BAB 3
ANALISIS MASALAH DALAM FILM ANIME NEON GENESIS EVANGELION
3.1 Garis Besar Cerita Neon Genesis Evangelion Di awal cerita versi tayangan serialnya, Neon Genesis Evangelion mengisahkan tentang berdatangannya para makhluk dari dunia lain yang disebut “Angel” ( Shito, dalam bahasa Jepang) setelah suatu masa yang disebut Second Impact. Angel berdatangan pada tenggang waktu 15 tahun setelah Second Impact, yaitu pada tahun 2015. Militer PBB berupaya memusnahkan makhluk yang dianggap berbahaya itu sampai akhirnya mereka menjatuhkan bom N2 yang disebut-sebut adalah istilah lain untuk nuklir. Namun upaya ini tetap gagal. Setiap Angel mempunyai AT Field (Absolute Terror Field) masing-masing yang melindungi mereka dari berbagai serangan fisik. Akhirnya PBB angkat tangan dan menyerahkan upaya pemusnahan Angel kepada organisasi semi-militer bernama NERV yang berbasis di Tokyo-3, Jepang. NERV dikepalai oleh ilmuwan bernama Ikari Gendoh. Tanpa diketahui banyak pihak, NERV – yang dulunya disebut Gehern sebenarnya sudah memprediksi akan kemunculan Angel sejak terjadinya Second Impact 15 tahun lalu. Mereka telah jauh-jauh hari mempersiapkan senjata mutakhir rahasia yang disebut Evangelion; atau biasa disebut EVA, sebagai satu-satunya senjata yang bisa menangkal Angel. NERV berada di bawah pengawasan dewan misterius yang disebut Seele. Seele sering membicarakan tentang Dead Sea Scroll. Dalam hubungannya dengan
25
dunia nyata, Dead Sea Scroll adalah sebuah perkamen kuno yang ditemukan pada tahun 1947 di Israel, dan memuat wahyu tentang Armageddon / Apocalypse (kiamat). Sepertinya Seele hendak memastikan kebenaran apa yang tertulis dalam Dead Sea Scroll, sementara pimpinan NERV ingin mencegah tujuan Seele tersebut dengan menciptakan EVA. Dewan Seele tahu tentang keberadaan proyek EVA, tapi mereka sengaja membiarkan NERV melaksanakan pengembangan proyek EVA tersebut dan Seele hanya mengamatinya dari jauh. EVA sendiri adalah bentuk mutasi senjata biologis; dalam arti bahwa makhluk ini bukan mesin. Meski sumber energinya baterai dan ada kokpit pengendalinya, tubuh EVA terdiri dari jaringan organ hidup. Makhluk ini bergerak berdasarkan sinkronisasi pikiran dan perasaan dengan pengemudinya. Tapi jika pengemudi hilang kesadaran, EVA dapat mengambil alih semua pergerakan atas dasar instingnya sendiri (berserk). Ini dikarenakan proyek pengembangan EVA yang masih belum mencapai tahap sempurna seratus persen. EVA yang berserk, adalah sesuatu hal yang tidak diharapkan oleh segenap pihak dalam cerita ini. Karena jika EVA sampai mengalami hal itu, ia menjadi sangat buas karena tindakannya berdasarkan naluri binatang liar. Untuk itulah peran pengemudi atau pilot, sangat penting untuk mengendalikan makhluk ini. EVA juga memiliki AT Field dan kemampuan untuk menetralisir AT Field Angel. Orang-orang yang bisa menjadi pengemudi EVA, hanyalah para remaja berusia antara 14-15 tahun. Lain dari golongan itu, tidak bisa. Untuk itulah, kandidat remaja dari berbagai pelosok dicari untuk kemudian dikirim ke Jepang, dan dipersiapkan menjadi pilot EVA. Yang berada di balik proses seleksi calon pilot ini adalah sebuah institut yang bernama Marduk. Anak-anak yang menjadi pilot EVA harus bisa menekan permasalahan hidupnya dalam-dalam, walau seringkali tidak sepenuhnya berhasil. 26
Anak-anak ini bersekolah di sekolah yang sama, di Tokyo-3, dan mereka satu sama lain tidak ada yang tahu bahwa keberadaan mereka dalam satu sekolah tersebut sebenarnya sudah dirancang oleh Seele. Dari anak-anak kandidat pilot EVA ini, terpilihlah tiga orang anak unggulan: Ikari Shinji; pilot EVA 01 yang tak lain adalah anak dari pimpinan NERV sendiri, Ayanami Rei; pilot penguji EVA generasi pertama (EVA 00) dan Sohryu Asuka Langley; pilot EVA 02 yang diproduksi di Jerman. Serangan Angel mempersatukan takdir mereka. Untuk bisa menang, mereka harus berinteraksi dengan orang lain dalam kesehariannya, agar bisa meringankan beban pikiran dan sukses bersinkronisasi dengan EVA. Setiap kali Angel berhasil dikalahkan, grafik psikis dari tingkat kedewasaan anak-anak itu meningkat. Akhir dari rangkaian cerita anime versi serial TV ini ada di episode ke-25 dan 26. Namun, kedua episode itu masih belum merupakan ending yang sebenarnya; melainkan sekedar sebagai ending alternatif. Masing-masing episode tersebut merupakan episode penalaran cerita. Di episode 25 menceritakan tentang konflik batin yang dialami tokohtokoh utama dalam film anime ini. Semacam video interview dengan para tokohnya, setelah apa yang mereka alami dalam menghadapi serangan-serangan Angel, apa perasaan mereka di posisinya masing-masing dan bagaimana mereka memandang arti kehidupan. Pada episode ke-26; masih tentang konflik batin, namun lebih difokuskan pada karakter Shinji, yang dalam kisah ini adalah tokoh yang diceritakan paling berat mendapat tekanan mental. Dalam episode ke-26 ini juga diceritakan tentang dunia alternatif yang dijalani tokoh-tokoh Neon Genesis Evangelion tanpa adanya Second Impact, EVA maupun Angel.
27
Sementara itu, untuk versi The Movie dibuat ke dalam dua judul: Death and Rebirth dan The End of Evangelion. Death and Rebirth berisi kumpulan flashback dari keseluruhan rangkaian ceriat versi serial TV tanpa ada penambahan cerita baru. Sementara The End of Evangelion yang menjadi klimaks dari keseluruhan rangkaian cerita Neon Genesis Evangelion, sinopsis garis besarnya adalah seperti berikut ini. The End of Evangelion merupakan lanjutan dari episode ke-24 pada versi serial TV. Dalam kisah ini, setelah NERV memusnahkan Angel ke-17 yaitu Tabris yang berwujud anak manusia remaja dengan nama samaran Nagisa Kaworu, komputer induk NERV yaitu MAGI di-hack oleh copy MAGI buatan Seele yang ada di luar Jepang. Kemudian markas NERV mendapat serangan besar-besaran. Bukan oleh Angel, tetapi oleh musuh terbesar manusia yaitu sesama manusia sendiri; dalam hal ini adalah Seele. Tujuan penyerangan Seele adalah memusnahkan EVA, yang dianggap menghalangi niat mereka untuk menciptakan kiamat ketiga atau Third Impact yang juga merupakan rencana terakhir Seele. Akibat chaos ini, NERV dan Seele saling berperang. Banyak anggota NERV yang terbantai dengan kejam dan lebih beringas dibanding saat mereka menghadapi serangan Angel. EVA-02 dan pilotnya; Asuka, yang koma karena depresi berat, disembunyikan. Rei berada di Central Terminal Dogma, ruang bawah tanah rahasia markas NERV di mana di situ disembunyikan Angel kedua, Lilith. Misato; ahli strategi perang NERV sekaligus ibu asuh Shinji, berusaha membawa Shinji - yang kala itu juga mengalami depresi berat seperti halnya Asuka - ke EVA 01. Setelah Asuka menemukan kembali rasa percaya dirinya, ia menyerang semua musuhnya secara membabi-buta dengan EVA 02. Hanya saja karena kali ini musuh yang dihadapi adalah manusia dan orang-orang Seele, mereka tahu bahwa kelemahan EVA ada pada Umbillical Cable dan mem28
fokuskan serangan ke situ. Seele mengerahkan EVA Series bertenaga S2 Engine yang baru selesai diproduksi untuk menghancurkan setiap EVA buatan NERV. EVA Series adalah sarana untuk mewujudkan Third Impact. Asuka yang mengamuk di dalam EVA 02 mendapat pemberitahuan dari Misato untuk menghancurkan semua EVA Series demi menghindari terjadinya Third Impact. EVA 02 hampir berhasil, tapi tiba-tiba muncul tombak Lance of Longinus yang langsung menancap di mata EVA 02. EVA 02 lumpuh seketika dan EVA Series yang tersisa bangkit kembali. Lalu, EVA Series memakan bagian-bagian tubuh EVA 02. Sementara itu Misato berhasil membawa Shinji ke dalam entry plug EVA 01. Misato memberinya instruksi terakhir, setelah itu ia meninggalkan Shinji. Misato tewas dalam baku tembak dengan pasukan Seele yang sudah menguasai markas NERV. Shinji yang sudah keluar dari hanggar dalam tubuh EVA, melihat EVA Series sedang menggerogoti bagian-bagian tubuh EVA 02. Di Terminal Dogma, Ikari Gendoh dan Rei bertemu Dr. Akagi Ritsuko yang berusaha mengaktifkan sistem ‘bunuh diri’ markas NERV. Namun upaya ini digagalkan oleh otak komputer induknya sendiri (MAGI-CASPER). Gendoh mengarahkan senjatanya ke Ritsuko yang bermaksud menghancurkan seluruh NERV. Di tengah kekalutan, pimpinan NERV itu mengungkapkan cintanya pada Ritsuko. Ritsuko mengatakan Gendoh sebagai pembohong dan ia pun tewas di tangan Gendoh. Sementara itu di Geofront, EVA Series membentuk formasi yang aneh di angkasa untuk menyerang EVA 01. Seketika itu tombak Lance of Longinus bergerak kembali. Tombak itu berhenti persis di hadapan EVA 01. EVA 01 yang sudah bergerak di luar kendali siapapun, bersama-sama dengan EVA Series membentuk Tree of Life untuk
29
memulai terjadinya Third Impact yang selama ini diusahakan oleh semua umat manusia agar tidak terjadi. Gendoh yang masih berada di Terminal Dogma meminta Rei agar membawanya serta ke dalam raga Lilith untuk tujuan menyatukan embrio Adam yang bersemayam di tangannya, dengan Lilith. Tapi Rei menolaknya. Kemudian, Rei yang sebenarnya adalah manusia buatan hasil eksperimen Seele dan NERV itu bersatu dengan tubuh Angel Lilith. Terciptalah makhluk raksasa dengan bentuk fisik persis Ayanami Rei yang langsung terbang ke angkasa dan menyambar tubuh EVA 01. Lilith-Rei mengungkap berbagai macam hal seperti maksud dan tujuan keberadaan umat manusia di dunia kepada sisa manusia yang masih hidup (dalam gambaran cerita ini: kepada Shinji). Third Impact atau kiamat terakhir pun terjadi, dan menyapu bersih seisi dunia. EVA 01 diserap ke dalam tubuh Lilith-Rei. Selama berada dalam dimensi tubuh Lilith inilah, Shinji memperoleh lebih jauh lagi gambaran-gambaran tentang perjalanan hidupnya selama ini, tentang makna eksistensi seorang manusia dan apa maksudnya ia terlahir ke dunia. Berbagai pandangan yang diperoleh membuat Shinji berubah pikiran. Perubahan pandangan hidupnya ini memberi dampak tubuh Lilith-Rei yang hancur dan EVA 01 meronta keluar dari dalamnya. Lilith kemudian jatuh ke ujung alam semesta dan darahnya mengalir menjadi lautan. Shinji kemudian terbangun di suatu pantai di dunia yang keberadaannya tidak jelas. Yang terpampang di depan matanya hanya lautan darah, reruntuhan NERV dan bangkai sisa-sisa EVA di mana-mana. Shinji kemudian baru menyadari bahwa di sampingnya tergeletak Asuka yang terluka. Asuka masih hidup, tapi kesadaran jiwanya sudah entah berada di mana. Pemusnahan isi dunia dalam kisah ini hanya menyisakan
30
sepasang anak manusia tersebut; yang tak lain adalah para pilot EVA. Dan inilah akhir dari keseluruhan kisah Neon Genesis Evangelion.
3.2 Analisis Pemikiran - pemikiran Di Balik Cerita Film Animasi Neon Genesis Evangelion Dilihat dari segi religi, film animasi ini cukup banyak dikritik oleh kalangan gereja Katolik dan Protestan di Jepang karena dalam film anime ini banyak sekali simbol-simbol agama Kristiani yang termuat, dan pengungkapan tentang asal-mula terbentuknya manusia serta akhir dunia yang digambarkan di dalamnya tidak sesuai dengan idealisme gereja. Sebagai awal, dapat dilihat dari pencerminan nama/ judul yang dipakainya. Berdasarkan telaah yang dikemukakan oleh Genevieve Petty (2004) dalam Saving Humanity through Gender Reversal: A Feminist Interpretation of Shinseiki Evangelion, “Evangelion” berasal dari bahasa Yunani “Euangelion”, yang berarti Gospel (eu=hal baik, angel=malaikat). Hal ini juga seperti dinyatakan pada sumber data http://www.fortunecity.com/lavendar/sydenham/167/pmech21.html.
Dalam
bahasa
Inggris, pengertian Evangelist adalah pembawa kabar Injil. Sementara “Shinseiki” [新世紀] dalam pengertian bahasa Jepang jika ditranslasi ke bahasa Inggris berarti Abad Baru atau Era Baru. Demi suksesnya pemasaran film ini ke kawasan Barat, Anno bersama tim Gainax kemudian memutuskan bahwa kata “Genesis” adalah kata yang paling cocok dan memiliki kesamaan makna dengan kata “Shinseiki” untuk menyampaikan konsep gambaran tentang ceritanya. Semula, tim produksi ini ingin memakai nama Neo Genesis Evangelion sebagai judul lengkap kisah ini. Namun, pada rapat berikutnya, mereka memutuskan tidak jadi memakai judul tersebut karena
31
dikhawatirkan akan timbul persepsi bahwa mereka mengcopy ide judul Neo-Tokyo dalam cerita Akira yang sudah lebih dulu rilis. Padahal, kedua cerita film tersebut sama sekali tidak bersinggungan dan konsep ceritanya pun berbeda sama sekali. Karena itu, pada akhirnya diputuskan bahwa judul yang dipakai adalah Neon Genesis Evangelion. Menurut Patrick Drazen dalam artikelnya Anime Explosion! The What? Why and Wow of Japanese Animation (2003:300-301), dari judul lengkap ini, tersirat bahwa ide di baliknya bermakna “Kebangkitan Gospel untuk Sebuah Awal Yang Baru”. Hal ini secara tidak langsung menyatakan pesan tentang rencana memulai segalanya dari awal kembali. Dalam konteks ini yaitu tentang terjadinya kiamat sebagai jalan untuk mengakhiri dunia dan melakukan re-start kehidupan baru. Sebagaimana telah dibahas, tema besar dalam cerita ini tentang kiamat. Menurut Patrick Macias dalam artikel The End of Evangelion pada majalah Animerica (2002:40), Anno memakai mitos mistik tentang ramalan kiamat dari agama Kristen Judea yang dikawinkan dengan kepercayaan Shinto di Jepang. Kemudian kedua unsur religi ini digabungkannya lagi dengan sistem tehnokrasi modern sehingga sistem ‘penyelamatan’ manusia dengan cara pemutar-balikkan situasi ini tampil dalam nuansa tehnologi futuristik. EVA terlihat seperti film animasi bergenre mecha/ robot, padahal makhluk EVA itu sendiri sebenarnya bukan robot, melainkan bentuk evolusi kehidupan lain yang juga memiliki jiwa. Menurut Mark MacWilliams dalam Jewish-Christian Symbolism in Neon Genesis Evangelion (2001), adanya konflik antara pihak yang menginginkan terjadinya penghancuran besar (kiamat) untuk memulai lagi segala bentuk kehidupan dari awal dengan pihak yang berupaya mencegah penghancuran tersebut dalam kisah ini, menggambarkan kenyataan bahwa kiamat ternyata adalah hasil dari perbuatan manusia itu sendiri. 32
Film anime Neon Genesis Evangelion disebut-sebut juga sebagai film anime psychotic sosial-agama. Menurut Volker Grassmuck dalam Man, Nation & Machine The Otaku Answer to Pressing Problems of the Media Society (2000: 5-6), selain Anno menyusun cerita ini dengan mengadaptasi data-data teologi mitos dalam agama Kristen, ia juga menampilkan sudut pandang psikologis seorang otaku dalam memandang dunia beserta isinya. Sedangkan menurut MacWilliams dalam Jewish-Christian Symbolism in Neon Genesis Evangelion (2001:1), Neon Genesis Evangelion secara imajinatif dalam penyajiannya memakai penggabungan unsur simbol Kristiani dan tehnologi untuk membangkitkan pemikiran dalam benak penontonnya tentang bagaimana sebenarnya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhan; mengapa saya (manusia) terlahir ke dunia dan apa makna hidup sebelum semuanya berakhir. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul itu sangat dimungkinkan karena ketika Anno menyusun script untuk cerita ini, ia tengah berada dalam kondisi jiwa yang labil akibat depresi berat yang dideritanya setelah merasa terus-menerus terbeban oleh pekerjaan dan tekanan batin. Seperti ditulis dalam Biography for Hideaki Anno oleh Moyoco Anno (2002) bahwa Hideaki Anno adalah seorang otaku sejati sebelum lahirnya pemikiran tentang Neon Genesis Evangelion. Mengacu pada arti harafiahnya, kata otaku 「お宅」berarti rumah dalam bahasa Jepang. Dalam konteks ini, konotasinya adalah wujud ‘keaslian’ kita dalam rumah sendiri. Menurut Volker Grassmuck dalam Man, Nation & The Machine – The Otaku Answer to Pressing Problems of the Media Society (2000:1-3), makna kata otaku diinterpretasikan sebagai orang dengan kondisi fisik dan kejiwaan yang rentan. Mereka bukan tipikal orang yang menunjukkan emosi yang meledak-ledak di kala merasa tersinggung, dan mereka adalah tipikal orang yang sangat tidak percaya
33
diri dalam hubungan antar-personal dalam masyarakat. Karena itulah mereka umumnya berkepribadian sangat tertutup. Mereka terobsesi pada hobby mereka yang umumnya tidak jauh dari budaya pop kaum muda seperti musik, film anime, komik, model kit, video game, komputer bahkan seks yang semuanya itu bisa dilakukan seorang otaku dalam ruang kamarnya yang terpencil sendirian. Hal itu sebagai bentuk obsesi atau ketertarikan mereka pada budaya pop, namun mereka terlalu takut pada resiko kesalahan yang mungkin timbul jika menunjukkannya di depan mata orang lain dalam lingkup sosial. Menurut analisis penulis, dilihat dari sisi si penulis cerita ini yaitu Hideaki Anno, dia adalah seorang otaku. Sehari-hari hidupnya hanya diisi dengan menonton film anime, mengerjakan tugas-tugas yang dihibahkan padanya dari studio tempatnya bekerja, dan menarik diri dari sosialisasi dengan lingkungan serta khalayak ramai. Ini semua dikarenakan sebagai seorang berkepribadian sensitif, secara psikis ia menjadi perfeksionis juga. Orang berkepribadian sensitif biasanya menghindari kesalahan atau kegagalan, karena ia tidak ingin mendapat cemooh dari orang-orang sekitarnya yang bisa membuat batinnya merasa sakit. Film animasi Fushigi no Umi no Nadia (Nadia: The Secret of Blue Water) yang disutradarai Anno pada tahun 1990, menurut Anno sendiri bukanlah hasil karyanya yang bagus (sekalipun film itu menjadi hit di Jepang ketika itu). Anno stress karena merasa dirinya gagal menghasilkan film berkualitas; terlebih lagi ia tak sanggup lagi terus menghadapi kritik dan komentar dari orang-orang di lingkungan kerjanya. Dalam kondisi jiwanya yang tergoncang dan sempat mendapat perawatan terapi psikiater ini, lahirlah ide Anno untuk kisah Neon Genesis Evangelion ini. Berikut ini adalah pemikiran Anno sesaat sebelum film animasi Neon Genesis Evangelion ditayangkan 34
serentak di jaringan TV Tokyo, Jepang yang dikutip dari Viz Comic – Collected Evangelion Manga volume 1 (1997: 172-173): The year: 2015 A world where, fifteen years before, over half the human population perished. A world that has been miracuously revived: its economy, the production, circulation, consumption of material goods, so that even the shelves of convenience stores are filled. A world where the people have gotten used to the resurrection-yet still feel the end of the world is destined to come. A world where the number of children, the future leaders of the world, is few. A world where Japan saw the original Tokyo destroyed, discarded and forgotten, and built a new capital in Nagano Prefecture. They constructed a new capital, Tokyo-2, then left it to be a decoy-then constructed another new capital, Tokyo-3, and tried to make it safe to attack. A world where some completely unknown enemy called the "Angels" comes to ravage the cities. This is roughly the worldview for Neon Genesis Evangelion. This is a worldview drenched in a vision of pessimism. A worldview where the story starts only after any traces of optimism have been removed. And in that world, a 14-year-old boy shrinks from human contact. And he tries to live in a closed world where his behaviour dooms him, and he has abandoned the attempt to understand himself. A cowardly young man who feels that his father has abandoned him, and so he has convinced himself that he is a completely unnecessary person, so much so that he cannot even commit suicide. And there is a 29-year-old woman who lives life so lightly as to barely allow the possibility of a human touch. She protects herself by having only surface level relationships, and running away. Both are extremely afraid of being hurt. Both are unsuitable-lacking the possitive attitude-for what people call heroes of an adventure. But in any case, they are the heroes of this story. They say, "To live is to change." I started this production with the wish that once the production was complete, the world, the heroes, would change. That was my "true" desire. I tried to include everything of myself in Neon Genesis Evangelion-myself, a broken man who could do nothing for four years. A man who ran away for four years, one who was simply not dead. Then one thought:"You can't run away," came to me, and I restarted this production. It is a production where my only thought was to burn my feelings into film. I know my behaviour was thoughtless, troublesome, and arrogant. But I tried. I don't know what the result will be. 35
That is because within me, the story is not yet finished. I don't know what will happen to Shinji, Misato, or Rei. I don't know where life will take them. Because I don't know where life is taking the staff of the production. I feel I am being irresponsible. But...But it's only natural that we should synchronize ourselves with the world within the production. I've taken on a risk: "It's just an imitation." And for now I can only write this explanation. But perhaps our "original" lies somewhere within there. July 17, 1995, In the studio, a cloudy, rainy day. Terjemahan: Tahun:2015 Dunia, di mana 15 tahun sebelumnya, lebih dari separuh dari populasi manusia, binasa. Dunia di mana secara mujizat, berhasil bangkit kembali: dalam hal ekonomi, produksi, sirkulasi, konsumsi kebutuhan pokok, sehingga bahkan; rak-rak di mini market terisi sepenuhnya. Dunia di mana orang-orangnya merasa harus bangkit berjuang – namun di saat yang sama juga merasa bahwa akhir dunia memang ditakdirkan akan datang. Dunia di mana jumlah anak-anak, calon pemimpin dunia di masa datang, hanya tinggal sedikit. Dunia di mana Jepang melihat Tokyo yang sebenarnya hancur, ditinggalkan dan dilupakan, dan membangun ibukota yang baru di prefektur Nagano. Mereka mendirikan ibukota baru, Tokyo-2, lalu ditinggalkan sebagai umpan, Kemudian mendirikan ibukota baru yang lain, Tokyo-3, dan mempertahankannya agar selalu aman dari berbagai serangan. Dunia di mana sejumlah musuh yang tidak dikenal; bernama “Angels”, datang untuk memporak-porandakan kota-kota. Inilah garis besar pemandangan dunia dalam Neon Genesis Evangelion. Inilah pemandangan dunia yang membanjur dalam sisi pandangan seorang pesimis. Pemandangan dunia di mana cerita ini dimulai, hanya jika jejak seseorang yang optimis dihapuskan. Dan di dunia itu, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun menjauhkan diri dari hubungan sosial antar manusia. Dan dia berusaha hidup dalam dunia yang tertutup, di mana perilakunya menghukum dirinya sendiri, dan dia mengabaikan usaha untuk memahami dirinya sendiri. Seorang pemuda pengecut yang merasa bahwa ayahnya telah mengabaikan dia, dan karena itu ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia adalah seseorang yang tidak berguna, begitu kuatnya, hingga dia sendiri bahkan tidak berani melakukan bunuh diri. Lalu ada seorang wanita berusia 29 tahun, yang menjalani hidup yang begitu bersinar, hingga seolah hampir tidak membutuhkan kehadiran sentuhan orang lain. Dia melindungi dirinya sendiri dengan hanya membina hubungan antar manusia pada level di permukaan saja, kemudian melarikan dirinya. Namun apapun masalahnya, merekalah pahlawan-pahlawan dalam cerita ini. 36
Mereka berkata,”Hidup adalah untuk suatu perubahan.” Aku memulai produksi ini dengan harapan, begitu produksi ini selesai, dunia, dan tokoh-tokohnya akan berubah. Itulah keinginanku yang sebenarnya. Aku mencoba memasukkan sendiri semua yang ada pada diriku ke dalam Neon Genesis Evangelion, Aku, seorang pria putus asa yang tidak dapat melakukan apapun selama empat tahun. Pria yang melarikan diri selama empat tahun, untungnya tidak sampai mati. Lalu sebuah pemikiran: “Kamu tidak bisa lari,” datang padaku, dan aku memulai kembali produksi ini. Ini adalah sebuah produksi di mana satu-satunya pemikiranku membakar hasrat perasaanku ke dalam sebuah film. Aku tahu bahwa perbuatanku sering tanpa dipikirkan, pembuat masalah, dan arogan. Tapi aku setidaknya aku mencoba. Aku tidak tahu akan seperti apa hasilnya. Itu karena bagiku, cerita ini belumlah selesai. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Shinji, Misato atau Rei. Aku tidak tahu ke mana hidup akan membawa mereka. Karena aku sendiri tidak tahu ke mana hidup akan membawa para staff produksi. Aku merasa diriku tidak bertanggung-jawab. Namun... namun ini alamiah, bahwa kita harus men-sinkronisasikan diri kita dengan dunia seiring perputarannya. Aku berani mengambil resiko: “Ini hanyalah imitasi”. Dan untuk saat ini aku hanya dapat menuliskan penjelasan ini. Namun mungkin, diri kita yang sesungguhnya terletak di suatu tempat di dalam sana. 17 Juli 1995, Di studio, saat hari hujan dan berawan. Dari itulah, banyak sekali sisi psikologis dan sudut pandang seorang manusia saat berada dalam tekanan, yang disajikan dalam film ini dan membuat Neon Genesis Evangelion disebut juga sebagai salah satu film animasi psychotic. Latar belakang jaman dalam Neon Genesis Evangelion adalah masa depan, ketika separuh isi dunia sudah terendam air laut akibat ekses dari bencana yang disebut Second Impact. Pada jaman itu, tepatnya di tahun 2015, yang disebut sebagai negara Jepang adalah sebuah wilayah dunia buatan bernama Geofront. Dalam Geofront inilah, penduduk negara Jepang yang masih tersisa hidup dalam kota besar yang disebut Tokyo-3. Pemerintah Jepang di sini tidak lagi memiliki kekuatan militer penuh untuk 37
melindungi negaranya. Karena itulah pemerintah membentuk organisasi khusus dari sisa-sisa kekuatan militernya yang disebut JSSDF (Japan Strategic Self Defense Force) untuk menjadi perisai pertahanan Tokyo-3. JSSDF kerap menjadi pihak yang membantu NERV dalam menghadapi para Angels. Namun kelak, dalam The End of Evangelion, JSSDF diboikot oleh pihak Seele. Tokoh utama dalam Neon Genesis Evangelion adalah seorang anak remaja berusia 14 tahun yang bernama Ikari Shinji. Berkaitan dengan pemilihan tokoh utama yang bukan orang dewasa, MacWilliams dalam Jewish-Christian Symbolism in Neon Genesis Evangelion (2001:3) berpendapat adanya dua alasan. Pertama, Anno menggunakan anak remaja sebagai tokoh utama karena dalam pemikirannya sebagai orang Jepang, anakanak remaja adalah sosok jiwa yang murni dan masih sangat rentan. Sementara sosok orang dewasa dalam pemahaman orang Jepang, selalu dilukiskan sebagai potret orangorang koruptor dan dipenuhi sisi kegelapan. Di Jepang, kaum orangtua modern kebanyakan bersikap otoriter, diktator dan menuntut kesempurnaan dari anak-anaknya. Tapi mereka sendiri tidak mempedulikan ataupun memberikan penghargaan terhadap sang anak bila anak itu meraih suatu keberhasilan. Inilah potret rasa tertekan yang dialami secara nyata oleh anak-anak remaja di Jepang. Alasan kedua, ialah keterbatasan kondisi Shinji yang justru memungkinkan timbulnya simpati dan berdasarkan pengalaman Anno sendiri. Hal seperti ini menghasilkan sebuah tayangan film anime yang sifatnya universal dan melintasi tembok antar bangsa. Namun, alasan yang paling utama adalah Anno dan tokoh-tokoh ciptaannya memiliki penderitaan batin maupun keraguan yang sama atas diri mereka sendiri pada kondisi terdesak. Manusia pada akhirnya berusaha menemukan pemecahan persoalan mereka dengan kekuatannya sendiri, namun tidak selamanya memberikan penyelesaian 38
gemilang. Dari sinilah timbul semacam pertanyaan yang mengarah ke sindiran; Apakah perjalanan hidup manusia itu sebetulnya hanya sesuatu yang semu dan Tuhan itu betulbetul ada? Bentuk sindiran itu tampil dalam Neon Genesis Evangelion sebagai bunyi slogan NERV: “God in His Heaven. All’s Right With The World”. Lebih jauh tentang pembahasan ini akan diuraikan pada butir 3.3 tentang telaah tanda dan simbol. Kembali ke pertanyaan semula, walaupun pertanyaan seperti itu tidak terjawab, namun makna film Neon Genesis Evangelion sebenarnya bukan tentang pembelotan terhadap Tuhan. Tapi lebih mengarah ke bentuk pencarian jatidiri setiap umat manusia yang bisa memberikan dua pilihan untuk dirinya sendiri: damai sejahtera atau justru hancur.
3.3 Telaah Terhadap Tanda dan Simbol Dalam Film Neon Genesis Evangelion dan Hubungan Intertekstualnya Dengan Alkitab Seperti telah dikemukakan pada Landasan Teori di bab sebelumnya, Julia Kristeva (1980) mengemukakan teori bahwa salah satu unsur yang ada di dalam teks bisa menjadi indeks yang mengacu atau berhubungan dengan teks lain, sehingga pemahaman maknanya ditopang oleh rangkaian dari keseluruhan teks. Berlandaskan teori Kristeva itu, penulis mengemukakan hasil analisa yang penulis dapatkan tentang makna tanda, simbol dan makna kiamat dalam cerita film Neon Genesis Evangelion pada bagian ini. Menurut analisis penulis, isi utama film Neon Genesis Evangelion yang dapat dipelajari oleh penonton sejak memasuki cerita episode ke-14 adalah tentang usaha mereka untuk melindungi Angel Adam dari kontak dengan Angel-Angel lainnya. Sebab, kontak kedua makhluk ini dapat mengakibatkan kepunahan manusia. Adam adalah Angel pertama yang muncul di bumi, dan sumber asal-muasal para Angels. Untuk itulah dikembangkan EVA Project dengan menciptakan EVA sebagai tameng bagi Adam dari 39
kontaminasi Angel. Di sini, eksistensi makhluk-makhluk EVA merupakan sebuah pertanda. Asal kata EVA sendiri dari bahasa Jerman untuk menyebut “Eve” atau Hawa. Dalam Kitab Kejadian pada Perjanjian Lama Alkitab, Adam dan Eva adalah pasangan manusia pertama di dunia yang diciptakan Tuhan. Sepanjang sejarah terciptanya manusia dalam Kitab-kitab Suci agama, Adam diberi peran oleh Tuhan untuk selalu menjaga serta melindungi Eva. Sementara dalam Neon Genesis Evangelion, para EVA justru yang berperan melindungi Adam. Penulis menganalisis bahwa kondisi yang terbalik inilah yang merupakan salah satu penanda akan segera datangnya kiamat. Lakilaki yang sudah tidak bisa memegang tampuk kepemimpinan, membebankan perannya kepada perempuan. Dalam pengamatan penulis sejauh ini, bentuk-bentuk perlakuan tersebut dalam dunia nyata juga ada, di antaranya seperti: perempuan sebagai pencari nafkah sekaligus pengurus rumah tangga atau perempuan sebagai sumber pembiayaan untuk kebutuhan hidup. Dalam Neon Genesis Evangelion, EVA 00, EVA 01 dan EVA 02 masing-masing memiliki jiwa seorang wanita, dan mereka bertempur melawan Angel untuk menjauhkan benih Adam dari jangkauan Angel. Itu adalah tanda bahwa akhir jaman sudah dekat; karena itu artinya manusia (laki-laki) sudah tidak mengindahkan perintah Tuhan untuk selalu menjaga dan melindungi perempuan. Karakter tokoh lakilaki dalam Neon Genesis Evangelion menurut persepsi Genevieve Petty dalam Saving Humanity through Gender Reversal: A Feminist Interpretation of Shinseiki Evangelion (2004:2), seolah menjadi para pecundang yang bersembunyi di balik keperkasaan karakter wanitanya. Penulis sendiri menganalisis dengan melihat kenyataan dalam cerita ini, bahwa tidak hanya Adam yang dibentengi oleh para EVA. Tapi Ikari Shinji sang tokoh utamanya juga begitu dilindungi oleh para wanita di sekitarnya; yaitu Misato, Rei dan Asuka. Ikari Gendoh; ayah Shinji sendiri, ‘bersembunyi’ di balik kekuatan anak 40
buah wanitanya. Saat Angel menyerang Tokyo-3 dan NERV, Gendoh mengerahkan Misato sebagai juru taktik perang dan Ritsuko sebagai penjaga sistem komputerisasi serta proteksi NERV. Sementara ia sendiri hanya diam memperhatikan dari balik kursi kehormatannya. Ritsuko pernah mengeluarkan pendapat sinisme-nya terhadap sikap Gendoh yang seperti itu, kurang-lebih intinya sebagai berikut,”Di saat dia butuh, dia gunakan para ‘perempuannya’. Bahkan dia bisa seenaknya memerintah walau sebenarnya dia sudah tak lagi mempedulikan perempuan tersebut. Benar-benar orang yang ‘realistis’.” (The End of Evangelion, eps. “Air”). Dinyatakan pula oleh Petty (2004), sekalipun Anno adalah laki-laki, tapi ia juga memiliki kepekaan terhadap peranan pria dan wanita ini. Buah pikiran dari sudut pandang feminismenya itu tercetus dalam konsep karakter tokoh dan peranan yang seperti demikian adanya. Dengan demikian, penulis menganalisis bahwa eksistensi EVA, serta pertukaran peran tokoh laki-laki dan perempuan dalam kisah ini merupakan tandatanda akan datangnya sesuatu yang bersifat malapetaka.
EVA 00
EVA 01
EVA 02
Dalam folklor Yahudi, ada manusia perempuan lain yang sebenarnya sudah lebih dulu melakukan kontak dengan Adam sebelum diciptakannya Eva. Namun, perempuan ini tidak diakui keberadaannya dalam Alkitab Kristen dan Katolik Vatican. Ia adalah
41
Lilith; yang dalam cerita Neon Genesis Evangelion muncul sebagai Angel kedua yang tiba di bumi dan ditawan di ruang Terminal Dogma dalam markas NERV. Penonton dapat melihat dalam film ini, Lilith ditawan manusia dalam posisi seperti martir Yesus Kristus yang disalib berdasarkan kisahNya dalam Injil Matius 27:32-44. Dalam Neon Genesis Evangelion episode 24 – The Beginning and The End, or “Knockin’ On Heaven’s Door”, Lilith, adalah ibu dari semua manusia yang bersedia mengorbankan dirinya untuk ditawan dan mengambil alih peran sebagai Adam palsu. Sehingga, sampai episode ke-24 ini, banyak orang yang salah menduga bahwa Lilith adalah Adam. Nagisa Kaworu-lah yang pertama kali menyadari bahwa makhluk yang disalib di Terminal Dogma itu adalah Lilith, bukan Adam. Menurut Robert Graves dan Raphael Patai dalam Hebrew Myths: The Book of Genesis (1964:65-69), Lilith adalah istri pertama Adam, sebelum adanya Eva. Lilith diciptakan Tuhan dari tanah, bukan debu dan tulang rusuk Adam sebagaimana penciptaan Eva. Tapi Adam tidak bahagia bersama Lilith. Lilith pun merasa demikian dan ia meninggalkan Adam, melawan perintah Tuhan agar tetap berada di sisi Adam. Ketika tiga malaikat Tuhan diutus mencarinya, Lilith ditemukan di Laut Merah. Ia menolak keras untuk kembali ke sisi Adam dan Tuhan menghukumnya dengan membuat ia melahirkan anak-anak setan dan monster. Kemudian Tuhan seolah belajar dari pengalamanNya, dan Ia menciptakan Eva bagi Adam dari tulang rusuk lakilaki itu. Atas kutukan pada dirinya, Lilith membalaskan dendamnya dengan menteror anak-anak keturunan Adam dan Eva. Dia membunuh bayi-bayi keturunan Adam dan Eva, dan tidur dengan laki-laki lajang pilihannya, untuk melahirkan anak-anak setan dari rahimnya. Namun, Lilith tidak bisa menteror atau menyakiti anak-anak Adam yang memakai jimat dari ketiga malaikat Tuhan tersebut (dengan kata lain, anak-anak keturunan Adam dan Eva yang diberi tanda oleh Tuhan untuk diselamatkan). Analisis 42
penulis atas hubungan mitos ini dengan kisah Neon Genesis Evangelion adalah: jika manusia memang benar adalah benih dari Lilith, maka manusia dalam cerita film ini adalah makhluk keturunan setan. Karena Lilith dalam sejarah religi Kristen maupun Yahudi dikenal kemudian sebagai ibu dari semua setan di muka bumi. Dan karena itulah ia tidak dicatat dalam Alkitab. Memang demikianlah halnya sifat manusia; yang bisa dikelompokkan menjadi dua sisi berlawanan. Manusia yang menjadi serigala ganas bagi makhluk hidup lain maupun sesamanya; jika dihubungkan dengan mitos ini, bisa diasumsikan mereka adalah keturunan Lilith. Namun tidak semua manusia demikian, karena perlu diingat pula bahwa ada manusia-manusia yang merupakan keturunan Adam dan Eva jika dihubungkan dengan mitos ini. Manusia yang berusaha menjalani hidupnya dengan baik; walau tidak bisa sepenuhnya lepas dari dosa, adalah keturunan Adam dan Eva; dan atas baktinya pada Tuhan, manusia tersebut akan diberi ‘meterai’ atau ‘jimat’ Tuhan untuk penanda bahwa ia akan diselamatkan. Lilith dalam Neon Genesis Evangelion disimpan dan dirahasiakan oleh manusia; dalam hal ini pelakunya adalah orang-orang Seele. Keberadaannya di bumi sudah mereka ketahui, tapi mereka bersikap menutupi kebenaran tentang Lilith dan Adam tersebut. Dengan begitu, menurut analisis penulis, ini merupakan suatu pertanda lagi akan datangnya kiamat; karena induk dari semua setan di dunia disimpan dengan rapi oleh manusia sendiri di bawah permukaan tanah paling dalam.
43
Lilith dalam film animasi Neon Genesis Evangelion
Yang berikutnya adalah analisis keberadaan super komputer MAGI. Dalam Kitab Matius pasal 2 tentang Kelahiran Kristus, Magi adalah nama lain bagi orang-orang Majus dari Timur yang datang mempersembahkan hadiah emas, kemenyan dan mur untuk menyambut kehadiran bayi Kristus ke dunia. Orang-orang Majus dalam Alkitab disebutkan berjumlah tiga orang, dan semuanya laki-laki. Dalam Neon Genesis Evangelion, ketiga orang Majus ini disimbolikkan dengan tiga super komputer MAGI, masing-masing dinamakan Melchior, Balthasar dan Casper. Namun, sekalipun super komputer ini bukan makhluk hidup, ia diasumsikan sebagai wanita. Bukan pria, seperti yang ditulis dalam Alkitab. Ini dikarenakan dalam cerita Neon Genesis Evangelion, MAGI menyerap jiwa maupun pikiran Akagi Naoko; ibu dari ilmuwan NERV, Dr. Akagi Ritsuko. MAGI-Melchior mewakili sisi Naoko sebagai ilmuwan, MAGIBalthasar sebagai sosok ibu, dan MAGI-Casper mewakili sisi kewanitaan Naoko. Sekali lagi, sosok perempuan mempunyai andil yang sangat besar dalam Neon Genesis Evangelion untuk menunjukkan perannya. Ini seakan-akan mempertanyakan paham patriakat yang dianut dalam penulisan Injil. Kembali ke telaah Alkitab, menurut Petty dalam Saving Humanity through Gender Reversal: A Feminist Interpretation of Shinseiki Evangelion (2004:1-2), adanya jejak paham patriakat Yahudi dan Kristen
44
dalam strukturisasi Alkitab, menyebabkan penganut Kristen saat ini menerima paham bahwa Eva tercipta dari tulang rusuk Adam dan merupakan bagian daripadanya. Eva adalah manusia yang pertama dijatuhi hukuman oleh Tuhan; justru dikarenakan dia yang pertama tertarik pada ilmu pengetahuan dan kebijakan dibanding Adam. Adam lebih bersikap tidak peduli pada pengetahuan dan kebijakan, dan malah memilih bermainmain dengan binatang maupun benda-benda di sekitarnya. Akibat paham patriakat yang dianut sebagian besar umat manusia dunia, Eva menjadi tokoh yang selalu dipersalahkan karena ketertarikannya pada ilmu pengetahuan yang dianggap dosa. Namun menurut Petty, banyak orang lupa, bahwa dengan ilmu pengetahuan pula manusia dapat melangsungkan kehidupannya di dunia dan menemukan jalan keselamatan dari dosa. Perempuan dan ilmu pengetahuan itulah yang digambarkan lewat super komputer MAGI dalam Neon Genesis Evangelion. MAGI memiliki sistem proteksi paling kuat yang disebut 666 Protection Program. 666 dalam kepercayaan religi Kristiani adalah angka untuk menandai iblis dengan kekuatan besarnya, seperti dinyatakan dalam Injil Wahyu 13:18 sebagai berikut: Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
MAGI: Melchior Balthasar Casper
45
Beralih ke tanda lainnya. Menurut penulis, keberadaan NERV sendiri merupakan simbolisasi dari sekelompok orang yang gelisah dan mulai bersiaga menanggapi tandatanda akan datangnya hari penghakiman dunia. Pertama, hal itu bisa diinterpretasikan melalui nama organisasi ini sendiri. NERV diambil kata “nerve” dalam bahasa Inggris yang berarti urat syaraf dan konteksnya bisa mengarah ke “nervous” yang berarti kegelisahan. Organisasi ini sering disebut juga dengan Gehern, yang diambil dari bahasa Jerman. Mengenai logo dan slogan dari NERV sendiri: logo NERV adalah gambar sehelai daun yang sobek hingga tinggal setengahnya. Daun ini diklaim oleh Gainax dalam pernyataan pada artikel End of EVA di majalah Anime Insider # 11 (Januari 2004: 24) sebagai daun pohon ara. Daun pohon ara dalam kepercayaan Kristen Judea melambangkan dosa asal yang dibuat oleh manusia. Ketika Adam dan Eva memakan buah pohon pengetahuan yang dilarang Tuhan, mereka menyadari bahwa diri mereka telanjang. Karena itu mereka merasa malu, lalu menyemat daun-daun ara untuk digunakan sebagai penutup tubuh mereka. Daun ara mencerminkan kejatuhan manusia dalam dosa, namun juga ilmu pengetahuan yang didapat manusia akibat dosa yang diperbuatnya. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan itu sendiri adalah buah dari dosa. Dalam kisah ini, NERV diibaratkan menggunakan segala pengetahuan mereka sebagai manusia untuk menangkal kehendak Tuhan. Dalam konteks film ini, peran Tuhan diambil-alih oleh Seele . Slogan NERV sendiri berbunyi: “God in His Heaven. All’s Right With The World” yang diambil dari bait puisi Pippa Passes karya Robert Browning dari Inggris, abad 19. Berdasarkan paparan Greenfield dalam artikel End of an EVA (2004:25), makna slogan NERV itu adalah bahwa Tuhan tidak eksis atau Dia sudah menghilang dari jiwa manusia.
46
Tuhan sudah tidak lagi tinggal bersama manusia di dunia dan Dia sibuk di KerajaanNya sendiri.
Logo NERV
Selain NERV, pihak yang menjadi fokus dalam penceritaan Neon Genesis Evangelion adalah Seele, organisasi sangat rahasia di muka bumi yang berusaha untuk mengubah takdir kehidupan manusia. Nama organisasi ini diambil dari bahasa Jerman yang berarti “jiwa”. Dalam bertindak, Seele memakai landasan dari perkamen Dead Sea Scroll tentang ramalan kiamat yang tidak diakui dalam gereja Kristen. Mereka berusaha mengubah dunia ini, bahkan sebagai penggerak bagi Proyek Perlengkapan Manusia (Human Instrumentality Project) yang dikembangkan NERV, bertujuan membawa umat manusia ke tingkat berikutnya dari tahapan evolusi untuk mengubah nasib dunia. Seele dalam cerita ini mengambil peranan Tuhan sebagai penentu takdir kehidupan. Ini tersirat dari logo mereka yang berupa segitiga terbalik dengan tujuh mata di dalamnya. Menurut Greenfield dalam End of an EVA (2004:26), logo ini memiliki hubungan dengan apa yang ditulis dalam Injil Wahyu 5:6, yang berbunyi: And I beheld and look, in the midst of the throne and of the four beasts, and in the midst of the elders, stood a Lamb as it had been slain, having seven horns and seven eyes, which are the seven Spirits of God sent forth into all the earth. 47
Terjemahan: Maka aku melihat, di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengahtengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Bila dihubungkan dengan religi, ketujuh mata dalam logo Seele adalah simbolisasi tujuh meterai yang menyebar kesengsaraan atas dunia bila saat penghakiman atau akhir jaman tiba. Tentang tujuh meterai kesengsaraan tersebut, ada tertulis dalam Injil Wahyu 5:5, Perjanjian Baru Alkitab: Lalu berkatalah seorang dari tua - tua itu kepadaku: “ Jangan engkau menangis ! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya,” Pimpinan
Seele
bernama
Keel
Lorenz,
dan
menurut
data
http://www.fortunecity.com/lavendar/sydenham/167/pmech21.html,
dari
nama
sumber tersebut
diambil dari nama seorang pengembara Yahudi yang dikutuk terus berjalan mengelilingi dunia hingga tiba hari kiamat. Ia dikutuk karena sikapnya yang tidak menghormati Tuhan dalam perjalanan iring-iringan Kristus. Seele merasa bahwa nasib dunia berhak ditentukan oleh mereka sendiri. Hal ini menjadikan citra Seele dalam cerita Neon Genesis Evangelion bisa disamakan dengan suatu sekte aliran sesat.
Logo Seele
48
Tree of Life adalah simbol religi Kristen lainnya yang seringkali muncul dalam lagu pembuka (opening theme) Neon Genesis Evangelion. Ini adalah semacam peta aspek kehidupan, meliputi gambaran tentang keberadaan jiwa-jiwa, perputaran hidup dan jagad semesta, berdasarkan filosofi Yahudi kuno yang disebut Kabbalism /Kabbalah. Tree of Life selalu bersanding dengan Systema Sephirothicum karena keduanya berhubungan. Systema Sephirothicum adalah diagram tentang tahapan tingkat evolusi dari
kehidupan
satu
ke
kehidupan
berikutnya.
Berdasarkan
http://www.fortunecity.com/lavendar/sydenham/167/pmech21.html,
diagram
data ini
dikemukakan oleh seorang pendeta Jerman bernama Athanasius Kircher pada tahun 1653. Dalam pemetaan Systema Sephirothicum, terdapat 10,5 bulatan disebut sephiroths, dan 32 alur ‘jalan kecil’ yang menghubungkan semua bulatan itu. Masih menurut artikel End of an EVA pada majalah Anime Insider # 11 (2004:28-29), sejak Tuhan menciptakan manusia sama seperti imaji rupaNya, jiwa manusia dapat dilihat sebagai microcosmos di tengah kesatuan jagad semesta sebagai bagian dari Tuhan. Menurut paham Kabbalism, semakin jauh jiwa manusia itu bergerak melalui sephiroth demi sephiroth, maka semakin dekat ia dengan Tuhan, namun ego ID-nya juga semakin tinggi. Ini dikarenakan bahwa bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk berdosa yang tidak bisa menyamai Tuhan. Semakin ia merasa dirinya dekat dengan Tuhan, justru semakin ia arogan karena merasa dirinya paling benar. Dan jika manusia tersebut salah menempatkan dirinya, ia justru akan jatuh ke lembah dosa paling dalam. Dalam film anime Neon Genesis Evangelion, selain pada opening theme, Tree of Life dan Systema Sephirothicum juga tampil sebagai lukisan pada langit-langit di ruang kantor Gendoh dan tata ruang inti operasional NERV itu sendiri. Posisi duduk Gendoh dalam ruang inti NERV jika siaga menghadapi Angel berada tidak jauh di bawah Kether, 49
sephiroth tertinggi yang disebut juga sebagai Mahkota Tuhan. Dapat diasumsikan bagaimana tinggi rasa ego-nya dari penggambaran posisi duduknya tersebut. Sementara, dalam The End of Evangelion, ketika EVA 01 dan EVA Series membentuk formasi Tree of Life, Shinji duduk di sephiroth Tiphereth yang berada di pusat Tree of Life. Dalam mitos Kabbalism, di Tiphereth inilah Tuhan mulai bermanifestasi melakukan ritual persembahan korban. Greenfield (2004) mengatakan bahwa yang coba dijelaskan dalam interpretasi Tree of Life ini adalah bahwa ilmu pengetahuan merupakan bagian dari kehidupan. Dan segala hal yang dilakukan oleh NERV dengan memakai ilmu pengetahuan adalah untuk memperoleh pencerahan. Namun di sisi sebaliknya, sains dan ilmu pengetahuan tersebut bukan merupakan jawaban satu-satunya atas pertanyaan tentang bagaimana kehidupan berlangsung dan mengapa ada kematian.
Tree of Life
Systema Sephirothicum
Angel, adalah tanda yang dominan muncul dalam kisah Neon Genesis Evangelion. Tidak seperti gambaran imaji tentang manusia tampan atau cantik dengan sayap; yang umum dipersepsikan oleh pikiran manusia jika mendengar kata “malaikat”, Angel dalam
50
Neon Genesis Evangelion tidak berpenampilan demikian. Angel memiliki bentuk yang sangat ganjil dan bermacam-macam warna serta ukurannya. Bentuk Angel yang seperti itu dalam Neon Genesis Evangelion, bukan semata dikreasikan oleh fantasi Anno dan tim Gainax. Menurut sumber http://eva.netroof.net/faq/faqlistall.php, berdasarkan sejarah ilmu teologi, Angel sudah lama berdiam di bumi sejak awal terbentuknya. Dan mitosnya, mereka memang memiliki bentuk beraneka seperti itu. Artikel End of an EVA pada Anime Insider #11 (2004:29) menyatakan bahwa dalam Buku Enoch (kitab yang kegunaannya sama seperti Alkitab, namun peredarannya dilarang oleh gereja Kristen Roma), Angel di dunia memiliki bentuk antara lain seperti makhluk-makhluk yang ditampilkan dalam film animasi Neon Genesis Evangelion. Ada yang seperti kristal bercahaya dan melayang-layang di langit (wujud Ramiel, Angel ke-5), berupa makhluk mikromini yang bisa menginfeksi komputer (wujud Yrouel, Angel ke-11) dan sebagainya. Alkitab sendiri mencatat, bahwa Nabi Isaiah memberi kesaksian atas penglihatannya terhadap Angel yang berupa ular raksasa yang seluruh tubuhnya bersinar dan melayang-layang di udara. Wujud Angel ini sempat tampil pula di Neon Genesis Evangelion sebagai Angel ke-16, Armisael. Manusia sendiri konon adalah Angel, tapi karena dosa serta kedagingan yang dimilikinya, manusia justru tidak mengetahui tentang jati dirinya sendiri. Itulah sebabnya, sepanjang perputaran hidup di dunia, manusia selalu mencari identitasnya sendiri. Angel ke-17 yang datang ke NERV adalah Tabris, berwujud seorang anak manusia yang nama manusiawinya adalah Nagisa Kaworu. Dalam Neon Genesis Evangelion; berdasarkan data dari Brendan Jamieson (2005) dalam Neon Genesis Evangelion Frequently Asked Questions (and Common Misconceptions), yang membedakan manusia dengan para Angel lainnya adalah: Angel adalah anak-anak Adam, sementara manusia adalah anak-anak Lilith. Seperti juga pernah sepintas 51
tersingkap dalam dialog Keel bahwa:“Semua Angel yang terlahir dari Adam kini telah dimusnahkan, sehingga tinggallah manusia sebagai Angel terakhir. Waktu yang dijanjikan akan tiba, waktunya untuk mengembalikan setiap jiwa ke dalam Lilith dan memurnikan dunia ini” (Neon Genesis Evangelion, TV series, eps. 24).
The Angels
AT Field yang dimiliki oleh Angel maupun EVA juga adalah suatu simbol. Menurut artikel Anime Insider #11 (2004:30-31), AT Field dalam Neon Genesis Evangelion bukanlah murni ide dari Hideaki Anno. Penelitian tentang ini juga pernah diungkapkan oleh seorang psikolog terkenal pada abad 19 bernama Sigmund Freud, dan kemudian penelitiannya dikembangkan oleh muridnya, William Reich. William Reich dalam penelitian itu mempelajari trauma psikologis yang dialami anak-anak yang besar tanpa asuhan orangtua. Menurut teori kedua tokoh psikolog tersebut, AT (Absolute 52
Terror) Field adalah semacam kepribadian perorangan yang membentengi setiap individu dari individu lainnya. Khusus pada kasus orang yang tumbuh tanpa merasakan kasih sayang, AT Field ini bisa berubah menjadi semacam aura pertahanan psikis. Aura ini dikembangkan seseorang sejak ia masih anak-anak untuk mengelilingi area di sekitar tubuhnya sendiri sebagai benteng perlindungan. Sebab, ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari figur orangtuanya. Aura pertahanan tersebut membuat batasan bagi dirinya dari orang lain, sehingga orang atau anak tersebut umumnya memiliki sifat introvert karena ia tidak ingin hati maupun fisiknya disakiti orang lain. Menurut Matt Greenfield dalam artikel Anime Insider # 11 (2004:30-31), AT Field juga dimiliki orang-orang pada umumnya sejak lahir. Namun, manusia biasa ini (yang tumbuh dalam asuhan orangtua) kebanyakan tidak tahu cara menggunakan AT Field-nya. Hal ini dinyatakan juga dalam film animasi ini sendiri oleh Kaworu, Angel ke-17, untuk lebih memperjelas: “何人に も犯されざる、聖なる領域
心の光
A.T.フイールドは誰もが持っている心の
壁だということを。” (Terjemahan: “Setiap orang pada dasarnya memiliki cahaya hati yang disebut AT Field. Itu adalah semacam perisai hati yang dimiliki setiap orang dan menjadi pembatas bagi jiwa seorang manusia dari yang lain”, Neon Genesis Evangelion, eps. 24). Dalam Neon Genesis Evangelion, hanya ketiga anak pilot utama EVA-lah yang memiliki sinkronisasi AT Field yang kuat dengan EVA masing-masing. Ini disebabkan karena Rei, Asuka maupun Shinji tumbuh tanpa merasakan kasih sayang dari figur orangtua. Rei adalah manusia kloning, Asuka ditinggal selamanya oleh ibunya yang tewas bunuh diri ketika ia masih sangat kecil. Begitu juga dengan Shinji yang hanya sekejap merasakan belaian ibunya sebelum tahap usia balita dilaluinya. Ia tak pernah mendapat perhatian dari ayahnya.
53
Dalam Neon Genesis Evangelion versi serial TV episode ke-22, 「せめて、人間 らしく」, perhatian penonton diajak untuk menyadari peranan Lance of Longinus. Tombak keramat ini sebetulnya sudah muncul pula dalam episode sebelumnya, namun karena menancap tak bergeming pada dada Lilith yang disalib di Terminal Dogma, perhatian penonton tentulah kurang tertuju pada peranan benda ini. Pada episode ke-22 tersebut, EVA 00 diperintahkan untuk mencabut tombak itu dari tubuh Lilith karena akan digunakan untuk menghabisi Angel Arael. Tombak itu hilang ke angkasa setelah Angel binasa, namun secara magis, tombak ini bergerak dengan sendirinya kembali ke permukaan bumi dalam cerita The End of Evangelion. Menurut sebuah situs yang membahas
ilmu
teologi,
mitos
maupun
simbol-simbol
Kristen
di
http://www.webcom.com/~gnosis/library/longinus.htm, tombak Longinus disebut juga Tombak Takdir. Tombak inilah yang digunakan seorang serdadu Romawi untuk menombak lambung Yesus Kristus di kayu salib; memastikan apakah Ia sudah mati atau belum. Nama serdadu yang menusukkan tombaknya ke lambung Yesus itu adalah Longinus. Dari situlah asal pemberian nama bagi tombak ini. Dalam legenda Kristiani, tombak ini sebelumnya selalu menjadi lambang kemenangan dalam setiap pertempuran para serdadu Romawi. Namun, begitu tombak itu sudah ditancapkan pada lambung Yesus, simbol kemenangan yang mengiringinya juga lenyap. Pasukan Romawi kalah dalam pertempuran-pertempuran berikutnya. Dalam Neon Genesis Evangelion, tidak jelas diceritakan asal-usul tombak ini. Bahkan, tidak diketahui terbuat dari bahan apakah tombak ini, sehingga EVA 00 disuruh menggunakannya untuk mengalahkan Angel Arael ketika itu. Satu hal yang jelas, tombak ini memegang peranan yang penting dalam peristiwa Third Impact pada The End of Evangelion. Tanpa adanya tombak ini, Third
54
Impact tidak terlaksana. Dan tombak ini juga yang menjadi senjata EVA 01 untuk keluar dari dalam raga Lilith.
Lance of Longinus
Tanda terakhir yang penulis akan coba untuk analisis pada bab ini adalah anakanak pilot EVA itu sendiri. Yang pertama adalah Ikari Shinji. Sejak awal kemunculannya ke Tokyo-3 dari tempat asalnya yang misterius (ia hanya mengatakan bahwa dahulu ia tinggal bersama seorang guru, kenalan orangtuanya), ia selalu menjadi tokoh central, yang mendapat perhatian ekstra dari orang-orang di sekitarnya. Pun begitu, Shinji selalu merasa bahwa dirinya hanya dimanfaatkan; oleh karena itulah orang-orang memperhatikannya. Shinji pernah berkata; andaikan ia tidak menjadi pilot EVA, tentu ia tidak akan pernah dipedulikan oleh siapa pun. Menurut Petty (2004); eksistensi, dilema dan keadaan yang dialami oleh Shinji sama halnya dengan Yesus Kristus dalam sejarah agama Kristiani. Penulis mencoba menelaah lebih dalam tentang pernyataan ini dengan menghubungkannya ke kisah kehidupan Yesus Kristus sendiri berdasarkan Kitab Perjanjian Baru. Shinji dalam film anime Neon Genesis Evangelion sama seperti sang Messiah; Dia Yang Terpilih, dalam sejarah teologi agama Kristen. Ini ditunjukkan cukup similar dalam kisah perjalanan hidupnya. Shinji, dilahirkan ke dunia karena menyatunya Yui dan Gendoh, kemudian ia terpisah dari orangtuanya sejak masih balita dan tahu-tahu
55
muncul kembali dari ketidakjelasan tempat tinggal begitu ia sudah remaja. Ini mirip dengan kisah Yesus Kristus. Ia lahir ke dunia lewat Sang Perawan Maria dan ‘ayah’Nya, Joseph (Yusuf). Kisah-kisah tentang Kristus yang paling banyak diketahui dalam gereja adalah sewaktu Yesus Kristus balita hingga berumur lebih-kurang 10 tahun. Yesus dikenal paling banyak berinteraksi dengan Maria, ibuNya. Tapi hubunganNya dengan sang ayah; Joseph, tidak pernah diketahui lebih jauh. Kemudian seolah ada jeda waktu yang hilang dalam kisah ini semasa Yesus remaja, dan tahu-tahu Yesus muncul kembali ke tengah khalayak sewaktu Ia sudah berumur sekitar 30 tahunan. Dilema yang dialami Shinji, sama halnya seperti dilema yang dialami Yesus dalam wujud manusia-Nya itu. Yesus merasa Ia dibuang oleh BapaNya di Sorga, dan ini tampak paling jelas dalam kisah sengsaraNya sewaktu disalibkan. Saat itu adalah klimaks perasaan depresi yang dialami Yesus dan Ia berseru ke langit seperti ditulis dalam Matius 27: 46. Kira - kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “ Eli, Eli, lama sabakhtani?”Artinya: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dari awal kisah film ini hingga akhir, semua orang selalu berupaya melindungi Shinji sebagai sang messiah; tak peduli bagaimana ringkihnya ia, dan bagaimana seringnya ia menolak semua bentuk perhatian tersebut dengan dalih orang-orang di sekitarnya hanya pura-pura kasihan pada dirinya. Sementara Rei dan Asuka; dipandang dari religi Kristen, eksistensi mereka bisa disejajarkan dengan dua orang penyamun yang disalib di sisi kiri-kanan Yesus. Rei adalah simbolisasi penyamun yang memohon pada Yesus agar dosanya dihapuskan dan ia dapat mengikutiNya masuk ke Sorga. Sementara Asuka adalah simbolisasi penyamun yang mengolok-olok Yesus agar Yesus menunjukkan kuasaNya untuk lepas dari salib
56
bila Ia memang Anak Allah. Yesus memang Anak Allah, tapi Ia tak mau menuruti olokolok yang datangnya dari pengaruh iblis tersebut. Jika dipandang dari sisi teori psikoanalisis, seperti dinyatakan oleh Greenfield dalam End of an EVA (2004:31-32); Shinji, Rei dan Asuka adalah simbolisasi teori identitas Sigmund Freud yang terkenal tentang: Id, Ego dan Superego. Artikel Anime Insider juga mengeluarkan komentar mereka untuk menanggapi pemikiran ini, dengan berseloroh mengatakan bahwa Hideaki Anno kemungkinan memiliki sebuah otak lagi di dalam otaknya. Sebab, ia memikirkan rancangan-rancangan karyanya ini; baik dari segi latar, penokohan dan alur cerita menjadi sedemikian kompleksnya, namun tetap bisa saling terkait bila dibuat penalarannya. Penulis sendiri menggunakan panduan Psikoanalis dan Sastra terbitan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, terbitan tahun 2003 untuk mencoba menelaah lebih jauh tentang penyimbolan ketiga tokoh ini memakai teori Freud. Menurut analisis penulis, Asuka adalah simbolisasi Id; yaitu hasrat untuk menemukan segala sesuatu yang dapat memberikan kesenangan bagi diri sendiri. Asuka bersifat meledak-ledak, bicaranya seolah tanpa dipikirkan dan dia senang jika melihat orang lain tunduk pada keinginannya. Hal ini seolah diperkuat dengan kostum plug- suit merah yang dikenakan Asuka, serta dua ikat rambut di kepalanya yang menyerupai sepasang tanduk di kepalanya. Jika diperhatikan lebih mendalam, penampilan Asuka dengan plug-suit-nya yang demikian itu mirip sosok iblis perempuan. Rei adalah simbolisasi Superego; suatu bentuk pikiran rasional yang merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat di mana individu itu berada. Rei memiliki sifat seperti kata pepatah ‘Sedikit bicara, banyak bekerja’. Ia lebih banyak menggunakan otaknya untuk bertindak dibandingkan Asuka yang mengandalkan 57
emosinya. Ini juga diperkuat dengan kostum plug-suit berwarna putih dan rambutnya yang berwarna biru pucat, sehingga penampilan keseluruhannya mirip sosok malaikat. Terakhir, Shinji; adalah simbolisasi Ego. Ego adalah kepribadian utama seorang manusia dalam mengontrol dirinya sebelum membuat keputusan. Ego adalah sisi kepribadian yang tunduk pada Id, tapi sekaligus ia harus memakai rasio Superego untuk mencari realitas apa yang dibutuhkan Id sebagai pemuas kebutuhannya. Dengan demikian, Ego membedakan antara khayalan dan kenyataan, serta harus mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Ini persis seperti kondisi Shinji yang dilematik dari awal hingga versi terakhir dari cerita Neon Genesis Evangelion. Shinji selalu merasa tertekan dalam dunianya sendiri. Namun bersamaan itu pula ia selalu menggali hasrat terdalamnya sendiri, untuk mencari jawaban hal apa yang sebetulnya dikehendaki hati nuraninya. Tritunggal kepribadian ini harus bisa saling seimbang bekerjasama, untuk memperoleh hasil akhir yang baik. Namun khusus dalam kasus film Neon Genesis Evangelion ini, apakah akhir itu merupakan sesuatu yang baik atau bukan, masih menimbulkan ambigu. Penulis berpendapat bahwa semua elemen dalam Neon Genesis Evangelion ini banyak mengadaptasi data dan teologi dari agama Kristen maupun kepercayaan Yahudi. Tapi, tidak seluruhnya mitos yang dipakai dalam kisah ini berasal dari dunia Barat. Seperti telah disebutkan di awal, bahwa Anno sebagai seorang berkebangsaan Jepang juga mengadaptasi unsur budaya dan sejarah negaranya ke dalam cerita film yang amat rumit ini. Pengaruh tersebut dapat ditelaah dalam pencarian makna tentang kiamat yang diceritakan dari film ini.
58
Anak-anak pilot utama EVA: EVA 02 – Langley Asuka Sohryu EVA 01 – Ikari Shinji EVA 00 – Ayanami Rei
3.4 Analisis Tentang Makna Kiamat Dalam Cerita Film Neon Genesis Evangelion Telah disebutkan di atas sebelumnya, bahwa menurut Patrick Macias dalam artikel The End of Evangelion pada majalah Animerica (2002:40), cerita Neon Genesis Evangelion memakai mitos mistik tentang ramalan kiamat maupun simbol-simbol dari agama Kristen Judea dan Yahudi yang dikawinkan dengan adaptasi mitos dari agama Buddha dan kepercayaan Shinto di Jepang. Kemudian kedua unsur religi ini digabungkan lagi dengan sistem tehnokrasi modern. Pencampuran dua kultur agama dan dua mitos kepercayaan ini, ditambah dengan unsur tehnokrasi-modern menjadikan alur cerita seperti dalam Neon Genesis Evangelion, yang menurut analisis penulis termasuk ide brilyan yang rumit. Jadilah sebuah kisah ‘penyelamatan’ manusia dengan cara pemutar-balikkan situasi yaitu: memusnahkan masa depan umat manusia. Dari pernyataan inilah, penelitian tentang makna masa depan dunia yang suram itu alias makna kiamat dalam kisah ini dimulai. Namun sebelum itu, penulis akan lebih dulu sekilas menelaah budaya dan kultur religi yang menjadi landasan pengembangan cerita dalam film animasi Neon Genesis Evangelion.
Patrick Drazen dalam Anime Explosion! The What,Why, and Wow of 59
Japanese Animation, (2003: 300-301) menyatakan bahwa konsep tentang kiamat itu sendiri sebetulnya tidak eksis dalam mitos religi Buddha maupun Shinto. Di Jepang, kedua agama itulah yang paling dominan dianut oleh masyarakatnya. Dengan kata lain, dari keseluruhan skenario tentang pemusnahan besar-besaran dalam Neon Genesis Evangelion, dapat dipastikan bahwa Anno paling banyak mengadaptasi mitos, budaya maupun tradisi-tradisi religi dari agama Kristen dan juga Yahudi. Namun Drazen (2003) menyatakan juga bahwa sebagai orang Jepang, Anno tidak melupakan kultur kepercayaan bangsanya yang diilustrasikan ke dalam beberapa hal dalam karyanya ini. Contohnya dalam The End of Evangelion, di mana pemusnahan besar terjadi saat Third Impact timbul. Pada adegan itu terlihat bahwa cahaya dari rohroh manusia yang tewas terangkat ke langit dan sebagian lainnya meleleh bersatu dengan lautan. Ini adalah adaptasi pencampuran mitos religi dari kepercayaan Shinto, yang tidak ada dalam kepercayaan Kristen. Kepercayaan Shinto percaya bahwa saat kematian menjemput, manusia yang menjalani hidupnya dengan baik di dunia akan berubah rohnya menjadi cahaya, lalu terangkat ke langit dan menjadi dewa leluhur bagi keturunannya. Sementara manusia yang hidupnya jahat, rohnya akan tetap di bumi dan bersatu menjadi lautan. Hal ini mirip dengan mitos dalam agama Buddha; di mana saat orang baik meninggal, rohnya akan langsung naik ke nirwana (walaupun menurut penulis, hal ini lebih sulit untuk diyakini. Sebab pada dasarnya setiap manusia itu pasti punya dosa). Sedangkan yang masih berhutang dosa, akan bereinkarnasi di dunia. Bentuk reinkarnasi itu tergantung dari perbandingan kebaikan maupun kejahatan yang dibuat orang tersebut selagi ia hidup sebagai manusia. Contohnya; jika orang itu berdosa namun lebih banyak perbuatan baiknya, ia kemungkinan bereinkarnasi sebagai hewan
60
peliharaan seperti anjing atau kucing. Namun, jika ia jahat sekali, kemungkinan akan bereinkarnasi menjadi kecoak atau kelabang. Kembali ke cerita The End of Evangelion. Perihal pemusnahan dunia yang berlangsung saat ini untuk memulai permulaan dunia yang baru, sudah beberapa kali disampaikan kepada penonton walau tidak secara gamblang, lewat adegan pembicaraan antar anggota Seele. Nyatanya memang, kiamat yang disebut Third Impact itu adalah hasil dari perbuatan manusia sendiri. Begitu dasar pemikiran cerita ini sudah bisa dipahami, pertanyaan yang patut dicari jawabannya oleh penonton adalah: Mengapa. Mengapa dalam Neon Genesis Evangelion terdapat paham (yang dicetuskan oleh Seele) bahwa sepantasnya memang tidak ada masa depan bagi kehidupan manusia? Untuk memahami ini, perlu menelaah dulu asal-muasal semua kejadian yang melibatkan para tokoh; termasuk Angels dan dua kubu berseteru: Seele dan NERV. Karena itu penulis berflashback pada gejala-gejala awal yang diceritakan dalam film ini untuk menganalisis makna kiamat dalam film ini. Seperti diceritakan, dalam film ini setidaknya ada dua kali kejadian kiamat, yang seharusnya menjadi bahan pembelajaran bagi orang-orang dalam setting waktu present time di Neon Genesis Evangelion. Yaitu terjadinya First Impact dan Second Impact. Orang-orang dalam kisah Neon Genesis Evangelion tidak banyak yang mengetahui tentang kejadian First Impact. First Impact yang diceritakan dalam Neon Genesis Evangelion berada di tengah-tengah antara realita maupun fiksi. Dalam realita, berdasarkan
teori
Giant
Impact
dari
sumber
http://www.answers.com/main/giant_impact_theory.php, dikatakan bahwa saat First Impact terjadi, belum ada makhluk hidup di bumi. Dalam film, Anno mengadaptasi mitos dari kepercayaan Shinto sebagai peristiwa First Impact; yaitu tentang jatuhnya 61
sebuah meteor raksasa yang dinamakan White Moon ke permukaan bumi. Kemudian bersatunya dua molekul itu menyebabkan pergerakan massa, dan bumi akhirnya terbelah menjadi dua. Belahan yang kecil kemudian mengorbit, dan itulah yang disebut bulan. Berhubung ini adalah adaptasi dari mitos, penulis meragukan kebenaran teori ini. Namun, jika dihubungkan dengan cerita Neon Genesis Evangelion yang bersifat fiksi, pemakaian teori adapatasi mitos itu tentu sah-sah saja. Mitos inilah yang dipakai dalam penceritaan First Impact dalam Neon Genesis Evangelion; dan diperkirakan kejadian tersebut sudah berlalu sekitar 4 bilyun tahun silam. Konon, dari White Moon inilah Adam dan para Angels selain Lilith berasal. Second Impact adalah saat di mana Angel pertama yang ada di bumi; Adam, berubah wujud menjadi embrio kembali. Adam dikenal sebagai Angel sumber kehidupan yang ada di muka bumi. Dampak perubahan Adam menjadi embrio inilah yang menimbulkan bencana ketika itu. Pertanyaannya; mengapa Adam berubah menjadi embrio kembali? Ini ada hubungannya dengan maksud dan tujuan Seele. Seele sudah mengetahui kedatangan Adam ke dunia, yang mendarat di kutub benua Antartika pada saat sebelum terjadinya Second Impact. Jika sudah mengamati keseluruhan rangkaian film animasi ini, penonton akan tahu bahwa Seele memakai pedoman Dead Sea Scroll untuk mengambil alih peran Tuhan dalam usaha ‘memurnikan dunia’. Kedatangan Angel Adam juga sudah diramalkan dalam Dead Sea Scroll, karena itu Seele tahu tentang keberadaannya. Namun saat itu, belum waktunya untuk menjalankan rencana ‘memurnikan dunia’. Karena itulah, Seele kemudian menguburkan Adam di bawah dataran es Antartika. Dalam tenggang waktu tertentu, muncul Angel kedua yang sama-sama merupakan sumber kehidupan; Lilith, yang berasal dari telur yang oleh Seele disebut sebagai Black 62
Moon. Kedatangan Lilith inilah yang tampaknya menjadi pemicu bangkitnya Adam dari kuburnya. Sekali lagi, berlandaskan ramalan Dead Sea Scroll, Seele menyatakan bahwa saat itu juga belum saatnya Adam menyatu dengan Lilith. Oleh karena itu, Seele mengirim orang-orangnya untuk mencegah Adam bersatu dengan Lilith pada waktu itu dengan mengubah Adam menjadi embrio. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa: pertama, Adam dijadikan embrio atas rencana Seele, bukan karena keinginan naluriahnya sendiri. Kedua, maksud Seele membuat Adam menjadi embrio ini adalah untuk menahannya agar tidak bisa berbuat apapun; di samping juga untuk alasan agar ia tidak diserang oleh manusia-manusia lainnya. Dampak eksperimen Seele terhadap Adam adalah Second Impact tersebut, yang salah satunya menyebabkan permukaan es di Antartika mencair, membanjiri permukaan bumi. Bersamaan dengan itu, kebetulan tim ilmuwan dari JSSDF yang kala itu masih menyatu dengan sistem militerisasi UN; menyelidiki keberadaan Adam. Katsuragi Misato termasuk anggota di dalam tim ini waktu itu. Misato terkena imbas Second Impact. Itulah sebabnya, terdapat bekas luka yang cukup besar di perut Misato pada setting waktu masa kini dalam cerita Neon Genesis Evangelion. Waktu pastinya terjadi Second Impact adalah 13 September 2000. Sekedar catatan dari penulis; tanggal inilah yang menjadi tanggal lahirnya Angel ke-17, Tabris atau dikenal sebagai Nagisa Kaworu. Angel yang paling manusiawi ini memang terlahir dari benih Angel Adam. Embrio Adam yang ditemukan tim ilmuwan tersebut kemudian segera mereka amankan, sedangkan Angel Lilith juga ditangkap dan ditawan. Belakangan, Lilith ditempatkan di ruang terdalam dari markas NERV, yang merupakan formasi organisasi baru dari orangorang JSSDF yang berlawanan ideologi dengan Seele. Sedangkan yang diperoleh Seele adalah DNA Adam untuk menciptakan Angel Tabris dan EVA Series di kemudian hari. 63
Penulis berpendapat bahwa setelah melalui eksperimen lagi, embrio Adam ini ditanam dalam telapak tangan Ikari Gendoh yang masih agak muda ketika itu. Hal ini memang tidak secara gamblang diceritakan. Penulis menganalisis demikian, karena: (1), Gendoh selalu memakai sarung tangan yang tidak pernah dijelaskan alasannya. (2), dalam kontak serangan yang dilakukan Angel dalam jarak dekat terhadap NERV, Gendoh selalu menyingkir dan mengamankan dirinya sendiri sementara semua orang bersitegang untuk mengalahkan Angel tersebut. Menurut pengamatan penulis, ini dikarenakan adanya embrio Adam di tangan Gendoh. Adam tidak boleh bertemu dengan Lilith ataupun Angel, karena bisa menimbulkan terjadinya Third Impact. Itulah sebabnya Gendoh bersikap demikian jika ia mendeteksi keberadaan Angel sudah sangat dekat dengan dirinya di markas NERV. Mengapa pula pada akhirnya Seele terkesan seolah punya andil dalam pembentukan NERV, bekerjasama dengan NERV serta selalu mengadakan interaksi dengan petinggi-petinggi NERV? Penulis menganalisis; sebenarnya, Seele tidak pernah melakukan kerjasama dengan NERV ataupun mendirikan organisasi ini. Seele hanya mengamati gerak-gerik organisasi tersebut, karena NERV inilah yang telah menawan semua elemen yang mereka (Seele) perlukan untuk menjalankan niat ‘memurnikan dunia’. Elemen-elemen itu adalah: embrio Adam dan Lilith. Terlebih lagi setelah NERV mengembangkan EVA Project mereka untuk menangkal serangan para Angels. Maka, menurut penulis, Seele berusaha melibatkan dirinya dengan NERV, sekedar untuk kamuflase. Seele sengaja membiarkan NERV menghabisi setiap Angel yang berusaha menyerang, sambil menanti waktu yang dijanjikan sesuai ramalan Dead Sea Scroll. Namun diam-diam mereka juga mengembangkan EVA Series Project sebagai tandingan EVA yang dibuat oleh NERV. Baru menjelang saat-saat terakhir; yaitu pada episode 64
ke-24, Seele mulai menunjukkan itikad mereka pada NERV. Dimulai dengan mengirim Kaworu, sebagai Angel pertama dan terakhir yang merupakan hasil buatan mereka dari DNA Adam yang telah lama mereka peroleh sewaktu Adam mendarat di bumi. Penulis mencoba mulai menganalisis makna kiamat dalam The End of Evangelion, dengan kembali kepada pertanyaan: Mengapa dalam Neon Genesis Evangelion terdapat pemikiran bahwa sepantasnya memang tidak ada masa depan bagi kehidupan manusia? Berikut ini adalah aspek-aspek untuk menerangkan klimaks dan merangkai jawabannya. Seele, sebagai otak dari semua kejadian tersebut, dalam hal ini meyakini bahwa umat manusia yang meninggali dunia saat ini adalah makhluk tak berguna dan penuh dengan hal-hal negatif. Karena itu, untuk menciptakan sebuah dunia yang baru, dan manusia-manusia yang baru pula, seluruh dunia yang ada saat ini harus mati. Seele percaya bahwa Tuhan, manusia dan seluruh bentuk kehidupan lain di dunia harus melebur menjadi satu; dan proses ke arah tersebut adalah dengan kematian lebih dahulu. Orang-orang Seele sendiri memang sudah siap untuk mengorbankan diri dalam rencana pemusnahan besar tersebut. Inilah tujuan yang diinginkan Seele dari adanya Human Instrumentality Project (artinya adalah: Proyek Perlengkapan Manusia). Penulis menganalisis, pandangan Seele yang terkesan picik demikian, sangat dimungkinkan karena mereka memandang dunia dari sisi yang tak bisa diterima nalar maupun hati. Seperti sudah disinggung pada bahasan sebelumnya, dalam hubungannya dengan religi, Seele seperti suatu kelompok sekte sesat. Sementara NERV; dalam hal ini Gendoh selaku pimpinannya, mempunyai skenario yang berbeda dengan adanya Human Instrumentality Project tersebut. Bagi Gendoh dan NERV, tujuan diadakannya proyek itu adalah untuk menciptakan bentuk kehidupan baru yang lebih sempurna daripada manusia. Hasil yang telah NERV peroleh 65
adalah dengan komplitnya penciptaan manusia kloning Ayanami Rei yang berasal dari DNA Lilith dan tubuh Ikari Yui; istri Gendoh. Ketiga EVA juga adalah hasil dari proyek tersebut. Menurut Gendoh, pemikiran Seele tentang rencana pemusnahan dunia itu tidak perlu, dan hasilnya akan sia-sia saja. Kira-kira maksud Gendoh dalam hal ini adalah: tidak mungkin bisa menghasilkan kehidupan baru yang lebih baik, hanya dengan memusnahkan yang sudah ada sekarang. Bentrok antara dua ideologi inilah yang menyebabkan Seele pada akhirnya memakai cara keji sebagai bentuk pemaksaan atas ideologi mereka sendiri. Penulis berasumsi, sejak sebelum kemunculan Angel Adam ke dunia, Seele sudah berniat melaksanakan niat tersebut; tinggal menunggu elemen-elemen pelaksananya saja. Ketika Adam benar-benar muncul ke dunia, mereka (Seele) berupaya menawannya di bawah es bumi sambil menunggu waktu yang dijanjikan serta kemunculan elemen lain. Namun karena kedatangan Lilith, Adam bangkit. Menurut penulis, seandainya pada saat itu Angel Adam bertemu dengan Lilith, kemungkinan tidak akan terjadi Third Impact yang menghabisi seluruh umat manusia. Sebab, penulis menelaah bahwa kejadian tersebut berlangsung di kutub Antartika. Menurut penulis, kalaupun saat itu terjadi dampak ledakan dari pertemuan kedua makhluk itu, dampaknya tidak sampai menghabisi seluruh manusia yang tersisa di dunia. Sedangkan Seele menginginkan Third Impact terjadi pada waktu yang sesuai ramalan Dead Sea Scroll, dan di tengah-tengah dunia agar tidak ada seorang manusia pun yang tersisa. Atas dasar itulah, sesuai dengan asumsi penulis, Seele kemudian mengubah Adam menjadi embrio dengan kekuatan tehnologi mereka untuk mencegah Adam bertindak sebelum waktunya. Sedangkan yang dimaksud dengan pernyataan bahwa Seele menunggu saat yang tepat untuk Third Impact agar sesuai ramalan Dead Sea Scroll, sangat dimungkinkan 66
maksudnya adalah menunggu rampungnya ketiga EVA yang dikembangkan oleh NERV. Sumber
yang
menelaah
ilmu
teologi
dan
mitos
Kristiani;
http://www.webcom.com/~gnosis/library/dss/dss.htm menyatakan bahwa dalam Dead Sea Scroll benar-benar ada ramalan tentang pertempuran yang terjadi antara Anak-anak Terang dan Anak-anak Kegelapan. Anak-anak Terang ditandai dengan pakaian berupa kain tenun berwarna yang mereka kenakan; masing-masing warna ungu, merah dan biru. Penulis menarik garis hubungan dengan ketiga EVA buatan NERV dalam konteks ini. Ketiga EVA itu masing-masing berwarna ungu (EVA 01), merah (EVA 02) dan biru (EVA 00). Dengan rampungnya EVA yang menjadi serdadu perang dalam menghadapi Angel, berarti rencana Seele sudah semakin dekat pada tujuan. Namun apa yang terjadi kemudian saat Third Impact betul-betul terjadi, adalah di luar dugaan semua bentuk kehidupan dalam Neon Genesis Evangelion. Yang dimaksud di sini adalah tentang keberadaan Shinji, ‘sang messiah’. Dalam adegan di Terminal Dogma, Gendoh meminta Rei untuk membawanya turut menyatu dalam Lilith agar Gendoh bisa bertemu kembali dengan Yui, istrinya. Telah diketahui bahwa Rei adalah manusia kloning, hasil perpaduan fisik Yui dan jiwa Lilith. Namun di luar dugaan, eksistensi Shinji menimbulkan kontak batin dengan Rei saat itu, sehingga Rei akhirnya menolak permintaan Gendoh dan mengatakan, “私はあなたの人形じゃない。” (Terjemahan: “Aku bukan bonekamu”, The End of Evangelion, eps. まごころを君). Rei lalu masuk seorang diri ke dalam tubuh Lilith. Ini tentu saja di luar niat Gendoh. Shinji menjadi penentu bagi nasib dunia. Namun, sebagai penonton, kita akan meragukan bagaimana mungkin seorang anak yang begitu penakut, lemah hati dan kerap terombang-ambing keyakinannya itu mampu menjadi penyelamat dunia. Keraguan itu
67
memang wajar, namun menurut analisis penulis, tidak dapat dikatakan salah seratus persen bahwa Shinji tidak dapat membawa pencerahan dunia. Menurut penulis, dengan keselamatan diri Shinji sendiri, sebetulnya adalah pertanda bahwa ia berhasil mengubah nasib dunia pada hari kiamat. Seele menginginkan agar tidak ada manusia satu pun yang tersisa dari peristiwa Third Impact. Namun, Shinji, dengan segala keterbatasan dirinya, mampu selamat dari Third Impact itu. Ini menunjukkan dialah sang harapan dunia. Sama halnya seperti yang dikatakan oleh bayang-bayang Kaworu dan Rei pada adegan sewaktu Shinji terhisap ke dalam dimensi raga Lilith. Roh kedua anak manusia buatan yang masing-masing berasal dari Angel Adam dan Lilith itu menunjukkan pemikiran akan adanya harapan kepada Shinji dalam The End of Evangelion episode 「まごころ を君」. Mereka mengatakan, bahwa selama masih ada manusia walau tinggal seorang diri pun, selalu berarti masih ada harapan. Dan pada kenyataannya, penonton diperlihatkan bahwa ternyata Shinji malah tidak seorang diri di dunia yang kelam itu. Ada Asuka di sisinya, sebagai manusia satu lagi yang juga selamat dari Third Impact. Dalam sisa-sisa dunia yang luluh-lantak akibat Third Impact itu, penonton juga diperlihatkan berbagai pemandangan yang mengerikan. Lautan merah darah, dengan potongan kepala raksasa Lilith tergeletak di tengahnya, dan sisa-sisa EVA Series yang tersalib maupun yang tinggal berupa bangkai. Sekali lagi, menurut analisis penulis dari sudut pandang religi, inilah bentuk-bentuk penanda yang sengaja ‘diletakkan’ Tuhan dalam dunia tersebut untuk mengingatkan manusia akan dosa-dosanya setiap kali. Menurut penulis, ini sama kemungkinannya dengan tanda-tanda jejak kemarahan Tuhan yang ditunjukkan dalam dunia nyata; seperti halnya lautan yang menutupi hampir sebagian besar permukaan bumi sebagai tanda kemarahan Tuhan atas manusia dalam
68
kisah Nabi Nuh; dengan membuat malapetaka air bah di seluruh bumi. Dosa manusia dalam cerita film ini adalah mereka berusaha menjadi ‘tuhan’. Dalam kondisi sisa-sisa dunia di The End of Evangelion, Shinji melihat penampakan sosok Rei memakai seragam sekolahnya yang muncul sekejap di pantai. Sosok Rei tersebut, menurut interpretasi penulis adalah pertanda bahwa di situlah titik di mana perputaran hidup baru bagi Shinji harus dimulai. Sebab, di permulaan kisah Neon Genesis Evangelion, terdapat adegan waktu Shinji pertama kalinya melihat Rei dalam penampilan memakai seragam sekolah seperti demikian. Dengan kata lain, inilah kesempatan kedua bagi Shinji untuk memulai kembali perputaran hidupnya. Menurut MacWilliams dalam Jewish-Christian Symbolism in Neon Genesis Evangelion (2001), apa yang terjadi dalam kiamat versi Neon Genesis Evangelion adalah ciri khas sebuah kisah kiamat post-modern. Yaitu di mana tokoh utamanya yang bertindak sebagai penyelamat tetaplah manusia biasa dengan segala keterbatasannya. Ia bukan manusia yang mendapat anugerah kekuatan dari langit atau semacamnya. Cerita kiamat yang bergaya post-modern memang lebih memakai pendekatan yang realistis dalam pemakaian tokoh-tokoh di dalamnya; terutama merujuk pada tokoh yang memiliki peran sebagai sang penyelamat. Tokoh utama ini akan mengambil segala bentuk resiko dalam upayanya menemukan jawaban atas permasalahannya menghadapi hari penghakiman. Dan hasil yang diperoleh umumnya belum tentu membawa kegembiraan seperti; misalnya, mengharap terjadinya mujizat. Dengan kata lain, menurut analisis penulis; apapun hasil akhir yang didapat, semuanya ditentukan oleh nasib tiap-tiap orang. Inilah yang terjadi pada sebagian besar tokoh dalam film Neon Genesis Evangelion lainnya. Menurut analisis penulis, kematian yang menjemput mereka pada 69
akhirnya di The End of Evangelion; adalah nasib yang digariskan pada hidup mereka. Contoh kasusnya dapat dilihat pada episode “Air” dalam The End of Evangelion. Shinji sebetulnya sudah ditemukan oleh orang-orang Seele yang menggempur markas NERV. Ia siap dibunuh. Namun, Misato datang tepat waktu untuk menyelamatkannya. Ini menunjukkan adanya urun-tangan nasib dalam hidup Shinji. Ia tidak ditakdirkan tewas pada saat itu. Demikian juga halnya Asuka yang bertempur mati-matian di dalam EVA 02. Setelah EVA 02 mengalami keberingasan EVA Series dalam aksi yang paling keji, toh gadis ini tetap hidup meski dalam kondisi memprihatinkan. Asuka juga tidak ditakdirkan meninggal. Sementara Misato yang berupaya melindungi Shinji hingga saat terakhir, tewas tertembak peluru senjata pasukan Seele. Personel NERV lainnya tewas dibunuh orang-orang Seele atau pun meledak akibat efek Third Impact. Kaworu diceritakan sudah lebih dulu tewas dibunuh pada Neon Genesis Evangelion episode 24. Gendoh tewas dalam imajinasinya dimakan oleh EVA 01, sementara dalam dunia nyata dikatakan bahwa tubuhnya meleleh dan menyatu dengan cairan LCL dalam Terminal Dogma. Tokoh-tokoh yang tewas tersebut; menurut analisis penulis, memang dikarenakan nasib mereka yang demikian. Mereka digariskan hanya akan menjalani hidup sampai sekian waktu. Dalam hubungannya dengan religi, ini yang disebut dengan misteri kehidupan bagi setiap orang. Lalu, bagaimana akhirnya hubungan antara kiamat dalam Neon Genesis Evangelion dengan religi Kristiani? Berdasarkan analisis dan usaha pemahaman yang telah penulis lakukan sendiri sejauh ini, ternyata penulis mendapatkan hasil yang cukup menarik, namun mungkin juga cukup mengejutkan bagi penulis sendiri. Ternyata, berdasarkan referensi bahan yang penulis peroleh, tidak ada hubungan antara simbol, tanda, ritual atau pun mitos agama dengan inti cerita film ini. Elemen-elemen Kristen 70
Judea dan Yahudi (serta sebagian kecil dari Shinto dan Buddha) yang ditampilkan sepanjang film animasi ini memang memiliki makna spiritual dalam tradisi religi, namun insan-insan pembuat film ini sendiri menyatakan agar perlu diingat bahwa Neon Genesis Evangelion adalah sebuah bentuk sastra modern yang fiktif. Ini seperti dikatakan pula oleh Mamoru Oshii; sutradara bagi film animasi Ghost In The Shell dan Patlabor, dalam suatu pernyataan pada website http://evaotaku.cjb.net/. Pada berita wawancara di website tersebut, Oshii mengatakan bahwa penggunaan simbol-simbol religus dari suatu agama tertentu dalam film animasi, sebaiknya tidak ditanggapi terlalu serius. Simbolsimbol religi memang memiliki makna tertentu dari akar tradisinya, namun penggunaannya dalam film biasanya hanya sekedar sebagai ideologi dan inspirasi bagi jalan cerita film tersebut. Dengan kata lain, tidak dimaksudkan menyalahi suatu ajaran tertentu. Masih bersumber dari referensi website yang sama, pernyataan tersebut diperkuat juga oleh pernyataan asisten Anno sendiri untuk Neon Genesis Evangelion, yaitu Kazuya Tsurumaki. Dalam pekan anime internasional Otakon yang diadakan di Tokyo, Juli tahun 2001, Tsurumaki ditanya oleh insan pers, tentang hubungan agama Kristen dengan Neon Genesis Evangelion. Inilah petikan dari jawabannya: “There are a lot of giant robot shows in Japan, and we did want our story to have a religious theme to help distinguish us. Because Christianity is an uncommon religion in Japan, we thought it would be mysterious. None of the staff who worked on Evangelion are Christians. There is no actual Christian meaning to the show. We just thought the visual symbols of Christianity look cool. If we had known the show would get distributed in theUS dan Europe region, we might have rethought that choice”. Terjemahan: Banyak film yang menampilkan tema robot raksasa di Jepang. Kami ingin agar cerita yang kami angkat memiliki tema religius untuk membedakan karya kami. Karena agama Kristen adalah sesuatu yang tidak umum di Jepang, kami pikir itu akan jadi sesuatu yang berkesan misterius. Tidak ada di antara staff pekerja untuk Evangelion 71
yang beragama Kristen. Bahkan sesungguhnya, tidak ada makna agama Kristen yang terkandung di dalam film ini. Kami hanya berpikir bahwa simbol-simbol Kristen itu menarik. Andaikan kami tahu bahwa film ini akan didistribusikan juga hingga ke US dan Eropa, mungkin kami akan mempertimbangkan ulang pilihan memakai simbolsimbol tersebut.
Sekalipun Neon Genesis Evangelion memiliki plot dasar dan elemen yang sebagian besar mengadaptasi simbol, teks maupun mitos religi Kristen, pihak-pihak yang memproduksi film ini dengan yakin menyatakan bahwa penggunaan semua elemen itu hanya untuk inspirasi dan estetika. Tapi menurut penulis, apa yang dinyatakan Tsurumaki itu terlalu klise jika demikian halnya. Sebab, penulis sendiri menemukan, bahwa banyak hal dalam film ini yang tidak sedangkal itu pengertiannya. Dan dengan alur cerita yang tersusun begitu rapi serta matang, maupun kemunculan simbol-simbol yang saling terkait antara fiksi dan realita, rasanya tidak mungkin kalau Anno tidak memiliki maksud tertentu yang berhubungan dengan religi Kristen di balik pemikiran film ini. Setidaknya, Anno pernah mengatakan pemikirannya dalam Neon Genesis Evangelion 100% Newtype Collection (1997) bahwa pikiran manusia itu terletak di antara nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan. Pada akhirnya, The End of Evangelion memang lebih banyak menampilkan konsep-konsep drama psikologi dibandingkan nilai keagamaan. Namun menurut analisis penulis, penonton bisa tetap menangkap makna kiamat yang tersirat dipandang dari segi religi. Memang untuk menginterpretasikan tujuan akhir cerita ini cukup sulit karena terlalu rumit, namun bukan tidak mungkin dilakukan. Penulis menganalisis bahwa makna kiamat yang dibuat sendiri oleh manusia ini pada akhirnya tetap tidak akan mendapatkan tempat di hati Tuhan dalam hal keagamaan. Penulis dapat menarik simpulan ini dari menyimak adegan terselamatkannya dua orang anak manusia, yaitu 72
Shinji dan Asuka di akhir cerita. Tuhan tidak pernah menyetujui tindakan manusia yang mengambil alih rencanaNya, dan yang dilakukanNya untuk menentang perbuatan tersebut adalah dengan membuat Shinji sadar, bahwa ia tidak bisa hidup dalam dunia mimpi, sekalipun impian itu indah. Shinji sadar bahwa ia harus menghadapi kenyataan, sekalipun kenyataan itu teramat buruk. Karena itulah ia menerima resiko yang mengakibatkannya terlontar keluar dari dalam tubuh Lilith dan tetap hidup. Menurut penulis, itulah pertanda bahwa Tuhan tidak mendukung aksi pemusnahan ‘buatan’ tersebut. Seandainya dalam cerita film ini Tuhan mendukung terjadinya kiamat itu, pastilah semua manusia di muka bumi betul-betul habis tak bersisa; dan ini sesuai dengan apa yang diinginkan Seele. Namun, dengan terselamatkannya dua anak manusia ini, menandakan bahwa Seele gagal mewujudkan niat mereka. Kematian mereka pun sia-sia saja, karena tidak akan membawa manusia ke tahap evolusi seperti yang mereka rencanakan. Sama sia-sianya seperti tubuh raksasa Lilith yang hancur akibat bangkitnya kesadaran Shinji menghadapi realita, yang berarti lahirnya harapan baru. Roh-roh manusia yang hidupnya tidak berkenan di mata Tuhan dalam film ini, tercurah keluar dari raga Lilith, masuk ke dalam lautan. Sementara yang berkenan, naik ke angkasa dan melambangkan bahwa jiwanya diterima di Sorga. Inilah interpretasi makna kiamat dilihat dari segi religi yang dianalisis oleh penulis.
73