LAPORAN KERJA PRAKTEK
BAB IV PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK PEKALONGAN V.1.
Data Proyek
IV.2.1. Data Proyek Nama Museum
: Museum Batik Pkalongan
Alamat
: Jl. Jetayu no. 1 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia
Jam Buka
: 08.00 – 17.00 setiap hari.
Jenis Museum
: - Berdasarkan setatus hokum - Berdasarkan jenis koleksi
: Museum Swasta : Museum Temporer
IV.2.2. Tonggak Awal Pendirian Museum Batik Pekalongan Berawal dari keinginan untuk memberikan sumbangsih pemikiran terhadap Kota Pekalongan, Paguyuban Berkah yang merupakan salah satu dari sekian banyak Paguyuban yang leluhurnya berasal dari Kota Pekalongan, memprakarsai diselenggarakannya Seminar Batik Pekalongan. Prakarsa ini dilandasi dengan berbagai tantangan kedepan yang harus diantisipasi dan diisi oleh Kota Pekalongan dan memberi makna lebih sebagai kota yang bergelar ”Kota Batik”, tema seminar yang diangkat yakni : ”Jejak Telusur dan Pengembangan Batik Pekalongan” dan dilaksanakan pada tanggal 18 – 19 Maret 2005. Kegiatan seminar ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Pekalongan, Kadin Indonesia, Kadin Propinsi Jawa Tengah, Kadin Kota Pekalongan, Gabungan Koperasi Batik Indonesia ( GKBI ), Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan, Politeknik Pusmanu, SMK Negeri 1 Pekalongan dan Harian Umum Suara Merdeka. Tujuan diselenggarakannya seminar : •
Mendapatkan gambaran mengenai asal-muasal dan sejarah batik Indonesia pada umumnya, dan batik Pekalongan pada khususnya
•
Menghimpun masukan dari para stakeholder mengenai upaya dan langkah – langkah yang perlu ditempuh untuk membangkitkan dan mengembangkan produksi Batik Pekalongan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 120
LAPORAN KERJA PRAKTEK •
Menghimpun masukan mengenai langkah yag diperlukan untuk melestarikan budaya seni Batik Pekalongan dan program / rencana aksi yang diperlukan untuk masa mendatang. Salah satu hasil penting dari Seminar tersebut yakni dicapainya
kesepahaman bahwa Pekalongan perlu memiliki sebuah museum batik. Untuk ini diharapkan pihak pemerintah Kota Pekalongan dapat me n y e d i a k a n g e d u n g k h u s u s y a n g representatif, yang dapat dimanfaatkan sebagai Museum Batik. Pentingnya keberadaan sebuah museum batik, apalagi di sebuah kota yang mendapat julukan sebagai Kota Batik, akan sangat membantu dalam mendorong pengembangan industri batik itu sendiri. Hal mendasar yang perlu dijadikan acuan, karena museum batik sesungguhnya memiliki 2 "jendela", yakni jendela kebudayaan dan jendela ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitan ini, museum dapat menjadi tempat referensi, dokumentasi, koleksi batik dan peralatan, kepustakaan, pusat data dan kegiatan penelitian dan pengkajian, termasuk dalam pengembangan teknologi, dan juga mampu mendorong kegiatan bisnis untuk lebih tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya, ketika itu Kota Pekalongan telah memiliki sebuah Musem Batik yang dibangun pada tanggal 18 Juli 1972 di Taman Hiburan Rakyat (THR) di sekitar Monumen Tugu Perjuangan. Selanjutnya museum ini dipindahkan ke jalan Majapahit pada tahun 1988. Namun karena museum tersebut berukuran kecil dan tenaga yang mengelola juga belum terkoordinasi dengan baik, maka akhirnya keberadaan museum tersebut menjadi tidak jelas, dalam arti "antara ada dan tiada". Berangkat dari kesepakatan seminar itulah, maka pihak-pihak yang terlibat, mulai melakukan gerakan dan langkah-langkah yang diperlukan. Ketika itu, Drs. H. Samsudiat, MM, selaku Walikota Pekalongan telah mendukung upaya ini. Namun mengingat momentum saat itu belum tepat karena menjelang diselenggarakannya Pilkada untuk memilih Walikota Pekalongan yang baru, maka keinginan untuk segera mewujudkan berdirinya museum terpaksa ditunda dulu, sampai terpilihnya Walikota yang baru. Ketika dr. Mohamad Basyir Ahmad, terpilih sebagai Walikota Pekalongan yang baru, upaya pendekatanpun dilancarkan kembali. Gayung bersambut, Walikota yang baru ini ternyata begitu bersemangat dan sangat UNIVERSITAS MERCU BUANA 121
LAPORAN KERJA PRAKTEK a n t u s i a s u n t u k s e g e r a d a p a t mewujudkannya. Akhirnya beliau memilih salah satu gedung milik Pemkot untuk dijadikan Museum. Gedung tersebut merupakan eks Balai Kota Pekalongan dengan luas tanah 3.675 m2 dan luas bangunan 2.500 m2. Beberapa alasan dipilihnya Kota Pekalongan sebagai tempat berdirinya Museum, antara lain : •
Telah lama dikenal (sejak tahun 1830) bahwa Kota Pekalongan merupakan Kota Batik, karena hampir sebagian besar penduduknya bermata pencaharian pada kegiatan yang terkait dengan batik.
•
Lebih dari 70% batik yang beredar di pasar, baik domestik maupun internasional berasal dari Pekalongan. Dalam hal ini para pengrajin Batik di Pekalongan sering mendapatkan order yang bersifat makloon dari kotakota lainnya di Indonesia, seperti Yogyakarta, Solo, Bali dan lain-lain.
•
Setiap malam (per hari) tidak kurang dari 200 bal batik keluar dari Kota Pekalongan untuk didistribusikan/dipasarkan ke tempat lainnya. Harga 1 bal batik sekitar Rp. 2 juta; jadi tidak kurang dari Rp. 400juta per hari uang beredar, yang kalau diakumulasi per bulan menjadi Rp. 12 milyar. Dengan kata lain perputaran ekonomi di Kota Pekalongan cukup tinggi dan memberi pengaruh terhadap geliat dan pertumbuhan industri batik nasional. Proses untuk m e r e a l i s a s i k a n berdiri dan siap beroperasinya
dengan segera Museum Batik, juga dipacu oleh dorongan agar Museum tersebut dapat diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang ketika itu d i r e n c a n a k a n a k a n b e r k u n j u n g k e Pekalongan untuk membuka peringatan Hari Koperasi Tingkat Nasional ke-59. Dorongan tersebut timbul ketika pada tanggal 29 Desember 2005 di hotel Atlet Century-Senayan,
Jakarta,
Walikota Pekalongan menyelenggarakan
kegiatan pertemuan "Orang Pekalongan" (OPEK). Dalam kesempatan itu, Adi Sasono, Ketua Umum Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia) m e n a w a r k a n kepada Bapak Walikota Pekalongan apakah Kota Pekalongan siap untuk diusulkan sebagai lokasi Peringatan Hari Koperasi tingkat Nasional ke-59 pada bulan Juli 2006 untuk itu akan dihadirkan Presiden Republik Indonesia guna membuka acara tersebut. Bapak UNIVERSITAS MERCU BUANA 122
LAPORAN KERJA PRAKTEK Walikota menerima tawaran tersebut, akhirnya Kota Pekalongan ditetapkan sebagai lokasi Peringatan Hari Koperasi Tingkat Nasional tahun 2006. Dengan informasi itu maka direncanakan untuk memanfaatkan momen penting tersebut agar Presiden dapat pula sekaligus meresmikan Museum Batik di Kota Pekalongan. IV.2.3. Visi, Misi DAN TUJUAN VISI : Terwujudnya Museum Batik di Kota Pekalongan sebagai wadah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia serta pusat informasi yang perlu dikembangkan, dibina dan dipelihara keberadaanya. MISI : 1. Mendorong masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap keberadaan Museum Batik di Kota Pekalongan sebagai wujud turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia. 2. Mendorong minat pengusaha / perajin batik untuk terus menggali dan melestarikan motif lama dan menciptakan motif baru. 3. Melakukan kegiatan dokumentasi , penelitian dan penyajian informasi serta mengkomunikasikanya kepada Masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas. 4. Memperluas lapangan kerjja dan pemasaran. IV.2.4. Fungsi Museum Batik Pekalongan 1) Sebagai pengumpulan dan pengamanan warisan seni batik yaitu motif batik, khususnya motif batik Pekalongan. 2) Untuk pusat dokumentasi, informasi dan penelitian ilmiah tentang sejarah batik di Indonesia 3) Sebagai konservasi dan preservasi 4) Sebagai penyebaran dan pemerataan seni batik untuk masyarakat umum 5) Pengenalan dan penghayatan kesenian membatik. 6) Pengenalan kebudayaan bangsa Indonesia. 7) Sebagai rekreasi dan berbagai aktivitas lainnya bagi masyarakat. 8) Pusat penyaluran ilmu membatik untuk umum 9) Pusat penikmatan karya seni batik
UNIVERSITAS MERCU BUANA 123
LAPORAN KERJA PRAKTEK 10) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa 11) Media pembinaan pendidikan kesenian membatik dan llmu Pengetahuan membatik. IV.2.5. Aspek lingkungan 1) Pertimbangan Lokasi Lokasi berada didekat jalan utama dan merupakan lokasi bisnis dan pusat pendidikan yang cukup baik, sehingga sangat mudah dijangkau dengan bermacam kendaraan atau angkutan kota. Terletak di daerah bundaran Jatayu dekat jalan Diponegoro Kota Pekalongan. Daerah ini juga merupakan simbol kerukunan antar umat beragama Kota Pekalongan yang terbina sangat baik. Di samping Museum Batik Pekalongan berdiri Masjid dengan latar belakang Gereja Katholik Pekalongan. Di sekitar kawasan ini juga berdiri Gereja Protestan dan tempat ibadah penganut Tri Dharma. 2)
Aspek Tapak a) Kondisi sekitar tapak ● Barat berhadapan dengan gedung pembantu gubernur ● Utara berhadapan dengan gereja katolik ● Selatan berhadapan dengan masjid b) Faktor Cahaya Secara umum manusia membutuhkan sinar alami dan buatan yang cukup untuk dapat melakukan aktifitas, tetapi disamping itu sinar matahari juga memiliki sifat yang cukup mengganggu, salah satunya adalah merusak koleksi kain batik, karena jika sinar matahari berlebihan dapat menimbulkan pemudaran warna pada kain batik. Pada gedung museum batik pekalongan yang merupakan peninggalan Belanda yang merupakan bangunan bergaya kolonial dan sebagian besar bagian luarnya dibatasi oleh jendela yang besarbesar sehingga cahaya alami dapat dengan baik masuk kedalam gedung. Dan untuk mengatasi besarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan Museum Batik Pekalongan hanya mengggunakan korden
UNIVERSITAS MERCU BUANA 124
LAPORAN KERJA PRAKTEK kain dan untuk mengurangi hawa panas yang masuk digunakan AC yang cukup untuk menyejukkan ruang dalam dari gedung tersebut. c) Faktor Suara Museum Batik Pekalongan terletak dapa jalan utama yang sudah pasti dilalui oleh banyak kendaraan sehingga berdampak kebisingan, sehingga mempengaruhi pengunjung dalam melihat koleksi museum. Akan tetapi gangguan kebisingan yang berasal dari luar bias tertutup karena banyaknya tanaman-tanaman yang cukup besar yang berada disekitar museum. Klasifikasi kebisingan yang dapat ditolelir adalah sebagai berikut : 30 – 40 db
Sangat sunyi
50 – 60 db
Mulai binsing
Diatas 60 db
Mengganggu percakapan
70 db
Suara kendaraan
d) Faktor Angin Angin pada dasarnya adalah udara yang bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan yang rendah. Ditinjau dari aspek angin, maka terdapat dua beban angin pada bangunan. Yaitu beban hisap angin, dan tekanan kedalam bangunan. Faktor angin pada bangunan ini tidak terlalu terpengaruh pada museum, sebab museum lebih mengutamakan AC sebagai penghawaannya karena kelembapan ruang sangat berpengaruh pada keawaetan kain batik. IV.2.6. Aspek Bangunan 1) Bentuk dan Tema bangunan Gaya
UNIVERSITAS MERCU BUANA 125
LAPORAN KERJA PRAKTEK Bentuk bangunan Museum Batik Pekalongan ini merupakan bentuk gedung perkantoran diaman dulu merupakan gedung bekas Kantor Walikota lama bergaya kolonial yang mempunyai nilai sejarah dimana gedung ini merupakan peninggalan VOC Kolonial Belanda atau dahulu dikenal dengan ”City Hall” yang berusia sangat tua. Bahkan ditahun 1906 pada masa pemerintahan VOC telah digunakan sebagai kantor keuangan untuk mengontrol kegiatan tujuh pabrik gula disepanjang Pantura Karesidenan Pekalongan. 2) Orientasi Bangunan Pintu masuk bangunan berada di bagian barat, yang berarti bangunan ini mendapat sinar matahari terbanyak pada sore hari. Karena pintu masuk bangunan berada di jalan utama maka akan ada polusi suara dan udara / debu yang dapat diminimalkan dengan adanya taman pada bagian depan bangunan. 3) Sirkulasi Dalam Bangunan Dalam sebuah ruangan perlu diperhatikan dari segi sirkulasi atau area sirkulasi, dimana area sirkulasi ini berfungsi sebagai jalur yang digunakan oleh manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam satu bangunan, antara lain : 4) Utilitas Bangunan Utilitas dalam suatu bangunan menyangkut mekanikal dan elektrikal. System mekanis dan elektris mengkondisikan ruang-ruang interior dan membantu menjadikannya layak dihuni. System mekanis dan elektris menyediakan panas, ventilasi, pengkondisian udara, suplai air bersih, fasilitas pembuangan airkotor, tenaga listrik dan penerangan. Perencanaan listrik dibuat guna menunjang kebutuhan prasarana ruang yang meliputi : a) Penyediaan sumber tenaga listrik PLN maupun Genset untuk emergency. Sumber tenaga listrik pada bangunan dapat meliputi : ● PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai sumber utama (kondisi normal), dapat mengguanakan transformator sehingga perlu disediakan satu ruangan gardu transformator PLN.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 126
LAPORAN KERJA PRAKTEK ● Generator (Genset) sebagai sumber pasokan lisrtik darurat (emergency), namun tidak menutup kemungkiunan sebagai pasokan utama. Generator digunakan untuk sebagian beban yang diprioritaskan. ● UPS (Uninteruptible Power Supply System) sebagai sumber darurat atau emergency yang menunjang back-up. b) Penyaluran power listrik ke masing-masing beban : ● Penerangan dan stop kontak (power) ● Pemadam kebakaran (hydrant) ● Pompa air bersih, air kotor, air panas, atau plumbing. c) Dalam instalasi plumbing, yang harus diperhatikan adalah: ● Mutu dari bahan instalasi plumbing yang telah diuji, antara lain daya tahan lama, bebas dari kerusakan, tidak mempunyai bagianbagian kotor yang tersembunyi, ekonomis dalam pemasangan serta pemasangan harus sesuai peraturan yang berlaku. ● Alat plumbing berfungsi sebagai terminal air bersih dan air buangan, permulaan dari sitem pembuangan. ● Untuk menyalurkan air bersih kesemua alat plumbing yang berpedoman pada syarat sanitasi kesehatan. d) Sistem struktur untuk menentukan semua struktur terlebih dahulu ditinjau fungsi bangunan.Untuk bangunan museum adalah sebagai berikut : • Kelompok ruang pameran Umumnya memerlukan bentangan khusus yang cukup besar akibat pengaruh dari module ruang yang berkaitan dengan masalah jarak pandang dan fleksibilitas ruang • Kelompok ruang lainnya Masalah bentang tidak khususnya memerlukan bentangbentang yang cukup besar, lebih menyesuaikan/ disesuaikan. e) Bahan Bangunan Bahan-bahan utama finishing eksterior adalah : • Kolom
: dilapisi GRC
• Dinding
: fhinishing cat putih. UNIVERSITAS MERCU BUANA 127
LAPORAN KERJA PRAKTEK • Kaca dilapisin kusen kayu jati. IV.2.7. Struktur Organisasi
V.2. Konsep Perancangan IV.2.1. Konsep Programtik A)
Kebutuhan ruang Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa aspek manusia dalam sebuah museum terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengunjung dan pengelola museum. Seperti yang diketahui bahwa masing-masing aspek manusia memiliki aktivitas, kegiatan, perilaku, kebutuhan ruang dan fasilitas yang berbeda-beda.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 128
LAPORAN KERJA PRAKTEK a) Pengunjung •
Pengunjung Museum Batik Pekalongan berdasarkan latar belakang ekonomi sebagian besar berasal dari golongan kelas menengah kebawah sampai golongan kelas menengah keatas.
•
Jumlah pengunjung tiap minggunya Pengunjung tetap
: 20 % Orang/hari
Pengunjung tidak tetap
: 80 % Orang/hari
b) Pengelola/staff Ketenagaan di Museum Batik Pekalongan pada saat ini berjumlah : •
Direktur Museum
•
Koordinator Lapangan : 1 orang
•
Staff Administrasi
: 2 orang
•
Pemandu
: 2 orang
•
Security
: 11 orang
•
Bagian Umum
: 2 orang
•
Pembatik
: 4 orang
: 1 orang
Pengunjung akan menghabiskan sebagian besar waktunya berada di area-area yang bersifat public space yaitu area museum. Sedangkan pengelola cenderung mengahabiskan waktunya berada di area kantor staff pengelola, yang merupakan private space, kecuali staff yang bertugas melayani para pengunjung museum.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 129
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Analisa Kebutuhan Ruang Dan Aktivitas Pemakai Karakter ruang
Public Space
Private Space
Kebutuhan
Lobby dan recepsionis
Aktifitas - Menerima pengunjung - Melayani penggunaan Guide - Memberikan pelayanan - informas
Ruang Pamer
Melihat koleksi museum
Ruang audio visual
Menikmati layanan audio visual
jasa
Kebutuhan prabotan
Besaran ruang
Meja, komputer, dan Kursi
385 m²
Rak display dan panel Proyektor, layar, kursi dan peralatan
500 m²
Workshop
Belajar membuat batik
Gawangan, dingklik, kompor
Perpustakaan
Membaca dan meneliti
Meja kursi
Souvenir Shop
Membeli souvenir
Cafe & lounge
Duduk, bercakap-cakap, & mendengarkan musik
Meja dan rak display, meja kursi Meja dan kursi
Ruang Pelayanan HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) Ruang Informasi Pariwisata Kantor direktur
Kantor staff
Ruang Kuratorial Gudang koleksi Ruang Rapat
Konsultasi dan mematenkan hak cipta dari para desainer batik
- luas area penonton :180x 0,6 =108m² - Luas area depan layar:6 x 10 = 60 m² - Luas area belakang layar:2 x 10 =20m² - Luas ruang proyektor ditentukan 24 m². 0.6 m²/org di perkirakan 40 orang jadi : 0.6 x 40 = 24 m² 3 m²/orang di perkirakan 15 orang jadi : 3 x 15 = 45 m² 0.8-1.2 m²/org di perkirakan 15 orang jadi : 1.2 x 15 = 17 m² 0.8-2 m²/org di perkirakan 15 orang jadi : 2 x 15 = 30 m²
Meja, dan kursi
2,5 m²/orang x 3 staff = 7,5 m²
Meja, dan kursi
2,5 m²/orang x 1 staff = 2,5 m²
Bekerja, mengawasi kegiatan operasional, melakukan koordinasi dgn para staff, menerima tamu Bekerja
Meja, dan kursi, serta sofa tamu
22 m²/orang x 1 orang = 22 m²
Meja, dan kursi
- Kepala bagian 18m²/orang x 2 orang = 32 m² - Staff : 2,5 m²/orang x 6 staff =15 m²
Meneliti dan merawat kain
Meja, dan kursi
8 m²
Menyimpan koleksi-koleksi kain batik Mengadakan rapat
Rak-rak penyimpanan Meja dan kursi
100 m². 2 m²/orang x 12 orang = 24 m²
UNIVERSITAS MERCU BUANA 130
LAPORAN KERJA PRAKTEK B)
Analisis zoning dan grouping i)
Analisis zoning
alternatif 1
alternatif 2 kesimpulan ; alternatif zoning yang terpilih adalah alternatif 2 karena pengelompokan ruang public dan private terpisah sehingga memudahkan sirkulasi karyawan dan pengunjung tidak berbenturan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 131
LAPORAN KERJA PRAKTEK
ii)
Analisis gruping
alternatif 1
alternatif 2 kesimpulan ; alternatif gruping yang terpilih adalah alternatif 2 karena pengelompokan ruang public dan private terpisah sehingga memudahkan sirkulasi karyawan dan pengunjung tidak berbenturan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 132
LAPORAN KERJA PRAKTEK
C) Aspek Ruang 1). Tata Ruang ● Studi hubungan antar ruang Private
Publik
2). Organisasi Ruang Dalam pengorganisasian ruang perlu diperhatikan factorfaktor penentuan organisasi ruang, yaitu : ● Pengelompokan fungsi ruang ● Hirarki ruang ● Kebutuhan pencapaian pencahayaan dan arah pandang. Pengelompokan fungsi ruang pada museum ini terdiri dari : •
Ruang pamer, berfungsi untuk memamerkan kaiin-kain batik.
•
Ruang kerja, berfungsi untuk melakukan berbagai aktifitas pekerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan museum
•
Ruang konservasional, berfungsi sebagai ruang perawatan dan penelitian kain batik.
•
Gudang, berfungsi sebagai tempat penyimpanan koleksi museum batik.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 133
LAPORAN KERJA PRAKTEK •
Ruang Audiovisual, berfungsi sebagai Menikmati layanan audio visual
D) Elemen Interior 1. Lantai Pola lantai yang ditampilkan pada museum batik ini dibuat sedemikian rupa dengan permainan lantai sehingga berkesan dinamis Bahan-bahan yang dipergunakan untuk lantai terdiri atas berbagai macam material, seperti karpet pada ruang mini theatre yang dimaksudkan agar bunyi dapat diserap langsung sehingga kebisingan dapat dihindari. Pada ruang pamer dan beberapa ruang lainnya juga menggunakan material karpet pada area desplai yang dimaksudkan untuk menciptakan suasana tenang dan mempertegas area tersebut. Sedangkan pada area sirkulasi pengunjung menggunakan tegel bermotif kawung untuk mengesankan suasana colonial pada museum dan mempertegas image museum batik 2. Dinding Dinding diolah sesuai dengan konsep perancangan dimana penggunaan garis-garis lurus yang tegas dan kaku dimunculkan untuk menampilkan kesan formal dan nuansa colonial, akan tetapi permainan garis lengkung tetap ada untuk menetralkan kesan yang terlalu formal dalam ruang. Pada area perpustakaan dibuat open space dimana dari segi ruang lebih menarik karena para pengunjung dapat mengakses langsung data . Adapun bahan-bahan yang dipergunakan meliputi gybsum bord, fiber, multiplex, dan plesteran. Untuk multiplex secara keseluruhan mengunakan finishing duco. Warna-warna yang dipergunakan meliputi warna krem dan putih dan cokelat. 3. Plafon Plafon yang digunakan pada beberapa ruang dalam museum dilengkapi dengan rangka kayu dan hollow steel yang dipasang dengan sistem gantung. Adapun warna yang dipergunakan pada plafon secara keseluruhan menggunakan warna putih. UNIVERSITAS MERCU BUANA 134
LAPORAN KERJA PRAKTEK
E)
Pencahayaan Faktor tata cahaya pada area showroom ini berasal dari 2 jenis pencahayaan, yaitu : 1.
Pencahayaan alami Pencahayaan alami pada area museum ini berasal dari cahaya matahari yang masuk melalui jendela dan sistem ventilasi yang ada.
2.
Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan yang digunakan oleh museum ini adalah : a. Lampu Flourescent, lampu TL b. Lampu HID (High Intensity Discharge), contoh: lampu sodium dan lampu halida sesuai dengan ruangan berplafon tinggi c. Lampu low voltage, segala macam lampu downlight
F)
Penghawaan Penghawaan yang digunakan oleh museum Batik Pekalongan ini lebih mengandalkan penghawaan buatan, yaitu menggunakan AC Central yang diletakkan pada plafond agar ruangan tetap terjaga kenyamanannya,
serta
agar
sirkulasi
udara
tetap
baik
maka
digunakanlah exhaust, dan juga menggunakan AC spilt pada beberapa ruangan. G) Mekanikal & Elektrikal Kabel-kabel listrik pada lampu dipasang di atas plafond, hal ini dilakukan agar kesan ruangan lebih nyaman dan rapi sehingga tidak merusak pemandangan sekitar ruangan. Untuk perangkat elektronik seperti komputer, telepon, dan alat lainnya dibuat secara tersembunyi pada bagian bawah mejanya. H) Fire Control Kebakaran merupakan suatu hal yang sangat ditakuti oleh semua orang. Untuk mencegah terjadinya kebakaran maka pada rumah sakit ini melakukan pengamanan dengan : 1. Pemasangan Sprinkler Jarak pemasangan sprinkler yang baik adalah antara 6-9 m dengan luas pelayanan 25 m. Sprinkler merupakan penanggulangan
UNIVERSITAS MERCU BUANA 135
LAPORAN KERJA PRAKTEK kebakaran pada tingkat awal dan bekerja secara otomatis dengan pengaruh suhu.
2. Pemasangan heat & smoke detector Luas
jangkauannya
mencapai
75
m.
Pemasangannya
dihubungkan dengan alarm untuk mendeteksi sendiri kemungkinan adanya kebakaran.
3. Penyediaan alarm kebakaran, hydran air dan tabung pemadam kebakaran (extiguisher) Saat kebakaran terdeteksi oleh heat dan smoke detector maka alarm akan berbunyi dan memperingatkan orang-orang yang berada disekitar ruangan. Tabung pemadam kebakaran menggunakan tipe gas halon yang aman bagi sistem elektrikal.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 136
LAPORAN KERJA PRAKTEK IV.2.2. Konsep Non Teknis Konsep perencanaan dan perancangan museum batik pada dasarnya bertumpu pada tema aktraktif yang bertujuan untuk mencairkan suasana museum yang monoton. Dari konsep dasar pemikiran tersebut maka terjadi perubahan konsep tata ruang antara lain : A) Konsep tata ruang yang efektif, fleksibel, dan optimal sehingga lebih terprogram dalam pemilahan atau pengelompokan ruang. B) Konsep sistem sirkulasi berdasarkan pada penggunaan fungsi ruang sehingga lebih terorganisir, agar tidak terjadinya perbenturan antar pengunjung dengan pengunjung dan pengunjung dengan karyawan museum. C) Konsep penzoningan berdasarkan fungsi dan aktifitas dalam ruang. D) Konsep warna Konsep warna pada Museum Batik Pekalongan adalah penggunaan warna putih, crem dan coklat atau warna soft. Warna diatas dipilih sebagai pencitraan warna – warna yang memberikan suasana modern namun tetap terkesan kolonial dan tradisional dengan penggunaan warna cokelat tanah sebagai warna yang cenderung sebagai warna natural sedangkan warna soft dimaksud untuk menjaga susana kolonial pada bangunan peninggalan Belanda ini. E) Konsep Bentuk Konsep perancangan interior pada ruang pamer di dasarkan pada konsep bentuk : ¾ Geometris, mengikuti bentuk arsitektur bangunan yang diterapkan pada pembagian ruang dan bentuk elemen interiornya, yang dapat dilihat pada pembagian ruang display. ¾ Repetisi, mengikuti pengulangan bentuk pada motif batik diterapkan pada pendisplaian. ¾ Dinamis, mengikuti lekuk mentuk canting, diterapkan pada penggunaan display dan furnitur pada area lobby.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 137
LAPORAN KERJA PRAKTEK
GEOMETRIS
REPETISI
DINAMIS
Mengikuti bentuk arsitektur bangunan
Mengikuti pengulangan mentuk pada motif batik
Mengikuti canting
lekuk
mentuk
UNIVERSITAS MERCU BUANA 138
LAPORAN KERJA PRAKTEK F) IMAGE RUANG
Ruang pamer
UNIVERSITAS MERCU BUANA 139