan seimbang. Sehingga responden masih dapat memakan makanan yang disukai tanpa merasa menjadikan sebagai pantangan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tentang pengaruh modifikasi diet terhadap respon tekanan darah pada pengobatan antihipertensi oleh Huggins, Margerison, Worsley & Nowson (2010) selama 4 minggu dengan periode kontrol diet setiap 2 minggu dengan 2 regimen diet dengan DASH dan diet rendah garam dan tinggi kalium didapatkan hasil bahwa modifikasi diet merupakan bagian penting dari manajemen hipertensi dan meningkatkan efek penurunan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, edukasi tentang diet sehat dapat membantu mengontrol pola makan responden hipertensi dengan tidak mengurangi intake nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. 5.2.4. Tekanan Darah Hasil menunjukkan terdapat perbedaan sesudah edukasi manajemen diri terhadap tekanan darah sistolik (Mean rank sesudah intervensi >10; selisih median < 5; p < 0,05) dan diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Kota Medan (Mean rank sesudah intervensi >10; p < 0,05). Rata-rata responden dengan hipertensi berusia rata-rata 50 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi dapat berkembang sejak usia 50 tahun. Secara fisiologis elastisitas pembuluh darah menurun pada usia 30 tahun keatas. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik responden juga berperan terhadap tekanan darah dan intervensi edukasi memberikan pengaruh dalam meningkatkan kontrol terhadap tekanan darah responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Song dan Nam (2015) yang menunjukkan terjadi perbedaan tekanan darah sesudah intervensi dan berdampak pada penurunan tekanan darah sesudah edukasi dengan p < 0,01. hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
didapatkan peningkatan yang signifikan setelah intervensi edukasi pada kelompok eksperimen terhadap perubahan positif dalam mengadopsi praktik monitoring tekanan darah dan dalam pemenuhan perilaku manajemen diri. Responden sebagai pembuat keputusan yang rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang tersedia untuk mereka dengan tujuan untuk mengubah perilaku sehat dan mengadopsi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, peran orang lain seperti keluarga dan tenaga kesehatan juga sangat berpengaruh terutama dalam hal menyampaikan informasi yang benar tentang perilaku sehat pada pasien hipertensi. Edukasi pasien adalah suatu proses untuk membantu orang mempelajari perilaku yang ada kaitannya dengan kesehatan sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehatan yang optimum dan kemandirian dalam perawatan diri (Bastable, 2002). Metode belajar yang digunakan dalam penelitian yaitu konseling face to face pada individu dan keluarga atau kelompok di Puskesmas dan komunitas. Edukasi dan demonstrasi menggunakan booklet dan disampaikan dalam bentuk tertulis. Keterlibatan responden dan keluarga dalam edukasi dapat membantu responden untuk penerapan perilaku sehat dalam keseharian pasien sehingga keluarga dapat membantu dalam kemandirian pasien untuk pada akhirnya menjadikan perilaku sehat sebagai kebiasaan. Edukasi pasien merupakan proses interaksi antara perawat dan pasien serta perawat dan keluarga, memberikan informasi kesehatan pasien serta menambah pengetahuan pasien dan keluarga. Oleh karena itu pada saat edukasi peneliti juga
Universitas Sumatera Utara
melibatkan keluarga responden sebagai pengontrol perilaku responden sehari-hari. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa edukasi dapat membantu menuntun pasien hipertensi menerapkan perilaku sehat sebagai upaya mengontrol tekanan darah dan mencegah dampak yang buruk dari hipertensi.
5.4.
Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini meliputi: 1)
instrumen untuk mengukur perilaku sehat belum menggali perilaku sehat responden sehari-hari, 2) Metode evaluasi perilaku sehat hanya dilakukan dua kali sebelum dan sesudah pelaksanaan edukasi, 3) Metode pelaksanaan edukasi tidak efisien dan efektif karena metode pembelajaran tidak face to face, 4) Teknik pemilihan sampel yang tidak memperhitungkan faktor usia, merokok dan berat badan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi
manajemen diri terhadap perilaku sehat dan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota Medan mulai dari Januari 2016 - November 2016 dengan menggunakan desain kuasi eksperimen dimana terdapat 70 orang pasien berpartisipasi dalam penelitian ini yang terdiri dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol selama 4 minggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh edukasi manajemen diri terhadap perilaku sehat dan tekanan darah pasien hipertensi. Dengan demikian edukasi manajemen diri dapat membantu mendukung dan meningkatkan perilaku sehat dan mengontrol tekanan darah pasien hipertensi.
6.2.
Saran
6.2.1. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehat pasien dengan meningkatkan program edukasi pasien baik kelompok berisiko tinggi maupun yang tidak berisiko. Edukasi dapat ditingkatkan baik bersifat individu, kelompok maupun komunitas. Selain itu perlu dibuat program kunjungan rumah agar program edukasi dapat menjangkau kelompok pasien yang jauh dari pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
6.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan dan informasi tentang pengaruh edukasi manajemen diri pada pasien hipertensi sehingga dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan primer yang efektif untuk menurunkan angka hospitalisasi karena risiko hipertensi. 6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan desain penelitian yang berbeda untuk meningkatkan penilaian terhadap hasil penelitian mengingat waktu penelitian selama 4 minggu belum memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan adopsi terhadap perilaku sehat pasien hipertensi. Disamping itu juga perlu meningkatkan penggunaan metode dan media pembelajaran yang menarik dan efektif dalam penyampaian materi edukasi. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan dengan instrumen penilaian yang mampu menggali perilaku sehat sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara