BAB 3 ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. CAHAYA BUANA FURINDOTAMA
3.1. Latar Belakang Perusahaan Cahaya Buana Furindotama merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang training & manufactured produk furniture. Perusahaan yang berumur lebih dari dua puluh tahun ini, berdiri secara sah pada Agustus 1994. Namun proses hingga terbentuknya perusahaan ini amat panjang. Dimulai pada tahun 1979 pabrik pertama ini didirikan di Palembang. Pada saat itu perusahaan ini bernama Cahaya Murni Sriwindo. Kemudian pada tahun 1982 sang pemilik bergabung dengan saudaranya, dan membentuk perusahaan yang bernama Cahaya Sakti . Di masyarakat Cahaya Sakti ini dikenal sebagai Olympic Group karena merk dagang mereka yang bernama Olympic. Olympic group ini sendiri dahulu menangani produk panel (knocked down), plastic, busa , spring bed dan sofa. Hingga akhirnya dari tahun 1982 hingga 1994 Olympic makin berkembang, sampai tahun 1994 Olympic sudah memiliki banyak pabrik di Indonesia, diantaranya di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Makasar, Kupang, Bali, dan Menado. Pada saat itu pula sistem pemasaran mereka sudah mencakup 27 provinsi. Pada tahun yang sama, ditahun 1994 lebih tepatnya, sang pemilik dari Olympic group itu berpisah dari saudaranya. Sehingga beliau membentuk sebuah perusahaan baru yang bernama Cahaya Buana Furindotama. Perusahaan baru ini menangani produksi plastik, busa , spring bed, sofa, dan furniture plastik lainnya. Sementara itu Cahaya Sakti (Olympic) hanya menangani panel (furniture knocked down). 56
57 Struktur organisasi PT Cahaya Buana Furindotama adalah bermula dari keluarga, bergerak secara professional, hingga kini memilki lebih dari dua puluh pabrik dan dua puluh lima perusahaan dari Medan sampai Jayapura. PT Cahaya Buana Furindotama ini kini memiliki beberapa merk dagang diantaranya: Napolly , BigLand , BigStar , BigFoam dll. Sekarang PT Cahaya Buana Furindotama ini berpusat di daerah Sentul Bogor. Hingga kini perusahaan ini memiliki 6.000 orang tenaga kerja tersebar diseluruh cabang di Indonesia. Sasaran produk dari perusahaan ini ialah kalangan menengah bawah. Logo dari merk dagang mereka lebih banyak didominasi dengan warna biru, merah dan putih. Warna biru diambil karena anggapan mereka bahwa 70% Negara Indonesia ialah lautan dan juga mata orang Indonesia lebih terbiasa melihat langit, sehingga warna biru dianggap “friendly”. Merah diambil karena perusahaan ini mencoba untuk terus memiliki semangat untuk maju melebarkan usahanya. Putih sendiri perlambangan dari suci yang dimana mereka dapat dipercaya. Distribusi dan produksi dilakukan ke banyak provinsi. PT Cahaya Buana Furindotama memiliki dua puluh empat pabrik yang memproduksi spring bed & furniture plastik, dua puluh tiga pabrik yang memproduksi busa, dan dua puluh dua pabrik yang memproduksi sofa. Ekspor juga telah dilakukan oleh perusahaan lokal ini ke banyak mancanegara, yaitu: Singapura, Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Malaysia, Sri Lanka, Brunei Darussalam, Sudan, Tanzania, Chili, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Cook Island, dll.
58 3.1.1. Prestasi Berikut merupakan prestasi yang diraih oleh PT. Cahaya Buana Furindotama: 1. Sertifikat Internasional yaitu TUV- DIN EN ISO 9001:2000, yang merupakan standar internasional dari Jerman. 2. Penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) atas penciptaan spring bed terbesar di Indonesia: •
Matras busa → 500 cm x 400 cm x 20 cm
•
Divan busa
→ 500 cm x 400 cm x 43 cm
Penghargaan ini diberikan di Semarang, Mei 2002. 3. Piagam Penghargaan Asean Programme Consultant kepada Dr. BC. Simarba Atong, yang merupakan pemilik dari PT. Cahaya Buana Furindotama, oleh: Development Citra Award.
3.1.2. Profil Pemilik Pak Atong memulai terjun ke panggung bisnis pada 1979 di Palembang dengan memproduksi busa untuk kasur, sofa dan matras bersama saudara-saudaranya. Setelah berkembang cukup baik, Atong, Au Bintoro dan Edi Mulyanto -- kakak beradik dari 13 bersaudara ini -- mengibarkan merek Olympic untuk furnitur knocked down. Kemudian, tahun 1986 Pak Atong pula yang mengembangkan jaringan distribusi Olympic di seluruh Indonesia, dari Medan sampai Jayapura, dengan mendirikan PT Cahaya Sakti Multi Intraco (CASMI). Jalur distribusi yang dibentuknya berkembang dengan baik dan mampu menopang pemasaran produk-produk perusahaan. Beliau adalah orang pertama
59 di Sumatera yang mengembangkan teknologi, menciptakan dan memproduksi spring bed di tahun 1989. Sejak tahun 1986, Pak Atong sudah memasarkan produk seperti ini dan didistribusikan melalui CASMI -- kemudian dijadikan nama anaknya. Proses produksinya di-makloon-kan ke perusahaan lain. Baru tahun 1990 beliau berinvestasi ke pabrik dan membuat cetakan dan desainnya. Cetakan pertamanya adalah kursi plastik yang sebelumnya dibuat dari kayu atau besi. CASMI beliau klaim sebagai perusahaan pertama yang memproduksi kursi plastik. Untuk produk plastik, beliau juga yang memopulerkan bangku plastik tanpa tempat tangan dan tanpa sandaran, yang terkenal dengan bangku baso. Menurut beliau Baso itu merupakan singkatan dari tipe produksi yaitu bangku seri oval. Inspirasi dalam berinovasi bisa diperoleh Pak Atong dari mana saja. Ia sering ke luar negeri dan melihat berbagai pameran. Pak Atong kini memiliki 24 pabrik perakitan (assembling), tersebar di seluruh Indonesia. Dengan strategi ini, harga semua produk di seluruh Indonesia tidak terlalu jauh berbeda, ia lebih cepat menyuplai kebutuhan pasar di wilayahnya masing-masing, memudahkan penjualan dan tentu saja lebih hemat atau efisien. Memang, tidak semua pabrik itu memproduksi bahan-bahan baku untuk membuat spring bed, kasur busa, furnitur plastik ataupun sofa. Misalnya, ada beberapa unit pabrik yang membutuhkan pasokan per kawat atau kain list untuk spring bed, maka ia mengusahakan bahwa semua bahan baku dibuat sendiri, kecuali bahan baku kain, biji plastik dan bahan kimia. Dalam mengembangkan bisnisnya, Pak Atong juga menerapkan pola bapak asuh dengan perusahaan home industry kategori produk metal seperti kursi besi. Karena itu, boleh dibilang sekarang lingkup bisnisnya meliputi produk kasur busa dengan merek
60 BigFoam dan Bola Dunia, spring bed (Bigland), sofa (Bigstyle), kursi plastik (Napolly) dan produk furnitur dari metal dengan merek BigStar. Menurutnya, saat ini Napolly yang ditujukan untuk segmen menengah merupakan pemimpin pasar di kategori produk kursi plastik. Kontribusi penjualannya terhadap perusahaan paling besar: sekitar 40%. Sementara itu, kontribusi spring bed untuk segmen menengah-atas kurang-lebih 25% dan kasur busa 25%. Sisanya, dari barang pendamping seperti metal atau kursi kantor. Pak Atong memiliki keinginan memboyong teknologi dan SDM Cahaya Buana ke luar negeri.
3.2. Visi dan Misi Perusahaan PT. Cahaya Buana Furindotama memiliki visi dan misi, antara lain: a. Visi Perusahaan Visi perusahaan adalah “Cahaya Buana bertekad menjadi perusahaan Furniture yang memimpin pasar & memiliki Citra Positif serta Kondusif bagi semua pihak sehingga diakui sebagai Asset Nasional” b. Misi Perusahaan Misi perusahaan adalah “Cahaya Buana adalah perusahaan Furniture yang berkarya unggul dalam berbagai aspek untuk memberikan kepuasan bagi Pelanggan maupun Karyawan, Pemegang Saham, Negara & Masyarakat”
61
3.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Cahaya Buana Furindotama Sumber : PT. Cahaya Buana Furindotama
62 3.3.1. Uraian Tugas dan Wewenang Direktur: 1. Mengawasi dan mengatur kinerja perusahaan. 2. Menentukan langkah-langkah strategis bagi perusahaan. 3. Menentukan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. 4. Menentukan visi dan misi perusahaan yang jelas dan dipahami oleh para bawahan. 5. Menganalisa laporan tiap divisi dalam perusahaan untuk merencanakan langkah perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan kemampuan bersaing perusahaan.
Secretary: 1. Membantu Direktur dalam komunikasi dengan para manajer baik secara verbal maupun tertulis. 2. Menjembatani laporan-laporan yang diserahkan oleh para manajer tiap divisi. 3. Membantu Direktur membuat laporan-laporan tertulis.
Logistic Manager: 1. Mengawasi bahan baku, barang jadi dan saluran persediaan dalam gudang. 2. Memastikan aliran persediaan bahan mentah tersedia dan lancer untuk dikirimkan ke bagian pabrik. 3. Mengawasi dan mengatur pngiriman barang hasil produksi menuju retail-retail atau ke tangan konsumen secara langsung. 4. Membuat laporan persediaan dan langkah yang harus ditempuh untuk peningkatan kualitas perusahaan dalam divisi logistic.
63
Financial Manager: 1. Membuat laporan keuangan secara terperinci dalam suatu jangka waktu yang akan diserahkan kepada Direktur. 2. Meneruskan strategi yang sudah direncanakan oleh DIrektur kepada setiap staff. 3. mengkoordinasi setiap staff agar sesuai dengan pekerjaan yang ada dan mengurangi dampak buruk bagi divisi. 4. Mengontrol aliran uang dalam perusahaan.
Bagian accounting: 1. Mengurusi semua data tertulis keuangan perusahaan. 2. Membuat laporan keuangan untuk manajer keuangan. 3. Mencatat utang dan piutang perusahaan secara terperinci. 4. Menerima data dari bagian finance.
Bagian Finance: 1. Mengurusi semua aktivitas keuangan perusahaan. 2. Mencatat arus keuangan dan meneruskan kepada bagian accounting
Cashier: 1. Melakukan semua aktivitas keuangan perusahaan secara langsung dengan pihak kedua. 2. Melakukan pembayaran kepada supplier atas bahan mentah yang sudah dikirimkan.
64 3. Menerima pembayaran dari retail atau konsumen yang sudah menerima pengiriman produk dari perusahaan.
HRD Manager: 1. Mengawasi data para karyawan perusahaan secara keseluruhan. 2. Merancang etos kerja yang baik dalam perusahaan. 3. Membuat laporan tertulis atau tidak tertulis kepada Direktur mengenai karyawan. 4. Memberhentikan dan menerima karyawan. 5. Menjembatani karyawan dengan pihak manajemen perusahaan.
Administration dan staff: 1. Mengurusi data-data dari tiap karyawan. 2. Mengatur kebutuhan perusahaan dan karyawan dalam menjalankan pekerjaan. 3. Menerima semua masukan dan opini dari karyawan untuk diteruskan kepada manajer. 4. Mengurusi sistem administrasi karyawan. 5. Mengurusi perekrutan karyawan-karyawan baru.
Marketing Manager: 1. Menganalisa laporan-laporan penjualan untuk menentukan strategi penjualan pada masa berikutnya dan meminta persetujuan perusahaan. 2. Membuat laporan penjualan perusahaan untuk disampaikan kepada Direktur. 3. Memastikan target penjualan perusahaan dapat terus dicapai, dan menganalisa kendala-kendala yang dihadapi.
65 Staff Sales : 1. Mengurusi semua bidang penjualan perusahaan. 2. Berinteraksi langsung dengan konsumen. 3. Berusaha mencapai target penjualan yang ditetapkan oleh perusahaan. 4. Menerima pemesanan produk oleh konsumen.
Staff Marketing : 1. Menarik minat konsumen kepada produk dari perusahaan. 2. Memberikan pengenalan produk kepada konsumen. 3. Meningkatkan image perusahaan beserta produk-produknya dimata masyrakat.
Factory Manager: 1. Mengawasi seluruh aktivitas pabrik. 2. Bertanggung jawab atas semua aktivitas pabrik. 3. Membuat laporan mengenai aktivitas pabrik kepada Direktur. 4. Menentukan langkah yang harus ditempuh untuk efisinsi dalam pabrik.
Staff Production 1. Menjalankan proses produksi sebagaimana mestinya. 2. Memproduksi sesuai dengan pemesanan. 3. Memastikan produksi dapat berjalan efisien dan tepat waktu agar tidak terjadi keterlambatan produksi.
66 Staff Finishing 1. Memastikan produk akhir tidak cacat atau kurang. 2. Memeriksa kesiapan barang jadi. 3. Memastikan barang-barang yang mengalami cacat produksi untuk dipisahkan.
Staff Packing 1. Mempersiapkan barang hasil produksi sebelum dikirmkan kepada konsumen. 2. Memastikan produk dalam keadaan aman dan terjaga sampai ke tangan konsumen. 3. Mengirimkan produk yang sudah siap dikirim ke bagian pengiriman.
Preliminary Step Tugas mengembangkan sistem aplikasi e-Scm membutuhkan beberapa tahap persiapan yang terfokus pada analisis kebutuhan. Tahap persiapan tersebut terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:
Energize The Organization Electronic supply chain management yang akan dibangun pada PT. Cahaya Buana Furindotama mencakup hubungan mulai dari supplier, perusahaan hingga ke customer. Demi terwujudnya proses perancangan dan implementasi aplikasi e-Scm, maka harus adanya dukungan dari pihak manajemen perusahaan dan juga struktur organisasi yang sesuai. PT. Napolly Top Furniture memiliki struktur organisasi yang terdiri beberapa divisi yang dapat mendukung aplikasi e-Scm. Divisi-divisi tersebut memegang
67 peranan yang penting dan jelas dalam penerapan aplikasi e-Scm. Bagian manajemen perusahaan juga memberikan dukungan dalam penerapan aplikasi e-Scm. Berikut ini adalah bagian-bagian dalam PT. Cahaya Buana Furindotama yang memiliki peranan penting dalam sistem e-Scm: a. Logistic Manager Mengatur arus persediaan bahan baku. Mengeluarkan bahan baku untuk diteruskan kepada bagian Factory sesuai dengan permintaan untuk jumlah produksi. Selain itu mengawasi jumlah persediaan agar tetap stabil dan memberikan laporan jika persediaan harus ditambah kepada Financial b. Financial Manager Mengurusi bagian keuangan. Berinteraksi langsung dengan supplier jika perusahaan membutuhkan penambahan bahan baku dan mengurusi sistem pembayaran kepada supplier. c. Marketing Manager Menerima pemesanan dan melayani penjualan barang hasil produksi kepada konsumen. Memastikan hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan konsumen tetap baik. d. Factory Manager Bertugas mengatur dan mengawasi jalannya produksi, memastika jumlah produksi sesuai dengan jumlah pemesanan yang didapat oleh perusahaan. Memastikan jadwal produksi berjalan tepat waktu dan lancar.
68 Entreprise Vision PT. Cahaya Buana Furindotama yang didirikan pada tahun 1995 merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan dengan produk furniture dan peralatan rumah tangga dari bahan baku plastic. PT. Cahaya Buana Furindotama merupakan anak cabang dari PT. Cahaya Buana Furindotama. Perusahaan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi para pelanggan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan bahan-bahan berkualitas dalam produksinya dan menyewa tenaga-tenaga professional untuk meningkatkan kinerja dan performa perusahaan. Perusahaan mengharapkan produk yang dihasilkan memiliki nilai yang tinggi bagi pelanggan. PT. Cahaya Buana Furindotama memiliki banyak distributor dalam penyaluran produk perusahaan di seluruh Indonesia, mulai dari toko kecil sampai toserba besar. Perusahaan juga memiliki beberapa toko untuk menjual produk secara langsung kepada konsumen. Selain itu, perusahaan sering mengikuti pameran-pameran untuk menjaring pembeli.
Supply Chain Value Assessment Supply Chain Planning Supply chain pada PT. Cahaya Buana Furindotama meliputi beberapa aktivitas, antara lain: a. Order Commitment Order penjualan diterima oleh salesman atau sales counter (via telepon atau langsung). Setiap pesanan mencatat tanggal, jumlah, rencana pengiriman dan pihak pemesan. Bagian marketing akan memeriksa kepada bagian produksi
69 apakah pesanan tersebut dapat segera diproduksi dan bagaimana ketersediaan bahan baku di gudang. Jika kebutuhan sudah terpenuhi dan produksi siap berjalan maka Marketing Manager akan memberikan Surat Permintaan Produksi (SPP) kepada Factory Manager. b. Advanced Schedulling and Manufacturing Planning Factory manager akan menerima Surat Permintaan Produksi (SPP) dari bagian marketing dan mulai merencanakan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut. Jadwal produksi mencakup produksi khusus yang dimana merupakan produksi untuk barang-barang yang merupakan permintaan khusus dari pelanggan dan produksi umum yang dilakukan untuk mencapai target produksi dalam jangka waktu 1 bulan. c. Demand Planning Gudang melakukan pengecekan, apakah jumlah bahan baku yang diperlukan untuk melakukan produksi sesuai pesanan sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai atau mengalami kekurangan bahan baku maka staff bagian gudang akan membuat form permintaan pembelian kepada Logistic Manager untuk disetujui dan meneruskan kebagian finance. d. Distribution Planning Bagian Finance akan menghubungi supplier dan bernegoisasi. Jika sudah disepakati maka supplier akan mengirimkan bahan baku ke perusahaan yang akan diterima oleh bagian penerimaan di gudang. Staff bagian gudang akan mengecek fisik barang “apakah barang tersebut sesuai yang dibicarakan via
70 telepon baik jumlah, kualitasnya ? Jika ya, bagian finance kemudian membayar sesuai harga negosiasi
e. Transportation Planning Gudang memberikan informasi kepada bagian pembelian atau BM/FM mengenai barang-barang yang akan dipesan pada bukti Bukti Permintaan Barang (BPtB). Berdasarkan BPtB yang telah disetujui oleh BM/FM (Otorisator) ini kemudian bagian Adm. Pembelian menerbitkan Order Pembelian (OP) dan melakukan quotation (penawaran harga) kepada para supplier. Jika sudah tercapai kesepakatan maka supplier akan mengirimkan bahan baku ke bagian gudang. Bagian marketing akan membuat surat jalan kepada bagian delivery meneruskan barang hasil produksi ke setiap distributor yang akan menyalurkan barang langsung ke retail pemesan.
Supply Chain Execution Supply Chain Execution pada PT. Cahaya Buana Furindotama meliputi beberapa aktivitas sebagai berikut: 1. Order Planning Process A. Order penjualan diterima oleh salesman atau sales counter. Salesman/Sales counter membuat Nota Pesanan Penjualan (NPP) rangkap 2 dan ditandatangani oleh Sales dan Cap perusahaan. Nota
71 pesanan penjualan (NPP) yang asli diberikan ke bagian Adm. Penjualan untuk ditindaklanjuti, sementara Nota pesanan penjualan copy (NPP ke 2) untuk toko pemesan/pembeli. B. Bagian Adm. Penjualan kemudian menyerahkan Nota Pesanan Penjualan asli ini ke Marketing Manager yang kemudian akan memutuskan/mempertimbangkan pemberian kredit atau diskon kepada pembeli berdasarkan informasi dari bagian akunting/Adm. piutang mengenai kelancaran pembayaran toko pemesan/pembeli yang bersangkutan. 2. Replenishment Process A. Berdasarkan NPP yang diterima dari bagian Sales, setiap bulan Marketing akan menerbitkan Surat Permintaan Produksi yang akan diserahkan kepada bagian Factory Manager. B. Bagian Factory Manager akan mengeluarkan Surat Permintaan Bahan Baku kepada bagian Inventory. C. Inventory memberikan informasi kepada bagian pembelian atau BM/FM mengenai barang-barang yang akan dipesan. Berdasarkan persetujuan ini kemudian bagian administrasi pembelian membuat order pembelian dan melakukan negosiasi dengan supplier . D. Supplier dengan perjanjian yang dilakukan dalam negosiasi mengirimkan barang ke gudang tergantung dari hasil negosiasi. E. Setelah Inventory menerima barang yang dipesan, kepala gudang membuat laporan penerimaan barang yaitu material receive voucher/MRV. Gudang kemudian melakukan pencatatan dalam kartu
72 stock dan mengarsip dokumen-dokumen MRV sedangkan Adm. Accounting melakukan penjurnalan dan rekapitulasi pembelian serta untuk menambah stock bahan baku yang dibeli berdasar copy MRV serta melakukan pencatatan dalam Buku Hutang Dagang. F. Finance setelah menerima pemberitahuan dari Unit bahwa barang telah diterima kemudian Pusat melakukan pengecekan tagihan dari para supplier dan apabila telah mendekati jatuh tempo maka Pusat membuat PUTG dan membayar hutang unit ke supplier kemudian seluruh jumlah yang dibayarkan. 3. Production Process A. Sesuai dengan Surat Permintaan Produksi yang diterima maka bagian Production akan merencanakan jadwal produksi bulanan. Jadwal produksi dibuat secara detil berdasarkan produksi perhari, jenis produk, tenaga kerja, dan sumber daya yang dibutuhkan. B. Produk yang telah jadi, diperiksa dan dikirimkan ke bagian Delivery. 4. Distribution Process A. Sesuai jumlah barang yang siap dikirim di truck/mobil ekspedisi, bagian
Delivery
membuat
surat
jalan
rangkap
4
dan
menandatanganinya. Surat jalan asli,lembar ke 2,lembar ke-3 diserahkan ke Supir agar dibawa bersama barang
untuk
ditandatangani pihak toko. Lembar ke 4 di file oleh Staff bagian Iventory B. Staff bagian Iventory berdasarkan surat jalan lembar ke-4 melakukan pengurangan posisi barang di kartu stock.
73 C. Setelah barang diterima oleh pihak retail, kemudian retail barang menandatangani Surat jalan dan surat jalan copy/lembar
ke 2
diserahkan ke pihak toko/pembeli. Sedangkan surat jalan asli dan copy ke-3 dikembalikan diserahkan sales. D. Berdasarkan surat jalan asli yang telah ditandatangani pihak toko ini Bagian sales membuat faktur penjualan rangkap 3. E. Faktur penjualan ini diperiksa oleh bagian keuangan/akunting dan ditanda tangani oleh FM/BM, kemudian faktur asli,copy lembar ke-2 (merah) dan surat jalan asli diserahkan ke finance sementara lembar ke-3 dipegang oleh sales sebagai dasar untuk membuat laporanlaporan penjualan yang diperlukan oleh BM/FM. F. Bagian finance akan input penambahan piutang kemudian faktur difiling sementara sambil menunggu sampai waktu penagihan (dilanjutkan ke Prosedur Penagihan Piutang)
74 RICH PICTURES Proses Bisnis Berjalan
24. Surat jalan 1 dan 3 Pa y to
1. Pemesanan 4. copy NPP P ay to
3. NPP asli
$
25. Faktur penjualan + Surat jalan
Customer
P ay to
16. MRV
P a y to
$
Pa y to
Sales
$
7. SPP
Administration
$
Pa y to
$
Accounting Pay to
5. NPP 6. approve asli $
$
8. SPBB
Inventory
Factory Manager
26. faktur 1,2 + surat jalan asli 9. list bahan 10. approve 15. baku report
Marketing Manager
19. bahan baku 20. jadwal produksi 14. bahan baku
22. Surat jalan 4 11. negosiasi 12. kesepakatan Production
13. PO Pa y to
$
17. hutang P ay to
$
21. Barang jadi
18. pembayaran Finance
$ $
Supplier
23. Surat jalan 1,2,3
Delivery
Gambar 3.2 Rich Pictures Proses Bisnis Berjalan Sumber: PT. Cahaya Buana Furindotama
75 Keterangan Gambar: SO = Sales Order NPP = Nota Pesanan Penjualan PO = Purchase Order SPP = Surat Permintaan Produksi SPBB = Surat Permintaan Bahan Baku MRV = Material Receive Voucher
Permasalahan yang dihadapi Melalui pembahasan supply chain planning dan supply chain execution, maka ditemukan bahwa dalam melakukan proses bisnisnya PT. Cahaya Buana Furindotama menghadapi beberapa permasalahan, antara lain: 1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memproses pemesanan pelanggan. 2. Data bahan baku sering kali tidak lengkap atau tidak akurat, dapat terjadi juga kekosongan bahan baku pada saat jadwal produksi akan dibuat. 3. Terjadi Human Error yang dimana karyawan salah memasukkan data untuk nota-nota atau laporan. 4. Terjadi kesalahan komunikasi dengan retail dan supplier karena tidak terintegrasinya data perusahaan dengan data yang dimiliki oleh supplier dan retail. 5. Pihak retail yang ingin memesan seringkali ragu-ragu karena tidak mengetahui kapasitas produk yang bisa disediakan oleh perusahaan pada saat retail tersebut membutuhkan.
76 3.4.4. Opportunity Identification 3.4.4.1. Matriks Lima Kekuatan Industri dari Porter
Gambar 3.3 Matriks Lima Kekuatan Industri dari Porter Sumber: PT. Cahaya Buana Furindotama
1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru (Threat of New Entrants) Suatu industri yang memiliki peluang akan menarik minat para pelakupelaku bisnis baru. PT. Cahaya Buana Furindotama yang termasuk pelaku bisnis lama dalam bidang produksi peralatan plastik memiliki beberapa pesaing baru dalam industri ini, sebagian besar pesaing baru tersebut berada dalam skala kecil yang tidak terlalu mempengaruhi perusahaan. Salah satu pesaing baru yang cukup memiliki kelebihan untuk mengancam keberadaan PT. Cahaya Buana
77 Furindotama adalah PT. Green Leaf Indonesia karena perusahaan ini di sokong oleh perusahaan plastik ternama dari Jepang. PT. Green Leaf Indonesia memiliki berbagai ragam produk yang menarik para pelanggan dan segi kualitas produk yang cukup baik. Sedangkan pesaing-pesaing lainnya sulit untuk berkembang karena terdapat beberapa faktor hambatan. Faktor - faktor hambatan: •
Skala Ekonomi Pada dasarnya pendatang baru dalam suatu bisnis yang sudah cukup ketat persaingannya akan menemui hambatan – hambatan dalam menjalankan bisnisnya, misalnya pada proses produksi, hal ini mengakibatkan mereka harus melakukan produksi dalam skala yang kecil, hal ini terjadi karena tingkat biaya produksi cukup tinggi, biaya – biaya ini mencakup pembelian mesin – mesin produksi, lahan pabrik, biaya upah karyawan dan biaya – biaya lainnya. Sebaliknya pada perusahaan yang tengah berupaya pada skala produksi yang terus diperbesar dan proses produksi yang harus selalu diefisienkan sehingga harga per unit barang menjadi lebih rendah, hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut sudah mengalami balik modal.
•
Diferensiasi Produk Untuk menciptakan suatu produk dibutuhkan suatu inovasi terhadap produk tersebut dan pengalaman dalam membuatnya, agar produk tersebut dapat dipergunakan secara layak, dan tidak mudah untuk ditiru serta memiliki ciri khas, hal ini tentunya mengakibatkan tingginya
78 tingkat biaya yang dibutuhkan. Kebanyakan pemain baru mengikuti atau meniru produk-produk yang sudah ada tetapi dengan mengurangi kualitas dan mutu dari produknya sehingga harga jual produknya lebih rendah. •
Kecukupan Modal Menjalankan suatu usaha tidaklah mudah karena memerlukan modal yang tidak kecil dan saluran distribusi yang baik. Meskipun modal yang dikeluarkan cukup besar jumlahnya tetapi modal tersebut dapat dengan mudah diperoleh kembali, hal ini disebabkan oleh karena kita sebagai distributor hanya menyalurkan dan menjual produk tersebut ke outlet-outlet dan counter-counter yang ada di kota-kota dan daerahdaerah yang menjual produk tersebut. Oleh karena itu jika perusahaan pendatang baru ingin membuat produk sendiri tidaklah mudah karena membutuhkan biaya yang cukup besar untuk memproduksi barangnya yang mengakibatkan tingginya biaya modal yang dibutuhkan.
•
Akses ke Saluran Distribusi Pemain baru sangat sulit menembus pasar yang ada sekarang, hal ini diakibatkan oleh kurangnya pengalaman dan pengetahuan tentang cara berpromosi. Penetrasi pasar membutuhkan biaya tambahan yang sangat besar, hal ini dilakukan untuk membangun saluran distribusi antara penjual dan pembeli. Promosi produk merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha untuk menembus pasar dan melakukan perluasan jaringan distribusi.
79 2. Ancaman Produk Subtitusi (Threat of Subtitute Products or Services) Kenaikan harga jual produk menyebabkan timbulnya barang subtitusi atau barang pengganti yang dapat mempengaruhi penjualan produk utama. Meskipun masih ada konsumen yang membeli produk utama dengan kualitas yang lebih baik, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pangsa pasarnya dapat direbut karena adanya konsumen yang membeli produk kelas dua yang kualitas produknya tidak sebaik produk utama,akan tetapi untuk PT. Cahaya Buana Furindotama dengan produk Napolly tidak memiliki barang subtitusi dari segi tingkat harga yang lebih rendah sedangkan dari segi kualitas produk perusahaan memiliki pesaing-pesaing yang memproduksi produk berbahan baku kayu dan besi. Pesaing-pesaing tersebut antara lain adalah: PT. Cofemo furniture, PT. Max Havelaar Furniture Tbk, dan PT. Chitose Furniture. 3. Kekuatan Tawar Menawar Supplier (The Bargaining Power of Suppliers) PT. Cahaya Buana Furindotama mengutamakan kualitas dan mutu produk yang baik. Hal ini merupakan salah satu cara agar mencegah para pelanggan berpindah ke perusahaan lain. Penawaran produk yang berkualitas rendah dapat memberikan dampak negatif bagi perusahaan sehingga dapat mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan, yang pada akhirnya perusahaan tidak dapat bersaing dengan baik didalam pasar industri yang ada. PT. Cahaya Buana Furindotama memiliki 1 Supplier besar yang memiliki kontrak kerja, yaitu PT. Tri Polyta Indonesia Tbk dan beberapa supplier skala kecil yang memasok bahan baku pada perusahaan-perusahaan cabang.
80 4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (The Bargaining Power of Customers) Kekuatan tawar menawar pembeli memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap volume penjualan
perusahaan. Daya tawar pembeli terus menerus
mengalami perubahan mengingat jumlah populasi produk yang semakin tinggi. Untuk mengantisipasi kendala itu maka PT. Cahaya Buana Furindotama terus menerus melakukan pemantauan terhadap pengembangan mutu dan kualitas produk yang beraneka ragam agar dapat menyesuaikan produk-produk yang dijual terhadap daya tawar menawar konsumen. PT. Cahaya Buana Furindotama tidak pernah menjual produknya langsung kepada end-user, perusahaan mendapatkan permintaan dari retail-retail atau toko yang hendak menjual kembali produk tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan konsumen yang terlibat dalam proses bisnis perusahaan secara langsung adalah retail dan toko-toko. Perusahaan berusaha selalu memantau dan melakukan Follow Up kepada para pemilik retail dan toko tersebut agar terbina hubungan yang saling menguntungkan dan perusahaan selalu mendapatkan masukan pendapat mengenai produk-produk yang laku terjual maupun tidak dari para pemilik toko dan retail tersebut untuk dilakukan analisa lebih lanjut dalam pengembangkan strategi oleh perusahaan dimasa yang akan datang. 5. Persaingan Diantara Sesama Perusahaan yang Sejenis (Rivalry Among Existing Competitors) Pada dasarnya dalam setiap bisnis pasti terdapat persaingan, setiap perusahaan pasti ingin mencapai posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan pesaingnya dalam bidang yang sama. Sifat persaingan yang terjadi diantara para pebisnis tersebut berbeda – beda, dari persaingan yang halus sampai pada tingkat
81 persaingan yang saling menjatuhkan tergantung pada seberapa agresif perusahaan – perusahaan melakukan tindakan – tindakan yang mengancam perolehan laba pesaingnya, serta seberapa diperhatikannya etika dalam berbisnis oleh perusahaan – perusahaan yang bersaing dalam industri sejenis. PT. Cahaya Buana Furindotama memiliki beberapa pesaing yang bergerak dalam bisnis furniture plastik, yaitu: owl plast, Maspion Group, Lion Star Plastic. Perusahaanperusahaan pesaing tersebut dengan gencar melakukan penawaran-penawaran kepada konsumen dengan menyediakan beragam produk dan iklan-iklan yang menunjang penjualan produknya. PT. Cahaya Buana Furindotama terus menerus melakukan riset dan pengembangan dalam pembuatan strategi menghadapi para perusahaan pesaing tersebut.
Berdasarkan Matriks Lima Kekuatan Industri dari Porter, diketahui bahwa posisi perusahaan dalam industri sudah cukup kuat. Perusahaan mempunyai persaingan yang cukup tinggi dengan perusahaan yang memiliki modal kuat atau adanya dukungan dari perusahaan luar negeri. Perusahaan dapat menambah strategi yang dapat diterapkan dalam mengahadapi perusahaan-perusahaan pesaing yang bermodal kuat.
3.4.4.2. External Factor Evaluation (EFE) Matrix Adalah strategi yang digunakan untuk menganalisa faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sebuah perusahaan. Berikut adalah faktor eksternal dari PT. Cahaya Buana Furindotama :
82 1. Peluang (Opportunities) a. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki tingkat harga yang bersaing dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, karena bahan baku plastik lebih murah dibandingkan dengan bahan baku kayu dan besi dan juga dapat lebih awet karena bahan baku plastik tidak akan mengalami perubahan dibandingkan dengan bahan baku kayu yang dapat lapuk dan bahan baku besi yang dapat terjadi karat. b. Para pelaku bisnis memiliki kepercayaaan yang tinggi terhadap perusahaan, tingginya permintaan pasar untuk furniture plastik membuat para investor lebih concern. c. Masyarakat mulai melihat internet sebagai suatu kebutuhan sehari-hari, dibandingkan keadaan 5 tahun yang lalu peningkatan pemakaian internet cukup signifikan. Oleh karena itu hal ini merupakan peluang bagi perusahaan, semakin mudahnya akses internet dapat digunakan perusahaan dalam menarik minat pelanggan dan menjalin relasi yang lebih baik dengan para supplier. d. Tingginya permintaan pasar domestik dapat menarik permintaan dari luar negeri, karena pasar luar negeri akan melihat produk dan perusahaan yang memiliki tingkat permintaan tinggi untuk menjalin kerjasama. e. Industri plastik memiliki tingkat perkembangan yang cukup baik, dibandingkan dengan industri furniture berbahan baku besi atau kayu. industri furniture plastik meningkat cukup tajam karena terjadinya resesi global membuat konsumen lebih memilih furniture plastik yang berharga lebih murah dibandingkan dengan furniture berbahan baku kayu atau besi
83 dan juga furniture plastik lebih praktis karena lebih ringan. Sebagai contoh PT. Cahaya Buana Furindotama memiliki produk bangku plastik yang dilapisi kulit, hal ini karena 2 alasan: i. Dilapisi kulit dan diwarnai dengan warna gelap akan menyerupai furniture dari kayu. ii. Memudahkan bagi ibu rumah tangga dalam membersihkan, karena bahan plastik lebih ringan sehingga tidak membutuhkan tenaga yang besar untuk mengangkatnya. Dari 2 alasan tersebut PT. Cahaya Buana Furindotama telah menarik minat enduser yang membutuhkan furniture elegan dan praktis.
2. Ancaman (Threatness) a. Tingginya faktor persaingan dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam produk-produk plastik, tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menarik munculnya pesaing-pesaing baru. Persaingan tidak hanya dengan pelaku-pelaku lama tetapi juga dengan pesaing-pesaing baru yang potensial seperti: Green Leaf. b. Terjadinya resesi global berimbas pula pada perekonomian perusahaan, walaupun tidak berdampak terlalu besar dalam kawasan Asia. Perusahaan melakukan beberapa pengurangan inventaris perusahaan ataupun tenaga kerja untuk menstabilkan keuangan perusahaan. c. Perusahaan-perusahaan
asing
mulai
mengancam
pasar
nasional,
munculnya produk-produk perusahaan dari negara Cina, Jepang dan
84 Eropa mengancam keberadaan PT. Cahaya Buana Furindotama. Beberapa perusahaan tersebut antara lain: Owl Plast, Shinpo dan Huangxi. d. Banyaknya
produk-produk
palsu
yang
beredar
dipasar
dengan
menggunakan merk perusahaan, sebagai contoh di beberapa supermarket tersedia bangku-bangku plasti bermerk Napolly tetapi kualitas bahannya berbeda dengan produk asli perusahaan dan produk tersebut dijual dibawah harga produk asli. e. Perubahan kebutuhan dan kepuasan konsumen, dalam jangka waktu tertentu akan terjadi perubahan selera pada konsumen. Misalnya pada tahun 2009 produk furniture yang digemari oleh konsumen adalah tipe kursi dengan lengan dan bermotif batik, pada tahun 2010 kemungkinan tipe yang digemari akan berubah menjadi kursi plastik yang diberi bantalan busa dengan warna-warna cerah.
Variabel
Tabel 3.1 Matriks EFE Bobot
Peluang (Opportunities) 1. Tingkat harga 2. Kepercayaaan Pelaku Bisnis 3. Internet sebagai suatu kebutuhan sehari-hari. 4. Peluang menuju pasar internasional 5. Tingkat perkembangan industri yang cukup baik. Ancaman (Threatness) 1. Tingkat persaingan 2. Resesi global 3. Ancaman perusahaan asing 4. Produk palsu 5. Perubahan kebutuhan dan kepuasan konsumen
Total
Rating
Nilai
0.1 0.25 0.08
3 4 4
0.3 1 0.32
0.03 0.04
3 2
0.09 0.08
0.08 0.1 0.07 0.16 0.08
2 3 4 4 3
0.16 0.3 0.21 0.64 0.24
1
Sumber: PT. Cahaya Buana Furindotama
3.34
85 Berdasarkan Matriks kekuatan factor internal perusahaan, diketahui bahwa Internet dapat memberikan peluang yang sangat tinggi bagi perusahaan, dilihat dari nilai sebesar 0.32. Sedangkan dari sisi ancaman, perusahaan mendapatkan ancaman yang terbesar dari keberadaan produk-produk palsu yang beredar di pasar.
3.4.4.3. Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix Adalah tools dalam Strategic Management untuk mengevaluasi kekuatan utama dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Matriks IFE PT. Cahaya Buana Furindotama terdiri dari: 1. Kekuatan (Strengths) a. Pihak manajemen terdiri dari orang-orang yang berkualitas dan professional dibidangnya, sehingga perusahaan dapat lebih efisien dalam pengambilan keputusan dan pengaturan perusahaan. b. Memiliki banyak distributor dalam penyaluran barang hasil produksi, seperti Giant, Carefour dan Hypermart yang memiliki konsumen yang beragam dalam jumlah besar sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam mengakses pasar. c. Perusahaan memiliki tingkat teknologi yang cukup tinggi, karena para pegawai non-operasional diberikan masing-masing 1 buah komputer untuk mendukung pekerjaan mereka, perusahaan memiliki sistem jaringan tersendiri yang terintegrasi khusus dalam perusahaan saja (Intranet) dan perusahaan memiliki mesin-mesin produksi yang memakai teknologi terbaru.
86 d. Letak perusahaan berada didaerah yang strategis, yaitu di daerah Sentul yang dimana dekat dengan Jabodetabek yang merupakan pasar utama perusahaan, memudahkan perusahaan dalam mendistribusikan barangbarang hasil produksi. e. Perusahaan memiliki hubungan dengan beberapa supplier besar, seperti PT. Tri Polyta Indonesia Tbk memudahkan perusahaan dalam mengakses kebutuhan akan bahan baku.
2. Kelemahan (Weakness) a. Perusahaan kurang mengetahui keinginan pelanggan secara pasti, karena perusahaan tidak berinteraksi langsung dengan end-user. Perusahaan tidak menyediakan layanan secara langsung bagi end-user. b. Ragam produk yang dihasilkan kurang bervariasi, dibandingkan dengan perusahaan perusahaan pesaing yang memiliki lebih banyak variasi produk untuk menarik end-user. c. Iklan yang dilakukan perusahaan hanya terbatas dalam toko / retail. Iklan pada media cetak dan televisi masing kurang. Pengenalan produk yang dilakukan perusahaan memfokuskan pada pembuatan katalog dan brosur yang disediakan bagi end-user di retail-retail. d. Perusahaan tidak memiliki kepercayaan dari manajemen tingkat atas untuk melakukan terobosan-terobosan baru yang menggunakan Internet sebagai pendukung proses bisnis perusahaan, manajemen tingkat atas tidak
mempercayai
internet
dapat
meningkatkan
proses
bisnis
perusahaan. Pihak manajemen hanya menganggap bahwa internet hanya
87 digunakan untuk ”efisiensi waktu” bukan untuk ”meningkatkan proses bisnis”. Jadi konsep pemakaian internet bagi pihak manajemen hanya untuk membantu mengurangi waktu yang diperlukan. e. Masih banyak mengandalkan pemakaian kertas yang berlebihan dalam pelaksanaan pekerjaan dalam perusahaan. Hal ini kurang baik, semakin banyak pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin banyak kertas yang diperlukan untuk mencatat data dan pekerjaan, selain itu biaya yang dikeluarkan semakin banyak dan lamanya waktu yang diperlukan. Di Era globalisasi ini perusahaan-perusahaan terpacu untuk meningkatkan proses perusahaan dengan biaya yang minim dan waktu yang sedikit.
Variabel
Tabel 3.2 Matriks IFE Bobot
Rating
Nilai
Kekuatan (Strengths) 1. Kualitas SDM 2. Memiliki banyak distributor 3. Tingkat teknologi yang tinggi 4. Letak perusahaan yang strategis 5. Memiliki hubungan dengan supplier besar
0.21 0.21 0.1 0.06 0.09
4 4 4 3 3
0.84 0.84 0.4 0.18 0.27
Kelemahan (Weakness) 1. Kurang pengetahuan tentang pelanggan. 2. Variasi produk kurang 3. Kurangnya iklan mengenai produk 4. Kurang kepercayaan terhadap pemakaian internet 5. Pemakaian kertas yang berlebih.
0.06 0.1 0.07 0.05
1 2 2 1
0.06 0.2 0.14 0.05
0.05 1
2
Total
0.1 3.08
Sumber: PT. Cahaya Buana Furindotama
Dari tabel diatas diketahui bahwa kekuatan terbesar perusahaan adalah dari segi kualitas SDM dan memiliki banyak distributor yang menopang proses bisnis perusahaan. Sedangkan dari sisi kelemahan yang tertinggi adalah variasi produk. Variasi produk
88 perusahaan tidak sebanyak variasi produk pesaingnya, sehingga posisi perusahaan lebih lemah dibandingkan dengan pesaingnya.
Matriks IE Berdasarkan matriks IFE dan EFE, didapatkan nilai rata-rata tertimbang untuk EFE adalah 3.34. Sedangkan untuk IFE didapatkan nilai rata-rata tertimbang sebesar 3.08. dari kedua nilai tertimbang rata-rata tersebut diketahui bahwa PT. Cahaya Buana Furindotama termasuk dalam bagian I dalam matriks IE. Kelemahan dan ancaman-ancaman yang ada dapat ditutupi oleh kekuatan dan peluang perusahaan, sehingga perusahaan sangat berpotensi untuk berkembang menjadi lebih baik lagi. Dengan menerapkan beberapa solusi bisnis dan pemakaian teknologi akan mendukung proses bisnis perusahaan.
Matriks IE: Total Rata-rataTertimbang IFE
Total
Kuat 3.00 - 4.00
Sedang 2.00 - 2.99
Lemah 1.00 - 1.99
Tinggi 3.00 - 4.00
I
II
III
Sedang 2.00 - 2.99
IV
V
VI
Lemah 1.00 - 1.99
VII
VIII
IX
Rata-rata Tertimbang EFE
Gambar 3.4. Matriks IE
89 3.4.4.5. Analisis Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats (SWOT) Analisis
SWOT
yang
dapat
digunakan
sebagai
tolok
ukur
dalam
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada PT. Cahaya Buana Furindotama serta strategi-strategi yang akan dilakukan dijelaskan dalam sebuah matriks. Dapat diketahui berdasarkan matriks kekuatan internal dan eksternal perusahaan, bahwa perusahaan memiliki posisi yang kuat dan memiliki kekuatan yang mendukung posisi perusahaan tersebut. Oleh karena itu diusulkan perusahaan menggunakan strtategi SO pada matriks SWOT yang dimana perusahaan dapat menerapkan strategi yang mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai peluang-peluang yang ada sehingga perusahaan dapat terus berkembang dan bersaing dengan para pesaing yang sudah terlebih dahulu menguasai pasar seperti Lion Star.
90
Matriks SWOT: Tabel 3.3 Matriks SWOT Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weakness)
1.. Kualitas SDM
1. Kurang pengetahuan tentang pelanggan.
2.Memiliki banyak distributor
2. Variasi produk kurang
3. Tingkat teknologi yang tinggi
3. Kurangnya iklan mengenai produk
4.Letak perusahaan yang strategis
4. Kurang kepercayaan terhadap pemakaian internet
5. Memiliki hubungan dengan supplier besar
5. pemakaian kertas yang berlebih.
Peluang (Opportunities)
Strategi SO
Strategi WO
1. Tingkat harga
1.
1. Menambah jumlah variasi produk sesuai dengan permintaan pasar, yang dilakukan dengan
tetapi juga mulai merambah pasar internasional. (O1,O4,O5,W1,W2)
internet yang tinggi dalam masyarakat dan internet dapat merambah seluruh dunia bukan hanya
3. Internet sebagai suatu
terbatas pada suatu wilayah (S3,O3, O4). 2.
melakukan pelatihan-pelatihan karyawan yang dibarengi dengan penggunaan teknologi (S1, S3,
internasional
O2) 3.
industri yang cukup baik.
2. Meningkatkan efektifitas produk iklan atas produk dengan merencanakan lebih matang pemasangan iklan yang strategis yang diharapkan dapat meningkatkan pengenalan dan
Mempertahankan kepercayaan dari pelaku bisnis dengan peningkatan kinerja perusahaan dengan
4. Peluang menuju pasar
5. Tingkat perkembangan
startegi riset dan pengembangan produk. Sasaran yang dituju bukan hanya pada pasar lokal
digunakan internet sebagai salah satu proses bisnis perusahaan karena tingkat penggunaan
2.Kepercayaaan Pelaku Bisnis
kebutuhan sehari-hari.
Penggunaan teknologi dapat mendongkrak kinerja dan efisiensi perusahaan, selain itu dapat
kepercayaan kepada perusahaan (O2,W3) 3. Mengurangi penggunaan kertas dengan mengadopsi serta mengembangkan strategi
Meningkatkan layanan kepada masyarakat dengan berinteraksi lanrgsung melalui internet,
manajemen perusahaan asing karena sudah banyak perusahaan asing umumnya
memberikan layanan secara online , memberikan pengetahuan mengenai produk perusahaan
menghindari pemakaian kertas yang berlebih, selain itu hal ini merupakan salah satu upaya
kepada konsumen-konsumen ditempat yang jauh secara langsung dan memberikan laporan
mengenali situasi perusahaan internasional (O4, W5)
kepada investor guna menambah kepercayaan mereka. (S1,S2, S3,O2,O3,O4,O5)
Ancaman (Threatness)
Strategi ST
1. Tingkat persaingan
1.
Strategi WT 1.
Melakukan evaluasi dengan melakukan riset pendapat masyarakat mengenai produk
2.
Meningkatkan kemampuan daya saing perusahaan dengan mengaplikasi software-software
3.
Melakukan pendekatan kepada konsumen dan memberikan pengenalan produk dengan
perusahaan (W1,W3,O1,O5)
mengaplikasi teknologi tersebut dalam perusahaan karena tingginya tingkat persaingan maka
2. Resesi global
perusahaan harus dapat berinovasi baik dalam produk maupun kinerja perusahaan
3. Ancaman perusahaan asing 4. Produk palsu
Terus mengikuti perkembangan teknologi yang dapat menambah kualitas produk dan berusaha
pendukung pengambilan keputusan (W4,W5,T1,T4)
(S1,S3,T1,T3,T5) 2.
Memberikan jasa bagi pelanggan yang membeli produk perusahaan agar produk yang dihasilkan
5. Perubahan kebutuhan dan
tetap menjadi pilihan utama pelanggan. Menempatkan karyawan-karyawan yang berkualitas
penggunaan iklan sehingga masyarakat tidak keliru dengan produk-produk palsu, hal ini
kepuasan konsumen
dalam posisi tersebut. (S1,S2,S3,T1,T3,T4)
membantu pencitraan perusahaan sehingga dapat mengalahkan pesaing (W2,W3,T1,T3,T4)
3.
Perusahaan dapat menugaskan karyawan yang berpotensi untuk menarik investor-investor baru untuk mengatasi dampak resesi global. Perusahaan harus dapat menunjukkan kemampuan dalam menghadapi pesaing dan ancaman yang ada untuk menarik Investor(S1,S3,T2,T1)
91
Strategy Decision Setelah melihat latar belakang perusahaan, struktur organisasi, permasalahan dan peluang yang ada, maka PT. Cahaya Buana Furindotama dapat mengembangkan strategi bisnisnya dengan menerapkan sistem aplikasi e-SCM. Diharapkan sistem aplikasi e-SCM ini dapat memberikan perusahaan beberapa keuntungan: a. Otomatisasi proses bisnis perusahaan. b. Menghemat waktu yang dbutuhkan karena memepercepat aliran informasi antara suppliers, perusahaan dan customer. c. Mengurangi biaya operasional perusahaan seperti biaya pemakaian kertas, biaya telepon, biaya pengiriman surat-surat kepada supplier,dll.
92
Analisis Kebutuhan Tabel 3.6 Tabel Analisis Kebutuhan Strategi
Sasaran
Tujuan
Permasalahan
Solusi
Kebutuhan Informasi
Memaksimalkan penggunaan teknologi untuk mendukung proses bisnis perusahaan
Membangun aplikasi e-SCM
Sistem
Membangun Tender
Sistem
Membangun sistem pemesanan secara online
Memenuhi kebutuhan arus informasi yang cepat, akurat dan tepat sasaran.
Meningkatkan nilai bisnis perusahaan dengan meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan supplier dan antara perusahaan dengan pelanggan. Pengaturan dan kontrol tender bahan baku secara terkomputerisasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Memudahkan para distributor untuk memesan produk dan dapat mempersingkat waktu lebih banyak.
- Mengurangi proses bisnis yang banyak menggunakan kertas.
-
Pihak manajemen seringkali tidak menyukai data dalam bentuk softcopy
- Memberikan pendekatan kepada - Data-data tiap divisi dan pihak manajemen,bagaimana persediaan. keuntungan yang didapat - Sistem peramalan produksi. menggunakan data softcopy
- Meningkatkan kemampuan bisnis perusahaan sehingga bisa membantu memproleh kepercayaan dari rekan bisnis.
-
Sebagian besar dari rekan bisnis tidak dapat menggunakan sistem yang diusulkan.
-
Komunikasi terjalin secara lancar tanpa perlu tatap muka langsung sehingga dapat memudahkan pertukaran data perusahaan dengan supplier maupun distributor.
adanya redudancy data karena keterlambatan informasi yang dikirimkan.
-
Proses real time untuk memudahkan proses pengadaan bahan baku.
-
-
Meningkatkan value chain perusahaan dengan supplier
-
Mempermudahkan pemesanan karena dapat dilakukan secara online
Memberikan pelatihan dan pendekatan sehingga rekan bisnis dapat memahami dan menggunakan sistem untuk mendukung proses bisnis. Mengintegrasikan sistem internal dengan supplier dan distributor untuk mengurangi adanya datar-data yang rusak
Terbatas hanya untuk supplier-supplier yang sudah terdaftar saja.
-
Menawarkan supplier baru bergabung.
Lebih memakan waktu karyawan untuk memilih pemenang tender. - Distributor tidak melihat fisik produk secara langsung. -
-
Menggunakan sistem tender yang terpusat sehingga dapat meringkas waktu. Menampilkan data keterangan produk dan gambar produk. Selain itu dapat memberikan keterangan pemesanan berupa surat elektronik kepada distributor yang dapat dicetak sebagai bukti pemesanan.
-
supplieruntuk
Data-data rekan bisnis. Data mengenai produk dan kebutuhan.
-
Data tender Data supplier Data penawaran
- Data Produk - Data Distributor - Data Pesanan