BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Analisa Fisik 3.1.1 Analisa Makro : Museum Batik di Pekalongan, Jawa Tengah
Gambar 3.1 Lingkungan Sekitar Museum Batik Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini Lingkungan Fisik : a) Museum Batik berada di Indonesia terkait dengan identitas Batik sebagai hasil kebudayaan asli Bangsa Indonesia b) Museum Batik berada di Kota Pekalongan, di Pulau Jawa bagian Tengah dimana merupakan salah satu daerah munculnya batik pesisiran. c) Bangunan Museum Batik berada di kawasan yang sesuai untuk lokasi sebuah museum karena terletak di kawasan wisata.
1
Bangunan Museum batik dikelilingi oleh bangunan – bangunan kuno seperti Gedung Rumah Jabatan Bakorlin III, Kantor Pos, Lembaga Pemasyarakatan, Gereja serta Sungai Loji yang semuanya sebagai peninggalan zaman Belanda Lokasi ini memenuhi persyaratan lokasi sebuah museum, yaitu: a) Strategis dan mudah dijangkau b) Tidak di daerah Industri c) Tidak di lokasi yang iklimnya berpengaruh pada benda yang dipamerkan d) Nilai lingkungan sekitar museum bersifat sebagai pusat rekreasi dan wisata di daerah Kota. e) Bangunan sekitar museum adalah bangunan-bangunan kuno bukan bangunan bertingkat sehingga sentuhan budaya asli terasa. Analisis : Data topografis : 1) Sebelah Selatan : Masjid Al.Ikhlas, Gereja Katholik Santo Petrus 2) Sebelah Timur : Lapangan Jetayu, Rumah Jabatan Kepala Badan Koordinasi Wilayah III Pekalongan, Kantor Pos besar 3) Sebelah Barat : LP Kelas IIA Kota Batik Pekalongan, Jembatan Loji Kota Batik Pekalongan 4) Sebelah Utara : Dinas PU Kota Batik Pekalongan, Jetayu Stadium, Gereja Kristen Protestan Indonesia Kota Batik Pekalongan
2
3
Kelebihan (+): Letak museum diantara bangunan – bangunan kuno seperti Gedung Rumah Jabatan Bakorlin III, Kantor Pos, Lembaga Pemasyarakatan, Gereja serta Sungai Loji yang semuanya sebagai peninggalan zaman Belanda. Letak museum tidak terlalu jauh dari stasiun Kereta Api Pekalongan. Kekurangan (-): Walaupun berada di pusat kota Pekalongan terdapat kesulitan menuju museum karena tidak adanya kendaraan umum. 3.1.2 Analisa Mikro Bentuk bangunan kolonial zaman Belanda, yang berbentuk persegi, dengan pemilihan bahan yang masih sederhana dan sebagian tetap mempertahankan keaslian bentuk dan elemen interior lama. Dimana potensi bahan bangunan yang ada saat itu yaitu batu bata dan kayu serta keramik lama. Bangunan ini merupakan Kantor Walikota lama mempunyai nilai sejarah dimana merupakan peninggalan VOC Kolonial Belanda atau dahulu dikenal dengan ”City Hall” yang berusia sangat tua sehingga gaya bangunan masih tetap dipertahankan sesuai sejarah bangunan ini.
4
Gambar 3.2 Perspektif Bangunan Secara Keseluruhan Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini a.Luas Bangunan Museum Batik TuliS Pesisiran ± 4200 m2.Pada eksterior bangunan ini terdapat ukiran
batik
yang sangat menonjol dibandingkan dengan bangunan
lainnya.Berikut denah esksisting bangunan, yaitu:
± 2100 m2 pada lantai 1 ± 2100 m2 pada lantai 2
Gambar 3.3 Denah Museum Batik Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini
5
b.Kondisi Existing Letak Bangunan berada di daerah Jawa Tengah sesuai dengan lokasi penyebaran batik tulis pesisiran terdapat 5 lantai yang didukung fasilitas parkir yang berada di gedung penunjang dan berada di lantai basement.
Gambar 3.4 Lantai Basement Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini c.Bahan Bangunan Bahan dasar yang digunakan pada dinding adalah beton dengan pelapis bangunan berasal dari baja. Pada area pintu masuknya menggunakan pintu kaca. Dengan menggunakan material lantai berasal dari granit dengan dindingnya menggunakan bagian dari eksisting.
6
d.Orientasi Bangunan Di sebelah utara bangunan museum terdapat Gedung Dinas PU yang berseberangan dengan gedung gereja.Di sebelah Barat terdapat jalan raya yang terdapat banyak rumah penduduk dan toko-toko sembako dan toko batik. Pada bagian selatan terdapat masjid yang masih dalam proses dibangun. Sebelah timur merupakan lapangan Jetayu yang membuat pemandangan museum indah dan asri.
Gambar 3.5 Orientasi Bangunan Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini e.Sistem Struktur Bangunan Struktur bangunan yang digunakan menggunakan struktur beton yang bersifat kokoh dan kuat dalam menahan beban yang cukup berat. Jenis-jenis kolom yang dipergunakan dalam struktur bangunan museum Batik Tulis Pekalongan merupakan struktur bangunan yang berjenis kolom beton bertulang.
7
Jenis kolom beton bertulang yang dipergunakan merupakan jenis kolom empat persegi dengan bentuk penampang kolom bisa berupa bujur sangkar atau berupa persegi panjang. Jenis kolom ini dipergunakan pada bagian bangunan paling depan bangunan dan paling belakang. Sedangkan pada bagian tengah bangunan sebagian menggunakan kolom bulat. f.Tampak Bangunan
Gambar 3.6 Tampak Depan Bangunan Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini Tampak depan bangunan terkena sinar matahari pagi,dan bukan merupakan area bising karena kendaraan sekitar utuk keliling museum adalah becak,dan memiliki parkiran di basement.
Gambar 3.7 Tampak Belakang Bangunan Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini
8
Tampak belakang terkena matahari siang,dan juga bukan merupakan area bising.
Gambar 3.8 Tampak Samping Kanan Bangunan Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini Merupakan area bising karena bagian ini dekat dengan masjid. g.Denah Existing
Gambar 3.9 Denah Existing Lt.1 Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini
9
Gambar 3.10 Denah Existing Lt.2 Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini h.Sirkulasi Dalam Bangunan Unstructured approach, metode ini paling sering digunakan pada galeri atau museum, pengunjung dibiarkan langusung memilih jalan yang diinginkan.
Kelebihan, metode ini paling cocok untuk untuk pameran yang fokus benda/ objek nya merata. Tipe ini memberikan kebebasan bagi pengunjungnya untuk menuju pameran yang mereka utamakan. Kekurangan, metode ini mengalami kesulitan dalam mengarahkan pegunjung dengan petunjuk.
10
Gambar 3.11 Sirkulasi Unstructured Approach Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini Metode Unstructured approach yang ada dalam sirkulasi bangunan museum Batik ini, dapat dilihat dari denah berikut :
Gambar 3.12 Gambar Sirkulasi Unstructured Approach Lt.1 Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini
11
Gambar 3.13 Gambar Sirkulasi Unstructured Approach Lt.2 Sumber : Skripsi Perancangan Museum Batik Shellie Anraini 3.2 Analisa Manusia 3.2.1 Pengelola Pengelola museum seni rupa dan keramik dikelola secara langsung oleh museum dengan bantuan beberapa staf.Adapun museum seni rupa dan keramik dikelola oleh kepala museum dan staf berikut : 1. Kepala Museum 2. Tata Usaha 3. Koleksi dan Edukasi 4. Koleksi dan Perawatan Adapun aktifitas yang dilakukan, antara lain ; 1. Kepala Museum •
Memeriksa jalannya sistem di museum
•
Memeriksa surat izin yang akan ditandatangani
2. Tata Usaha •
Melayani (HRD)
12
•
Berhubungan dengan staf cleaning service dan security
•
Administrasi Keuangan
3. Koleksi dan Edukasi •
Melayani kunjungan riset, kunjungan sekolahan, dan survei
4. Koleksi dan Perawatan •
Menghubungi kurator
•
Memperbaiki lukisan dengan menghubungi para ahli konservasi
•
Kebersihan Area Pameran
•
Maintanance lukisan
Dari sini dapat disimpulkan bahwa flow activity pengelola adalah sebagai berikut :
Diagram 3.1 Diagram Flow Activity Pengelola
3.2.2 Pengunjung
13
Pengunjung museum seni rupa dan keramik bervariasi dari anak sekolahan (pelajar), mahasiswa, keluarga, riset, dan para turis.Namun untuk pengunjung terlebih dahulu harus membayar uang tiket di loket dan uang tour guide bila diperlukan.Adapun flow activity pengunjung dapat dilihat di diagram berikut ini :
Diagram 3.2 Diagram Flow Activity Pengunjung 3.3 Program Ruang 3.3.1 Program Aktifitas dan Fasilitas
Gambar 3.14 Program Aktifitas dan Fasilitas 1
14
Gambar 3.15 Program Aktifitas dan Fasilitas 2
Gambar 3.16 Program Aktifitas dan Fasilitas 3
Gambar 3.17 Program Aktifitas dan Fasilitas 4
15
Gambar 3.18 Program Aktifitas dan Fasilitas 5
Gambar 3.19 Program Aktifitas dan Fasilitas 6 3.3.2 Konfigurasi Minimum Ruang Tabel 3.1 Konfigurasi Minimum Ruang
Zona
Luas
Total
(m2)
(m2)
Ruang
Receptionist
%
5,04
Semi
0,7 7,29
Public Media Informasi
2,25
Pameran
480
1 0,3 62,3
721,1 Public
Seminar
233,5
Total (%)
93,42 30,12
16
Perpustakaan
7,6
1
Gudang
17,7
2,5
Konservasi
6,5
0,9
Souvenir Shop
3,24
0,40
Cashier
2,4
5,64
0,32
0,72
12,06
12,06
1,56
1,56
3,3
24,2
Private
Semi Private Souvenir Service
Toilet M/F
Total
770
*770 x 15% Sirkulasi = 886 m2 3.3.3 Bubble Diagram
Gambar 3.20 Bubble Diagram
100
17
3.3.4 Skema Hubungan Antar Ruang
Gambar 3.21 Skema Hubungan Antar Ruang 3.4 Analisa Warna
Penerapan warna pada sebuah ruangan akan menimbulkan kesan perasaan tertentu. Oleh karena itu, warna memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana sebuah ruangan. Berikut adalah warna serta psikologi suasana yang diberikan ; •
Merah, merah merupakan warna yang memiliki karakter penuh dengan kekuatan dan antusias. Jika Anda akan mengaplikasikan warna merah pada dinding interior sebaiknya warna merah tak diterapkan sepenuhnya. Tapi gunakan warna merah sebagai aksen yang membuat ruangan tampak mengagumkan
•
Pink, cocok untuk ruang santai tetapi dapat memberi kesan lesu dan kurang bersemangat.
18
•
Kuning, kuning adalah warna yang kuat yang menunjukkan kehangatan, kekayaan dan kebahagiaan. Meskipun warna ini ceria tetapi hindari penggunaan secara dominan karena akan memunculkan kesan perasaan berat pada mata serta secara psikologis membuat orang senang berdebat. Warna kuning cocok diterapkan pada ruang belajar maupun ruang kerja karena warna kuning bagus untuk meningkatkan konsentrasi.
•
Ungu, memberi kesan romantis pada interior. Untuk mengaplikasikan, sebaiknya padukan dengan warna lain sebagai aksen sehingga ruang akan terlihat semakin indah.
•
Biru, biru warna kedamaian, akrab, dan tenang. Nuansa biru merupakan pilihan yang sesuai untuk diterapkan pada ruang tengah tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga.
•
Hijau, warna yang segar dan digunakan hampir di setiap ruangan. Selain berkesan ringan di mata, efek warna hijau juga mampu memperbaiki penglihatan
karena
menimbulkan
esensi
alam
ke
dalam
interior
ruangan. •
Coklat, coklat membuat kita merasa mewah,elegan, bijaksana, dan kuat. Penggunaan warna coklat yang berlebihan pada interior akan menimbulkan efek kesedihan.
•
Putih, warna putih digunakan untuk ruang dengan area yang sempit dan kurang pencahayaan sehingga dapat memunculkan suasana yang cerah dan luas pada interior. Putih merupakan warna netral kita dapat menambah aksen dengan berbagai warna.
19
3.5 Analisa Bentuk
Bentuk merupakan salah satu elemen dasar dalam desain. Bentuk secara tersendiri maupun dikombinasikan dengan bentuk lain atau dengan garis, dapat menyampaikan arti yang universal sama seperti memberikan petunjuk pada mata atau mengelola informasi. Contohnya : Logo, Bendera, dll.
Terdapat tiga jenis bentuk dasar, di antaranya ; a) Bentuk Geometris Bentuk geometris terstruktur dan umumnya merupakan bentuk yang simetris. Bentuk geometris ini contohnya adalah segi empat, lingkaran, segitiga, segitujuh, segidelapan dan kerucut. Bentuk geometris ini biasanya mudah untuk dikenali. Bentuk geometris ini juga biasanya teratur dan efisien. b) Bentuk Natural Bentuk natural atau organik dapat ditemukan di alam atau dapat juga berupa buatan manusia. Daun merupakan salah satu contoh dari bentuk natural. Tetesan tinta juga bisa disebut sebagai bentuk natural. Bentuk natural ini seringkali tidak beraturan dan berupa cairan. Bentuk natural memiliki lebih banyak kurva yang tidak sama. Umumnya bentuk natural lebih menyenangkan dan menenangkan. Bentuk natural ini memiliki bentuk bebas yang asimetris dan memberikan rasa spontanitas. Bentuk organik memberikan rasa tertarik dan juga memperkuat tema c) Bentuk Abstrak Bentuk abstrak merupakan bentuk natural dalam versi yang lebih sederhana atau lebih bergaya. Bentuk dari abstrak memiliki wujud yang mudah dikenali, namun
20
tidak nyata. Misalnya seperti simbol yang ditemukan pada rambu-rambu, contohnya bentuk kursi roda untuk akses bagi penyandang cacat. Contoh lainnya pada gambar orang yang berbentuk seperti lidi. Ikon juga merupakan bentuk abstrak untuk mewakilkan ide-ide dan konsep-konsep. Beberapa bentuk abstrak memiliki bentuk yang diakui secara universal. 3.6 Analisa Material 3.6.1 Marmer Marmer merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari rekristalisasi batu kapur. Corak marmer terbentuk dari berbagai kotoran yang terdapat pada batuan kapur, selama proses pembentukan marmer berlangsung. Corak marmer ditentukan oleh alur urat/vena yang dimilikinya. Motif marmer sukar diseragamkan karena arah urat yang berbeda-beda Karakteristik marmer : •
Marmer dapat menyerap air karena sifat karakteristik batu kapur yang dimilikinya
•
Marmer mudah tergores dan mudah kehilangan kilaunya jika terkena kimia, minyak , kopi, dll
•
Marmer yang basah akan menjadi kusam dan mudah patah.
21
Gambar 3.22 Marmer Sumber : www.google.com
3.6.2 Granite
Granite adalah batuan beku yang terbentuk dari magma cair yang didinginkan secara perlahan dalam periode waktu tertentu. Corak granite dipengaruhi oleh prosentase mineral yang terkandung di dalamnya (kuarsa, felsdar, mika, dll ). Motif granite hampir seragam sehingga lebih mudah diletakkan pada berbagai posisi baik lantai maupun dinding.
Karakteristik marmer : •
Granite memiliki karakteristik yang sangat keras, tahan gores, dan tahan lama
•
Granite berwarna lebih gelap cenderung memiliki pori lebih sedikit dibandingkan yang berwarna terang.
Gambar 3.23 Granite
Sumber : www.google.com
22
3.6.3 Karpet
Karpet merupakan material lantai yang yang digemari, karena motif karpet yang beragam dan indah, karpet dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dari handmade maupun mesin, karpet handmade cenderung lebih mahal karena merupakan rajutan dari si pembuat, meskipun kualitas boleh dikatakan setara.
Karakteristik vinyl : •
Ukuran karpet fleksibel dan mudah dalam pemasangannya.
•
Material karpet lebih empuk dan beragam motifnya.
•
Material karpet dapat meredam getaran maupun suara bagi orang yang berjalan di atasnya.
Gambar 3.24 Karpet
Sumber : karpetmurah.net
23
3.6.4 Bambu Komposit
Bambu komposit merupakan material dari hasil proses dengan menggunakan perekat resin (cara pres panas atau dingin) atau semen, dapat dihasilkan suatu suatu bahan bangunan komposit yang mempunyai kekuatan tinggi yang dapat menandingi kekuatan kayu.
Karakteristik bambu komposit : •
Kuat seperti kayu
•
Dibuat tanpa adanya detail sambungan
•
Ukuran dimensi bisa disesuaikan
•
Memiliki nilai green dengan melihat bahwa material dasar bambu memiliki sifat renewable ( bisa panen setiap 3-5 tahun )
Gambar 3.25 Bambu Komposit
Sumber : inovasi.lipi.go.id
24
3.6.5 Rotan
Rotan merupakan salah satu material interior yang sudah ada sejak zaman dahulu, Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia.
Karakteristik rotan : •
Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm
•
Dilindungi duri-duri yang tajam
•
Diameter 2-5 cm
•
Keras dan tajam
Gambar 3.26 Rotan
Sumber : www.pxleyes.com
3.6.6 Kaca
Kaca merupakan material yang diolah oleh pasir dengan abu soda dan kapur atau dengan oksida timah. Tiga bahan dasar dicampur dengan cullet (pecahan kaca), dolomite dan saltcake, kemudian dilelehkan dalam tungku pembakaran, panas yang sangat tinggi membuat bahan-bahan itu menyatu dan mencair.
25
Karakteristik Kaca : •
Permukaan Kuat
•
Licin
•
dan transparan
Gambar 3.27 Kaca
Sumber : rizkilmu.wordpress.com
3.7 Analisa Masalah
3.7.1 Pencahayaan
Pada buku Neufert Architects’ Data menjelaskan bahwa pada perancangan sebuah museum maupun galeri, sebaiknya dihindarkan pencahayaan secara langsung karena dapat merusak objek pameran, objek ruangan seharusnya di sediakan pencahayaan yang fleksibel dalam artian tidak built-in, termasuk partisi permanen, dan lampu ceiling.
Panduan untuk intensitas cahaya : •
Objek yang sangat sensitif terhadap cahaya ( 50-80 lux)
26
•
Objek yang sensitif terhadap cahaya (100-150 lux)
•
Objek yang kurang sensitif terhadap cahaya (150-300 lux)
3.7.2 Penghawaan
Pada buku Neufert Architects’ Data menjelaskan bahwa suhu yang ideal untuk sebuah museum maupun galeri yaitu : •
15-18’C di musim dingin
•
20-22’C di musim panas
Hal ini berguna untuk menjaga keawetan objek dan menghindari perkembangbiakan serangga.
3.7.3 Sirkulasi
Pada buku Neufert Architects’ Data terdapat beberapa pembagian sirkulasi yang diterapkan di museum, di antaranya :
1. Open Circulation
Gambar 3.28 Open Circulation
27
2. Main and Side Circulation
Gambar 3.29 Main and Side Circulation
3. Labyrinth Circulation
Gambar 3.30 Labyrinth Circulation
28
4. Linear Circulation
Gambar 3.31 Linear Circulation
5. Round Tour Circulation
Gambar 3.32 Round Tour Circulation