BAB 3 ANALISA DATA
3.1
Data Fisik Rumah Sakit Hewan Jakarta
3.1.1 Analisa Lokasi 1. Data Geografis Rumah Sakit Hewan Jakarta berlokasi di dalam area pemerintahan ibukota Jakarta, tepatnya berada di bagian Selatan kota Jakarta. Secara administratif, letak Rumah Sakit Hewan Jakarta masuk ke dalam wilayah kelurahan Ragunan, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut ; Sebelah Utara
: Pusat Lab Universitas Nasional
Sebelah Timur
: Jl. Harsono R. M
Sebelah Selatan
: SDN 08 Ragunan
Sebelah Barat
: Jl. Unas
Gambar 3.1 Peta Lokasi (sumber : dokumentasi google maps) 90
2. Data Topografis Daerah ini merupakan dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan memiliki kemiringan 20-60. Jenis tanah di lokasi adalah latosol merah, yang memiliki sifat sebagai berikut ; pH masam pada seluruh profil, kandungan bahan organic dan kadar nitrogen lapisan atas sedang yang semakin rendah pada lapisan bawah, kadar pospat di seluruh profil rendah dan kadar kalsium di semua lapisan sangat rendah (Schmidt and Ferguson. 1951). 3. Data Lokasi Jl. Harsono RM No. 28 Belakang Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan DKI Jakarta, 12560 4. Data Tapak Bangunan Rumah Sakit Hewan Jakarta ini terletak di wilayah Jakarta Selatan yang dekat dengan tempat wisata kebun binatang Ragunan, merupakan area yang cukup padat hilir mudik, mudah dicapai dengan kendaraan umum maupun pribadi, di sekitar lokasi merupakan area pemukiman warga.
3.1.2 Analisa Sekitar Lokasi Lokasi terletak dekat dengan salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di kota Jakarta, yaitu kebun binatang ragunan, dimana setiap hari sabtu dan minggu selalu ramai didatangi oleh para pengunjung. Selain itu, terdapat sebuah pasar yang letaknya di depan kebun binatang yang digelar setiap hari minggu, dimana menyebabkan lokasi tidak asing bagi banyak orang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun fasilitas kesehatan khusus hewan di lokasi ini adalah ; •
Target market di sekitar lokasi
Lokasi terletak di pinggir jalan besar yang berbatasan langsung dengan pemukiman warga sekitar. Hal ini menjadi poin tambahan, karena mudah
91
dijangkau oleh masyarakat sekitar, yang notabene adalah warga yang tinggal di dalam komplek perumahan, salah satu kriteria masyarakat yang memelihara hewan peliharaan. •
Jalan Raya
Akses jalan raya pun sangat mudah dicapai, selain merupakan rute yang dilewati oleh bus Trans Jakarta, jalan raya ini sangat mudah diakses dan untuk menuju lokasi, harus melewati sebuah jalan 2 arah menuju ke dalam kurang lebih sekitar 150m. •
Suasana
Suasana lokasi cenderung sangat tenang, karena untuk menuju ke lokasi dari jalan raya utama, harus melalui sebuah jalanan 2 arah sepanjang 150m ke dalam, dimana sekeliling bangunan merupakan taman yang cukup luas. Tentunya selain jauh dari kebisingan jalan raya, bangunan di tengah-tengah area hijau sangatlah ideal untuk sebuah fasilitas kesehatan yang mengupayakan ketenangan dan kenyamanan bagi pasien yang tengah dirawat. Dapat disimpulkan bahwa secara lokasi, proyek perancangan ini dapat menjadi bisnis yang sangat menjanjikan dari segi komersil, karena berada di lokasi yang sangat strategis sehingga mudah dijangkau oleh konsumen dari berbagai daerah bagian, serta memiliki target pasar yaitu masyarakat sekitar yang sangat berpotensial.
3.1.3 Analisa Struktur Bangunan Bangunan merupakan bangunan tua yang dibangun pada 25 Desember 1992 dan mulai beroperasi pada 28 Desember 1993. Bangunan ini belum pernah dipugar ataupun mengalami renovasi samasekali, hanya terjadi beberapa kali perbaikan kecil yang dilakukan guna menunjang jalannya aktivitas di dalam rumah sakit tersebut. Dapat dikatakan usia bangunan sudah mencapai hampir 20 tahun dengan struktur dan bentuk yang tetap sama persis dengan saat dibangun dahulu dapat
92
dikatakan cukup tua, namun secara fungsi, struktur bangunan masih sangat prima. Perawatan bangunan dan lingkungan sekitarnya pun dilakukan dengan sangat baik, sehingga tetap terlihat asri dan rapih.
Gambar 3.2 Tampak depan rumah sakit (sumber : dokumentasi pribadi) Secara keseluruhan, bentuk bangunan menyerupai huruf L, dengan pondasi sederhana, kemungkinan besar pondasi yang digunakan adalah pondasi batu kali, karena sesuai dengan criteria bangunan, yang hanya terdiri dari 2 lantai. Serta pondasi batu kali cocok dengan kontur tanah di wilayah Jakarta selatan, yang merupakan tanah yang tidak terlalu keras, namun juga tidak terlalu basah. Pondasi batu kali ini dudukung dengan struktur kolom penopang dengan ukuran 30x30cm. Tinggi dari lantai 1 ke lantai 2 kurang lebih 3,5m, dengan tinggi lantai ke ceiling pada lantai 1 adalah 3,2 m.
Gambar 3.3 Bentuk layout bangunan menyerupai huruf L (sumber : dokumentasi pribadi) 93
Pada ruangan, ceiling berupa beton finishing cat putih dengan ketinggian 3,2m memberikan kesan luas dan lenggang pada ruangan, didukung dengan penggunaan cat warna putih yang juga memberikan kesan bersih, terang, dan rapih.
Gambar 3.4 Ruangan praktek akupuntur (sumber : dokumentasi pribadi)
Pada bagian lorong bangunan, ceiling lebih rendah sekitar 40cm dibandingkan dengan ceiling di dalam ruangan2 dalam rumah sakit tersebut, hal ini kemungkinan dilakukan untuk menekan biaya pembangunan.
94
Gambar 3.5 Ceiling lorong rumah sakit (sumber : dokumentasi pribadi) Praktek klinik hanya beroperasi di lantai 1, sedangkan lantai 2 didominasi oleh kegiatan non praktikal, seperti fasilitas untuk istirahat dokter, kegiatan rapat, dan lain-lain, kemungkinan juga dikarenakan akses menuju lantai 2 hanyalah sebuah tangga, sehingga akan menyulitkan membawa pasien terutama untuk pasienpasien dengan ukuran besar.
Gambar 3.6 Akses menuju lantai 2 (sumber : dokumentasi pribadi)
95
3.1.4 Permasalahan yang Ditemui Pada Lokasi Jika dibahas mengenai lokasi, Rumah Sakit Jakarta ini berada pada area yang sangat kondusif dan cocok untuk fasilitas perawatan, dimana jauh dari kebisingan dan eksisting bangunan berada di tengah-tengah area hijau yang cukup luas. Berbeda dengan tahun 1993 dulu dimana rumah sakit ini mulai beroperasi, dan juga merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan khusus hewan peliharaan yang ada di kota Jakarta, dibandingkan dengan berbagai fasilitas khusus hewan yang ada sekarang, beberapa hal di dalamnya dapat ditemukan sebagai hal yang mungkin kurang ideal. Salah satu hal yang paling menonjol adalah kurangnya pemanfaatan ruang di dalam bangunan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai akses menuju lantai 2 yang hanya menggunakan tangga, nyatanya membuat keseluruhan lantai 2 tidak dapat digunakan untuk kegiatan praktek, padahal kebutuhan ruang untuk kantor, ruang rapat, dan ruang istirahat tidaklah memerlukan 1 lantai sendiri, yang penulis temukan saat melakukan survey ke sana adalah ruang-ruang kantor kosong yang terbengkalai. Akhirnya yang terjadi adalah lantai 1 dipaksakan untuk mencukupi segala kebutuhan ruang praktek, padahal dari segi bisnis pun, hal tersebut tentunya tidak akan membuat rumah sakit beroperasional secara maksimal.
Gambar 3.7 Tampak lorong lantai 2 (sumber : dokumentasi pribadi)
96
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan mengadakan fasilitas lift pengganti salah satu tangga akses ke lantai 2. Dengan adanya lift, lantai 2 yang tadinya tidak dapat dioperasikan untuk keperluan fasilitas perawatan, dapat dioperasikan menjadi bagian dari fasilitas pusat perawatan.
3.2
Data Pemakai
3.2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Diagram3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Pada dasarnya masing-masing jabatan memiliki tugasnya masing-masing, yaitu sebagai berikut ; 97
1. Komisaris Sebagai pemilik
perusahaan, yang memiliki modal perusahaan, sebagai
penyandang dana. Menerima laporan bulanan, menerima laporan tahunan, membuat keputusan dalam perusahaan, penanggung jawab segala keputusan yang terjadi dalam perusahaan. 2. Direktur Utama Menerima laporan dan pertanggung jawaban dari direktur masing-masing divisi, bertanggung jawab mengatur dan menjalankan 3. Direktur Klinik Mengatur segala aktivitas klinik perawatan dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung di dalam klinik, serta memiliki kuasa untuk membuat keputusan dalam penanganan klinik. 4. Dokter Memberikan keputusan dan melakukan praktek medis terhadap pasien. 5. Paramedis Membantu tugas dokter dalam memeriksa pasien, memberikan obat, memantau perkembangan kondisi pasien, menulis laporan. 6. Tenaga Teknis Memanggil nomor antrian, membantu menangani dan mengendalikan pasien, bertanggung jawab terhadap mobilisasi pasien selama di klinik, member makan pasien, membersihkan kandang pasien, melakukan perawatan non medical pada pasien.
7. Staff Penjualan
98
Mendisplay produk yang dijual, membersihkan area toko, menyambut pengunjung yang masuk, memberikan informasi seputar produk yang dijual, melayani pengunjung 8. Direktur Umum dan Keungan Mengatur urusan finansial klinik, memiliki kuasa dalam memutuskan pengeluaran klinik dan bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemberdayaan tenaga kerja. 9. Staff Sekuriti Berdiri di pintu masuk, menyambut tamu masuk, mengawasi kegiatan yang berlangsung di lobi, menjaga keamanan gedung. 10. Staff Rumah Tangga Melakukan perawatan baik dari segi kebersihan maupun perbaikan yang berhubungan langsung dengan bangunan klinik. 11. Staff Front Office Menerima pasien, melayani klien yang datang, mendata pasien, mengurus penagihan biaya perawatan, sebagai lini depan perusahaan. 12. Menejer Akunting Mengelola keuangan perusahaan, menulis laporan harian, membuat laporan bulanan, membuat laporan tahunan, memberikan dan mengatur gaji karyawan, mengalokasikan pemasukkan.
3.2.3 Analisa Aktifitas dan Fasilitas Pusat Perawatan Hewan Peliharaan
99
A. Aktivitas dan Fasilitas Pada Klinik Hewan Pada fasilitas salon, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula proses klien datang hingga klien pulang. 1. Tenaga teknis menerima klien, mencatat data klien dan pasien pada buku tamu dan mengisi form data pasien. 2. Tenaga teknis mempersilahkan klien untuk menunggu di ruang tunggu dalam urutan nomor antri. 3. Tenaga teknis menimbang badan pasien dan mencatatnya dalam form data pasien. 4. Tenaga teknis membawa masuk pasien ke dalam ruang periksa. 5. Dokter umum melakukan anamnesa, melakukan pemeriksaan standard dan mencatat hasilnya pada form data pasien. 6. Jika kondisi pasien baik, dapat dilanjutkan dengan vaksinasi atau pemeriksaan dapat berakhir. 7. Dokter umum melakukan pemeriksaan laboratorium, misalnya memeriksa tinja, kerokan pada kulit, dan merujuk pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk penelitian di laboratorium. 8. Dokter umum menetapkan diagnose, prognosa, dan tindakan atau terapi yang dibutuhkan untuk menangani kondisi pasien, dan melakukan pemberitahuan pada klien akan alternative penanganan yang dapat dilakukan. 9. Dokter umum mengirim pasien ke dokter rawat inap (jika diperlukan). 10. Setelah pemeriksaan selesai, klien dipersilahkan untuk mengurus biaya administrasi di kasir.
100
Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ; Klien datang membawa hewan peliharaan(pasien)
Tenaga teknis mencatat data pasien
Klien menunggu dalam urutan antri
Kondisi pasien dianggap baik
Dokter melakukan pemeriksaan standar
Pasien dibawa ke dalam ruang periksa
Kondisi pasien dianggap tidak baik
Dokter menjalankan tes laboratorium
Pasien dialihkan pada dokter rawat inap
Dokter melakukan diagnosa dan memberikan alternatif penanganan pada klien
Selesai
Vaksinasi
Klien menyelesaikan biaya administrasi
Keadaan pasien membaik, sudah dapat dibawa pulang
Klien mengurus biaya administrasi
Penanganan telah selesai dilakukan, Dokter memberikan resep
Klien membawa pulang pasien dan menyelesaikan biaya administrasi
Penanganan telah selesai dilakukan, Dokter memberikan resep
Klien menebus resep obat yang diberikan di apotek
Diagram 3.2 Alur aktivitas pada klinik hewan
101
Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;
Area lalu lalang manusia dengan hewan
Meja pendaftaran, lemari penyimpanan data pasien kursi untuk staf bekerja, timbangan hewan,
Area tunggu untuk manusia dan hewan dengan fasilitas seperti : kursi, tv, snack bar, dispenser air, washtafel
Kondisi pasien dianggap baik
Meja periksa, meja dokter untuk bekerja, kursi kerja, kursi tamu, lemari penyimpanan untuk peralatan dan perlengkapan, washtafel
Kandang hewan portable untuk jenis hewan kecil (ukuran S), dan tali kekang untuk jenis hewan besar (ukuran M&L)
Kondisi pasien dianggap tidak baik
Meja untuk melakukan penelitian, Mikroskop, USG, ECG, x-Ray Screen
Ruang rawat inap yang dibagi menjadi ruang perawatan penyakit menular dan tidak menular dengan fasilitas : kamar inap, alat penyaring udara, tiang infus, tabung oksigen
Meja Operasi, Meja alat operasi, lampu operasi
Selesai
Vaksinasi
Meja loket pembayaran, kursi untuk staf bekerja, laci penyimpanan uang, peralatan menghitung
Meja kerja dokter, kursi tamu Kandang hewan portable untuk jenis hewan kecil (ukuran S), dan tali kekang untuk jenis hewan besar (ukuran M&L)
Meja kerja dokter, kursi tamu
Meja loket pembayaran, kursi untuk staf bekerja, laci penyimpanan uang, peralatan menghitung
Meja loket pembayaran, kursi untuk staf bekerja, laci penyimpanan uang, peralatan menghitung
Meja Loket Pembayaran, Lemari obat, meja meracik obat
Diagram 3.3 Alur penggunaan fasilitas pada klinik hewan
102
B. Aktivitas Pada Salon Hewan Pada fasilitas salon, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula proses klien datang hingga klien pulang. 1. Tenaga teknis menerima klien, mencatat data klien dan pasien pada buku tamu dan mengisi form data pasien. 2. Tenaga teknis mempersilahkan klien untuk menunggu di ruang tunggu dalam urutan nomor antri. 3. Tenaga teknis menimbang badan pasien dan mencatatnya dalam form data pasien. 4. Tenaga teknis membawa masuk pasien ke dalam ruang salon. 5. Tenaga teknis menyiapkan segala perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan oleh ahli grooming. 6. Ahli grooming dibantu oleh tenaga teknis untuk memandikan hewan. 7. Ahli grooming dibantu oleh tenaga teknis untuk memotong kuku, membersihkan mata, telinga, dan mulut, mengeringkan dan menyisir bulu hewan. 8. Tenaga teknis membawa pasien yang telah selesai di grooming untuk dikembalikan pada klien yang sedang menunggu. 9. Klien dipersilahkan untuk mengurus biaya administrasi di kasir.
103
Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ;
Klien datang membawa hewan peliharaan
Tenaga teknis mencatat data pasien
Klien menunggu dalam urutan antri
Hewan peliharaan dikembalikan ke klien
Hewan peliharaan di grooming
Hewan Peliharaan dibawa ke dalam salon
Klien menyelesaikan biaya administrasi
Diagram 3.4 Alur aktivitas pada salon hewan Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;
Area lalu lalang manusia dengan hewan
Meja pendaftaran, lemari penyimpanan data pasien kursi untuk staf bekerja, timbangan hewan,
Area tunggu untuk manusia dan hewan dengan fasilitas seperti : kursi, tv, snack bar, dispenser air, washtafel
Kandang hewan portable untuk jenis hewan kecil (ukuran S), dan tali kekang untuk jenis hewan besar (ukuran M&L)
Meja grooming, kursi duduk untuk ahli grooming, blower, hair dryer, gunting, sisir, shampo, bedak, selang air, tali kekang
Kandang hewan portable untuk jenis hewan kecil (ukuran S), dan tali kekang untuk jenis hewan besar (ukuran M&L)
Meja loket pembayaran, kursi untuk staf bekerja, laci penyimpanan uang, peralatan menghitung
Diagram 3.5 Alur penggunaan fasilitas pada salon hewan
104
C. Aktivitas dan Fasilitas Pada Penitipan Hewan Pada fasilitas penitipan, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula proses klien datang hingga klien pulang. 1. Tenaga teknis menerima klien, mencatat data klien dan pasien pada buku tamu dan mengisi form data pasien. 2. Tenaga teknis mempersilahkan klien untuk menunggu di ruang tunggu dalam urutan nomor antri. 3. Tenaga teknis menimbang badan pasien dan mencatatnya dalam form data pasien. 4. Tenaga teknis membawa pasien ke dalam penginapan. 5. Tenaga Teknis merawat hewan selama di penginapan 6. Masa penginapan berakhir, hewan dijemput pemiliknya. 7. Klien mengambil hewan peliharaannya dan menyelesaikan biaya administrasi. Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ;
Klien datang membawa hewan peliharaan
Tenaga teknis mencatat data hewan
Klien menunggu dalam urutan antri
Hewan peliharaan dikembalikan ke klien
Hewan dirawat dengan baik selama menginap
Hewan Peliharaan dibawa ke penginapan
Klien menyelesaikan biaya administrasi
Diagram 3.5 Alur aktivitas pada penitipan hewan
105
Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;
Area lalu lalang manusia dengan hewan
Meja pendaftaran, lemari penyimpanan data pasien kursi untuk staf bekerja, timbangan hewan,
Area tunggu untuk manusia dan hewan dengan fasilitas seperti : kursi, tv, snack bar, dispenser air, washtafel
Kandang hewan portable untuk jenis hewan kecil (ukuran S), dan tali kekang untuk jenis hewan besar (ukuran M&L)
Tempat tidur, tempat makan, tempat minum, area rekreasi,
Kandang hewan portable untuk jenis hewan kecil (ukuran S), dan tali kekang untuk jenis hewan besar (ukuran M&L)
Meja loket pembayaran, kursi untuk staf bekerja, laci penyimpanan uang, peralatan menghitung
Diagram 3.7 Alur penggunaan fasilitas pada penitipan hewan
D. Aktivitas dan Fasilitas Pada Toko Hewan Pada toko, terdapat runtutan alur aktivitas yang terjadi selama beroperasi, di bawah ini adalah urutan aktivitas yang terjadi dari awal mula proses pengunjung datang hingga pengunjung pulang. 1. Pengunjung datang 2. Pengunjung melihat-lihat produk 3. Pengunjung memilih produk yang akan dibeli 4. Pengunjung membawa barang ke kasir dan melakukan pembayaran
106
Aktivitas di atas dapat dirangkum menjadi pola aktivitas seperti di bawah ini ;
Pengunjung datang
Pengunjung melihat-lihat produk
Pengunjungmemilih barang yang akan dibeli
Pengunjung membayarkan barang yang dibeli ke kasir
Diagram 3.9 Alur aktivitas pada toko hewan Dengan adanya alur aktivitas seperti di atas, maka terciptalah sebuah alur penggunaan fasilitas seperti di bawah ini ;
Area lalu lalang manusia dengan hewan
Rak display
Keranjang belanja
Meja loket pembayaran, kursi untuk staf bekerja, laci penyimpanan uang, peralatan menghitung
Diagram 3.8 Alur penggunaan fasilitas pada toko hewan
3.2.4 Tabel Program Aktivitas dan Fasilitas Dari hasil tabel program aktifitas dan fasilitas, dapat ditemukan kesimpulan akan kebutuhan ruang masing-masing yang akan menentukan besaran ruang yang akan diaplikasikan pada layout bangunan eksis yang telah dipilih menjadi lokasi perencanaan proyek pusat perawatan hewan ini. Selain itu, dari tabel tersebut juga muncul pengklasifikasian ruangan berdasarkan karakter ruangan membentuk zona ruangan yang dimulai dari zona public, zona semi privat, zona privat, dan zona servis. Pengklasifikasian zona ini berguna untuk melakukan penataan layout ruangan.
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
3.3
Analisa Layout
3.3.1 Analisa Lalu Lintas Antar Ruang
Diagram 3.9 Lalu lintas antar ruang Keterangan warna garis Pemilik Hewan Peliharaan (Klien) Hewan Peliharaan (Pasien) Pekerja di Pusat Perawatan (Staff) Berdasarkan struktur antar ruang di atas, dapat dilihat hubungan antar masingmasing ruang dengan ruangan sekitarnya, yang membentuk serangkain pola ruangan berdasarkan aktifitas dan alur kegiatan. Data kesimpulan ini di dapat dari hasil survey pola perilaku kegiatan di dalam pusat perawatan khusus hewan peliharaan. Pola ruangan yang terbentuk di atas ini sebagai bantuan untuk menentukan peletakkan area-area dalam layout, dan merupakan gambaran kasar lalu lintas
118
pemakai fasilitas, dimana garis-garis yang ada menentukan lalu lintas subyek antar ruangan dan area yang ada. Garis yang membentang antar ruang berwarna hitam-biru-merah mengartikan bahwa ruangan tersebut dapat diakses oleh klien, pasien, dan staf klinik. Sedangkan garis hitam-merah menandakan ruangan hanya dapat diakses oleh staf klinik dan klien, pasien (hewan peliharaan) dilarang mengakses ruangan ini, sebaliknya, garis merah-biru menandakan ruangan hanya dapat diakses oleh staf klinik dan pasien (hewan peliharaan), klien tidak dapat memasuki area atau ruangan tersebut.
3.3.2 Hubungan Antar Ruang Dalam hubungan antar ruang, akan terlihat hubungan antar masing-masing ruangan dengan yang lainnya. Berdasarkan diagram matriks di halaman berikut, dapat dilihat lebih spesifik akan hubungan antar satu area dengan area lainnya. dengan keterangan sebagai berikut ; Sangat Intens Rata-rata Sama Sekali Tidak Intens
119
120
3.3.3 Zoning Layout Berdasarkan data site bangunan yang ada, menghasilkan sebuah keputusan pembagian zona ruang yang dibagi menjadi zona semi public, zona semi privat, zona privat, dan zona servis. Pertimbangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh arah matahari terbit, posisi bangunan, dan faktor lainnya di sekitar bangunan.
Gambar 3.8 Site bangunan
121
Gambar 3.9 Zoning layout lantai 1 Lantai 1 + Zona Semi publik terdapat 2 buah lobi yang memisahkan area fasilitas hewan sakit dan hewan sehat + Zona semi publik terutama penginapan hewan, dan salon hewan menghadap timur, sehingga mendapatkan sinar matahari pagi. + Diseberang lobi utama terdapat bukaan berupa teras yang membuka jalur sinar matahari. + Masing-masing zona mendapat 2 view (ke dalam dan ke luar) + Tidak terdapat area privat di lantai 1 122
-
Zona Semi Privat berada pada muka jalan sehingga memungkinkan tingkat kebisingan yang lebih tinggi
Gambar 3.10 Zoning layout lantai 2
Lantai 2
+ Tidak terdapat area semi publik pada lantai ini, sehingga area privat tidak mudah diakses oleh publik
123
3.3.4 Grouping Layout Berdasarkan kesimpulan dari zoning area, dapat dilakukan pemetaan ruang di dalam layout bangunan tersebut berdasarkan kriteria masing-masing. Peletakkan ruang ataupun area ini dibantu dengan adanya analisa hubungan dan sirkulasi antar ruang.
Gambar 3.11 Grouping layout lantai 1 Lantai 1 + Lobi UGD dekat dengan gerbang masuk.
124
+ Ruang UGD berada dekat lobi UGD. + Lobi khusus fasilitas medis berhadapan langsung dengan muka jalan utama. + Lobi khusus fasilitas perawatan hewan terpisah dari lobi utama, sehingga tidak memungkinkan hewan sakit dan sehat berada dalam satu ruangan. + Masing-masing lobi terdapat loket masing-masing. + Ruang periksa dekat dengan lobi utama. + Cafetaria berada di tengah-tengah gedung, sehingga dapat dicapai dari masing-masing lobi. + Salon, dengan ruang-ruang penginapan dekat, sehingga memudahkan perpindahan hewan. + pet shop dekat dengan salon. + Toilet terletak masing-masing di bagian ujung gedung. + Di bagian belakang gedung di ruang UGD terdapat akses keluar, sehingga hewan yang telah ditangani, yang tidak butuh untuk diinapkan namun harus melakukan rawat jalan, dapat langsung dijemput dari akses tersebut. -
Posisi lobi lift terhalang kolom.
125
Gambar 3.12 Grouping layout lantai 2 + Ruang lab dan radiologi dekat dengan lift, dikarenakan 2 ruangan tersebut masih berhubungan erat dengan ruang periksa di lantai 1. + Ruang nutrisi dekat dengan lift, dikarenakan ruang tersebut juga berhubungan erat dengan ruang penitipan hewan di lantai 1. + Ruang intensif dekat dengan ruang operasi. + Ruang isolasi menghadap arah sebaliknya dengan ruang intensif, sehingga tidak memungkinkan penularan. + Kamar staff dan kamar dokter dekat dengan ruang isolasi dan intensif.
126
+ Ruang-ruang yang masih dilewati oleh hewan terkonsentrasi di sayap utara dan mendapat akses lift, sedangkan ruang-ruang kantor terkonsentrasi di sayap timur dan mendapat akses tangga. + Ruang jenazah dekat dengan ruang operasi. -
Posisi lobi lift terhalang kolom.
3.4
Analisa Permasalahan Khusus
3.4.1
Material
Pemilihan material merupakan hal yang sangat penting dalam mendesain sebuah pusat perawatan khusus hewan, dimana membutuhkan material yang mudah dalam perawatannya dan tahan lama. A. Lantai Material yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan ini antara lain ; 1. Rubber tile Material ini sangat aman, karena berbahan dasar karet, sehingga meminimalisasi kemungkinan terjadinya slip, terutama untuk area yang memiliki lalu lintas padat, selain sangat kuat, material ini sangat mudah dibersihkan, kekurangan dari penggunaan material ini hanyalah harganya yang cukup mahal. 2. Vynil Material ini merupakan material lantai yang kuat dan cocok untuk area public dimana lalu lintas sangat padat, karena material ini mudah dibersihkan. Kekurangannya adalah mengandung pvc yang merupakan zat kimia yang disinyalir berbahaya bagi kesehatan.
127
3. Linoleum Hampir menyerupai vynil, linoleum merupakan material pelapis lantai yang mudah dalam perawatannya dan sangat kuat, bahkan semakin terkena air, material ini akan semakin kuat. Bedanya dengan vynil adalah material ini berasal dari bahan-bahan alami yang turut mendukung gerakan go green. Material ini juga mengandung biji rami yang dikenal antimikroba, sehingga meminimalisasi pertumbuhan jamur. Material Linoleum merupakan pilihan yang sangat tepat untuk diaplikasikan pada lantai rumah sakit, dimana dibutuhkan kriteria material yang tahan air, tahan api (tidak mudah terbakar), gesekkan benda-benda berat, mudah dibersihkan, dan mudah diperbaiki, semua poin tersebut dapat dipenuhi oleh material tersebut. Pengaplikasian material ini nyatanya tidak hanya dapat digunakan di lantai, namun dapat diaplikasikan untuk dinding. Untuk membedakan area, terutama area public dan area yang lebih privat, dapat dilakukan penggabungan motif, karena jenis material ini sangat mudah dalam pemasangannya dan banyak terdapat pilihan.
B. Dinding Material finishing yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan ini antara lain ; 1. Cat Selain murah, penggunaan finishing cat sudah menjadi tren yang tidak akan pernah ketinggalan jaman. Saat ini, material ini pun sudah mengusung komponen yang ramah lingkungan, sehingga turut mendukung gerakan go green. Selain banyak pilihan warna, jenisnya pun sangat beragam, dan perawatannya sangat mudah. 2. Metal Material ini merupakan material yang tepat digunakan dalam fasilitas perawatan yang menonjolkan kesan ruangan yang bersih. Namun
128
kekurangan dari material ini adlah biayanya yang mahal dan permukaannya yang dingin menjadi tidak nyaman untuk disentuh. 3. Kaca Merupakan
material
yang
ramah
lingkungan.
Walaupun
banyak
keuntungan dalam menggunakan material ini, salah satunya seperti untuk meneruskan cahaya matahari dari luar ke dalam ruangan, material ini membutuhkan perhatian lebih karena mudah pecah. Namun salah satu jenis kaca seperti tempered glass memiliki kekuatan 5x lebih kuat dari kaca biasa, selain itu secara perawatan, kaca sangat mudah dirawat.
Pemilihan finishing menggunakan cat dapat menjadi pilihan utama, selain perawatannya mudah, biayanya pun tidak terlalu besar, mengingat kemungkinan perawatan akan fasilitas ini akan menjadi perhatian utama. Namun pada area-area yang membutuhkan higienitas yang tinggi seperti ruang-ruang perawatan di klinik, pada bagian dinding bawah, dapat menggunakan material linoleum, selain memberikan kesan bersih, perawatan material ini sangatlah mudah dan tahan lama.
Pada ruangan-ruangan yang sengaja didesain untuk memperlihatkan aktivitas di dalamnya, dapat menggunakan material kaca transparan, namun ketinggian pemasangan dari lantai harus diperhatikan terutama unuk area dimana hewan beraktivitas bebas di luar kandang.
C. Plafon Material yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan ini antara lain ; 1. Gipsum Material ini sangat mudah dibentuk dan dapat dikreasikan dengan berbagai treatment dengan mudah. Material ini masuk dalam golongan material yang ramah lingkungan, tentu saja dengan menggunakan material ini, turut mencanangkan gerakan go green.
129
2. Triplek Biaya pemasangan yang lebih murah dari gypsum tentu menjadi nilai plus, namun dibanding gipsum, material ini lebih sulit untuk dikreasikan terutama dalam hal penurunan dan penaikan plafon untuk kesan ruangan yang berbeda. 3. Beton Beton adalah material utama pembentuk bangunan. Material ini menciptakan kesan ruang yang sederhana dan polos. Kekurangannya, mungkin penggunaan beton sebagai plafon akan cocok dengan area yang memiliki banyak treatment sehingga akan menyeimbangkan bobot ruangan, namun dalam fasilitas kesehatan yang tidak membutuhkan treatment berlebihan terutama pada lantai dan dindingnya, penggunaan beton akan membuat ruangan semakin polos.
Pada area-area seperti lobi, ruang tunggu, yang mengalami lalu lalang tingi sebaiknya mengunakan material gypsum board, selain mudah di variasikan penggunaannya, material ini juga memberikan kesan bersih, terutama apabila difinishing dengan cat berwarna cerah, termasuk dengan fasilitas klinik, dimana kriteria ruangan haruslah bersih, penggunaan gypsum board dapat menjadi alternatif yang tepat. Selain itu memiliki fungsi sebagai peredam suara, tentu saja material ini cocok diaplikasikan dalam sebuah ruangan yang penuh dengan kebisingan hewan.
3.4.2 Warna Warna-warna yang dapat diterapkan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan ini antara lain ; 1. Putih Warna ini memberikan kesan bersih dan luas pada ruangan. Selain itu dominan warna putih akan menciptakan suhu ruangan yang lebih dingin. Bagi fasilitas kesehatan warna putih menonjolkan identitas yang bersih dan higienis.
130
2. Biru Warna ini cocok untuk fasilitas kesehatan, terutama dalam area perawatan, karena
memberika
efek
psikologis
yang
menenangkan.
Namun
dikarenakan fasilitas ini khusus hewan, maka penerapan tersebut tidak menjadi terlalu penting untuk hewan. 3. Hijau Warna hijau member kesan sejuk dan segar karena diidentikan dengan warna tumbuhan. Namun mengingat lokasi perancangan dikelilingi oleh kebun dan taman yang sangat rindang, maka penerapan warna hijau ini kurang menjadi sorotan utama dalam bangunan.
Pada area public, dapat menggunakan warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau dan biru , untuk memberikan kesan yang berbeda, namun secara keseluruhan didominasi oleh warna putih, Dengan mengaplikasikan warna-warna cerah pada ruang-ruang publik maupun semi public sebagai aksen, dapat memberikan suasana yang berbeda bagi para pengunjung yang datang.
Namun untuk area ruang semi privat dan privat, penggunaan warna yang berlebihan dapat dikurangi dan dijadikan aksen yang tetap menarik dan nyaman dipandang mata manusia.
3.4.3 Pola 1. Horizontal Pola ini memberi kesan luas pada ruangan, dan memberikan suasana yang rileks dan informal. Pola ini berguna untuk diterapkan pada ruanganruangan yang tidak terlalu luas dan banyk terdapat peralatan medis di dalamnya. Sehingga ruangan tidak terasa sempit. 2. Melengkung Pola ini memberikan kesan yang menyenangkan dan sangat berguna diaplikasikan pada ruang-ruang publik.
131
Perpaduan pola horizontal dan lengkungan sangat tepat, terutama dikarenakan bentuknya yang memiliki efek psikologis yang memberikan energy baik bagi orang yang berada di dalamnya. Penggunaan pola horizontal dapat diaplikasikan pada ruang-ruang yang bersifat privat, sedangkan pola lengkungan dapat diaplikasikan pada ruang dan area publik.
Pemilihan pola dan bentuk pada ruangan haruslah memperhatikan efeknya pada obyek di dalamnya. Manusia memiliki indera penglihatan yang dapat mendefinisikan segala sesuatu pola dan bentuk yang ada, demikian juga dengan hewan, terutama anjing dan kucing, mereka adalah jenis hewan yang dapat mengingat bentuk. Memadukan bentuk lingkaran dengan warna-warna cerah dapat memancing hewan untuk memberikan respon yang berbeda-beda pada masing-masing ruangan.
3.4.4 Penghawaan Sistem penghawaan yang dapat digunakan dalam fasilitas pusat perawatan hewan peliharaan ini antara lain ; 1. Vegetasi Sistem ini adalah dengan mengandalkan lansekap, dimana pemanfaatan tumbuh-tumbuhan di sekitar gedung sebagai penyerap panas dan menjaga suhu sekitar bangunan tetap rendah. 2. Cara Buatan Sistem ini adalah dengan meletakkan mesin penggerak udara di dalam ruangan untuk memperlancara sirkulasi udara. Sistem ini memang kurang alami, namun sangat efektif di dalam ruangan. Berdasarkan system tata udara di atas, dapat dikihat bahwa penerapan vegetasi pada lansekap tanah di sekitar bangungan akan meminimalisir kemungkinan terjadinya alur udara yang buruk. Penerapan pendingin ruangan dapat menjadi jalan keluar untuk mempertahankan suhu udara dalam bangunan terutama pada
132
ruangan yang memiliki kebutuhan isolasi yang tinggi. Namun penerapan bukaan berupa jendela pada area-area publik, dan tempat yang membutuhkan sirkulasi udara yang baik, dapat memaksimalkan pertukaran udara yang baik dan mengoptimalkan fungsi vegetasi pada lahan sekitar bangunan. Penggabungan sistem vegetasi dan cara buatan merupakan perpaduan yang tepat, disebabkan penghawaan dengan cara buatan akan memaksimalkan manfaat penghawaan sistem vegetasi dengan membantu pergerakkan udara di dalam bangunan. Hal ini lebih efektif ketimbang hanya memanfaatkan sistem vegetasi.
3.4.5 Akustik Untuk menangani permasalahan akustik, dibutuhkan sistem ruangan yang dapat menanggulangi kebisingan suara baik dari dalam maupun dari luar. Hewan memiliki sistem pendengaran yang lebih baik dari manusia, segala tingkah lakunya di pengaruhi oleh suara-suara yang didengarnya, banyak hewan yang mengalami kecemasan dan bersikap agresif ketika mendengar suara-suara seperti suara hujan yang terlalu keras, suara petir, suara lengkingan, dan bahkan ketika mendengar suara keras hewan lainnya. Hal ini tentunya menjadi salah satu perhatian utama dalam merancang sebuah fasilitas perawatan khusus hewan, dimana di dalam fasilitas ini, hewan membutuhkan ketenangan selama perawatan berlangsung. Maka itu, dibutuhkan material dinding yang dapat mengurangi tingkat kebisingan semaksimal mungkin, dalam hal ini, penggunaan material gypsum adalah pilihan yang terbaik, keuntungannya, selain tidak terlalu besar dalam biaya material ini cukup efektif untuk meredam suara, walaupun tidak sebaik menggunakan sistem dinding penyerap suara dengan menggunakan material berpori yang jelas lebih mahal dalam pembuatannya namun tidak memungkinkan untuk diaplikasikan pada fasilitas kesehatan.
133
3.4.6 Pencahayaan 1. Ambient lighting, Merupakan pencahayaan utama, bisa berasal dari 1 lampu, ataupun beberapa lampu yang dipadukan menjadi penerangan utama dalam sebuah ruangan. Penerangan ini sangat berguna terutama untuk di malam hari. Penerangan yang baik merupakan hal yang penting bagi sebuah fasilitas kesehatan. 2. Local lighting Pencahayaan jenis ini ditujukan untuk aktivitas yang banyak dilakukan selama jam
kerja. Pencahayaan dimaksud untuk membuat mata tidak
cepat lelah dan berguna untuk kepentingan di meja kerja. 3. Accent lighting Pencahayaan jenis ini bermanfaat sebagai salah satu unsure desain, selain itu, pencahayaan jenis ini bisa dipakai sudut tertentu, barang tertentu menjadi
menonjol.
Pencahayaan
seperti
ini
dapat
membimbing
pengunjung untuk melihat suatu barang atau koleksi tertentu. 4. Natural lighting Pencahayaan alami yaitu matahari. Untuk perancangan desain yang hemat energi, penggunaan jenis pencahayaan ini sangatlah penting dan efektif digunakan. Pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan utama di pagi-siang hari adalah pilihan yang terbaik, selain sinar matahari memiliki banyak manfaat baik di pagi hari, hal tersebut juga mendukung penghematan penggunaan energi listrik. Tidak hanya ramah terhadap lingkungan, hal ini juga menguntungkan pihak pengelola rumah sakit yang tentunya dapat menekan biaya tenaga listrik yang digunakan oleh klinik.
134
Penggunaan penerangan buatan juga tetap dibutuhkan untuk malam hari, terutama di ruang-ruang rawat inap intensif dan isolasi yang membutuhkan penerangan yang hangat dengan lampu-lampu kuning yang menghasilkan panas untuk mendukung perawatan hewan sakit secara maksimal. Penerangan buatan juga sangat dibutuhkan di ruang-ruang lainnya, terutama jika dirasa sinar matahari masih kurang ataupun jika hari sudah mulai gelap, karena fasilitas kesehatan haruslah selalu terlihat bersih, terang, dan rapih.
135