BAB 25
Tahap -Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis Bila pembangunan sistem agribisnis yang mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing melalui modernisasi cluster industri agribisnis dapat diterima sebagai strategi besar pembangunan ekonomi ke depan (pada tulisan kedua), maka persoalan selanjutnya adalah bagaimana membangun sistem agribisnis tersebut. Pembangunan sistem agribisnis ke depan, sebagai bagian tak terpisahkan dengan pembangunan ekonomi nasional, dihadapkan pada sejumlah tantangan besar baik yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik maupun yang bersumber dari perubahan-perubahan ekonomi dunia khususnya dalam era perdagangan bebas. Dalam konteks pembangunan ekonomi domestik, pembangunan agribisnis diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan mempercepat pembangunan ekonomi daerah dalam kerangka pemberhasilan otonomi daerah. Tuntutan peranan agribisnis dalam mempercepat pembangunan ekonomi daerah ini menjadi sangat penting disebabkan selain sumber daya yang dimiliki setiap daerah adalah sumber daya agribisnis, juga disebabkan oleh karena sebagian besar kegiatan ekonomi rakyat di daerah baik secara individu, ekonomi rumah tangga maupun usaha kecil, usaha menengah dan koperasi adalah kegiatan ekonomi di sektor agribisnis. Bahkan dapat dikatakan bahwa industrialisasi daerah adalah pembangunan agribisnis karena hampir tidak ada industri yang berkembang luas di daerah kecuali dalam bidang agribisnis. Pembangunan ekonomi daerah melalui pembangunan sistem agribisnis diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja dan berusaha yang sesuai dengan kondisi daerah, meningkatkan nilai tambah (added value) di daerah sedemikian rupa sehingga pendapatan rakyat daerah dapat meningkat sebesar mungkin. Berkembangnya perekonomian daerah ini pada gilirannya akan dapat mengurangi disparitas ekonomi antardaerah maupun antargolongan di Indonesia. Disamping itu, pengentasan kemiskinan di daerah juga dapat dicapai dengan efektif, partisipatif, dan berkesinambungan.
Tahap-Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis
Pembangunan agribisnis daerah ini juga diharapkan dapat membangun suatu sistem ketahanan pangan yang berbasis pada sumber daya bahan-bahan pangan lokal, kelembagaan, dan budaya lokal. Pembangunan sistem ketahanan pangan ini sangat penting mengingat hingga saat ini sistem ketahanan pangan nasional selama ini yakni terlalu terfokus pada beras, dan dikendalikan secara nasional ternyata sangat keropos dan pendistribusiannya dalam ruang dan waktu memerlukan biaya besar. Oleh karena itu, pembangunan sistem ketahanan pangan lokal yang berbasis pada keanekaragaman sumber daya bahan pangan lokal dan budaya lokal serta dikelola oleh kelembagaan dan organisasi lokal (sebagaimana amanat GBHN 1999-2004) perlu diwujudkan melalui pembangunan agribisnis daerah. Tantangan pembangunan ekonomi domestik yang dihadapi pembangunan agribisnis tersebut di atas, masih dihadapkan pula kepada tantangan perubahan ekonomi dunia ke depan, terdapat paling sedikit tiga hal pokok yang berimplikasi penting bagi pembangunan agribisnis. Pertama, liberalisasi perdagangan dunia akan membawa tantangan baru bagi pembangunan agribisnis. Dengan diminimumkannya hambatan perdagangan antarnegara, maka akses perdagangan produk-produk agribisnis antarnegara akan makin besar. Hal ini akan menimbulkan persaingan yang sangat tinggi antarprodusen produk agribisnis pasar internasional. Menghadapi persaingan yang makin ketat, kunci utama dalam memenangkan persaingan adalah meningkatkan keunggulan bersaing. Kedua, preferensi konsumen yang makin cepat berubah. Dewasa ini dan terutama di masa yang akan datang preferensi konsumen terhadap suatu barang sangat cepat berubah. Hal ini dicerminkan oleh siklus produk (product life cycle) yang semakin pendek, baik yang disebabkan karena konsumen yang semakin menuntut (demanding demand) maupun akibat kemajuan teknologi yang makin mudah menciptakan produk subtitusi. Menghadapi siklus produk yang makin pendek tersebut menuntut suatu agribisnis harus mampu menghasilkan produk dengan atribut produk yang dikehendaki konsumen (consumer value perception) dan dengan cara cepat dan efisien dalam penyesesuaian (efficient consumer response). Ketiga, meningkatnya tuntutan akan perlindungan lingkungan hidup dan penghargaan akan hak asasi manusia. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menyebabkan timbulnya kesadaran global akan pentingnya penghargaan atas hak asasi manusia dan perlindungan lingkungan hidup. Kesadaran global ini tercermin dalam preferensi konsumen global akan
102
Suara dari Bogor
Tahap-Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis
produk-produk yang dihasilkan tanpa melanggar hak asasi manusia dan bersahabat dengan lingkungan hidup. Kekuatan akan tuntutan dan kesadaran ini sudah menjadi unsur penentu keunggulan kompetitif suatu produk atau jasa. Tingkat upah buruh yang murah dan lingkungan kerja seadanya yang dulu dianggap menjadi faktor keunggulan suatu negara dalam memproduksi barang atau jasa, kini sudah berbalik menjadi faktor ketidakunggulan (disadvantage factors). Demikian juga dengan aspek lingkungan hidup seperti kandungan CFC, recycling process requirement, hazard contents, dan lain-lain. Agar dapat berkompetisi di pasar internasional, kedua aspek di atas harus menjadi pertimbangan dalam suatu proses produksi di sektor agribisnis. Memperhatikan berbagai tantangan di atas, maka untuk membangun keunggulan bersaing di bidang agribisnis harus dilakukan secara bertahap dan visioner, sehingga akumulasi pengalaman pembangunan pada tahap sebelumnya dapat menyumbang pada pembangunan sistem agribisnis pada tahap berikutnya. Tahap-tahap pembangunan sistem agribisnis Indonesia itu tiada lain adalah dari pembangunan yang mengandalkan keunggulan komparatif kepada pembangunan yang mengandalkan keunggulan kompetitif. Secara umum, pada saat ini agribisnis Indonesia masih berada pada tahap awal yakni tahap pembangunan agribisnis yang digerakkan oleh kelimpahan faktor produksi (factor-driven) yakni sumber daya alam {natural resources) dan tenaga kerja yang tidak terdidik (unskilled labor). Hal ini dapat dilihat baik dari segi teknologi maupun dari segi struktur produksinya. Dari segi teknologi produksi, peningkatan nilai produksi agregat sistem agribisnis Indonesia masih bersumber dari peningkatan jumlah penggunaan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terdidik seperti ekstensifikasi produksi agribisnis. Sedangkan dari segi struktur produksi akhir, sistem agribisnis Indonesia pada umumnya masih menghasilkan produk yang didominasi oleh komoditas primer. Sehingga pada tahap ini pembangunan sistem agribisnis Indonesia masih identik dengan pembangunan pertanian. Sehingga perekonomian Indonesia secara umum masih digolongkan pada perekonomian yang berbasis pada pertanian (agricultural-based economy). Perekonomian yang mengandalkan kelimpahan sumber daya alam dan tenaga kerja yang tidak terdidik (keunggulan komparatif ) tidak dapat diandalkan terus-menerus. Sebab, selain tidak akan mampu memenuhi kebutuhan yang berkembang terus, juga tidak mampu diandalkan dalam perekonomian dunia yang penuh kompetisi. Hal ini dapat diamati pada berbagai komoditas agribisnis Indonesia seperti minyak sawit, karet alam,
Suara dari Bogor
103
Tahap-Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis
minyak kelapa dan lain-lain dimana Indonesia termasuk produsen terbesar di dunia, namun tidak memiliki keunggulan bersaing di pasar internasional. Selain tidak mampu bersaing, manfaat ekonomi yang dihasilkannya dan dapat dinikmati Indonesia masih relatif kecil dibandingkan potensi manfaat yang dapat diciptakan. Oleh sebab itu, sistem agribisnis yang saat ini mengandalkan keliinpahan faktor produksi harus sesegera mungkin dimodernisasi yakni memasuki tahap kedua. Pada tahap kedua, pembangunan sistem agribisnis Indonesia akan digerakkan oleh kekuatan investasi (investment-driven) melalui percepatan pembangunan dan pendalaman industri pengolahan (agroindustri) serta industri hulu (agrokimia, agrootomotif, perbenihan/pembibitan) pada setiap kelompok agribisnis (agribusiness cluster). Selain pembangunan industri tersebut, perlu disertai dengan pengembangan aspek-aspek pembangunan sistem agribisnis khususnya peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Pembangunan sistem agribisnis Indonesia pada tahap kedua ini akan menghasilkan produk-produk akhir (dari seluruh kelompok agribisnis) yang didominasi oleh produk-produk yang bersifat padat modal dan tenaga kerja terdidik (capital intensive and skilled-labor based) sedemikian rupa, sehingga selain nilai tambah (added value) semakin besar dinikmati oleh Indonesia, juga memperluas segmen pasar internasional yang dapat direbut oleh sistem agribisnis Indonesia, Bila Indonesia berhasil pada tahap kedua ini, maka perekonomian Indonesia akan bergeser dari perekonomian berbasis pertanian kepada perekonomian yang berbasis industri pada agribisnis (agroindustry-basect economy). Tahap pembangunan sistem agribisnis berikutnya adalah tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong oleh inovasi (innovationdriven) melalui peningkatan kemajuan teknologi pada setiap subsistem dari agribisnis untuk setiap kelompok agribisnis serta disertai dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia lebih lanjut sehingga tetap sinkron dengan perkembangan teknologi yang ada. Pada tahap ini dicirikan oleh produktifitas yang tinggi dari lembagalembaga penelitian dan pengembangan pada setiap subsistem agribisnis sehingga teknologi baru tetap dihasilkan sesuai dengan perubahan pasar.
104
Suara dari Bogor
Tahap-Tahap Pembangunan Cluster Industri Agribisnis
Pada tahap ini kemajuan bioteknologi, khususnya pada industri pembibitan/ perbenihan, teknologi di bidang agrokimia, teknologi agrootomotif, dan teknologi processing menjadi tulang punggung pembanguann sistem agribisnis secara keseluruhan. Pada tahap ini, produk agribisnis yang dihasilkan akan didominasi oleh produk-produk yang bersifat pada ilmu pengetahuan dan tenaga kerja yang terdidik (knowledge intensive and skilled labor based) sedemikian rupa sehingga makin memperbesar dan memperluas pangsa pasar intemasional yang dapat dikuasai atau dimasuki Indonesia. Selain itu, nilai tambah (added value) yang dapat dinikmati Indonesia akan semakin besar. Bila tahap ketiga ini dapat dicapai sistem agribisnis Indonesia, maka perekonomian Indonesia akan beralih dari perekonomian yang berbasis modal kepada perekonomian yang berbasis teknologi (technology based economy). Masing-masing tahapan pembangunan sistem agribisnis tersebut mempunyai karakteristik serta runrutan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, pengelolaan pembangunan sistem agribisnis yang diperlukan pada setiap tahap juga berbeda-beda.
Suara dari Bogor
105