6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vertebra Servikalis Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang leher yang berjumlah 7 buah (CV I – CV VII).13,14 Vertebra servikalis merupakan bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra.15 Ruas tulang leher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke belakang. Vertebra servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus spinosus di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.16 2.1.1 Pembagian Vertebra Servikalis Ada 7 vertebra servikalis, tiga diantaranya memiliki struktur anatomi yang unik dan telah diberi nama khusus. Vertebra servikalis 1 disebut atlas, vertebra servikalis 2 disebut axis, dan vertebra servikalis 7 disebut vertebra prominens.15
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar 1. Spinal column, pandangan lateral and posterior15 2.1.2 Struktur Anatomi Vertebra Servikalis Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah: daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruasruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra
Universitas Sumatera Utara
8
servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis.15 a. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas) Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai pendukung seluruh tengkorak.15 Atlas berbeda dengan vertebra servikalis lainnya karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti cincin. Atlas tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum posterior yang kecil yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih bebas. Atlas berbentuk cincin atau lingkaran yang dibagi dua yaitu lengkung depan disebut arkus anterior dan lengkung belakang disebut arkus posterior. Terlihat massa yang agak lebar pada pertemuan arkus anterior dan arkus posterior dan disebut massa lateralis. Tiap massa lateralis di bagian atas terdapat permukaan berbentuk oval dan konkaf disebut fovea artikularis superior dan permukaan ini bersendi dengan tulang kranium. Di bagian bawah tiap massa terdapat fasies artikularis yang bersendi dengan vertebra servikalis 2 (Epistropheus). Di bagian samping massa lateralis terdapat prosesus transversus dan foramen transversum.13
Gambar 2. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)15 b. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)
Universitas Sumatera Utara
9
Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar di sekitar tulang axis.14 Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan atas korpus disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid (odontoid process).12 Prosesus odontoid mirip dengan gigi .15 Permukaan depan dan belakang dari dens didapati permukaan persendian disebut fasies artikularis anterior dan posterior. Pada tulang ini prosesus transversus tidak jelas.13
Gambar 3. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)15 c. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal) Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. Ciri-ciri umum vertebra servikalis antara lain memiliki tubuh yang kecil dan korpus yang pendek, berbentuk persegi empat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas, tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama, di ujung prosesus spinosus memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena memiliki foramen tempat lewatnya arteri vertebralis.15,16
Universitas Sumatera Utara
10
Gambar 4. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)15 d. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens) Ciri-ciri vertebra servikalis 7 (vertebra prominens) antara lain memiliki prosesus spinosus yang panjang dan tidak bercabang, foramen transversus tidak selalu ada.15
Gambar 5. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)15
2.2 Keterkaitan Vertebra Servikalis pada Ilmu Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
11
Tulang vertebra servikalis memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang kraniofasial. Beberapa keterkaitan tulang vertebra servikalis dalam ilmu kedokteran gigi : 1. Oklusi sentrik merupakan hasil dari postural apparatus atau sistem dukungan kepala yang mana postur kepala dapat mempengaruhi mandibula serta otototot kepala dan leher. 2. Bernafas melalui mulut dan obstruksi pernafasan dapat mengubah postur kepala. Hal ini terbukti bahwa dimensi vertikal wajah atau apa yang disebut dengan "underclosure" atau "overopening" dari mandibula diberi label "sindrom wajah panjang". 3. Kehilangan gigi posterior atau kehilangan dukungan vertikal akibat clenching dapat menyebabkan mandibula “overclosure” sehingga mempengaruhi otot dan tulang leher. 4. Otot-otot leher dapat dipengaruhi oleh nyeri wajah dan sakit kepala, terutama sternocleidomastoid atau trapezius dapat menyebabkan kepala dan leher menjadi tidak nyaman. 5. Gigi berfungsi sebagai stabilisator untuk fiksasi mandibula dalam proses menelan dan membantu memperbaiki postur kepala dan mendukung kepala untuk fungsi lain. 6. Cacat kongenital dari tulang leher dan basis kranial dapat mempengaruhi proses berbicara dan menelan yang mana dapat mempengaruhi mandibula dan oklusi gigi geligi.
Universitas Sumatera Utara
12
7. Variasi basis kranial mempengaruhi naso-faring yang berkaitan dengan proses bicara dan bernafas sehingga dapat mempengaruhi perkembangan oklusi. 8. Pertumbuhan wajah dalam arah vertikal memiliki hubungan dengan pertumbuhan tulang vertebra servikalis. Terlihat hubungan yang kuat antara dimensi vertikal wajah dan panjang tulang leher atau setidaknya perilaku mereka selama pertumbuhan (Bench). Selain itu adanya kecenderungan pola pertumbuhan wajah yang dapat mempengaruhi stabilitas mandibula 2.3 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis Karlsen (2004) meneliti tentang hubungan perkembangan vertikal dari vertebra servikalis dengan pola wajah vertikal. Populasi penelitian adalah pasien anak-anak di Oslo Growth Material departemen Ortodonti, University of Oslo, Norwegia. Beliau membandingkan perkembangan tulang vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal pada usia 6, 12, dan 15 tahun. Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri lateral untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal atau menggunakan variabel vertebra servikalis yaitu BaCV4 (total dimensi vertikal vertebra servikalis atas), SCV2 (posisi vertikal vertebra servikalis 2 relatif terhadap basis kranial), SCV3 (posisi vertikal vertebra servikalis 3 relatif terhadap basis kranial), SCV4 (posisi vertikal vertebra servikalis 4 relatif terhadap basis kranial). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk melihat perkembangan vertebra servikalis dalam arah vertikal.12
Universitas Sumatera Utara
13
Bench (1963) juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan tulang servikalis. Penelitiannya mengenai pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang dihubungkan terhadap lidah, wajah dan perkembangan gigi. Menurut Bench, pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada usia 7 sampai usia 12 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang konsisten setiap tahunnya yaitu rata-rata 2,1mm, 2,2mm, 2,9mm, dan 3,2mm pertahun. Pada usia 12 sampai usia 18 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang setiap tahunnya yaitu rata-rata 1,2mm, 1,6mm, 2,3mm dan 2,5mm pertahun.10
Gambar 6. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang mengalami peningkatan pertumbuhan setiap tahun10 2.4 Dimensi Vertikal Wajah Dimensi
vertikal
wajah
dapat
diukur
berdasarkan
sudut
MP-SN.
Pengelompokan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal berdasarkan MP-SN terdiri
Universitas Sumatera Utara
14
atas kelompok dengan sudut MP-SN yang besar (≥35°) dan kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil (≤25°). Individu yang memiliki sudut MP-SN yang lebih besar cenderung memiliki wajah yang lebuh panjang. Sebaliknya, individu dengan sudut MP-SN yang lebih kecil cenderung memiliki wajah yang lebih pendek.12 Dimensi vertikal wajah juga dapat diukur berdasarkan penilaian proporsi wajah. Penilaian proporsi wajah dikelompokkan menjadi tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah. Individu yang memiliki tinggi wajah anterior yang lebih pendek cenderung memiliki overbite yang dalam. Sebaliknya tinggi wajah anterior yang lebih panjang cenderung memiliki open bite anterior.1
Gambar 7. Pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan penilaian proporsi wajah yaitu tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah1 Tinggi wajah anterior bagian bawah adalah jarak dari pangkal dagu ke dasar hidung. Tinggi wajah anterior bagian atas adalah jarak dari dasar hidung ke titik kirakira diantara kedua alis. Dimensi ini dapat diukur dengan penggaris. Tinggi wajah anterior bagian atas dan bawah biasanya hampir sama. Jika tinggi wajah anterior bagian bawah berkurang maka akan menghasilkan overbite yang dalam. Sebaliknya,
Universitas Sumatera Utara
15
jika tinggi wajah anterior bawah lebih besar dari 50% dari total tinggi wajah anterior maka akan menghasilkan openbite anterior.1
Gambar 8. Pada gambar kiri profil wajah pasien terjadi pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah, sedangkan pada gambar kanan memperlihatkan oklusi pasien dimana pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah cenderung mengalami deepbite1
Gambar 9. Individu dengan tinggi wajah anterior bagian bawah yang besar cenderung memiliki openbite anterior1
Universitas Sumatera Utara
16
Penelitian Karlsen menggunakan sudut MP-SN sebagai patokan untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. Sudut MP-SN besar apabila nilainya lebih besar sama dengan 35° dan kecil apabila nilainya lebih kecil sama dengan 25°. Jadi, semakin besar sudut MP-SN maka semakin besar pertumbuhan vertikal wajah, semakin kecil sudut MP-SN maka semakin kecil pertumbuhan vertikal wajah. Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri untuk mengukur pertumbuhan wajah vertikal yaitu NGn (Tinggi Wajah Anterior Total), NSp (Tinggi Wajah Anterior Atas), SpGn (Tinggi Wajah Anterior Bawah), SGo (Tinggi Wajah Posterior Total), SPm (Tinggi Wajah Posterior Atas), PmGo (Tinggi Wajah Posterior Bawah), CdGo (Tinggi Ramus Mandibula). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur pertumbuhan wajah pada sefalogram. Wajah panjang (long face) ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang besar. Karakteristik MP-SN besar berupa total tinggi wajah anterior (NGn), tinggi wajah anterior bawah (SpGn) yang berlebihan, dan tinggi wajah posterior (SGo) yang kecil. Wajah pendek (short face) ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil. Karakteristik MP-SN kecil berupa total tinggi wajah posterior (SGo), tinggi wajah posterior bawah (PmGo) yang berlebihan, tinggi ramus mandibula lebih besar (CdGo), dan tinggi wajah anterior (NGn) yang kecil.12
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 10. Garis-Garis Referensi Untuk Mengukur Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal12 2.5 Sefalometri Lateral Sebagai Alat Bantu Ukur Untuk Melihat Perkembangan Vertikal Vertebra Servikalis dan Pertumbuhan Wajah Vertikal Setiap individu memiliki variasi dalam percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan ini berkaitan dengan usaha untuk menegakkan diagnosa yang benar sehingga perlunya intervensi dini dalam koreksi suatu maloklusi. Salah satu indikator untuk melihat kematangan individu adalah perkembangan skeletalnya.8 Beberapa indikator untuk menilai kematangan skeletal dapat dilihat dari tinggi badan, pengukuran handwrist, perubahan suara, perkembangan gigi dan vertebra servikalis.3,5,6 Penelitian yang dilakukan oleh Paloma (2002) mengemukakan bahwa radiografi hand-wrist merupakan indikator yang baik dalam menilai kematangan skeletal.8 Kematangan skeletal secara umum ditentukan dengan menggunakan tangan dan pergelangan tangan karena adanya perbedaan tipe dari tulang pada daerah tersebut. Terdapat dua pendekatan yang secara umum dilakukan untuk menilai
Universitas Sumatera Utara
18
radiografi hand-wrist. Pertama, membandingkan kematangan tulang pergelangantangan dengan tulang atlas. Kedua, menggunakan indikator yang spesifik untuk menghubungkan kematangan tulang dengan kurva pertumbuhan pubertas.18 Penilaian
tahap
pertumbuhan
dengan
sefalometri
lateral
dapat
meminimalisasikan penggunaan radiografi hand-wrist.18 Penelitian Adel (2010) pada populasi di Saudi Arabia meramalkan potensi pertumbuhan mandibula dengan memperhatikan usia tulang vertebra servikalis. Beliau mengemukakan bahwa untuk keamanan pasien dari tambahan biaya dan radiasi, digunakan sefalogram lateral untuk melihat kematangan skeletal dari vertebra servikalis.9 Penggunaan radiografi Handwrist untuk meminimalkan radiasi akan lebih ideal bila seandainya hanya menggunakan sefalometri. Penggunaan cervical vertebral maturation (CVM) atau kematangan tulang vertebra servikalis pada sefalometri lateral untuk menilai kematangan skeletal makin sering diteliti. Keuntungan utama dari evaluasi CVM adalah dapat dilakukan dengan conventional lateral cephalogram (LCR) yaitu untuk menghindari paparan ekstra radiasi akibat pengambilan radiografi hand-wrist. Evaluasi kematangan dari vertebra servikalis pertama kalinya dilakukan oleh Lamparski. Alasan penggunaan analisis CVM lebih mudah adalah yang pertama karena membutuhkan sedikit tulang vertebra. Vertebra servikalis yang digunakan adalah vertebra servikalis yang sensitif untuk menentukan proses pentahapan dan dapat terlihat ketika pasien memakai collar sebagai proteksi radiasi. Alasan yang kedua adalah identifikasinya lebih mudah karena menggunakan 1 buah sefalogram dan mengurangi penafsiran tahapan ketika dibandingkan antara berbagai perubahan pada tahapan-tahapan.19
Universitas Sumatera Utara
19
Lamparski mengamati perkembangan maturitas tulang vertebra servikalis pada tulang vertebra servikalis kedua (CV2) sampai keempat (CV4). Indikator maturitas tulang tersebut adalah meningkatnya konkavitas pada bagian inferior dan meningkatnya tinggi vertikal pada bagian anterior dari tulang vertebra servikalis. Hal ini menyebabkan berubahnya bentuk vertebra servikalis dari bentuk baji ke bentuk persegi panjang dan kemudian ke bentuk persegi. 2 Maturitas tulang vertebra servikalis dibagi atas enam tahap. Masing-masing memiliki karakteristik yang spesifik yang berhubungan dengan bentuk vertebra.20 1. Initiation Tulang berbentuk baji. Semua bagian inferior dari tulang vertebra servikalis datar sedangkan bagian superiornya miring dari posterior ke anterior. 2. Acceleration Ditandai dengan perkembangan konkavitas pada batas inferior dari badan CV2 dan CV3, sedangkan pada CV4 masih datar. CV3 dan CV4 cenderung ke arah bentuk persegi panjang. 3. Transition Konkavitas pada bagian inferior dari CV2 dan CV3 sudah nyata terlihat. Terlihat perkembangan konkavitas pada batas inferior dari CV4. CV3 dan CV4 cenderung berbentuk persegi panjang. 4. Deceleration Konkavitas pada bagian inferior dari CV4 sudah terlihat. CV3 dan CV4 mendekati bentuk persegi.
Universitas Sumatera Utara
20
5. Maturation CV3 dan CV4 berbentuk persegi. Terlihat peningkatan konkavitas dari CV2, CV3 dan CV4. 6. Finalization Konkavitas dari CV2, CV3 dan CV4 semakin dalam. Selain itu terjadi pertumbuhan dalam arah vertikal. Tinggi tulang vertebra servikalis lebih besar daripada lebarnya.
Gambar 11. Tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut lamparski20 Dalam bidang ilmu ortodonti, vertebra servikalis dianggap dapat membantu dalam penyusunan rencana perawatan terutama pada pasien yang sedang dalam tumbuh kembang. Berdasarkan penelitian pada subjek perempuan usia 7-15 tahun yang dilakukan Toshinori (2002), terlihat perubahan vertebra servikalis yang tampak
Universitas Sumatera Utara
21
pada sefalometri lateral.3 Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Karlsen (2004) yang membandingkan vertebra servikalis dan wajah pada pasien anak usia 615 tahun. Hanya vertebra servikalis 2, 3, dan 4 saja yang dapat diteliti disebabkan karena anak-anak memakai proteksi radiasi sehingga hanya vertebra servikalis 2, 3, dan 4 saja yang terlihat dari penampakan sefalogram lateral.12 Kondisi ini berbeda dengan penelitian Toshinori yang menggunakan vertebra servikalis 3 dan 4. Hal ini disebabkan karena vertebra servikalis 1 tidak tampak pada sefalogram, vertebra servikalis 2 hanya sedikit yang mengalami perubahan morfologi dan sulit untuk dilakukan pengukuran, dan vertebra servikalis 5 tidak tampak jelas pada sefalogram.3 Karlsen menggunakan sudut MP-SN untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal maupun pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal. Karlsen membagi sudut MP-SN menjadi dua yaitu sudut MP-SN yang besar (≥35°) dan sudut MP-SN yang kecil (≤25°). Titik-titik yang digunakan sebagai referensi untuk melakukan pengukuran terhadap vertebra servikalis dan wajah adalah nasion (N), orbital (Or), spinal-point (Sp), gnathion (Gn), sella (S), basion (Ba), condylion (Cd), porion (Po), pterygomaxillare (Pm), gonion (Go), SN-line (SN), Frankfort horizontal plane (FH), mandibular plane (MP), tangential mandibular line (ML1), vertebra servikalis 2 (CV2), vertebra servikalis 3 (CV3), vertebra servikalis 4 (CV4). Titik-titik referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dan wajah dalam arah vertikal pada sefalogram. Beliau menemukan hubungan yang kuat pada usia 12 sampai 15 tahun, hubungan tersebut dilihat dari GoCV2. Dimana Go sebagai
Universitas Sumatera Utara
22
salah satu titik referensi pada tinggi wajah posterior dan CV2 sebagai vertebra servikalis 2 memiliki keterkaitan selama pertumbuhan.12
Gambar 12. Titik-titik referensi yang digunakan untuk pengukuran pertumbuhan vertikal vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah vertikal pada sefalogram12 2.6 Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra Servikalis dan Pola Wajah Penelitian Beni Solow dan Andrew Sandham (2002) mengenai postur kranioservikal yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Tujuan penelitian tersebut adalah ingin melihat hubungan postur kranio-servikal dalam mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Penelitian ini menggunakan subjek anak-anak, remaja dan dewasa. Postur kranio-servikal adalah hubungan postur kepala terhadap cervical column. Hasilnya menunjukkan perbedaan pada subjek orang dewasa maupun anak-anak dan remaja. Pada subjek orang dewasa,
Universitas Sumatera Utara
23
subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil, ditandai dengan tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane kecil. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar, ditandai dengan tinggi wajah anterior yang besar dan inklinasi mandibular plane besar.11
Gambar 13. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane kecil; (b) Subjek dengan dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar dan inklinasi mandibular plane besar11 Pada subjek anak-anak dan remaja, terdapat perbedaan postur kranio-servikal menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan kedepan dari maksila dan mandibula. Sedangkan subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar diikuti dengan perkembangan wajah vertikal, dapat terlihat perubahan posisi vertikal dari tulang hyoid.11
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 14. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung mengalami rotasi mandibula kedepan; (b) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung mengalami pertumbuhan mandibula dalam arah vertikal11 Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalogram untuk mengukur hubungan perkembangan vertikal vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah yaitu GoCV2 (jarak vertikal antara sudut gonial dan vertebra servikalis 2), PmCV2 ( jarak vertikal antara titik paling belakang dari maksila dan vertebra servikalis 2). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe
(Frankfort
Horizontal
estimated)
untuk
mengukur
hubungan
antara
Universitas Sumatera Utara
25
perkembangan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah vertikal. CV2 atau axis adalah yang paling tinggi dan paling luas dari vertebra servikalis. Kepala berputar di atlas dari kondilus occipitalis dan 2 bagian superior. Prosesus odontoid atau dens dari CV2 berjalan hampir sejajar dengan ramus mandibula. Nilai mutlak rata-rata dari jarak vertikal antara Go dan CV2 kurang lebih tetap atau tidak berubah. Pada kelompok sudut yang kecil jarak GoCV2 rata-rata 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 pada usia 12 tahun, 1,4 pada usia 15 tahun. Pada sudut yang besar jarak GoCV2 cukup signifikan rata-rata 8,2 mm pada usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun, 7,1 mm pada usia 15 tahun. Kondisi ini mempertegas peranan Go dan CV2 sangat berkaitan selama pertumbuhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Salagnac bahwa tinggi wajah posterior memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan wajah, tidak hanya setelah usia 12 tahun tetapi juga pada periode sebelumnya, dimana hubungan antara pertumbuhan vertebra servikalis dan wajah tidak ada. Sedikit variasi jarak GoCV2 mungkin adalah hasil variasi yang sesuai pada pertumbuhan dari tinggi wajah posterior bawah. Posisi vertikal dari Go mungkin menjadi kunci untuk pertumbuhan wajah dalam arah vertikal, khususnya untuk perkembangan tinggi wajah bagian bawah. Hubungan timbal balik anatomi antara Go dan CV2 sangat kuat yaitu hubungan antara pertumbuhan vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah, khususnya hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula. Hubungan timbal balik pertumbuhan tampak pada usia 12-15 tahun, dimana pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah berhubungan sangat erat. Pada penelitian Karlsen tidak
Universitas Sumatera Utara
26
mendukung pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan vertebra servikalis sebagai faktor utama yang menentukan perkembangan tinggi wajah anterior bagian bawah.12
Gambar 15. Jarak Vertikal Antara Go dan CV212
Universitas Sumatera Utara