BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Menurut Tandelilin (2009:26), pengertian pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Pasar modal ada hampir di semua negara di dunia. Alasan-alasan bagi negara tersebut untuk mendirikan pasar modal antara lain karena pasar modal mengandung dua fungsi yaitu: (Husnan, 2009:4) 1. Fungsi Ekonomi Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan.
9
10
2. Fungsi keuangan Fungsi ini dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Berdasarkan jenis transaksi pasar modal dibagi menjadi dua yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Jika saham diperdagangkan di bursa, saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Menurut Hartono (2011:15) terdapat empat jenis pasar modal, yaitu: 1. Primary market, yaitu pasar modal yang menjual pertama saham sekuritas lainnya sebelum sekuritas tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga pasar di pasar modal ini ditentukan oleh penjamin emisi (underwriter) dan perusahaan yang go public (emiten). 2. Secondary market, yaitu pasar modal dalam bentuk bursa efek yang memperjualbelikan saham dan sekuritas pada umumnya setelah masa penjualan di primary market. Harga saham di pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang dipengaruhi berbagai faktor dari emiten kebijakan laba per saham atau kebijakan deviden maupun faktor di luar deviden. 3. Third market, yaitu pasar modal tempat saham dan sekuritas lain diperdagangkan diluar bursa efek, pasar ini disebut pula over the counter market atau dengan kata lain pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan panjual dan pembeli pada saat pasar kedua ditutup.
11
4. Fourth market, yaitu pasar perdagangan saham antar investor atau antar pemegang saham tanpa melalui pialang atau perantara pedagang efek. Pasar keempat
umumnya
menggunakan
jaringan
komunikasi
untuk
memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. Primary market di Indonesia disebut pasar perdana, yang termasuk secondary market adalah Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang sekarang dimerger menjadi Bursa Efek Indonesia, Third market disebut bursa pararel yang dikelola Perserikatan Pedagang Uang dan Efek, sedangkan contoh fourth market adalah Instinet yang dimiliki oleh Reuter yang menangani lebih dari satu milyar lembar saham tiap tahunnya. Keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi supply dan demand. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut antara lain: (Husnan, 2009:8) 1. Supply sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal, sehingga jumlah perusahaan yang ada pada suatu negara sangat berpengaruh. 2. Demand atas sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritassekuritas yang ditawarkan. Calon-calon pembeli sekuritas tersebut mungkin berasal dari individu, perusahaan maupun lembaga-lembaga keuangan.
12
3. Kondisi politik dan ekonomi Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. 4. Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
menerbitkan
sekuritas.
Kebenaran informasi menjadi sangat penting, di samping kecepatan dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. 5. Keberadaan lembaga pendukung pasar modal Peran informasi yang dapat diandalkan kebenarannya dan cepat tersedianya sangatlah penting. Disamping itu transaksi harus dapat dilakukan dengan efisien dan dapat diandalkan. Diperlukan berbagai lembaga dan profesi yang menjamin persyaratan-persyaratan tesebut dapat dipenuhi sehingga kegiatan pasar modal dapat berjalan baik.
2.1.2 Investasi Menurut Hartono (2011:5), investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Sunariyah (2010:4), menyebutkan bahwa investasi pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua bentuk yaitu, real asset dan financial asset.
13
1. Investasi pada aset fisik (real assets) Adalah suatu investasi dalam bentuk aktiva bewujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi pada aset keuangan (financial assets) Adalah suatu investasi dalam bentuk surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva fisik yang dikuasai oleh suatu entitas. Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua surat-surat berharga yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut UU no.8 tahun 1995 tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek. Menurut
Sutrisno
(2009:352),
instrumen
yang
paling
sering
diperjualbelikan dipasar modal: 1. Saham Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Ada dua jenis kepemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham yang nama pemiliknya tertera di atas saham tersebut. 2. Obligasi Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dan masyarakat. Jangka waktu
14
obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi dapat diterbitkan oleh badan usaha milik negara (BUMN), pemerintah pusat atau daerah (BUMD), dan swasta. 3. Derivatif dari efek a. Right/klaim b. Waran c. Obligasi konvertibel d. Saham dividen dan saham bonus e. Sertifikat American Depository Receipts (ADR)/Continental Depository Receipts (CDR) f. Sertifikat reksa dana
2.1.3 Saham Menurut Anoraga dan Pakarti (2009:58), saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor. Pembagian jenis-jenis dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:
15
1. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa atau common stock adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:6) 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham Preferen atau Preferred Stock adalah saham yang sifat pemberian devidennya bisa disepakati antara investor dengan perusahaan penerbit saham. Dividen akan ditetapkan terlebih dahulu melalui perjanjian penetapan penerimaan dividen. Besarnya deviden biasanya tetap. Tetapi seandainya perusahaan sedang jatuh, pemilik saham preferen akan dinomor duakan dari pemilik obligasi, tetapi dinomor satukan dari pemilik saham biasa (Rusdin, 2010:71). Ditinjau dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas: (Rusdin, 2010:69) 1. Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankandari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemilik saham dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2. Saham Atas Nama (Registered Stock) Saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus memenuhi prosedur tertentu.
16
Ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dikategorikan atas: (Rusdin, 2010:70) 1. Blue Chip Stock Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang setabil dan konsisten dalam pembayaran dividen. 2. Income Stock Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham. 3. Growth Stock Saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader dari industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4. Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi akan mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi dimasa yang akan datang, meski belum pasti. 5. Counter Cyclical Stock Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi. Dimana emitennya mampu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat
17
dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi.
2.1.4 Go Public Di pasar modal Indonesia, istilah Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) Saham atau disebut juga sebagai go public dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham perusahaan ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Selain saham, istilah Penawaran Umum Perdana (IPO) juga dapat dikaitkan dengan penawaran/penjualan obligasi perusahaan kepada publik. Namun untuk go public, istilah tersebut hanya berlaku untuk IPO saham atau Penawaran Umum Perdana Saham. Menurut Tandelilin (2009:35), go public atau penawaran umum merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaanya. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak terdapat definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang dijelaskan adalah mengenai Penawaran Umum efek dan mekanismenya, dimana saham dan obligasi termasuk dalam kategori efek. Perusahaan yang akan melakukan IPO atau Penawaran Umum Perdana harus mengajukan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk memperoleh Pernyataan Efektif. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:73), go public atau penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
18
1. Periode pasar perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk. 2. Penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia. 3. Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Di negara-negara maju, salah satu indikator keberhasilan perusahaan apabila suatu perusahaan dicatat dan diperdagangkan di pasar modal. Menurut Sunariyah (2010:20), ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public dan menjual sahamnya kepada masyarakat, yaitu antara lain: 1. Meningkatkan modal dasar perusahaan 2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha 3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi) 4. Nilai perusahaan Husnan (2009:4), menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan go public, yakni: 1. Untuk perluasan usaha dan perusahaan tidak ingin menambah utang baru. 2. Untuk mengganti sebagian utang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran perdana. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:79), sebuah perusahaan (emiten) yang akan go public harus memenuhi ketentuan-ketentuan BAPEPAM tentang: 1. Tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran umum.
19
2. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum. 3. Pedoman mengenai bentuk, isi dan prospektus ringkas dalam rangka penawaran umum. 4. Pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan dalam rangka penawaran umum. Menurut Sunariyah (2010:38), perusahaan publik harus memenuhi beberapa kesanggupan, yaitu antara lain: 1. Keharusan untuk melakukan keterbukaan (full disclosure) 2. Keharusan untuk mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan 3. Gaya manajemen perusahaan berubah dari informal menjadi formal 4. Kewajiban membayar deviden bila perusahaan mendapatkan laba 5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan Perusahaan-perusahaan yang hendak go public perlu mempertimbangkan beberapa faktor untung dan rugi dari penawaran umum. Menurut Hartono (2011:30), keuntungan dari go public, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang, untuk perusahaan yang tertutup calon investor biasanya enggan untuk menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang untuk perusahaan yang sudah going public, informasi keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik.
20
2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham, untuk perusahaan yang masih tertutup yang belum mempunyai pasar untuk sahamnya, pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual sahamnya dibandingkan jika perusahaan sudah going public. 3. Nilai pasar perusahaan diketahui, untuk alasan-alasan tertentu nilai pasar perusahaan perlu untuk diketahui. Disamping keuntungan dari go public, Hartono (2011:31) juga menjelaskan beberapa kerugiannya yaitu sebagai berikut ini: 1. Biaya laporan yang meningkat, untuk perusahaan yang sudah going public setiap kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil. 2. Pengungkapan (disclosure), beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedang pemilik enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dipunyai. 3. Ketakutan untuk diambil-alih, manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan going public. Manajer perusahaan publik dengan hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru jika perusahaan diambil alih.
21
Selanjuntya menurut Hartono (2011:85), dalam rangka go public atau melakukan penawaran umum, emiten harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut ini: 1. Manajemen harus memutuskan suatu rencana untuk memperoleh dana melalui publik dan rencana ini harus diajukan di rapat umum pemegang saham dan harus disetujui. 2. Perusahaan bersangkutan harus menugaskan pakar-pakar pasar modal dan institusi-institusi pendukung untuk membantu di dalam penyediaan dokumendokumen yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut ini. a. Underwriter (penjamin emisi) yang akan mempersiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan proses penempatan saham di pasar primer. b. Profesi-profesi yang terdiri dari: 1) Kantor akuntan publik yang independen untuk mengaudit laporan keuangan selama dua tahun terakhir dengan pendapat unqualified opinion 2) Notaris publik yang akan mempersiapkan dokumen persetujuan dari pemegang saham, persetujuan-persetujuan lainnya yang berkaitan dengan going public dan hasil dari rapat-rapat yang dilakukan 3) Konsultan hukum untuk menyediakan opini-opini yang berhubungan dengan hukum 4) Perusahaan penilai (appraisal company) yang akan menilai kembali (jika diperlukan) aktiva-aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
22
c. Institusi-institusi pendukung: 1) Trustee untuk mewakili kepentingan dari pemegang obligasi ( untuk perusahaan yang akan menjual obligasinya) 2) Penjamin (guarantor) 3) Biro Administrasi Sekuritas 4) Kustodian. 3. Mempersiapkan semua dokumen yang diperlukan untuk penawaran umum ke publik. 4. Mempersiapkan kontrak awal dengan bursa. 5. Mengumumkan ke publik. 6. Menandatangani perjanjian-perjanjian yang berhubungan dengan going public. 7. Untuk yang akan menjual obligasi, perusahaan harus mendaftarkannya ke agen peringkat untuk mendapatkan peringkat untuk obligasi yang akan ditawarkan. Agen peringkat yang ditunjuk adalah PT Pemeringkat efek Indonesia (PEFINDO) yang didirikan pada tanggal 221 Desember 1993. 8. Mengirimkan pernyataan registrasi dan dokumen-dokumen pendukung lainnya ke BAPEPAM-LK. Dalam melakukan penawaran umum, perusahaan harus melalui beberapa tahapan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:84) tahapan-tahapan yang dilalui sebuah perusahaan yang akan melakukan penawaran antara lain: 1. Sebelum emisi, yaitu berisi persiapan-persiapan yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan penawaran umum.
23
2. Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga sahamsaham yang telah ditawarkan dicatat di Bursa Efek. 3. Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai konsekuensi atas penawaran umum tersebut. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar berikut: Sebelum Emisi Internal Perusahaan
1. Rencana go public 2. RUPS 3. Penunjukan : Underwriter (jika ada) Profesi Penunjang Lembaga Penunjang 4. Mempersiapkan dokumendokumen 5. Konfirmasi sebagai Agen Penjual oleh Penjamin Emisi 6. Kontrak Pendahuluan dengan Bursa Efek 7. Public Expose 8. Penandatanganan Perjanjian
Sesudah Emisi
Emisi
BAPEPAM
1. Pernyataan Pendaftaran 2. Expose Terbatas di BAPEPAM 3. Tanggapan atas: a. Kelengkapan dokumen b. Kecukupan dan kejelasan informasi c. Keterbukaan (aspek hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen) 4. Komentar tertulis dalam waktu 30 hari 5. Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif
Pasar Perdana
1. Penawaran oleh Sindikasi Penjamin Emisi dan Agen Penjual 2. Penjatahan kepada investor oleh sindikasi Penjamin Emisi dan emiten 3. Pengembalian dana (refund) 4. Distribusi efek kepada investor secara elektronik
Pasar Sekunder
1. Emiten mencatatkan sahamnya di Bursa Efek 2. Perdagangan efek di Bursa Efek
Pelaporan
1. Laporan Berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan 2. Laporan Kejadian Penting dan Relevan, misalnya akuisisi, pergantia n direksi, dan lainlaian
Sumber: Darmadji, T. dan H.M. Fakhruddin. 2011. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat. Hal 84 Gambar 1 Skema Proses Go Public
24
2.1.5 Manajemen Portofolio Investasi ke dalam aktiva dapat berupa invetasi langsung yaitu dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan dan investasi tidak langsung dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang memliliki portofolio aktiva-aktiva keuangan perusahaan-perusahaan lain. (Hartono, 2011:7) Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa finansial dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang di peroleh untuk di investasikan ke dalam portofolionya. Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dengan penjual saham dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Menurut Hartono (2011:12) untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat liquid (dimana penjual dapat menjual atau membeli surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat). Inti manajemen portofolio bagi investor ialah bagaimana melakukan alokasi dana yang dimilikinya untuk membeli surat-surat berharga yang ditawarkan di bursa dengan asumsi investor berharap memperoleh keuntungan, ataupun bersedia menanggung risiko jika terjadi kerugian, jika harga surat berharga turun. Tidak ada sebuah petunjuk absolut mengenai bagaimana mengatur
25
portofolio. Itu sangat tergantung pada profil investor tersebut. Dalam kaitan ini dapat dibedakan tiga tipe investor, yaitu: (Halim, 2009:5) 1. Investor yang menyukai risiko (risk seeker) yaitu investor yang apabila dihadapkan pada suatu pilhhan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Investor ini bersifat agresif karena tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif. 2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) yaitu investor yang akan meminta kenaikan pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor ini bersifat fleksibel dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi. 3. Investor yang tidak menyukai risiko atau penghindar risiko (risk averter) yaitu investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah, cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana.
2.1.6 Analisis Fundamental Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan melakukan analisa perusahaan, analisa ekonomi, dan kondisi pasar serta analisa industri. Menurut Hartono (2011:89), analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan
26
perusahaan. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang. Suatu saham dikatakan undervalued jika nilai intrinsiknya lebih besar dari harga pasar. Hal ini bisa berarti harga saham murah dan layak untuk dibeli. Sedangkan suatu saham dikatakan overvalued jika nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai pasarnya. Jika saham ini sudah dipegang, maka sebaiknya saham dijual karena sudah termasuk mahal. Nilai intrinsik suatu saham dicerminkan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan maupun keadaan ekonomi secara makro.
2.1.6.1 Firm Size Firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumus firm size dapat disampaikan sebagai berikut: Firm Size ln( total assets ) .................................................................................(1)
Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal.
27
2.1.6.2 Book to Market Ratio Book to Market Ratio merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per saham dibandingkan dengan harga pasar saham. Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di bursa. Sedangkan nilai buku (book value per lembar saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Rumus dari book to market ratio: BMR =
Nilai buku per lembar saham ...............................................................(2) Harga saham per lembar saham
Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain: 1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. 2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue.
28
3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan earning price ratio dan bisa dinilai dengan book to market ratio.
2.1.6.3 Price Earning Ratio Menurut Halim (2009:23), price earning ratio ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning per share nya. price earning ratio menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo dan Juliaty, 2010:96). Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau
29
karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio adalah sebagai berikut: PER =
Harga Saham ...................................................................................(3) Earning Per Share
2.1.6.4 Earning per Share Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:139), Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. EPS adalah salah satu dari dua alat analisis yang sering digunakan mengevaluasi saham biasa disamping PER dalam lingkaran keuangan. Variabel EPS merupakan proksi bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham di masa mendatang (Prastowo dan Juliaty, 2010:93). Para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan.
30
Husnan (2009:317) mengatakan bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. Pendapatan per saham (Earning per Share/EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham. EPS dihitung dengan menggunakan rumus: EPS =
Laba Bersih ..............................................................................(4) Jumlah Saham Beredar
2.1.6.5 Debt to Equity Ratio Menurut Sawir (2012:13), debt to equity ratio adalah rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) perusahaan terhadap seluruh ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan dalam usaha menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan
31
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut: (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:200) DER=
Total Hutang ............................................................................................(5) Total Ekuitas
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk melihat perbandingan antara hutang dan modal yang ada. Seorang investor sangat penting memperhatikan DER suatu perusahaan, karena suatu perusahaan yang mempunyai DER yang tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar, jika dibandingkan dengan modal yang dimiliki.
2.1.6.6 Return on Equity Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Menurut Harahap (2009:305), Return On Equity adalah rasio rentabilitas yang menunjukan berapa persen perolehan laba bersih bila di ukur dari modal pemilik. Rasio yang dipergunakan oleh investor guna melihat tingkat pengembalian terhadap modalyang mereka tanamkan disebut juga dengan Rentabilitas Modal Sendiri atau Return On Equity (ROE). Rasio ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun para calon pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting. ROE sering disebut dengan rate of return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih dipotong
32
dengan pajak atau EAT. Secara umum Return On Equity (ROE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ROE =
Laba Bersih ..........................................................................................(6) Modal Sendiri
2.1.7 Risiko Sistematis (Beta) Menurut Husnan (2009:161) menyatakan risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan begitu saja dengan diversifikasi, sehingga investor memiliki ketidak pastian terhadap keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu investor memiliki pilihan investasi sesuai dengan preferensi risiko portofolio yang mereka miliki termasuk informasi tentang kebijaksanaan atau perubahan dividen. Diversifikasi
risiko
ini
sangat
penting
untuk
investor,
karena
dapat
meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima. Mengetahui beta (β) suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut. Menurut Hartono (2011:375-376) untuk menghitung beta portofolio, maka beta masingmasing sekuritas perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan ratarata tertimbang dari masing-masing sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis, data yang dihitung berdasarkan data historis selanjutnya dapat menggunakan faktor-faktor lain untuk mengestimasi beta masa mendatang. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return-return sekuritas dan return pasar). Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar.
33
Menurut Hartono (2011:377) beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasi secara manual dengan teknik regresi. Berdasarkan kajian diatas maka risiko sistematis yang merupakan risiko investasi
yang tidak dapat ditanggulangi atau dikurangi dengan cara
penganekaragaman saham tersebut dari sisi finansial manajemen dihitung dengan rumus: β =
Cov.E A .E M ...............................................................................................(7) Var.E M Nilai Beta tersebut selanjutnya dapat diukur dengan risiko yang menjadi
parameter, dimana pengukur perubahan yang diharapkan pada return suatu saham jika terjadi perubahan pada return pasar.
2.1.8 Return Saham Menurut Hartono (2011:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang, return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total. Return total, merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang
34
tertentu (Hartono, 2011:107). Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya). Pada aktivitas investasi hubungan antara resiko dan return merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Semakin besar resiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus di kompensasikan (Hartono, 2011:124). Return yang diharapkan dari sekuritas terdiri dari dua komponen utama penyusun tingkat return yang disyaratkan investor (Required Rate of Return), yaitu tingkat return bebas resiko dan premi resiko. Darmadji dan Fakhruddin (2011:8) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis return yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham yaitu dividen dan capital gain. Jika ada, pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapat saham bonus. 1. Dividen Pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut. Atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen tersebut diberikan berdasarkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen merupakan salah satu motivator bagi pemegang saham yang berorientasi pada investasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah deviden yang dibagikan dalam
35
bentuk sejumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut. 2. Total Return Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dari suatu periode tertentu. Return saham total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut ini (Hartono, 2011:106): Return total = yield + Capital gain (loss) .......................................................(8) Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi sebelumnya. Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga invetasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang lebih tinggi dari investasi periode lalu ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss). Dengan demikian return total dapat dinyatakan sebagai berikut: Rit =
Pit Pi(t -1) Pi(t -1)
...............................................................................................(9)
Keterangan: Rit
= Return saham i pada periode ke-t
Pit
= Harga penutupan saham i pada periode ke-t
Pi(t-1)
= Harga penutupan saham i pada periode t-1
36
3. Capital gain Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya, berbeda dengan dividen, capital gain merupakan daya tarik bagi pemegang saham yang berorientasi pada investasi jangka pendek. Capital gain akan diperoleh apabila harga saham pada saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian. Pemegang saham selain mendapat dua keuntungan tersebut, juga dimungkinkan mendapatkan saham bonus (jika ada). Saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham, yaitu selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sehubungan dengan permasalahan penelitian ini adalah: 1. Penelitian Dyatri Utami Arian Absari, Made Sudarma dan Grahita Chandrarin (2012) Judul
penelitian
tersebut
adalah
“Analisis
Pengaruh
Faktor
Fundamental Perusahaan Dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas, ukuran perusahaan (assets size), debt equity ratio, return on equity, earnings per share, price earnings ratio dan risiko sistematis terhadap return saham.
37
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dalam hal ini purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen yang terdiri atas likuiditas, ukuran perusahaan, debt to equity ratio, return on equity, earnings per share, price earnings ratio dan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel fundamental yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah EPS dan risiko sistematis, dimana variabel yang paling berpengaruh terhadap return saham adalah risiko sistematis dan variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah likuiditas, ukuran perusahaan, DER, ROE dan PER. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas antara lain adalah: a. Meneliti tentang faktor fundamental, risiko sistematis dan return saham b. Meneliti perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas antara lain adalah: a. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity. Sedangkan faktor fundamental yang
38
digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah likuiditas, ukuran perusahaan (assets size), debt equity ratio, return on equity, earnings per share, price earnings ratio. b. Periode penelitian ini adalah lima tahun yaitu 2008-2012 sedangkan periode penelitian sebelumnya adalah empat tahun yaitu 2008-2011 2. Penelitian Dery Darusman Prasetiono (2012) Judul penelitian tersebut adalah “Analisis Pengaruh Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, Dan Momentum Terhadap Return Portofolio Saham”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis hubungan firm size, book to market ratio, price earning ratio dan momentum terhadap return portofolio saham. Populasi yang digunakan dalam peneltian ini adalah 45 saham perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011. Sesuai dengan kriteria yang digunakan diperoleh 27 saham perusahaan yang secara konsisten berada pada indeks LQ 45. Hasil akhir dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa firm Size saham memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham. Book to Market Ratio saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return portofolio saham. Price Earning Ratio saham memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham perusahaan. Momentum yang terjadi pada minggu ke-2 setelah pembentukan harga saham berpengaruh signifikan pada return portofolio saham. Momentum terjadi pada minggu ke-4 dan berpengaruh signifikan terhadap return portofolio saham. Dan momentum terjadi pada minggu ke-8 setelah
39
pembentukan harga saham dan berpengaruh signifikan terhadap return portofolio saham Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas antara lain adalah: a. Meneliti tentang firm size, book to market ratio, price earning ratio, risiko sistematis dan return saham b. Meneliti perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas antara lain adalah: a. Penelitian ini hanya menggunakan variabel bebas faktor fundamental (terdiri dari: firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas firm size, book to market ratio, price earning ratio, dan momentum b. Penelitian ini meneliti perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian terdahulu meneliti perusahaan yang masuk indeks LQ 45 tanpa memperhatikan sektornya. 3. Penelitian Christine Suhari Sumani (2013) Judul penelitian tersebut adalah “Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Dalam Perusahaan Non-Keuangan LQ-45 Periode 2007-2009”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap return saham. Sampel yang diteliti adalah 11 perusahaan non-keuangan yang masuk
40
indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial risiko sistematis dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun juga ditemukan bahwa terdapat faktor lain selain risiko sistematis dan likuiditas yang mempengaruhi return saham. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas antara lain adalah: a. Meneliti tentang risiko sistematis dan return saham b. Meneliti perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas antara lain adalah: a. Penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel bebas, yaitu faktor fundamental (firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity) dan risiko sistematis, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan dua variabel bebas, yaitu risiko sistematis dan likuiditas b. Penelitian ini meneliti perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian terdahulu meneliti perusahaan non-keuangan
41
Tabel 2 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Ini
Nama Peneliti
Penelitian Terdahulu Dyatri Utami Arian Absari, Made Dery Darusman Sudarma dan Prasetiono Grahita Chandrarin
Penelitian Ini Christine Suhari Sumani
Ika Aftita Nelia
Tahun Penelitian
2012
2012
2013
2014
Obyek Penelitian
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
45 perusahaan LQ 45 di BEI
Perusahaan non-keuangan LQ-45 di BEI
Perusahaan manufaktur di BEI
2008-2011
2009-2011
2007-2009
2008-2012
54 perusahaan
27 perusahaan
11 perusahaan
7 perusahaan
Purposive Sampling
Purposive Sampling
Purposive Sampling
Purposive Sampling
Dokumentasi
Dokumentasi
Dokumentasi
Dokumentasi
Periode Penelitian Jumlah Sampel Teknik Sampling Teknik Pengumpulan Data
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Data
Hasil Peneliitan
Faktor Fundamental (likuiditas, ukuran perusahaan, debt equity ratio, return on equity, earnings per share, price earnings ratio), Risiko Sistematis dan Return Saham
Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, Momentum dan Return Saham
Regresi Linier Berganda EPS dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan likuiditas, ukuran perusahaan, DER, ROE dan PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
Regresi Linier Berganda Firm size, price earning ratio dan book to market ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan momentum pembentukan harga saham berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Sumber: diolah penulis
Risiko Sistematis, Likuiditas dan Return Saham
Regresi Linier Berganda Secara simultan maupun parsial risiko sistematis dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap return saham
Faktor Fundamental (firm size, book to market ratio, price earning ratio, earnings per share, debt to equity ratio, return on equity), Risiko Sistematis dan Return Saham Regresi Linier Berganda
Belum diketahui
42
2.3 Rerangka Pemikiran Berdasarkan rerangka pemikiran dibawah maka dapat diketahui bahwa faktor fundamental perusahaan dan risiko sistematis akan dapat mempengaruhi return saham perusahaan manufaktur yang go public. Investasi di pasar modal
Perusahaan manufaktur
Laporan keuangan
Analisis kinerja saham
Faktor Fundamental
Firm Size
BMR
PER
EPS
Risiko Sistematis
DER
ROE
Return Saham
Analisis Regresi Linier Berganda
Kesimpulan Gambar 2 Rerangka Pemikiran
43
2.4 Perumusan Hipotesis Sesuai dengan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah disampaikan, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Firm size berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 2. Book to market ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 3. Price earning ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 4. Earnings per share berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 5. Debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 6. Return on equity berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 7. Risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return saham manufaktur yang go public 8. Risiko sistematis merupakan variabel berpengaruh dominan terhadap return saham manufaktur yang go public