ISLAM DAN DUNIA BARAT Menjelang akhir hayatnya nabi Muhammad mengirimkan utusan-utusanya ke para pemimpin daerah sekitar seperti Negus dari Etiopia , Kaisar II dari Persia dan Kaisar Heracles dari Romawi. Muhammad meminta kepada mereka untuk menerima Islam demi kebaikannya dan kebaikan rakyatnya 1 . Dengan kisah diplomatik ini dimulailah hubungan antara Islam dengan dunia Barat, sebuah hubungan yang tak pernah putus tetapi juga tidak pernah tenang, melainkan adanya sikap konfrontasi meskipun kontak yang ada di dalam hal ekonomi dan pengetahuan, sampai sekarang sudah mencapai 1400 tahun. Dengan latar belakang sejarah konflik antara Kristen dan Islam, saat ini kita dapat menyaksikan hubungan yang tidak komplementer, melainkan saling bertentangan antara negeri malam dan negeri pagi, Barat dan Timur. Memang berupa dunia yang saling bermusuhan, yang satu sama lain tidak saling mengerti dan saling mencurigai. Pemikiran kolektif dari kedua kubu ini benar-benar terpelihara. Perjalanan sejarah, terutama kecepatan dan besarnya ekspansi Islam dimasa awal, dapat menjelaskan tentang banyak hal: Syiria dan Palestina (jatuh pada tahun 634/35 M), Persia (tahun 637), Mesir (tahun 643-649), Armenia (tahun 652) juga termasuk Cyprus (tahun 653), Maghribi (mulai tahun 670), dan Spanyol sendiri sejak (tahun 711) telah menjadi Islam, tidak lama setelah Nabi Muhammad meninggal (tahun 632). Konstantinopel telah mengalami pengepungan itu sejak tahun 688. Dengan Ayub, sang pembawa bendera, pasangan Nabi juga berada disana. Dapat dimengerti bahwa orang suka menganggap Islam sebagai agama yang agresif setelah melihat hasil yang dicapai Islam dengan gemilang. Memang benar bahwa daerah-daerah kristen dan Iran sekitarnya tidak harus menentang penyebaran agama Islam yang berani mati ini secara militer. Juga benar bahwa pejuang Islam yang sedikit ini tidak bisa menaklukan daerah daerah yang besar apabila rakyatnya tidak pindah kedalam Islam dalam jumlah yang besar. Diantara penyebab-penyebab yang beraneka ragam terhadap hal tersebut ada satu yang penting: Heterodokse Kristen di Maghribi dan Masyrik - termasuk Aria - menerima Islam karena mereka tidak percaya keberadaan tuhan Yesus secara alami dan juga terhadap trinitas/tritunggal 2 . Selanjutnya di abad ke 11 Islam terus menyebar luas hingga ke Senegal, Mali, Ghana dan Chad tanpa kekerasan dan juga masuk ke seluruh benua Afrika dengan jalan damai. Dinamika Islam yang menggoyang dunia juga mencakup ilmu pengetahuan dan kultur. Di setiap disiplin ilmu eksak dan non-eksak dihasilkan karya-karya yang membuka jalan baru diantaranya di bidang mathematik, optik, botanik, ilmu bedah, ilmu pengobatan mata, higienis, lexikograpie, penulisan sejarah, sosiologi dan kelanjutan dari filsafat Aristoteles yang (kala itu) didunia Barat telah terlupakan. Disiplin ilmu diatas dan lainya menjadikan peradaban Islam sangat
1
Lihat Ibn Ishaq / Ibn Hisyam, The Life of Muhammad, diterjemahkan oleh A.Guillaume, Oxford 1955, halaman 652. Pesan kepada Heracles, yang disampaikan melalui Dihya bin Khalifa al-Kalbi al-Khazraji, diterangkan oleh Abu Sofyan. Lihat Hadits nr. 4553 pada Sahih al Buhary, diterjemahkan oleh Muh Rassoul, Koeln 1989, halaman 436-438 2 Raja dari Etiopia tidak melihat adanya pertentangan diantara muslim dan dia sendiri dalam perihal Yesus dan Maria, lihat juga Ibn Ishaq halaman 146; Martin Lings, Muhammad, NY 1983 halaman 81. 7
bersinar dibagian Barat, walaupun hanya ar-Razi, al-Biruni, Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Sina (Avecinna), Ibnu Khaldun, Ibnu Battuta dan al-Khwarizmi yang patut di perhitungkan 3 . Akhirnya setelah kaum muslim dihentikan di Perancis pada tahun 732, bangsa Barat kemudian menyerbu dengan perang salibnya dan reconquista Spanyol-Portugal. (Arti dari kalimat Kristen “api dan pedang” dialami juga oleh orang Kristen Byzantium pada penaklukan Konstantinopel melalui Lateiner di tahun 1204 M) . Dan sekali lagi, Barat-lah yang harus khawatir setelah Utsmania mengambil alih Konstantinopel (tahun 1453) dan mengirim Angkatan Daratnya sampai ke Wina (tahun1529 dan tahun1683). Mulai abad ke 18 pertentangan epistis ini semakin berkurang. Sejak itu berlangsung terus hingga sekarang ini perkembangan pertentangan dari kedua dunia ini. Bangsa Barat dengan perkembangannya yang luar biasa dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah Renaisance dan masa perbaikan yang mana memberikan keunggulan yang luar biasa dan dinamis dibidang ekonomi dan militer terhadap bangsa-bangsa lain didunia, dimana menjadi bukti keunggulan peradaban Kristen. Bersamaan dengan itu dunia Islam seperti tertidur, jatuh dalam kejumudan dan dekadensi, sehingga kolonialisasi melalui kekuatan Imperialisme Barat tak dapat dibendung. Bukan sesuatu yang tidak realistis untuk dipercaya, bahwa dengan penghapusan kekhalifahan oleh Kemal Attaturk pada tahun 1924 seolah olah merupakan pukulan yang mematikan bagi Islam. Secara umum tampaknya sejak pertengahan abad ini hanyalah suatu pertanyaan waktu, kapan budaya Barat sebagai contoh keharusan budaya (Theodore von Laue) dengan mentransformasi semua budaya lain menjadikannya budaya dunia. Manusia masa depan mulai dari Seoul sampai St. Pauli mengenakan jeans, makan hamburger, minum Coca Cola, merokok Malboro, berbicara bahasa Inggris, menyimak CNN, menjadi negara Demokrasi dan kemungkinan juga masuk ke mazhab Kristen. Sampai saat ini masih dicari penyebab kemunduran dunia Islam 4 . Menurut hemat saya ada 3 penyebab utamanya yaitu: Pertama, Di abad ke 13 Islam disulitkan secara militer oleh pihak Kristen dan Mongol, juga disaaat yang bersamaan dihancurkannya dua pusat budaya Islam Cordoba pada tahun 1236 dan Bagdad di tahun 1258. Dunia Islam sampai saat ini belum dapat melepaskan diri dari bencana besar tersebut. Kedua, Di abad 14 berhasilnya gambaran pada ilmu hukum Islam, bahwa semua pengetahuan telah diketahui dan telah lebih baik dimengerti oleh generasi sebelumnya yang dekat dengan sumber terdahulu. Ini membawa kepada taqlid yg menyentuh kepalsuan dan stagnasi umum yang tidak islami dari kehidupan spritual. (lihat bab: Agama dan Pengetahuan ). Sebab ketiganya tidak terletak pada dunia Islam melainkan di dunia Barat. Tidak bisa disangkal bahwa kemajuan yang sangat besar secara materi dari bangsa Barat tidak dapat dipisahkan dari menghilangnya/berkurangngya kepercayaan Kristen. Pada kenyataannya pendirian dasar yang mengarah agnotis atau kalau bukan ateis menjadi roda penggerak dari ilmu pengetahuan, ekonomi, scientisme dan positivisme yang sangat berhasil di 3
sejak Bestseller dari Sigrid Hunkes -Allahs Sonne ueber dem Abendland- sepatutnya perihal ini termasuk dalam pengetahuan umum, juga lihat “Das Vermaechnis des Islam” 2 jilid, Munich 1983; Muh Hamidullah, Der Islam, Genf 1968, bab 443-477 4 lihat Peter Waltner, Kenapa dunia Islam mundur?, CIBEDO, Frankfurt 1988, Nr 6, halaman 161-173 8
abad ini 5 , dimana wakil dari pendirian dasar ini secara kasarnya ialah Feuerbach, Marx, Darwin, Nietzsche dan Freud. Sejak itu ilmu pengetahuan rasionalis menjadi efesiensi-ideologi yang dominan bangsa Barat, dimana ilmu pengetahuan hanya mengijinkan persepsi yang dapat di buktikan secara mathematis. Kepercayaan kepada Tuhan masih ditoleransi sebagai teori kemungkinan ala Swinburn 6 , semua yang berhubungan dengan pertanyaan terakhir akan ditabukan dengan kekuatan gaib dari penggeseran kematian (W.Freund) . Sebagai hasil dari subjektifisme dan relatifisme yang dilakukan, mereka menghidupkan fundamen De-facto-Atheisme dengan idola-idola baru antara lain: kekuasaan, uang, kecantikan, popularitas dan sex, dimana pada abad ke 20 banyak orang yang terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran ini. Berbeda dengan agama yang dikepinggirkannya, ilmu pengetahuan alam tidaklah kompeten menjawab pertanyaan-pertanyaan spiritual, maksud mereka, bahwa mereka sebagai produk pecahan darinya akan menghilang oleh keprcayaan kristen yang irasional 7 . Hilangnya transendensi, kevulgaran dari materialsme di barat dan timur menantang Hedonisme serakah dari manusia yang bebas, yang hanya menggunakan perasaaan untuk mengukur semua benda dan dari kemajuan yang tak ada hentinya menantikan sebuah sorga konsumerisme di dunia 8 . Masyarakat industri juga telah memberikan sumbangsih kepada hal diatas dimana tujuan tertingi alaminya antara lain: pertumbuhan, rentabilitas, terpakainya semua kapasitas, keuntungan yang sebesar besarnya serta spesialisasi. Alferd Mueller-Armack dalam bukunya “Religion und Wirtschaft“ (Agama dan Ekonomi, 1959) menggambarkan proses yang saling berhubungan ini dengan lebih singkat : karena manusia mengusahakan dengan susah payah kebebasannya untuk menyangkal Tuhan, dengan paksaan, dunia mereka diduduki oleh berhala dan setan, maka kisah tentang kepercayaan tidak akan sempurna tanpa ketidakpercayaan. Tuhan sebagai yang tertinggi telah digantikan oleh idola, yang... membawa kepada kurangnya substansi yang semakin meningkat. Kisah penyimpangan dari kepercayaan, dari agama pseudo merupakan cerita yang meyebabkan adanya kekuatan yang membawa bencana dan kehancuran. (hal XV) Suatu dinamika yang sangat termotivasi dan dengan gencarnya ini tidak dapat diterima/ditahan secara kekuatan politik oleh Islam atau kebudayaan dari agama lain. Maka dari itu tidaklah benar dimana ada hubungannya dengan penyebab ketiga dari kemunduran Islam untuk mempertanyakan kesalahan apa yang menimpa kaum muslim sekarang ini. Dunia Barat terjatuh dalam keadaan miring ! 9 Tetapi pada tahun 60-an dan 70-an terjadi kehancuran yang tidak diharapkan dari perkembangan yang berlaku untuk sebuah epoche dikedua belah pihak. Islam yang diguncang oleh krisis ini tidaklah mati. Sebaliknya dia menjadi sangat hidup, malah sebagian lagi percaya bahwa Islam harus ditakuti, sementara itu masyarakat industri barat malahan menghadapi krisis (mental). Hal tersebut memang tidak diharapkan sebelumnya: akan tetapi sekarang kita dapat lebih memahami bahwa kedua perkembangan tersebut sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.
5
Judul dari buku yang terbit pada tahun 1948, dari Alferd Mueller-Armack Richard Swinburn, Existensi Tuhan, Stuttgart 1978 7 Hans Oesterle, Franfurter Allgemeine Zeitung, tanggal 9-9-1987 8 Dikerjakan lebih mendetail oleh Rene Guenon,Crisis of the Modern World ,1989; The Reign of Quantity and the Signs of the Times 1983; bandingkan Vance Packard, The Sexual Wilderness, 1968; juga Charles A. Reich, The Greening of America, 1971 9 Oleh karena itu kamu muslim bereaksi dengan sangat pahitnya terhadap usul Orientalis, Islam seharusnya mengambil kembali Renaisance serta pencerahannya 6
9
Sosilog seperti Daniel Bell memperhatikan hal ini, bahwa sukses ekonomi dari dunia kapitalisme melemahkan nilai-nilai dari etika protestannya Max-Weber. Menurutnya mekanisme yang dapat merusak diri ini adalah kebajikan/ keutamaan seperti kerajinan, ketidakborosan, disiplin, kesabaran, persaudaraan dan keberanian pada masyarakat kaya dan berlebihan telah banyak dirusak kearah negatip atau diganti melalui nilai-nilai baru dan tingkah laku, yang sejauh ini dalam prakteknya benar-benar “post-industrial” daripada yang dibawa oleh masyarakat industri 10 . Jadi individualisme dapat berubah menjadi narsisme, persaudaraan menjadi perilaku kolektif yang pararasional dari sekelompok orang pada acara konser musik rock, pengaturan sendiri (perut saya milik saya sendiri ) yang bermoralkan anarkis, liberalisasi dalam kenyamanan, toleransi dalam nilai nilai yang sama, persaingan dalam gila konsumsi, kesamaan dalam kesamaan yang dibuat-buat (sebagai ganti dari samanya kesempatan samanya hasil), sensitifitas dalam kecengengan, kekhawatiran dalam ketakutan, eros dalam sexual-athletik, fleksibilitas dalam kebencian kepada tradisi yang ada. Singkatnya seperti yang dikatakan Marcel Boisot (1984), bahwa harus ada penolakan semacam itu apabila faktor faktor penyebab rasionalisasi, kebebasan dan cinta jatuh kedalam ketidakseimbangan. Orang akan dapat dengan mudah memainkannya: rasionalisasi tanpa kebebasan membawa sampai kepulauan Gulag dan rasionalisasi tanpa cinta terbawa sampai (kamp penyiksaan) Auschwitz; kebebasan tanpa cinta dapat mengakibatkan pengeksploitasian sesama manusia, kebebasan tanpa rasionalisasi mengakibatkan perusakan diri sendiri. 11 Skenario modern di semua negara industri ini pasti mengenal sebuah gejala penyelewengan, disimbolkan oleh seorang pemula yang keluar dari sistem yang berlaku, yang mencari alternatif baru dimana dia akan berterimakasih kepadanya untuk kekayaan dan kebebasan yang diperolehnya. Seorang pemula semacam itu memanifestasikan sesuatu yang mendasar dengan memanfaatkan pengalaman dan meninggalkannya: perasaan takut yang terstruktur, kebutuhan akan ketentraman, keresahan terhadap paksaan terselubung sebuah hypertrope technologie, perlawanan terhadap teror konsum, memberhalai rasionalisasi, baik itu di bidang ekonomi maupun di bidang strategi atom. Oleh karenanya mereka mendemonstrasikan hubungan transendental manusia tidak dapat diambil tanpa menarik keluar batas kekurangan dari kebebasan yang tak ada artinya dari seorang kurang ajar. Mari kita lihat ini sebagai korban dari masyarakat industri yang bernilai netral. Mereka memiliki segalanya, otonomi, jaminan hidup, sex tanpa tabu, segala jenis obat-obatan yang diperlukan. Namun mereka tetap merasakan kekosongan hati, merindukan kehangatan dalam kebersamaan dan seorang Guru kharismatik yang memancarkan wibawanya. Dibelakang semua ini terdapat pertanyaan yang terus mendesak tentang makna (hidup). Hal ini menjadi latar belakang terbukanya agama sebagai psycho-boom dengan berbagai sekte dan pandangan yang ekstrem, subyektif dan membiarkan gereja hanya memikirkan potensi mistiknya (Rosemarie Stein). Trend menuju esoterik ini diantaranya pada Jesus-trip atau berjalan dijalan setapak. Sekarang atau nanti mereka pasti bertemu dengan pencarian alternatif, agama yang benar, terhadap fenomena kembali bangkitnya Islam, salah satunya karena ia berlaku sebagai jalan ketiga diantara utopi dari materialisme Barat dan Timur . 10
Daniel Bell, The Cultural Contradictions of Kapitalism, London 1976, lihat juga Wolgang Slim Freund, Pemikiran Dialektik antara “Rationalisasi” und “Pemikirsn mistik”, dalam: Majalah Sosiologi Austria, 1986, Nr 3 halaman 47 11 Marcel Biosot, Eine moralische Waffe - Das westliche Wertwsystem, Journal 3/84 dari European Institute for Security, Luxemburg 10
Perkembangan yang berlawanan di dunia islam pada abad ini dimulai dengan pergerakan kebebasan menuju kemerdekaan. Dengan Alzajair (1962) selain Palestina sebagai negeri muslim terakhir yang terjajah telah mendapatkan kembali souverenitasnya. Negara-negara muda ini dengan para pahlawannya Muhmmad Ali Jinna, Gammal Abd al-Naser, Ahmed Ben Bella, Houri Boumeddienne pada awalnya meniru model bangsa Barat: liberalisme, nasionalisme, sosialisme, komunisme. Pada dasarnya Islam tidak memainkan peran yang besar, karena arabisme dahulu sangat tidak beragama seperti layaknya zionisme. Baik FLN di Alzajair dan juga Neo-Destour di Tunisia pada lapisan elitenya pendukung Laizistis. Adaptasi ke dunia Barat yang berkembang setelah kemerdekaan selaras dengan doktrin kemal serta muslim ideal yang kebarat-baratan dan modern seperti Mohammed Arkoun di Perancis dan Bassam Tibi di Jerman. Toh pada akhirnya usaha penyesuaian ini gagal, disebabkan ketidaksanggupan dalam memecahkan masalah peledakan penduduk, lemahnya eksport, raibnya modal, nepotisme, korupsi, hutang yang membengkak dan kaburnya para intelektual, meskipun telah diusahakan bersama-sama untuk memecahkan masalah tersebut seperti: Liga Arab (1944), OKI (1969), Kerjasama Negara Teluk (1981), Uni Maghribi / UMA (1989). Dengan latar belakang ini bermunculan pada awal tahun 70an tanpa hentinya analisa tentang fenomena-fenomena reislamisasi dengan segala aspek islamisme (arab: islamiyah), Fundamentalisme dan Integrisme, yang diuraikan dalam bab khusus dibuku ini. 12 Pada mulanya orang percaya (dan berharap) bahwa itu hanya menyangkut gerakan protes sosial saja. Menurut cara pandang ini, penghidupan kembali ajaran islam dapat dilihat pada fungsi dari ketinggalan teknologi (technological gap) yang merupakan bukti ketidakmampuan para analis mencakupi faktor agama. Kenyatannya, adanya kurang rasa pengertian terhadap orang orang yang serius menjalankan agamanya. Juga terhadap orang yang bersikap bahwa dunia Islam dengan romantika dunia ketiga (tiers mondisme) berdampingan serasi. Sementara itu dengan Bassam Tibi orang menyadari bahwa pada kata Reislamisasi terkandung kesalahpahaman arti, kecuali bagi beberapa cedekiawan Barat, Islam diyakini sebagai dasar kepercayaan dan sistem. Di Turki pengertinannya tidak akan pernah hilang, melainkan tetap pada relevansinya dibawah sebuah pita film yang tipis dari modernisasi (Arnold Hotinger). Sekarang orang menerima akibatnya, bahwa fenomena dari sebuah manifestasi baru Islam harus di mengerti sebaga timbulnya kembali kesakralan di dunia umum. (Gilles Kepel menyebutnya dalam bukunya yang terakhir - la revanche d’allah- ). Dengan begitu logis kalau ini berhubungan dengan penolakan secara prinsip akan medernisasi Barat. Dunia Islam melihat pecahnya dunia Barat dengan transenden sebagai pemotongan potensi manusia dan Islam menjawabnya dengan konsep tandingan, yang menandakan titik surutnya Eurosentrisme. Dengan itu tidaklah bertentangan, bahwa penghidupan kembali Islam menawarkan muslim di belahan dunia ketiga untuk menemukan kembali jalan sampai keakar-akarnya dan memperoleh kembali harkatnya: dengan meninggalkan perlombaan dengan Barat atas sektor konsum. Sebaliknya: rentetan penghinaan yang tak ada hentinya terhadap dunia arab, terutama di Palestina, telah meluaskan perlawanan secara agama-moral ke politik. 12
Bandingkan Bassam Tibi, Die Krise des modernen Islam, Muenchen 1981; Wolfgang Slim Freund, pembicaraan untuk itu dalam: Islam dan Barat, 1982 nr 3 hal 12; Juedischer und islamische Fundamentalismus, dalam: Orient 1987, nr 2 hal 216, Detlef Khalid, Kemajuan dalam Islam, koran Neue Zuercher Zeitung tanggal 28.4.1983; Wilhelm Dietl, Heiliger Krieg fuer Allah, Muenchen 1983 11
Memang ada juga kekuatan di dunia Islam yang bertujuan menyelesaikan tujuan politik dan tujuan pembenaran. Salah satunya ialah teroris Islam. Dengan hubungannya Revolusi Sosial Syi’ah terhadap perebutan kekuasaan di Iran (1979) dan perang teluk (1990) telah menjadi tingkah laku yang baik, “yang tak pernah ada di abad ini, yang telah merugikan Islam” (Wolfgang Guenter Lerch ). 13 Kenyatannya negeri malam dan negeri siang berada didepan tumpukan bunganya untuk berulang kalinya. Selama perang teluk kekhawatiran diantara muslim Eropa dan AS juga di Maghribi dan Timur Tengah. Tampaknya, seolah-olah kita berdiri di depan epoche baru perang Salib. Dialog antara muslim dan Kristen tak ada gunanya; lebih dari itu Islam dianggap bahaya besar melebihi sebelumnya. (lihat bab: Kristen dalam perspektif Islam). 14 Dari sejarah yang sangat menyedihkan selama 1400 tahun antara dunia Islam dan Barat ini dapatlah ditarik pelajaran bahwa kedua dunia ini, dikarenakan di zaman adanya senjata penghancur manusia ini harus saling menemukan toleransi sesamanya, apabila kedamaian dunia tetap akan ada. Itu tentunya akan lebih mudah apabila Barat mengerti Islam dan Islam mengerti Barat. Halangan pengetahuan yang disebabkan oleh kebudayan secara menyeluruh yang berada dipersimpangan jalan dicoba buku ini untuk dihancurkan (Wolfgang Slim Freund).
13
Koran Frankfurter Allgemaine Zeitung, tanggal 16.10.1986 Sigrid Hunkes dengan bukunya, Allah ist ganz anders: penguraian dari 1001 penilaian tentang orang Arab, Bad Koenig 1990, tak dapat meluruskan permasalahannya . 14
12